• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Pelaksanaan Pemberian Asuransi Kredit bagi Usaha Kecil

PT. Jasindo melaksanakan pemberian asuransi kredit bagi usaha kecil dengan bekerja sama dengan pihak perbankan yang memberikan fasilitas kredit bagi usaha kecil. Dalam hal ini PT. Jasindo Cabang Medan bekerja sama dengan BTN Cabang Medan. Adapun manfaat yang dapat diambil dengan adanya Asuransi Kredit Perbankan ini sebenamya adalah :56

a. Memperbesar akses usaha kecil untuk memperoleh sumber pembiayaan khususnya dari bank.

b. Mengurangi risiko yang dihadapi Bank atas pemberian Kredit kepada usaha kecil.

PT. Jasindo menawarkan Jasindo Kredit sebagai produk asuransi kredit yang diperuntukkan bagi usaha kecil. Risiko yang dapat diganti oleh PT. Jasindo Cabang Medan dalam produk ini adalah kerugian risiko komersil seperti :

a. Kemerosotan usaha yang terjadi di seluruh negara karena kelesuan pasaran. b. Bencana alam

c. Kegagalan panen

56

Wahyudi Santoso, “Restrukturisasi Kredit Sebagai Bagian Integral Restrukturisasi Perbankan”, Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan, 2008.

d. Perubahan atau pergeseran perrnintaan yang tak terduga e. Persaingan hebat yang tak terduga

f. Perubahan teknologi

g. Kenaikan biaya perusahaan secara umum yang tak terduga

h. Sebab-sebab lain yang karena sifatnya dapat digolongkan sebagai risiko komersil .

Tidak termasuk dalam tanggungan PT. Jasindo Cabang Medan adalah risiko politis seperti peperangan, embargo, keputusan-keputusan pemerintah dan sebagainya. Dalam upaya menghindari risiko yang tidak diinginkan, menurut Pasal 8 UU Perbankan, tertulis ketentuan tentang kewajiban Bank untuk mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi kreditnya. Ketentuan ini jelas akan membuat bank untuk hati-hati dalam memberikan kredit. Sehingga terlindungi dari kerugian yang diakibatkan kegagalan kredit. Namun ketentuan ini pun bisa membawa kesulitan bagi calon debitur, terutama dari golongan ekonomi lemah yang tidak banyak memiliki aset yang dapat dijadikan sebagai agunan kredit.

Dalam hal syarat penyedian jaminan tersebut tidak dapat dipenuhi oleh calon peminjam, pihak perbankan segan untuk memenuhi permintaan pinjaman tersebut mengingat kemungkinan risiko yang dapat timbul berupa kredit macet, yaitu kredit yang tidak dapat dikembalikan.

Sesuai dengan tujuan Perbankan Indonesia yaitu menunjang pelaksanaan Pembangunan Nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak,

Pemerintah telah mengeluarkan kebijaksanaan kredit, yaitu berupa ketentuan bagi pemberian kredit, terutama kredit usaha kecil, yang secara otomatis akan mendapat perlindungan asuransi.

Asuransi ini merupakan asuransi wajib (Compulsary Insurance) yang ditandatangani oleh PT. Jasindo. PT. Jasindo Cabang Medan bertugas membantu pengamanan pinjaman yang diberikan oleh Bank kepada para peminjam, khususnya kepada golongan Pengusaha Kecil.

Pengamanan tersebut dilakukan dengan menjamin pinjaman tersebut melalui penutupan asuransi, sehingga apabila pinjaman tidak dikembalikan kepada Bank, maka PT. Jasindo Cabang Medan akan menanggung sesuai dengan Perjanjian Asuransi Kredit ( PAK ) antara Bank dan PT. Jasindo Cabang Medan.

