• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGATURAN HUKUM ASURANSI KREDIT TERHADAP USAHA KECIL

B. Pemberian Kredit Usaha Kecil

Dalam rangka perkembangan era globalisasi dewasa ini yang diikuti dengan percepatan arus teknologi dan informasi terutama di bidang ekonomi seperti dewasa ini masyarakat tidak akan maju bilamana tidak berhubungan dengan kredit. Kredit merupakan kesanggupan akan meminjam uang atau kesanggupan akan mengadakan transaksi dagang atau memperoleh penyerahan barang atau jasa, dengan perjanjian akan membayarnya kelak.36

Elemen dari kredit adalah adanya dua pihak kesepakatan pinjam-meminjam, kepercayaan, prestasi, imbalan dan jangka waktu tertentu. Kredit dalam pengertian lain dapat berarti percaya atau kepercayaan.37 Tetapi dalam hukum kredit berlaku ketentuan bahwa untuk bisa percaya, sehingga kepadanya dapat diberikan kredit, maka terlebih dahulu calon debitur harus dicurigai setengah mati. Hal ini sangat beralasan, sebab kata kredit itu sendiri berasal dari bahasa latin “creditus” yang merupakan bentuk past participle dari kata credere, yang berarti to trust. Kata trust itu sendiri berarti kepercayaan.38

36 Munir Fuady, Hukum Perkreditan Komtemporer, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996), hal. 5.

Pengertian kredit menurut UU Perbankan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

37 Asuransi Kredit

10 Februari 2011.

38 Rivai Hadiwidjadja dan Wirasasmita, Analis Kredit, (Bandung : Pionir Jaya,1997), hal 12.

Menurut HMA Savelberg kredit mempunyai arti antara lain:39

1. Sebagai dasar dari setiap perikatan (verbintenis) dimana seseorang berhak menuntut sesuatu dari orang lain.

2. Sebagai jaminan, dimana seseorang menyerahkan sesuatu kepada orang lain dengan tujuan untuk memperoleh kembali apa yang diserahkan itu (commodatus, depositus regulare, pignus).

JA Levy merumuskan arti kredit yaitu menyerahkan secara sukarela sejumlah uang untuk dipergunakan secara bebas oleh penerima kredit. Penerima kredit berhak mempergunakan pinjaman itu untuk keuntungannya dengan kewajiban mengembalikan jumlah pinjaman itu dibelakang hari.40

Namun demikian, menurut R. Subekti, menyatakan bahwa kata persetujuan dan kata perjanjian adalah dua kata yang mempunyai makna yang

Dalam pemberian kredit ini para pihak juga dikuasai oleh lapangan hukum perbankan yaitu UU Perbankan, menjadi lebih tidak tegas dalam mengambil sikap terkait dengan kedudukan jaminan. Dalam Pasal 6 UU Perbankan disebutkan bahwa salah satu kegiatan usaha bank antara lain memberikan kredit.

Selanjutnya menurut Surat Edaran BI No. 26/1/UKK/1993 perihal Kredit Usaha Kecil, dalam persetujuan membuka kredit, kedua belah pihak dikuasai oleh lapangan hukum perikatan sebagaimana diatur dalam KUHPerdata.

Sebagaimana diketahui bahwa salah satu yang dapat melahirkan perikatan adalah perjanjian. Perumusan perjanjian tidak dijumpai dalam Undang-undang yang ada hanyalah kata persetujuan yang disebutkan Pasal 1313 KUHPerdata.

39 HMA Savelberg, Dasar Perkreditan Perbankan, Edisi Keempat, (Jakarta : Penerbit Gramedia Pustaka Utama,1991), hal 9.

sama.41 Prof. Mariam Darus B. Zaman secara implicit mengemukakan bahwa rumusan persetujuan dalam Pasal 1313 KUHPerdata adalah rumusan perjanjian.42

Umumnya perjanjian tidak terikat pada suatu bentuk tertentu, jadi dapat dibuat secara lisan dan andaikata dibuat secara tertulis maka ini bersifat sebagai alat bukti. Dalam perkembangannya, perjanjian bukan lagi sebagai perbuatan hukum melainkan merupakan hubungan hukum (rechtsverhouding). Pandangan ini dikemukakan oleh van Dunne yang mengatakan bahwa perjanjian adalah perbuatan hukum merupakan teori klasik, atau teori konvensional.

