• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hak dan Kewajiban Pewaris

Dalam dokumen HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN (Halaman 51-0)

BAB II PROSEDUR TENTANG PERALIHAN HAK KARENA

A. Tinjauan Umum tentang Pewarisan

3. Hak dan Kewajiban Pewaris

a. Hak Pewaris timbul sebelum terbukanya harta peninggalan. Artinya Pewaris sebelum meninggal dunia berhak menyatakan kehendaknya dalam sebuah testament atau Wasiat. Isi testament atau Wasiat dapat berupa:

1) Esfstelling, yaitu penunjukan satu atau beberapa orang menjadi Ahli Waris untuk mendapatkan sebagian atau seluruh harta peninggalan

71Ibid, hal. 12.

atau orang yang ditunjuk melalui surat Wasiat untuk menerima harta peninggalan Pewaris.72

Dalam hal ini orang yang ditunjuk dinamakan testamentair erfgenaam, yaitu Ahli Waris menurut Wasiat. Adapun menurut Undang-Undang Ahli Waris dimaksud adalah Ahli Waris yang memperoleh segala hak dan kewajiban si peninggal conder algemene titel.73

2) Legaat adalah pemberian hak kepada seseorang atas dasar testament atau Wasiat yang khusus, pemberian ini dapat berupa:74

a) Hak atas satu atau beberapa benda tertentu, b) Hak atas seluruh dari satu macam benda tertentu,

c) Hak vruchgebriuk atas sebagian atau seluruh warisan (Pasal 957 KUH Perdata).

Orang yang menerima legaat dinamakan legataris.R. Subekti menyatakan legaat adalah suatu pemberian kepada seseorang.75

b. Kewajiban Pewaris

Kewajiban si Pewaris adalah pembatasan terhadap haknya yang ditentukan Undang-Undang. Ia harus mengindahkan adanya legitieme portie, yaitu suatu bagian tertentu dari harta peninggalan yang tidak dapat dihapuskan oleh orang yang meninggalkan warisan (Pasal 913 KUH Perdata). Jadi, legitieme portie adalah pembatalan terhadap hak si Pewaris dalam

72H. Zainuddin Ali, op.cit., hal. 24.

73Mohd. Idris Ramulyo, Beberapa Masalah Pelaksanaan Hukum Kewarisan Perdata barat (Burgerlij Wtboek), loc.cit.

74R. Subekti, op.cit., hal. 107

75Mohman Suparman, Hak Waris Perdata, (Jakarta: Sinar Grafika, 2015), hal. 18.

membuat testament atau Wasiat.76 4. Unsur-Unsur Pewarisan

Unsur-unsur Pewarisan yang berlaku secara umum. Unsur-unsur tersebut sebagai berikut:77

1. Adanya harta peninggalan (kekayaan) Pewaris yang disebut warisan.

Definisinya adalah seluruh harta yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal dunia (Pewaris), baik harta tersebut telah dibagi maupun belum.

Berdasarkan tipe kepemilikannya, harta warisan terbagi menjadi tiga jenis:

a. Harta Asal, yaitu semua harta yang dimiliki Pewaris sejak sebelum pernikahan, baik berupa harta peninggalan maupun harta bawaan (Jawa: gawan) yang masih dimiliki saat mengarungi pernikahan hingga wafat.

b. Harta Hibah, yaitu Harta Warisan yang bukan berasal dari hasil kerja sendiri, melainkan harta pemberian orang lain (contohnya adalah tanah pemberian orangtua sebagai hadiah pernikahan).

c. Harta Gono-gini, yaitu seluruh harta yang didapatkan saat dan selama mengarungi bahtera pernikahan.

2. Adanya Pewaris, yaitu orang yang menguasai atau memiliki harta warisan dan mengalihkan atau meneruskannya. Berdasarkan Pasal 830 KUH Perdata, ditetapkan bahwa proses meneruskan atau mengalihkan harta warisan hanya boleh dilakukan ketika Pewaris telah meninggal. Namun pada bagian Hukum Waris Adat tidak berlaku hal demikian.

76Ibid

77NM. Wahyu Kuncaro, Waris Permasalahan dan Solusi, (Jakarta: RAS, 2014), hal. 10.

3. Adanya Ahli Waris. Ahli Waris adalah orang yang menerima pengalihan (penerusan) atau pembagian harta warisan itu. Ahli Waris merupakan unsur vital dalam hal Pewarisan, pada unsur inilah polemik seringkali terjadi.