Sesuai dengan Pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang yang menyatakan bahwa asuransi/pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seseorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena sesuatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, karena suatu peristiwa tak tertentu. Hal ini sesuai dengan Pasal 1 Angka 5 Undang - undang No.2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian yang menyatakan bahwa Asuransi kerugian adalah perusahaan yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti.

Dari ketentuan Pasal-Pasal di atas, PT. Jasindo Cabang Medan memenuhi syarat-syarat yang dicantumkan dalam pasal-pasal tersebut, yaitu adanya

perjanjian antara tertanggung dengan penanggung atas kerugian, kerusakan dan tanggung jawab pada pihak ketiga, yang diderita tertanggung dimana kewajiban tertanggung adalah membayar premi kepada penanggung.

Jika tertanggung mengalami kerugian yang disebabkan oleh suatu peristiwa, dimana kerugian akibat peristiwa tersebut dijamin oleh penanggung, maka penanggung wajib mengganti kerugian yang diderita oleh tertanggung sebesar kerugian yang dideritanya.

Tertanggung wajib memberitahukan kepada penanggung mengenai keadaan objek asuransi. Kewajiban ini dilakukan pada saat mengadakan asuransi dan jika terjadi pembesaran risiko atas obyek asuransi. Apabila tertanggung lalai, maka akibat hukumnya asuransi batal. Menurut ketentuan Pasal 251 KUHD, semua pemberitahuan yang salah, atau tidak benar, atau penyembunyian keadaan yang diketahui oleh tertanggung keliru memberitahukan, tanpa sengaja, juga mengakibatkan batalnya asuransi, kecuali jika tertanggung dan penanggung telah memperjanjikan yang lain. Dalam menutup asuransi terhadap suatu pinjaman, PT. Jasindo menetapkan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh Bank, diantaranya membayar premi asuransi yang jumlahnya ditentukan berdasarkan perjanjian.

Dalam perkembangan usahanya PT. Jasindo mengalami dua periode besar, yaitu: Periode pertama berlangsung sejak tahun 1974 sampai dengan diberlakukannya Paket Kebijakan Januari 1990 (Pakjan 90) sedangkan periode kedua sejak tahun 1990 sampai sekarang.

Dalam Periode 1971-1990, PT. Jasindo diwajibkan (Compulsary) oleh Pemerintah memberikan penutupan pertanggungan atas kredit yang didukung oleh kredit likuiditas Bank Indonesia. Demikian pula bank diwajibkan untuk meminta penutupan pertanggungan dari PT. Jasindo. Yang termasuk dalam kredit tersebut, antara lain Kredit Investasi Kecil (KIK), Kredit Modal Kerja Permanen ( KMKP ).

Dalam periode tersebut, PT. Jasindo nampak bertindak sebagai "pengawal" dari program pemerintah dalam mengembangkan Usaha Kecil, khususnya dibidang perkreditan. Peranan pemerintah yang begitu besar dalam pembangunan nasional pada saat itu, memungkinkan PT. Jasindo memainkan peranan tersebut. Penetapan ketentuan-ketentuan Pertanggungan termasuk tarif premi dilakukan pemerintah, sedangkan PT. Jasindo dan bank tinggal menjalankannya saja.

Secara bisnis - teknik, hubungan antara Bank yang memberikan kredit dengan PT. Jasindo Cabang Medan dituangkan dalam suatu perjanjian yang dibuat antara keduanya yaitu PT. Jasindo Cabang Medan sebagai Penanggung, dan Bank sebagai Tertanggung, dan Kredit Bank, sebagai obyek yang dipertanggungkan (diasuransikan). Dalam hal ini, ada dua tata cara Pertanggungan yaitu secara kasus demi kasus dan Penutupan Pertanggungan secara otomatis.

Dalam hal ini PT. Jasindo Cabang Medan melaksanakan Penutupan Pertanggungan secara otomatis karena merupakan kredit-kredit program pemerintah sehingga risiko-risiko apapun harus dijamin. Sedangkan Penutupan Pertanggungan secara kasus demi kasus biasanya tidak semua risiko harus dijamin.