Dengan demikian, berdasarkan kedua pendapat sarjana diatas maka pengertian perjanjian itu dapat dibaca dalam Pasal 1313 KUHPerdata yang mempergunakan istilah persetujuan yang berbunyi :

“Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu satu orang atau lebih.”

43

41

R. Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: PT. Intermasa, 1979), hal. 1.

42 Mariam Darus B. Zaman, KUHPerdata Buku III Hukum Perikatan Dengan

Penjelasannya, (Bandung: Alumni, 1997), hal. 89.

43 Dasar-Dasar Hukum Pemberian Kredit Usaha Kecil, http://www.google.com, diakses tanggal 7 Februari 2011 .

Selama ini memahami arti perjanjian (communis opinio doctorum) adalah satu perbuatan hukum yang bersisi dua (een tweezijdige rechtshandeling) yaitu perbuatan penawaran (aanbod, offer), dan penerimaan (aanvaarding, acceptance). Seharusnya perjanjian adalah dua perbuatan hukum yang masing-masing bersisi satu (twee eenzijdige rechthandeling) yaitu penawaran dan penerimaan yang didasarkan kepada kata sepakat antara dua orang atau lebih yang saling berhubungan untuk menimbulkan akibat hukum (rechtsgevolg).

Konsep ini melahirkan arti perjanjian adalah hubungan hukum. Inilah alasan hukum (legal reasoning) yang dipergunakan mengapa esensi perjanjian yang dimaksudkan adalah sebagai hubungan hukum antara nasabah dengan debitur. Agar suatu perjanjian sah menurut hukum diperlukan 4 (empat) persyaratan sebagaimana yang dicantumkan dalam Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan; 3. Suatu hal tertentu; dan

4. Suatu sebab yang halal.

Persyaratan yang demikian juga dikenal dalam setiap sistem hukum, misalnya Inggris, Perancis, dan Jerman. Syarat kedua adalah kecakapan para pihak yang membuat perjanjian. Kecakapan para pihak merupakan syarat umum untuk melakukan suatu perbuatan hukum yang sah.

Setiap perbuatan hukum selalu merupakan akibat hukum. Demikian juga halnya dengan perbuatan suatu perjanjian sebagai suatu perbuatan akan menimbulkan akibat. Akibat mana diatur oleh Hukum Perjanjian.

Menurut pasal 1338 KUHPerdata ayat 1 menentukan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Secara sah maksudnya berarti memenuhi syarat yang ditentukan Pasal 1320 KUHPerdata. Di dalam Pasal 1338 ayat 2 dikatakan persetujuan-persetujuan tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua

belah pihak atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu, persetujuan-persetujuan dilaksanakan dengan itikad baik.

Dengan demikian, sesungguhnya kata kredit sudah berkembang kemana-mana terutama dalam kehidupan sehari-hari masyarakat secara luas, akan tetapi dalam tahap apapun dan kemanapun arah perkembangannya, dalam setiap kata kredit tetap mengandung unsur “kepercayaan”. Walaupun sebenarnya kredit itu tidak hanya sekedar kepercayaan.

Dari pengertian kredit sebagaimana yang telah disebutkan diatas dapat dilihat bahwa dalam suatu perjanjian kredit terdapat beberapa unsur, antara lain:44 1. Adanya kesepakatan atau perjanjian antara pihak kreditur dengan debitur yang

disebut sebagai perjanjian kredit.