B. Prosedur Peralihan Hak Karena Pewarisan.

1. Bagan Prosedur Peralihan Hak karena Pewarisan

Peralihan Hak atas tanah atau Hak Milik dibagi menjadi dua bentuk:78 a. Beralih

Berpindahnya Hak atas tanah atau Hak Milik dari pemegang haknya kepada pihak lain karena pemegang haknya meninggal dunia atau melalui Pewarisan.

Boedi Harsono menyatakan bahwa pengertian beralih menunjuk pada berpindahnya Hak Milik kepada pihak lain karena pemiliknya meninggal dunia. Peralihan Hak Milik karena Pewarisan terjadi "karena Hukum", artinya dengan meninggalnya pemilik tanah, maka Ahli Waris memperoleh Hak Miliknya itu menurut Hukum sejak ia meninggal dunia.

Peralihan Hak atas tanah atau Hak Milik ini terjadi karena Hukum, artinya dengan meninggalnya pemegang hak, maka Ahli Warisnya memperoleh Hak atas tanahtersebut atau Hak Milik. Dalam beralih ini, pihak yang memperoleh hak harus memenuhi syarat sebagai pemegang (Subjek) Hak atas tanah atau Hak Milik yang menjadi objek Pewarisan.

b. Dialihkan

Berpindahnya Hak atas tanah atau Hak Milik dari pemegang (Subjek) haknya kepada pihak lain karena suatu perbuatan Hukumyang sengaja dilakukan dengan tujuan agar pihak lain tersebut memperoleh hak tersebut. Perbuatan Hukum tersebut dapat berupa jual beli, tukar-menukar, Hibah, pemasukan dalam modal perusahaan, pemberian dengan Wasiat dan lelang. Dalam dialihkan atau pemindahan hak di sini, pihak yang mengalihkan hak harus berhak dan berwenang memindahkan hak, sedangkan pihak yang menerima harus memenuhi syarat sebagai pihak (Subjek) yang berhak menerima Hak Milik.

Prosedur Peralihan Hak Karena Pewarisan dapat dilihat berdasarkan bagan dibawah ini yaitu :

78Boedi Harsono, op.cit. hal. 128

1. Syarat Formil dan Materil

Pewarisan Hak atas tanah atau Hak Milik tidak hanya terjadi karena ketentuan Undang-Undang melainkan karena adanya surat Wasiat yang dibuat oleh pemegang Hak atas tanah atau Hak Milik oleh karenanya Ahli Waris dalam menerima haknya dapat dengan cara menerima hak terdahulu untuk pendaftaran boedel atau pun menolak warisan tersebut (sesuai Pasal 1023 KUH Perdata).79

Subjek Hukum dalam proses Pewarisan adalah Ahli Waris yaitu orang yang mempunyai hubungan darah diantara Pewaris dan Ahli Waris kecuali untuk hubungan suami atau istri dari Pewaris (Pasal 832 KUHPerdata), dengan ketentuan mereka harus terikat dalam perkawinan ketika Pewaris meninggal dunia, artinya kalau mereka sudah bercerai pada saat Pewaris meninggal dunia

79Urip Santoso, 2010. Pendaftaran dan Peralihan Hak atas tanah, Kencana, Prenada Media Group: Jakarta, hal. 398

Subjek Hukum

Memenuhi Syarat Materil Memenuhi Syarat Formil

Hak

maka suami/istri tersebut bukan merupakan Ahli Waris dari Pewaris

Syarat sahnya Pewarisan Hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun untuk kepentingan pendaftaran peralihan hak ada dua, yaitu:

1. Syarat Materil.80

Ahli Waris harus memenuhi syarat sebagai pemegang (Subjek) hak dari Hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang menjadi objek Pewarisan.

Uraian tentang syarat materil dalam Pewarisan Hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Kalau objek Pewarisan tanah tersebut berupa Hak Milik, maka pihak yang dapat menjadi Ahli Warisnya adalah perseorangan Warga Negara Indonesia. Dasar Hukum adanya peralihan Hak Milik dengan cara Pewarisan dapat dilihat dalam Pasal 20 ayat (2) UUPA yang menyebutkan bahwa Hak Milik dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.

b. Kalau objek Pewarisan tanah tersebut berupa Hak Guna Usaha, maka pihak yang dapat menjadi Ahli Warisnya adalah perseorangan Warga Negara Indonesia. Dasar Hukum adanya peralihan Hak Guna Usaha dengan cara Pewarisan terdapat dalam Pasal 28 ayat (2) UUPA yang menyebutkan bahwa hak Guna Usaha dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain. Selain itu