Dalam pelaksanaan Asuransi kredit ini dimulai dengan adanya permintaan kredit oleh debitur kepada Bank, lalu Bank untuk mengatasi terjadinya suatu risiko atas kredit mengajukan perjanjian kontrak kerjasama antara Bank dengan PT. Jasindo Cabang Medan.

Dalam hal ini dimulai dengan pengajuan syarat oleh Bank, lalu terbit Nota Penutupan Pertanggungan (NPP), dan dalam hal ini pula terjadi Penutupan Pertanggungan secara otomatis. Dalam perjanjian asuransi kredit ini terjadi antara PT. Jasindo Cabang Medan dan Bank yang bersangkutan, dalam hal ini pihak debitur Tertanggung dapat mengetahui bahwa kreditnya tersebut telah diasuransikan. Hal ini sesuai dengan perjanjian kredit tersebut dimana kreditur (Tertanggung) harus memberikan keterangan yang jelas mengenai kredit yang diberikan kepada debitur tertanggung.

Dalam pemberian kredit yang dapat ditutup ertanggungannya berdasarkan perjanjian asuransi kredit ini adalah Kredit Usaha Kecil (KUK) sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.304/KEP/DIR tanggal 4 April 1997 berikut segenap ketentuan pelaksana dan perubahannnya. Selain itu kredit lain yaitu setiap jenis kredit diluar Kredit Usaha Kecil yang diberikan oleh Tertanggung kepada Debitur Tertanggung.

Kredit yang dapat ditutup pertanggungannya itu, adalah kredit yang memenuhi syarat -syarat yaitu kredit diberikan berdasarkan norma - norma perkreditan yang sehat, wajar dan berlaku umum sesuai dengan prinsip - prinsip kredit (5 C). Selain itu kredit yang diberikan harus sesuai dengan sistem, prosedur

dan syarat-syarat umum pemberian, pengelolaan dan pengawasan kredit dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian asuransi kredit.

Mengenai ketentuan tentang premi dalam pelaksanaan asuransi kredit di PT. Jasindo Cabang Medan adalah ditentukan tarif premi pertanggungan dan biaya-biaya lain dalam perjanjian asuransi kredit, yaitu:

a. Untuk kredit dengan jangka waktu kredit maksimum 6 bulan, tarif premi pertanggungan ditetapkan sebesar 0,75% dari jumlah pertanggungan. (Hal ini disebut tarif premi 6 bulanan).

b. Untuk kredit dengan jangka waktu kredit lebih dari 6 bulan sampai dengan 1 tahun, tarif premi pertanggungan ditetapkan sebesar 1 % dari jumlah pertanggungan. (Selanjutnya disebut tarif premi tahunan).

c. Untuk kredit dengan jangka waktu kredit lebih dari 1 tahun sampai dengan 10 tahun, tarif premi pertanggungan ditetapkan sebesar 1 % dikalikan dengan lamanya jangka waktu kredit kali jumlah pertanggungan dengan ketentuan maksimum sebesar 6 % dari jumlah pertanggungan.

d. Untuk kredit dengan jangka waktu lebih dari 10 tahun, tarif premi pertanggungan ditetapkan sebesar 10 % dari jumlah pertanggungan.

Selain premi pertanggungan, tertanggung wajib membayar : a. Biaya materai pertangunggan sesuai ketentuan yang berlaku.

b. Biaya administrasi pertanggungan sebesar 0,10 % dari jumlah pertanggungan, dengan minimum sebesar Rp. 10.000,- untuk setiap Nota Penutupan Pertanggungan.

c. Biaya administrasi perubahan pertanggungan yang ditetapkan sebesar Rp. 10. 000,- untuk setiap Nota Perubahan Pertanggungan.