2. Adanya para pihak yaitu pihak kreditur sebagai pihak yang memberikan pinjaman seprti bank dan pihak debitur yang merupakan pihak yang membutuhkan uang pinjaman/barang atau jasa.

3. Adanya unsur kepercayaan dan kreditur bahwa pihak debitur mau dan mampu membayar/cicilan kreditnya.

4. Adanya kesanggupan dan janji membayar hutang dari pihak debitur.

5. Adanya pemberian sejumlah uang/barang/jasa oleh pihak kreditur kepada pihak debitur.

6. Adanya pembayaran kembali sejumlah uang/barang atau jasa oleh pihak debitur kepada kreditur, disertai dengan pemberian imbalan/bunga atau pembagian keuntungan.

44 D. Ganda Prawira, Perkembangan Hukum Perkreditan Nasional dan Internasional, (Jakarta: BPHN, 1992)

7. Adanya perbedaan waktu antara pemberian kredit oleh kreditur dengan pengembalian kredit oleh debitur.

8. Adanya resiko tertentu yang diakibatkan karena adanya perbedaan waktu tadi. Semakin jauh tenggang waktu pengembalian, semakin besar pula resiko tidak terlaksananya pembayaran kembali suatu kredit.

Demikian kiranya pengertian kredit khususnya dalam kaitannya dengan dunia perbankan. Melihat sifatnya yang demikian, maka pemberian suatu kredit oleh bank kepada debitur dilakukan dalam suatu perjanjian, yang lazim perjanjian demikian disebut sebagai perjanjian kredit perbankan.

Sebagai lembaga pemberian kredit, maka kebijaksanaan yang ditempuh bank sangat erat kaitannya dengan line of business bank tersebut, bentuk dan sifat kredit yang dapat diberikan, pengaturan rencana kredit, pengorganisasian kredit, pengaturan tata cara dan prosedur pemberian kredit, pengaturan wewenang kredit.45

Kredit yang diberikan oleh bank pemerintah atau bank swasta kepada dunia usaha untuk ikut membiayai sebagian kebutuhan permodalan dan atau Fasilitas kredit kepada usaha kecil atau mikro, diatur dan dimiliki ketentuan serta prosedur yang berbeda, yang secara mudah dapat dilihat dari nama

skim fasilitas kredit yang akan diberikan. Oleh karena itu, sekalipun fasilitas kredit

diperuntukkan kepada usaha kecil dan atau mikro, tetapi prosedur dan tata cara pemberiannya berbeda antara kebijakan yang satu dengan yang lain.

45 Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank, Edisi kedua, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1993), hal. 210.

kredit dari bank kepada individu untuk membiayai pembelian kebutuhan hidup yang berupa barang maupun jasa.

Pemberian kredit merupakan kegiatan utama bank yang mengandung risiko yang dapat berpengaruh pada kesehatan dan kelangsungan usaha bank. Namun mengingat sebagai lembaga intermediasi, sebagian besar dana bank berasal dari dana masyarakat, maka pemberian kredit perbankan banyak dibatasi oleh ketentuan undang-undang dan ketentuan Bank Indonesia. Sebagaimana telah dikemukakan, bank dalam melakukan kegiatan usaha terutama dengan menggunakan dana masyarakat yang dipercayakan kepada bank. Pemberian kredit merupakan kegiatan utama bank yang mengandung risiko yang dapat berpengaruh pada kesehatan dan kelangsungan usaha bank, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus berpegang pada asas-asas perkreditan yang sehat guna melindungi dan memelihara kepentingan dan kepercayaan masyarakat.

Agar pemberian kredit dapat dilaksanakan secara konsisten dan berdasarkan asas-asas perkreditan yang sehat, maka diperlukan suatu kebijakan perkreditan yang tertulis. Berkenaan dengan hal tersebut, Bank Indonesia telah menetapkan ketentuan mengenai kewajiban bank umum untuk memiliki dan melaksanakan kebijakan perkreditan bank berdasarkan pedoman penyusunan kebijakan perkreditan bank dalam SK Dir BI No. 27/162/KEP/DIR tanggal 31 Maret 1995.