80Urip Santoso, Pendaftaran dan Peralihan Hak atas tanah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group), hal. 402

pada Pasal 16 ayat (2) huruf e Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 menyebutkan bahwa peralihan Hak Guna Usaha dapat terjadi karena Pewarisan.

c. Kalau objek Pewarisan tanah tersebut berupa Hak Guna Bangunan, maka pihak yang dapat menjadi Ahli Warisnya adalah perseorangan Warga Negara Indonesia. Dasar Hukum adanya peralihan Hak Guna bangunan dengan cara Pewarisan terdapat pada Pasal 35 ayat (3) UUPA yang menyebutkan bahwa Hak Guna Bangunan dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain. Selain itu terdapat pada Pasal 35 ayat (2) huruf e Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 yang menyebutkan bahwa peralihan Hak Guna Bangunan terjadi karena Pewarisan.

d. Kalau objek Pewarisan tanah tersebut berupa Hak Pakai,maka pihak yang dapat menjadi Ahli Warisnya adalah perseorangan Warga Negara Indonesia, perseorangan Warga Negara Asing yang berkedudukan di Indonesia.

Dasar Hukum adanya peralihan Hak Pakai dapat diwariskan dalam Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 Pasal 54 ayat 1 menyebutkan bahwa Hak Pakai atas tanah Negara yang berjangka waktu tertentu dan Hak Pakai atas tanah Hak Pengelolaan dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain. Kemudian dalam Pasal 54 ayat 3 huruf e menyebutkan bahwa peralihan Hak Pakai terjadi karena Pewarisan dan Pasal 54 ayat (8) mensyaratkan bahwa peralihan Hak Pakai atas tanah Negara harus dilakukan dengan izin dari Pejabat yang berwenang.

Selanjutnya dalam Pasal 54 ayat 9 mensyaratkan bahwa pengalihan Hak Pakai atas tanah Hak Pengelolaan harus dilakukan dengan persetujuan tertulis dari pemegang Hak Pengelolaan. Kemudian pada Pasal 54 ayat 10 menyebutkan bahwa pengalihan Hak Pakai atas tanah Hak Milik harus dilakukan dengan persetujuan tertulis dari pemegang Hak Milik yang bersangkutan.

Kalau seseorang yang Warga Negara Indonesia mendapatkan warisan berupa Hak Milik, Hak Guna Usaha, atau Hak Guna Bangunan,Hak kemudian menjadi Warga Negara Asing, maka dalam waktu satu Tahun sejak seseorang tersebut melepaskan kewargaNegaraan Indonesianya wajib melepaskan atau mengalihkan Hak Milik, Hak Guna Usaha, atau Hak Guna Bangunannya kepada pihak lain yang memenuhi syarat sebagai Subjek Hak Milik, Hak Guna Usaha, atau Hak Guna Bangunan. Kalau dalam waktu satu Tahun tidak dilepaskan atau dialihkan kepada pihak lain, maka Hak Milik, Hak Guna Usaha, atau Hak Guna Bangunan tersebut menjadi hapus dan tanahnya kembali menjadi tanah yang dikuasai langsung oleh Negara. Dasar Hukum adanya peralihan Hak Milik atas Rumah Susun dapat diwariskan dapat dilihat pada Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 Pasal 10 menyebutkan bahwa Hak Milik atas Satuan Rumah Susun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) dapat beralih dengan cara Pewarisan atau dengan cara pemindahan hak sesuai dengan ketentuan Hukum yang berlaku. Pemindahan hak sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) dilakukan dengan Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah dan didaftarkan di Kantor Agraria Kabupaten atau Kota Madya yang bersangkutan menurut ketentuan yang berlaku sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Pasal 19.

Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang dapat diwariskan oleh pemegang haknya kepada pihak lain dibangun di atas tanah Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai atas tanah Negara, dan tanah Hak Pengelolaan.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 juga menyinggung tentang Pewarisan dalam Pasal 21 ayat (3) yaitu: orang Asing yang sudah berlakunya Undang-Undang ini memperoleh Hak Milik karena Pewarisan tanpa Wasiat atau percampuran harta karena perkawinan, demikian pula warga Negara Indonesia yang mempunyai Hak Milik dan setelah berlakunya Undang-Undang ini kehilangan kewargaNegaraannya wajib melepaskan hak itu dalam jangka waktu satu Tahun sejak diperolehnya hak tersebut atau hilangnya kewargaNegaraan itu.