Perlu dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan Perjanjian Asuransi Kredit antara PT. Jasindo Cabang Medan dan BTN, pihak BTN sebagai kreditur yang memberikan fasilitas kredit bagi usaha kecil terlindungi dari risiko kredit macet, di mana apabila debitur yang memperoleh fasilitas kredit tidak membayar angsurannya, dengan kata lain terjadi kredit macet, maka PT. Jasindo Cabang Medan akan membayar sejumlah angsuran tersebut kepada BTN sebagai pertanggungan atas risiko kredit macet yang telah disepakati.

Hal-hal yang sering terjadi dalam pelaksanaan asuransi kredit, antara lain: 1. Tertanggung tidak membayar premi sesuai dengan kesepakatan dalam polis.

Apabila hal ini terjadi, maka perjanjian asuransi kredit dapat dibatalkan karena adanya kecurangan dari pihak tertanggung (Pasal 282 KUHD). Ini dikategorikan sebagai kecurangan karena tertanggung menginginkan penanggungan terhadap risiko yang dihadapinya, tetapi tidak memnajalankan kewajibannya untuk membayar premi.

2. Terjadinya klaim. Apabila risiko terjadi, tertanggung, dalam hal ini BTN Cabang Medan tentunya dapat mengajukan klaim kepada penanggung, dalam hal ini PT. Jasindo Cabang Medan. Pengajuan klaim dilakukan dengan syarat utama berupa polis asuransi kredit.

3. Asuransi kredit dibatalkan secara sepihak oleh salah satu pihak. Asuransi kredit dapat dibatalkan secara sepihak oleh Penanggung atau Tertanggung. Penanggung membatalkan perjanjian asuransi kredit secara sepihak apabila

Tertanggung melakukan penipuan atau kecurangan, misalnya dengan tidak membayar premi yang telah diperjanjikan. Tertanggung membatalkan asuransi kredit secara sepihak dengan tidak melanjutkan membayar premi seperti diperjanjikan.

4. Apabila sampai periode pertanggungan berakhir tidak terjadi risiko, maka premi yang telah dibayarkan kepada PT. Jasindo Cabang Medan merupakan hak Penanggung dan menjadi profit perusahaan asuransi tersebut. Apabila Tertanggung, dalam hal ini Bank BTN cabang Medan, hendak mempertanggungkan perjanjian kredit lainnya, maka pihak Bank BTN mengajukan permohonan asuransi kredit yang baru kepada PT. Jasindo Cabang Medan.

B. Penyebab Kredit Macet pada Kredit Usaha Kecil

Dana pinjaman atau kredit yang disalurkan bank lebih banyak bersumber dari dana simpanan nasabah pada bank. Laba yang diperoleh bank merupakan selisih dari pemberian suku bunga simpanan dengan pembebanan suku bunga kredit kredit setelah dikurangi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh bank, seperti biaya operasional, gaji karyawan dan biaya-biaya lainnya.

Namun pada kenyataannya tidak semua kredit yang diberikan itu memberi keuntungan atau laba pada bank. Hal ini disebabkan dimana kredit yang telah diberikan bank menjadi macet. Kredit macet ini merupakan beban bagi bank karena akan mempengaruhi kelangsungan usaha dan tingkat kesehatan bank. Semakin besar jumlah persentase kredit macet pada bank maka semakin

menyulitkan bank tersebut dalam menjalankan usahanya. Ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan kredit menjadi macet, secara garis besar dapat dibedakan berikut ini.57