Pada prosedur pemberian kredit diatur melalui dijabarkan oleh Bank Indonesia dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 7/3/PBI/2005 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum. Berdasarkan PBI tersebut, BMPK

adalah persentase maksimum penyediaan dana yang diperkenankan terhadap modal bank.

Dari berbagai kajian kredit usaha kecil di Indonesia permasalahan pertimbangan pemberian kredit usaha kecil yang dihadapi antara lain meliputi: akses pasar, pembiayaan usaha, rendahnya kemampuan teknik produksi dan kontrol kualitas, manajemen secara umum, dan lain-lain. Berbagai permasalahan di atas, pada kenyataannya saling terkait dan berinteraksi satu sama lain. Pemahaman secara mikro / kondisi internal kredit yang lebih mendalam diperlukan pihak pembina agar pembinaan tidak hanya terfokus pada satu sisi saja misalnya upaya penyaluran modal kerja atau modal investasi namun juga harus diperhitungkan aspek yang lain misalnya: luas dan daya serap pasar untuk produk kredit, kemampuan manajerial pengusaha, kemudahan memperoleh bahan baku dan bahan penolong serta substitusinya, desain produk serta kualitasnya dan lain-lain. Tanpa memperhatikan serta melakukan pembinaan terhadap berbagai faktor yang saling terkait di atas pengalaman telah membuktikan hanya kegagalan yang akan terjadi. Pembinaan yang hanya menekankan penyediaan pembiayaan usaha saja akan menemui kegagalan, termasuk pengalaman kegagalan yang dialami sektor perbankan kita dalam membina kredit pada masa lalu.

Adapun prosedur pemberian kredit usaha kecil di Bank BTN, yakni : 1. Permohonan kredit

2. Berkas permohonan kredit 3. Pencatatan

Setiap surat permohonan kredit yang diterima harus dicatat dalam register khusus yang disediakan.

4. Kelengkapan dan berkas permohonan.

Permohonan dinyatakan lengkap bila telah memenuhi persyaratan yang ditentukan untuk pengajuan permohonan menurut jenis kreditnya. Selama permohonan kredit sedang diproses, maka berkas permohonan harus dipelihara dalam berkas permohonan.

5. Formulir daftar isian permohonan kredit

Untuk memudahkan bank memperoleh data yang diperlukan, bank mempergunakan daftar isian permohonan kredit yang harus diisi oleh nasabah, formulir neraca, daftar rugi/laba.

6. Penyidikan dan Analisa Kredit

Penyidikan (investigasi) kredit adalah pekerjaan yang meliputi: a. Wawancara dengan pemohon kredit atau debitur.

b. Pengumpulan data yang berhubungan denagn permohonan kredit yang diajukan, baik data ekstren/intern. Termasuk informasi antar bank dan pemeriksaan pada daftar hitam dan daftar kredit macet.

c. Pemeriksaan/ penyidikan atas kebenaran dan kewajiban mengenai hal-hal yang dikemukakan nasabah dan informasi lainnya yang diperoleh. d. Penyusunan laporan seperlunya mengenai hasil penyidikan yang telah

dilaksanakan.

7. Keputusan atas permohonan kredit 8. Persetujuan permohonan kredit

Jika seseorang ingin memperoleh fasilitas kredit kecil maka seseorang tersebut harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut, antara lain :46

1. Mempunyai Kartu Tanda Penduduk.

2. Mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), kecuali tidak dipersyaratkan harus mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sesuai yang diatur dalam SE No. 064/DIR/BPK-KI/SE/96.

3. Pemohon harus menyediakan pembiayaan tersendiri sebesar minimum 20% dari proyek yang dibiayai dan apabila kredit tersebut digunakan untuk membeli/ pembangunan/ investasi harus disetorkan kepada Bank ke rekening hutang atas nama pemohon yag bersangkutan. Kecuali apabila pada proyek / bangunan psikis yang akan dibiayai telah tertanam dana sendiri termohon yang bersangkutan minimum 20% dari nilai proyek / bangunan psikis tersebut.

