Dalam Pasal 27 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 tercantum persamaan kedudukan di depan hukum, aturan ini menimbulkan suatu konsekuensi bahwa Negaradi dalam memenuhi hak-hak warga Negara dan tidak boleh adanya perlakuan diskriminatif terhadap pelaksanaannya. Bukan perlakuan yang sama dalam artian benar-benar memperlakukan sama, tapi bagaimana terhadap pemenuhan hak-hak warga negara, negara tetap memperhatikan kekhususan serta proporsionalitas didalamnya, apa yang menjadi hal-hal yang fundamental dibutuhkan menjadi faktor yang haruslah ditonjolkan.
Wanita adalah singkatan dari bahasa Jawa (wani ditoto) sebutan yang digunakan untuk homo sapiensberjenis kelamin wanita dan mempunyai alat reproduksi. Lawan jenis dari wanita adalah pria atau laki-laki. Wanita adalah kata yang umum digunakan untuk menggambarkan perempuan dewasa. Perempuan yang sudah menikah juga biasa dipanggil dengan sebutan ibu. Untuk perempuan yang belum menikah atau berada antar umur 16 hingga 21 tahun disebutjuga dengan anak gadis. Perempuan yang memiliki organ reproduksi yang baik akan memiliki kemampuan untuk mengandung, melahirkan dan menyusui, yang tidak bisa dilakukakan oleh pria, ini yg disebut dengan tugas wanita. Wanita berdasarkan asal bahasanya tidak mengacu pada wanita yang ditata atau diatur oleh laki-laki, atau suami pada umumnya terjadi pada kaum patriarki. Arti kata wanita sama dengan perempuan.23
23https://id.wikipedia.org/wiki/Wanitatanggal 23 Maret 2018 diakses pukul 15.40 WIB
Hak asasi manusia secara umum dirumuskan sebagai hak yang melekat dengan kodrat kita sebagai manusia, yang bila tidak ada msutahil kita akan dapat hidup sebagai manusia. Hak wanita adalah hak-hak yang melekat pada diri wanita yang dikodratkan sebagai manusia sama halnya dengan pria diutamakan dalam hal ini adalah hak untuk mendapatkan kesempatan dan tanggung jawab sama dengan pria di segala bidang kehidupan, termasuk didalamnya adalah hak untuk memperoleh kedudukan dan perlakuan yang sama dengan pria sebagaimana yang dimaksud dalam pengertian hak asasi manusia yang termasuk didalamnya hak ekonomi, sosial dan budaya, serta hak-hak sipil dan politik.24
1. Segala warganegara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
Narapidana seperti halnya warganegara lainnya, sudah tentumempunyai hak hukum yang harus dilindungi oleh negara, sesuai dengan ketentuan Pasal 27 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia hasilamandemen, yang menyatakan :
2. Tiap-tiap warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.
Melihat ketentuan pasal di atas, bahwa perlindungan dan hak narapidana harus konsisten dijalankan oleh pembuat, pelakudan pelaksanakebijakan tanpa membedakan jenis dan lama hukuman yang didapat olehnarapidana tersebut. Sebab dalam ketentuan pasal diatas menjelaskan dengan kata-kata tiap warga negara, berarti semua warga negara Indonesia
24Tapi Omas Ihromi, Sulistyowati Irianto, Archie Sudiarti Luhulima, Penghapusan Diskriminasi Terhadap Wanita, P.T Alumni, Bandung, 2006, hal. 238
35
tanpa melihat status atau jenis kelamin dari warga negara tersebut baik wanita ataupun pria.
Narapidana wanita merupakan bagian dari komunitas masyarakat suatu bangsa. Selaku manusia memilki hak yang wajib untuk dihormati dan dijunjung tinggi oleh negara, pemerintah, hukum, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Dalam melakukan pembinaan terhadap narapidana wanita, harus dibedakan dengan pembinaan terhadap laki-laki karena narapidana wanita mempunyai perbedaaan baik secara fisik maupun secara psikologis dengan narapidana laki-laki.
Hak dan kewajiban bukanlah merupakan kumpulan kaedah, tetapi merupakan pertimbangan kekuasaan dalam bentuk hak individu di satu pihak yang tercermin pada kejiwaan pada pihak lain.25
1. Hak untuk hidup
Hal ini sebagai sebuah keharusan yang harus dimiliki setiap narapidana wanita agar mendapat hak-haknya secara pribadi.
Indonesia sudah meratifikasi International Covenant on Civil and Political Rights ( ICCPR ) menjadi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 Tentang Hak-hak sipil dan politik yang termuat didalam Pasal 4 ayat 2 ICCPR, Hak-hak tersebut antara lain sebagai berikut :
2. Hak untuk tidak disiksa 3. Hak untuk tidak diperbudak
4. Hak untuk tidak dipenjara hanya karena melakukan wanprestasi
25Ishaq, Dasar-Dasar Ilmu Hukum Edisi 2 Cetakan ke 2, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal. 82
5. Hak untuk tidak dituntut atau dihukum berdasarkan hukum yang berlaku surut
6. Hak untuk diakui peribadi dihadapan hukum
7. Hak untuk kemerdekaan pikiran, hati nurani, dan agama.
Pasal 28I ayat 1 Undang-Undanga Dasar Negara Republik Indonesia, menyebutkan bahwa hak-hak tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Hak untuk hidup 2. Hak untuk tidak disiksa
3. Hak untuk kemerdekaan pikiran dan hati nurani 4. Hak beragama
5. Hak untuk tidak diperbudak
6. Hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum
7. Hak untuk tidak di tuntut atas dasar hukum yang berlaku surut
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan tertanggal 19 Mei 1999 dijelaskan mengenai hak narapidana, yaitu:
1. Ibadah
Setiap narapidana berhak untuk melakukan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya. Ibadah tersebut dilaksanakan di dalam Lembaga Pemasyarakatan atau di luar Lembaga Pemasyarakatan, sesuai dengan program pembinaan.