Debitur saat mengajukan kredit menutup-nutupi kebobrokan keuangan perusahaannya dan hanya mengharapkan dana segar dari bank, atau debitur memberikan data keuangan palsu atau berbagai tindakan-tindakan lainnya. Sebagai salah satu contoh yaitu seorang calon debitur yang bergerak dalam bidang pembangunan dan penjualan rumah ruko (property), mengadakan penjualan ruko dengan pura-pura (fiktif) atau jual beli yang direkayasa dengan modus bekerja sama dengan seorang pihak lain yang bertindak seolah-olah sebagai pembeli. Oleh pembeli ini memohon fasilitas kredit pemilikan rumah (ruko) pada bank dan pihak bank menyetujui pemohonan kredit dimaksud. Sebenarnya kredit yang dimohon oleh debitur baru tersebut adalah untuk kepentingan developer tadi yang digunakan untuk menutupi kewajiban-kewajibannya, dan tentu dalam hal ini debitur baru tersebut akan mendapat imbalan balas jasa dari developer. Kredit juga bisa menjadi macet karena kesalahan debitur di dalam mengelola keuangannya seperti terlalu banyak berinvestasi, terlalu terburu-buru dalam melakukan ekspansi usaha, atau dalam usaha perdagangan terlalu banyak menimbun stok barang tanpa memperhitungkan kelancaran perputaran barang dagangannya. Hal ini bisa 1. Faktor dari debitur

57

Iman Mulyana, Mencegah Kredit Bermasalah, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007), hal. 35.

menyebabkan modal yang diberikan bank mengendap pada pembelian barang tersebut, sementara pendistribusian atau permintaan pasar berkurang bahkan tidak ada sama sekali. Tentu saja dengan kondisi seperti ini tidak akan menguntungkan pengusaha dan akhirnya menyebabkan ketidakmampuan mengembalikan pinjaman pada bank. Demikian juga kredit macet pada jenis kredit konsumsi atau consumer loan bisa terjadi karena adanya pemutusan hubungan kerja kepada karyawan, sehingga gaji ataupun sumber pembayaran pinjaman kepada bank sudah tidak ada lagi.

2. Faktor dari kreditur

Berbagai ketentuan perundang-undangan yang menjadi koridor bagi bank dalam melakukan kegiatan usaha penyaluran dana. Seperti ketentuan mengenai batas maksimum pemberian kredit atau BMPK, rasio pemberian kredit dilihat dari nilai jaminan yang diberikan dan berbagai aturan lainnya. Namun kadang kala petugas dan pengambil keputusan pemberian kredit tidak memperhatikan hal tersebut, dimana untuk mengejar target, bank sangat agresif untuk menyalurkan dananya tanpa mempertimbangkan faktor risiko yang dapat muncul sewaktu-waktu. Dalam hal pengambilan keputusan pemberian kredit juga bisa menjadi penyebab kredit mejadi bermasalah seperti karena pemilik perusahaan terlalu ikut campur tangan dalam pemberian kredit. Biasanya dalam hal ini pengurus perusahaan mendapat tekanan dari pemilik untuk memberi persetujuan terhadap kredit yang diajukan calon debitur, dengan mengabaikan aturan-aturan yang ada.

Hal lain yang bisa terjadi juga karena adanya itikad tidak baik dari pejabat atau karyawan dalam bank sendiri, yang dengan sengaja melakukan hal-hal yang bisa merugikan bank seperti menerima suap, korupsi, kolusi dan lain-lain. Penatausahaan dokumen kredit yang tidak baik serta tidak dilakukannya pemantauan atas setiap kredit yang diberikan kepada debitur, juga bisa menyebabkan kredit menjadi bermasalah.

Dari uraian di atas, bahwa setiap kredit diberikan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada, dan tetap dilakukan monitor dalam penggunaannya. Pola kerjasama antara kreditur dan debitur dalam pengelolaan dana pinjaman hendaknya dibina sebaik mungkin guna memudahkan pihak bank dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya kredit macet.

Selain hal di atas berikut ini dapat dilihat penyebab-penyebab kredit bermasalah dari sisi kreditur. Menurut Siswanto Sutojo, ada dua puluh faktor intern bank penyebab kredit bermasalah, yaitu : 58

a. Taksasi nilai jaminan yang lebih tinggi dari nilai sebenarnya.

b. Penarikan dana kredit oleh debitur sebelum dokumentasi kredit diselesaikan. c. Kredit diberikan tanpa pendapat dan saran dari komite kredit atau diusulkan

oleh petugas bank yang mempunyai hubungan persahabatan dengan debitur. d. Kredit diberikan kepada perusahaan baru yang dikelola pengusaha yang belum

berpengalaman.