4. Bagi pemohon kredit dalam bentuk badan usaha / usaha perseorangan diwajibkan memiliki legalitas usaha (Surat Izin Usaha Perdagangan, Tanda Daftar Kredit, dan lainnya). Permohonan dinyatakan lengkap bila telah memenuhi persyaratan yang ditentukan untuk pengajuan permohonan menurut jenis kreditnya. Selama permohonan kredit sedang diproses, maka berkas permohonan harus dipelihara dalam berkas permohonan.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi seseorang untuk memperoleh fasilitas kredit di atas bersifat mutlak, maksudnya adalah syarat-syarat tersebut harus

46 Edy Putra Aman, Kredit Perbankan: Suatu TInjauan Yuridis, (Yogyakarta : Liberty, 1993), hal 30.

dipenuhi seluruhnya. Apabila salah satu syarat saja tidak dipenuhi oleh pemohon, maka aplikasi permohonan kreditnya tidak akan dilanjutkan ke tahap berikutnya.

Dalam praktek pemberian kredit, sebelum calon nasabah mengajukan permohonan kredit maka calon nasabah diharuskan untuk membuka rekening giro. Syarat-syarat membuka rekening giro yaitu 47

1. Perorangan.

:

a. Kartu Tanda Penduduk (KTP), b.Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), c. Pasfoto.

2. Badan Usaha.

a. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), b. Tanda Daftar Perusahaan (TDP), c. Surat Izin Tempat Usaha (SITU), d. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), e. Kartu Tanda Penduduk (KTP), f. Pasfoto.

Setelah membuka rekening, maka tahap selannjutnya adalah pengajuan permohonan kredit. Dalam mengajukan permohonan kredit, calon nasabah harus melengkapi berkas permohonannya dengan melampirkan dokumen-dokumen lain yaitu48

47 Hakim Nusantara, Identitas Hukum Perkreditan di Indonesia dalam Prospektif Sejajar, (Yogyakarta : UII, 1998), hal 29.

48 John Salinde, Sistem Jaminan Kredit dalam Era Pembangunan Hukum, (Ujung Pandang : Sinar Grafika, 1993), hal 49.

1. Untuk perorangan.

a. Proposal dari kegiatan usaha yang kan dibiayai (kalau ada),

b. Benda agunan yang dimiliki baik benda bergerak maupun benda tidak bergerak,

c. Izin Usaha,

d. Laporan Keuangan. 2. Untuk Badan Usaha.

a. Legalitas atau izin usaha seperti surat izin usaha perdagangan (SIUP), tanda daftar perusahaan (TDP), surat izin tempat usaha (SITU), dan nomor pokok wajib pajak (NPWP),

b. Benda agunan yang dimiliki, c. Proposal kegiatan Usaha kalau ada, d. Laporan keuangan perusahaan.

Setelah permohonan diajukan dan dokumen-dokumen yang diperlukan telah dilengkapi, kemudian bank akan memeriksa dokumen-dokumen tersebut secara administratif berupa keabsahan surat izin usaha yang dilampirkan serta dengan mewawancarai pemohon kredit.

Untuk menghindari kekeliruan yang dapat menimbulkan masalah dikemudian hari maka atas setiap permohonan kredit diperiksa dengan teliti megenai kelengkapan, kebenaran, segi hukum dan data-data dan dokumen-dokumen yang diserahkan.

Setiap permohonan Kredit Usaha Kecil terdiri atas :

2. Pengumpulan data yang berhubungan dengan permohonan Kredit Usaha Kecil yang diajukan oleh nasabah, baik dari internal bank yang harus lengkap diisi oleh calon nasabah, Setiap keputusan permohonan kredit harus memperhatikan penilaian syarta-syarat umum yang pada dasarnya tercantum dalam laporan pemeriksaan kredit dan analis kredit, bahan pertimbangan atau informasi lainnya yang diperoleh pejabat pengambil keputusan, harus dibubuhkan secara tertulis (disposisi).