Jika sesudah jangka waktu tersebut Hak Milik itu tidak dilepaskan, maka hak tersebut hapus karena Hukum dan tanahnya jatuh pada Negara, dengan ketentuan bahwa hak-hak pihak lain yang membebaninya tetap berlangsung.

2. Syarat Formal

Dalam rangka pendaftaran Peralihan Hak, maka Pewarisan Hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun harus dibuktikan dengan surat keterangan kematian Pewaris dan surat keterangan sebagai Ahli Waris.

Surat Kematian dapat dikeluarkan dari dokter di Rumah Sakit dimana Pewaris meninggal dunia atau dari keterangan meninggal dunia dari kelurahan.

Surat Keterangan Ahli Waris didaftarkan dengan melengkapi dokumen fotocopy Kartu Keluarga, fotocopy Kartu Identitas Penduduk semua Ahli Waris, fotocopy Surat Nikah orang tua dilegalisir oleh KUA setempat (jika yang mengurus anak) dan Surat Kematian dari Kelurahan, dan Surat Pengantar dan Surat Keterangan Waris

bermaterai yang ditanda tangani para Ahli Waris dan diketahui serta ditanda tangani oleh para saksi yaitu ketua Rt/Rw setempat, dengan lengkapnya dokumen diatas maka para Ahli Waris dapat datang ke Kantor Kelurahan ke bagian Pelayanan Umum.

Apabila Surat Keterangan Hak Waris (SKHW) telah selesai selajutnya tinggal menuju Pemerintah Kota untuk mendapatkan fatwa waris yang dikeluarkan oleh Bagian Pemerintah yang berwenang untuk mendapatkan “Penetapan” yang dihasilkan oleh Lembaga Pengadilan.

Jika Ahli Waris non pribumi maka pembuatannya dilakukan di Notaris dengan didahului pengecekan Wasiat ke Pusat Daftar Wasiat di Kemenkumham dan untuk Penetapan Ahli Warisnya maka diajukan ke Pengadilan Agama Islam (sesuai ketentuan Pasal 49 huruf b Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, apabila Ahli Waris berAgama selain Islam maka diajukan ke Pengadilan Negeri (Pasal 833 KUHPerdata).

2. Permohonan Peralihan Hak Karena Pewarisan

Pemohon (Ahli Waris atau

kuasanya)

Ke Kantor Pertanahan

Sertipikat Hak atas tanah

Surat Kematian

Surat Bukti sah sebagai Ahli Waris:

1.Wasiat

2.Putusan Pengadilan 3.Penetapan Hakim

Peralihan Hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun karena Pewarisan dari pemegang hak sebagai Pewaris kepada Ahli Waris secara yuridis terjadi sejak Pewaris meninggal dunia, namun secara administrasi Ahli Waris mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan Pewarisan tersebut kepada Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota setempat untuk dilakukan perubahan nama pemegang hak dari atas nama Pewaris menjadi atas nama Ahli Waris. Maksud pendaftaran peralihan hak karena Pewarisan tersebut adalah dalam rangka memberikan perlindungan Hukum kepada Ahli Waris dan demi tertib administrasi pertanahan agar data fisik dan data yuridis yang disajikan selalu menunjukkan keadaan yang mutakhir. Untuk pendaftaran peralihan hak karena Pewarisan yang diajukan dalam waktu enam bulan sejak tanggal meninggalnya Pewaris, tidak dipungut biaya pendaftaran.81

Ahli Waris secara bersama atau dengan menggunakan kuasa datang ke Kantor Badan Pertanahan Kota Medan memohonkan peralihan hak dari Pewaris ke Ahli Waris dengan membawa semua syarat dokumen yaitu surat tanah atas nama Pewaris, Surat Kematian Pewaris, surat bukti sebagai Ahli Waris82

Permohonan Pendaftaran Peralihan Hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun diajukan oleh Ahli Waris atau kuasanya kepada Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dengan melampirkan:

a. Sertipikat Hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun atas nama Pewaris, atau apabila mengenai tanahyang belum terdaftar,

81Berdasarkan hasil wawancara dengan Kaharudin, Ketua Administrasi BPN Kota Medan pada tangal 17 Juni 2016