58

Siswanto Sutojo, The Management of Commercial Bank, Cetakan kesatu, (Jakarta:Damar Mulia Pustaka, 2007), hal 77.

e. Penambahan kredit tanpa jaminan yang cukup.

f. Berulangkali bank menigirimkan surat teguran tentang penunggakan pembayaran bunga, tanpa tindakan lanjutan yang berarti.

g. Bank jarang mengadakan analisis cash flows dan daya cicil debitur. h. Account officer tidak sering meneliti status kredit.

i. Tidak ada usaha bank untuk mengawasi penggunaan kredit, sehingga timbul kemungkinan debitur menggunakannya secara tidak sesuai dengan ketentuan perjanjian kredit.

j. Komunikasi antara bank dengan debitur tidak berjalan lancar.

k. Tidak ada rencana dan jadwal pembayaran kembali kredit yang tegas, atau tidak dilampirkan pada perjanjian kredit.

l. Bank tidak dapat menerima neraca dan daftar laba/rugi debitur secara teratur. m. Tidak dapat merealisir jaminan kredit karena debitur mengajukan berbagai

macam argumen yuridis.

n. Bank gagal menerapkan sistem dan prosedur tertulis mereka.

o. Pimpinan puncak bank terlalu dominan dalam proses pengambilan keputusan pemberian kredit.

p. Bank mengabaikan terjadinya cerukan, walaupun sadar bahwa cerukan adalah salah satu tanda terganggunya kondisi keuangan debitur.

q. Bank tidak berhasil meninjau kondisi fasilitas produksi milik debitur.

r. Daftar keuangan dan dokumen pendukung ayng diserahkan kepada bank, telah direkayasa sebelumnya, tidak diaudit atau diverifikasi.

s. Bank tidak memperhatikan laporan dari pihak ketiga yang bernada kurang mengutungkan debitur.

t. Bank tidak berhasil menguasai jaminan secepatnya, ketika mereka mencium tanda- tanda bahwa kredit yang diberikan berkembang ke arah kredit bermasalah. 3. Faktor Dari Luar Debitor dan Kreditor (Ekstern)

Kredit macet bisa terjadi karena faktor diluar dari pihak debitur maupun kreditur. Faktor eksternal ini misalnya karena terjadinya krisis moneter, kerusuhan massal, terjadinya bencana seperti gempa bumi, banjir, kebakaran dan kejadian-kejadian lainnya. Pengaruh kondisi ekonomi global juga bisa berdampak terhadap perputaran perekonomian dalam negeri, seperti naiknya harga minyak dunia yang berimbas kepada mandeknya kegiatan usaha para pengusaha sehingga keadaan perekonomian menjadi lesu karena menurunnya daya beli masyarakat atau konsumen.59

Dalam kegiatan perbankan, jarang sekali suatu kredit macet disebabkan oleh karena faktor dari pihak kreditur. Namun jika hal ini terjadi, sebenarnya Kejadian-kejadian di atas secara langsung berpengaruh terhadap kelangsungan usaha debitur. Suatu perusahaan industri misalnya akan menurun produksinya apabila permintaan atas hasil produksi berkurang. Dengan penurunan omset berarti juga penurunan terhadap profit perusahaan. Akibatnya, kemampuan debitur dalam melakukan pembayaran kewajibannya pada bank berkurang atau tidak mampu sama sekali dan kredit menjadi macet.