3. Daftar lampiran lainnya yang diperlukan misalnya, perjanjian penyerahan jaminan dan pemberian kuasa.

Permohonan dinyatakan lengkap apabila telah memenuhi syarat-syarat yang yang diajukan dan selama permohonan Kredit Usaha Kecil dalam proses, maka berkas permohonan akan disimpan dan selanjutnya dilakukan penyidikan dan analisa pemberian kredit.49

1. Wawancara dengan pemohonan kredit,

Yang dimaksud dengan penyidikan kredit (investasi) adalah pekerjaan yang meliputi :

2. Pengumpulan data yang berhubungan dengan permohonan Kredit Usaha Kecil yang diajukan oleh nasabah, baik dari intern Bank maupun data ekstern Bank, 3. Pemeriksaan atau penyidikan atas kebenaran dan kewajiban mengenai hal-hal

yang dukemukakan nasabah dan informasi yang diperolehnya.

4. Penyusunan laporan seperlunya mengenai hasil penyidikan yang telah dilaksanakan.

Analisa merupakan pekerjaan yang meliputi :

49 Siswanto Sutoyo, Menangani Kredit Bermasalah: Konsep, Teknik dan Kasus, (Jakarta : PT. Pustaka Binamar Presindo, 1998), hal 70.

1. Persiapan pekerjaan-pekerjaan dari segala aspek, baik keuangan maupun non keuangan, untuk mengetahui untuk dapat atau tidaknya dipertimbangkan suatu permohonan Kredit Usaha Kecil,

2. Menyusun laporan analisa yang diperlukan yang berisi penguraian dan kesimpulan serta perjanjian alternatif sebagai pertimbangan untuk pengambilan keputusan oleh pimpinan dari permohonan Kredit Usaha Kecil.

C. Syarat-Syarat Pemberian Asuransi Kredit

Pemberian kredit merupakan aktivitas bank yang paling utama dalam menghasilkan keuntungan, tetapi resiko terbesar bank juga bersumber dari pemberian kredit. Oleh karena itu bank harus terlebih dahulu melakukan beberapa tahapan sebelum terjadi pemberian kredit kepada debitur. Hal ini juga akan mempengaruhi pada tingkat rendahnya rentabilitas bank. Maka dari itu untuk mencapai tingkat rentabilitas yang tinggi diperlukan pengelolaan elemen-elemen keuangan termasuk diantaranya pemberian kredit secara baik.

Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan maka bank harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali (terlunasi) keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian asuransi kredit. Didalam melakukan penilaian, kriteria-kriteria serta aspek tetap sama. Biasanya kriteria penilaian yang harus dilakukan sudah menjadi standar setiap bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan, yaitu dilakukan dengan syarat-syarat pemberian asuransi kredit.

Pemberian asuransi kredit kepada orang atau perusahaan yang memerlukannya harus mempertimbangkan hal-hal yang dikenal dengan istilah 5C. 1. Character

Karakter (character) adalah sifat dan tingkah laku pemohon dalam kehidupan berusaha. Pemberi asuransi kredit perlu meneliti kebiasaan dan kepribadian pemohon. Dalam kata lain, pemohon dipercaya dapat memenuhi kewajibannya. 2. Capability

Kemampuan (capability) pemohon dalam membayar premi tepat waktu harus diperhatikan oleh pemberi asuransi kredit dengan memperhatikan jenis usaha dan kemampuan memperoleh laba (diukur dari laporan keuangan).

3. Capital

Modal (capital) yang dimiliki perusahaan yang berasal dari pinjaman bank yang diasuransikan dapat mendorong perkembangan usaha. Oleh karena itu asuransi kredit secara tidak langsung berfungsi meningkatkan usaha.