82Berdasarkan hasil wawancara dengan Kaharudin, Ketua Administrasi BPN Kota Medan pada tangal 17Juni 2016

bukti pemilikan berupa selain Sertipikat, misalnya petuk pajak bumi, pajak hasil bumi, verponding Indonesia, kutipan letter

b. Surat Kematian atas nama pemegang hak yang tercantum dalam Sertipikat yang bersangkutan dari Kepala Desa/Kelurahan tempat tinggal Pewaris waktu meninggal dunia, rumah sakit, petugas kesehatan, atau instansi yang berwenang;

c. Surat tanda bukti sebagai Ahli Waris yang dapat berupa:

1) Wasiat dari Pewaris, 2) Putusan Pengadilan,

3) Penetapan Hakim/Ketua Pengadilan, atau 4) SKHW atau Surat Keterangan Hak Waris

Berdasarkan Surat Edaran Direktorat Pendaftaran Tanah tanggal 20 Desember 1969 Nomor DPT/12/63/69, yang berhak menerbitkan surat keterangan kewarisan didasarkan pada penggolongan Penduduk di Indonesia, yaitu:

a. Untuk Golongan Penduduk Eropa, surat keterangan kewarisan dibuat oleh Notaris.

b. Untuk Golongan Penduduk asli (bumi putera) surat keterangan kewarisan disaksikan oleh Lurah dan diketahui Camat (Kini dibuat oleh para Ahli Waris dan disahkan oleh Kepala Desa atau Lurah dan diketahui oleh Camat).

c. Untuk Golongan Penduduk Timur Asing Cina, Surat Keterangan kewarisan dibuat oleh Notaris.

d. Untuk Golongan Penduduk Timur Asing lain, surat keterangan kewarisan dibuat oleh Balai Harta Peninggalan.

Untuk keempat Golongan Penduduk di atas dapat juga diganti dengan Keputusan Pengadilan Negeri.83

Apabila yang mengajukan Permohonan Pendaftaran Peralihan Hak bukan

83A.P. Parlindungan I, op.cit., hal. 143-144.

Ahli Waris yang bersangkutan maka harus ada Surat kuasa tertulis dari Ahli Seluruh Ahli Waris.

Apabila pada waktu Permohonan Pendaftaran Peralihan sudah ada putusan Pengadilan atau Penetapan Hakim/Ketua Pengadilan atau pembagian waris, maka Putusan/Penetapan atau Akta tersebut juga dilampirkan pada Permohonan Pendaftaran Peralihan Hak.

Akta mengenai pembagian waris dapat dibuat dengan Akta di bawah tangan oleh semua Ahli Waris dengan disaksikan oleh dua orang saksi atau dengan Akta Notaris.

Apabila Ahli Waris lebih dari satu orang dan belum ada pembagian warisan maka pendaftaran peralihan haknya dilakukan kepada para Ahli Waris sebagai pemilikan bersama, dan pembagian hak selanjutnya dapat dilakukan sesuai dengan Akta Pembagian Warisan.

Apabila Ahli Waris lebih dari satu orang dan pada waktu Pendaftaran Peralihan Haknya disertai dengan Akta Pembagian Waris yang memuat keterangan bahwa Hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun tertentu jatuh kepada satu orang penerima warisan maka Pencatatan Peralihan Haknya dilakukan kepada Penerima Warisan yang bersangkutan berdasarkan Akta Pembagian Warisan tersebut.

Dalam hal Pewarisan disertai dengan Hibah Wasiat, maka:84

a. Jika Hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang diHibahkan sudah tertentu, maka pendaftaran peralihan haknya

84Berdasarkan hasil wawancara dengan Kaharudin, Ketua Administrasi BPN Kota Medan pada tangal 17Juni 2016

dilakukan atas permohonan penerima Hibah dengan melampirkan:

1) Sertipikat Hak atas tanah atau Hak Milik Atas SatuanRumah Susun atas nama Pewaris, atau apabila Hak atas tanah yang diHibahkan belum terdaftar, bukti pemilikan tanah atas nama pemberi Hibah dapat berupa Petuk Pajak Bumi, Pajak Hasil Bumi, Verponding Indonesia,atau Kutipan Letter C;

2) Surat Kematian pemberi Hibah Wasiat dari Kepala Desa/Kelurahan tempat tinggal Pemberi Hibah Wasiat tersebut waktu meninggal dunia dari Rumah Sakit, Petugas Kesehatan, atau instansi lain yang berwenang;

3) a) Putusan Pengadilan atau Penetapan Hakim/Ketua Pengadilan mengenai pembagian harta waris yang memuat penunjukan Hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang bersangkutan sebagaimana telah diHibah Wasiatkan kepada pemohon,

b) Akta PPAT mengenai Hibah yang dilakukan oleh Pelaksana Wasiat atas nama pemberi Hibah Wasiat sebagai pelaksanaan dari Wasiat yang dikuasakan pelaksanaannya kepada Pelaksana Hibah Wasiat tersebut, atau

c) Akta pembagian Warisan yang memuat penunjukan Hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang bersangkutan sebagai telah dihibah Wasiatkan kepada pemohon.