59Asuransi Kredit,

debitur dapat menuntut pihak bank yang melakukan wanprestasi. Yang lebih banyak terjadi adalah kredit menjadi macet disebabkan oleh faktor yang datangnya dari diri debitur. Selain itu bisa juga terjadi karena faktor diluar para pihak. Namun dalam praktik jika hal ini terjadi, pihak bank tetap menuntut agar debitur memenuhi kewajibannya, apakah itu dengan cara pelunasan melalui pembayaran atau pelunasan dengan cara menjual agunan kredit.

Terjadinya kredit macet yang dilakukan oleh debitur yang mayoritas menggunakan fasilitas KUR mikro sebagai modal kerja ini dari hasil wawancara dan pengamatan penulis dapat disimpulkan dikarenakan berbagai faktor, yaitu :60

a. Kurang telitinya mantri dalam melakukan survey atau peninjauan dan menganalisis kredit

1. Faktor yang datang dari nasabah debitur

a. Usaha yang dijalankan debitur mengalami kemunduran b. Sikap dari debitur sendiri yang kurang kooperatif

c. Adanya prioritas lain yang mendesak menyebabkan debitur menunggak melakukan pembayaran.

2. Faktor yang datang dari pihak kreditur

b. Pengawasan kredit yang kurang

Oleh karena kredit usaha rakyat merupakan program pemerintah dan merupakan kerjasama antara bank pelaksana dengan perusahaan penjaminan maka langkah yang diambil oleh BTN Cabang Medan dalam hal terjadi kredit macet adalah mengajukan klaim kepada PT. Jasindo dan Perusahaan Sarana

60 Asuransi Kredit

Pengembangan Usaha sebagai pihak penjamin dari Pemerintah untuk penjaminan sebesar 70 % dari plafon, sedangkan 30% nya ditutup oleh BTN Cabang Medan.

Bagi pihak BTN Cabang Medan kewajiban yang dimilikinya merupakan hak yang harus diterima oleh debiturnya, begitu pula sebaliknya.

C. Peranan Asuransi Kredit dalam Menanggulangi Kredit Macet pada

Kredit Usaha Kecil

Asuransi kredit, dalam hal ini PT. Jasindo, memiliki peranan yang sangat besar dalam menanggulangi kredit macet pada kredit usaha kecil. Peranan asuransi kredit ini sangat dirasakan oleh berbagai pihak yang terlibat dalam pemberian kredit usaha kecil, antara lain:

1. Bagi Perbankan

a. Transaksi yang tidak bankable menjadi bankable.

Transaksi yang tidak bankable karena tidak memenuhi persyaratan

collateral akan tetapi feasible dapat dibantu dengan adanya asuransi kredit

dari Perusahaan Asuransi . Asuransi atau penjaminan kredit dari pihak Asuransi dapat menggantikan sebagian collateral yang diperlukan perbankan dalam mendukung pemberian kredit kepada sektor riil. Untuk transaksi non-cash loan khususnya, tergantung kepada penilaian risiko berdasarkan risks assessment pihak Asuransi yang juga mempertimbangkan risks analysis dari bank, pihak Asuransi dapat memberikan:

1) Pertanggungan 70% sampai 100% dari nilai non-cash loan yang diberikan oleh bank;

2) Persyaratan collateral yang lebih ringan bagi nasabah (misalnya

cashcollateral 20% sampai dengan 40%, ditambah fixed assets atau

fiducia atas stock).

b. Mengurangi risks premium sehingga lending rate dapat lebih kompetitif Risiko kredit yang dialihkan kepada perusahaan asuransi dapat diperhitungkan sebagai penurunan unsur risiko dalam pricing suku bunga (mengurangi risks premium).

c. Pengurangan bobot ATMR 50%

Bobot ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Risiko) atas kredit yang diasuransikan atau dijaminkan kepada perusahaan asuransi di bidang asuransi dan penjaminan kredit dihitung sebesar 50% (lima puluh persen), sehingga semakin besar kredit yang diasuransikan atau dijaminkan ke

Dokumen terkait