4. Collateral

Jaminan (collateral) adalah harta tetap atau surat-surat berharga yang dapat digunakan untuk menjamin kredit yang diasuransikan.

5. Condition of Economic

Kondisi ekonomi (condition of economic) yang akan datang harus menggambarkan keadaan yang cerah, misalnya tingkat inflasi yang terkendali sehingga nilai uang sekarang tidak berbeda jauh dengan nilai uang pada masa yang akan datang.

Kriteria kredit yang dapat dijamin pada asuransi kredit adalah kredit yang diberikan:50

1. Adanya perjanjian kerja sama atau surat kesepakatan bersama antara PT. Jasindo Cabang Medan sebagai penanggung dan bank umum atau lembaga pembiayaan keuangan sebagai tertanggung menjadi dasar hukum pemberian asuransi kredit oleh PT. Jasindo Cabang Medan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari wanprestasi di kemudian hari oleh salah satu pihak, terutama oleh pihak Tertanggung.

1. Berdasarkan norma-norma perkreditan yang sehat, wajar, dan berlaku umum. 2. Sesuai dengan manual pemberian kredit yang sesuai Surat Edaran Bank

Indonesia.

3. Kepada debitur yang memiliki izin usaha yang ditentukan oleh pihak berwenang dan tidak bertentangan dengan hukum.

4. Kepada debitur yang sedang tidak dalam proses kepailitan atau telah dinyatakan pailit atau bubar demi hukum.

5. Kepada debitur yang tidak memiliki tunggakan kredit yang digolongkan kualitas kredit meragukan.

Adanya persyaratan berupa dokumen-dokumen tersebut diperlukan oleh PT. Jasindo Cabang Medan sebagai dasar pertimbangan pemberian asuransi kredit, antara lain :

50 Asuransi Kredit

2. Manual pemberian kredit yang diterbitkan oleh bank umum atau lembaga pembiayaan keuangan tersebut diperlukan oleh PT. Jasindo Cabang Medan untuk mengetahui proses pemberian kredit, terutama kredit usaha kecil, di bank umum atau lembaga pembiayaan keuangan tersebut. Dengan ini PT. Jasindo dapat mempertimbangkan, apakah bank umum atau lembaga pembiayaan keuangan tersebut menjalankan prosedur yang benar dalam menyalurkan kredit kepada usaha kecil.

3. Akte perusahaan debitur, company profile debitur, dan/atau laporan keuangan debitur 3 (tiga) tahun terakhir diperlukan agar PT. Jasindo dapat mengetahui kemampuan debitur bank dalam mengembalikan kredit yang dipinjamnya dari bank selaku pihak yang ditanggung oleh PT. Jasindo Cabang Medan. Sifat kumulatif dan alternatif dari persyaratan dokumen ini ditujukan untuk mempermudah usaha kecil untuk memperoleh kredit dari pihak Bank yang ditanggung oleh PT. Jasindo Cabang Medan.

4. Copy atau tembusan permohonan kredit dari debitur ke bank umum atau lembaga pembiayaan dam memorandum persetujuan kredit dari bank umum atau lembaga pembiayaan ke debitur diperlukan oleh PT. Jasindo Cabang Medan untuk memastikan bahwa perjanjian kredit yang diasuransikan kepadanya adalah perjanjian kredit yang benar-benar ada, dan bukan rekayasa dari pihak tertanggung.

Pertimbangan-pertimbangan di atas diperlukan oleh PT. Jasindo Cabang Medan untuk menghindari hambatan-hambatan atau kemungkinan buruk yang mungkin terjadi. Apabila terdapat kriteria atau persyaratan dokumen di atas yang

tidak dipenuhi oleh bank umum atau lembaga pembiayaan, maka PT. Jasindo Cabang Medan tidak akan melanjutkan proses pemberian asuransi kredit.

D. Hambatan dalam Pemberian Asuransi Kredit

Dokumen terkait