4) Surat Kuasa tertulis dari penerima Hibah apabila yang mengajukan Permohonan Pendaftaran Peralihan Hak bukan Penerima Hibah;

5) Bukti Identitas Penerima Hibah;

6) Bukti pelunasan pembayaran Bea Perolehan Hak atas tanah dan Bangunan (BPHTB) dalam hal bea tersebut terutang; dan

7) Bukti pelunasan pembayaran Pajak Penghasilan (PPh),dalam hal pajak tersebut terutang.

Pemberian Hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun dengan Wasiat dilakukan sewaktu pemegang haknya masih hidup. Hak tersebut baru beralih kepada penerima Hibah setelah pemberi Hibah meninggal dunia. Selama pemberi Hibah belum meninggal dunia, maka apa yang diWasiatkan itu masih dapat ditarik kembali.

b. Jika Hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang diHibahkan belum tertentu, maka Pendaftaran Peralihan Haknya dilakukan kepada para Ahli Waris dan Penerimaan Hibah Wasiat sebagai Harta Bersama.

Persyaratan yang harus dibawa pada saat melakukan Permohonan Peralihan Hak atas tanah dan Satuan Rumah Susun adalah:85

1. Formulir permohonan yang sudah diisi dan ditandatangani Permohon dan kuasanya di atas materai cukup.

2. Surat Kuasa apabila dikuasakan.

3. Fotocopi Identitas Pemohon / Para Ahli Waris (KTP, KK) dan Kuasa apabila dikuasaikan yang telah dicocokkan dengan aslinya oleh petugas loket.

4. Sertipikat Asli.

5. Surat Keterangan Waris sesuai peraturan perUndang-Undangan.

6. Akta Wasiat Notaris (bila ada).

7. Fotocopi (SPPT PBB) Tahun berjalan yang telah dicocokkan dengan aslinya oleh petugas loket.

8. Penyerahan bukti (SBB BPHTB), bukti SSP/PPh untuk perolehan tanah lebih dari 60 juta, bukti bayar uang pemasukan (pada saat pendaftaran hak).

9. Formulir Permohonan terdiri dari:

a. Identitas Diri.

b. Luas, Letak dan Penggunaan Tanah yang dimohon.

c. Pernyataan tidak ada sengketa.

d. Pernyataan telah dikuasai secara fisik.

Setelah Persyaratan dalam Permohonan Pendaftaran Peralihan Hak atas

85Ibid, hal. 407

tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun karena Pewarisan dipenuhi oleh Ahli Waris sebagai pemohon atau kuasanya, maka Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota melakukan pencatatan peralihan hak dalam Buku Tanah, Sertipikat, dan daftar lainnya, yaitu sebagai berikut:

a. Nama pemegang hak lama di dalam buku tanah dicoret dengan tinta hitam dan dibubuhi paraf Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota atau Pejabat yang ditunjuk.

b. Nama atau nama-nama pemegang hak yang baru dituliskan pada halaman dan kolom yang ada dalam buku tanahnya dengan dibubuhi tanggal pencatatan, dan besarnya bagian setiap pemegang hak dalam hal penerima hak beberapa orang dan besarnya bagian ditentukan dan kemudian ditandatangani oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota atau Pejabat yang ditunjuk dengan dibubuhi cap Dinas Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota.

c. Perubahan nama pemegang hak juga dilakukan pada Sertipikat hak yang bersangkutan dan daftar-daftar umum lain yang memuat nama pemegang hak yang lama.

d. Nomor hak dan identitas dari tanah yang dialihkan dicoretdari daftar nama pemegang hak lama dan Nomor hak dan identitas tersebut dituliskan pada daftar nama penerima hak.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah dalam Pasal 42 ayat (1) menyebutkan bahwa untuk pendaftaran peralihan hak karena Pewarisan mengenai bidang tanah yang sudah didaftar dan Hak Milik atas

Satuan Rumah Susun sebagaimana yang diwajibkan menurut ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah dalam

Satuan Rumah Susun sebagaimana yang diwajibkan menurut ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah dalam

Dalam dokumen HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN (Halaman 51-0)

Dokumen terkait