2. Perawatan Rohani dan Perawatan Jasmani
Setiap narapidana berhak mendapat perawatan rohani dan jasmani.
Perawatan rohani tersebut diberikan melalui bimbingan rohani dan
37
pendidikan budi pekerti dan perawatan jasmani berupa: pemberian kesempatan melakukan olah raga, pemberian perlengkapan pakaian, dan pemberian perlengkapan tidur dan mandi.
3. Pendidikan dan Pengajaran
Setiap Lembaga Pemasyarakatan wajib melaksanakan kegiatan pendidikan dan pengajaran bagi narapidana. Pendidikan dan pengajaran tersebut dilaksanakan di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Apabila narapidana membutuhkan pendidikan dan pengajaran lebih lanjut yang tidak tersedia di dalam Lembaga Pemasyarakatan, maka dapat dilaksanakan di luar Lembaga Pemasyarakatan.
4. Pelayanan Kesehatan dan Makanan
Setiap narapidana berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang layak.
Pada setiap Lembaga Pemasyarakatan disediakan poliklinik beserta fasilitasnya dan disediakan sekurang-kurangnya seorang dokter dan seorang tenaga kesehatan lainnya. Dan setiap narapidana juga berhak mendapatkan makanan dan minuman dengan jumlah kalori yang memenuhi syarat kesehatan.
5. Keluhan
Setiap narapidana berhak menyampaikan keluhan kepada kepala Lembaga Pemasyarakatan atas perlakuan petugas atau sesama penghuni terhadap dirinya.
6. Bahan Bacaan dan Siaran Media Massa
Setiap Lembaga Pemasyarakatan menyediakan bahan bacaan, media massa yang berupa media cetak dan media elektronik. Bahan bacaan dan
media massa tersebut harus menunjang program pembinaan kepribadian dan kemandirian narapidana, dan tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7. Upah dan Premi
Upah adalah imbalan jasa yang diberikan kepada narapidana yang bekerja menghasilkan barang dan jasa untuk memperoleh keuntungan, sedangkan premi adalah imbalan jasa yang diberikan kepada narapidana yang mengikuti latihan kerja sambil berproduksi.
8. Kunjungan
Setiap narapidana berhak menerima kunjungan dari keluarga, penasehat hukum atau orang-orang tertentu lainnya. Kunjungan tersebut dicatat dalam buku daftar kunjungan. Dan setiap Lembaga Pemasyarakatan wajib menyediakan sekurang-kurangnya 1 (satu) ruang khusus untuk menerima kunjungan.
9. Remisi
Setiap narapidana yang selama menjalani masa pidana berkelakuan baik berhak mendapatkan remisi. Pada tahun 1950 berdasarkan Kepres No. 156 Tahun 1950 remisi diberikan setiap ulang tahun Republik Indonesia, sebab pada setiap ulang tahun RI banyak yang mendapatkan remisi. Sekarang Kepres No. 156 Tahun 1950 tidak berlaku lagi diganti dengan Kepres No.
174 Tahun 1999.
Dalam pasal 1 ditentukan Narapidana yang berhak mendapat remisi:
39
1. Pasal 1 Ayat (1), Setiap narapidana dan anak pidana yang menjalani pidana penjara sementara dan pidana kurungan dapat diberikan remisi apabila yang bersangkutan berkelakuan baik selama menjalani pidana.
2. Pasal 2 Ayat (2), Remisi diberikan oleh Menteri Hukum dan Perundang-undangan RI.
3. Pasal 1 Ayat (3), Remisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-undangan.
Setiap Narapidana dapat diberikan cuti berupa cuti mengunjungi keluarga yaitu Narapidana kesempatan berkumpul bersama di tempat kediaman keluarganya selama jangka waktu 2 (dua) hari atau 2 X 24 jam diatur dalam Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor: M.03-PK.04.02 Tahun 1991. Adapun yang dimaksud keluarga disisni adalah sedarah sampai derajat kedua baik melalui jalur hubungan horizontal dan vertikal maupun hubungan yuridis yaitu:
1. Isteri/suami
2. Anak kandung/angkat/tiri
3. Orang tua kandung/angkat/tiri/mertua 4. Saudara kandung/angkat/tiri/ipar
5. Keluarga dekat lainnya sampai dengan derajat kedua.
Wanita harus diperhatikan haknya sekalipun seorang narapidana, sebab narapidana laki-laki dan wanita itu sama dalam proses pemenuhan haknya sebaga narapidana. Menurut J.B. Daliyo mengatakan, hak adalah kewenangan yang diberikan oleh objek hukum objektif kepada subjek hukum, dan kewajiban adalah
beban yang diberikan oleh hukum kepada orang ataupun badan hukum.26
Berkembangnya peradaban manusia membawa pengaruh yang besar dalam seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk berkembangnya hak asasi manusia.Demikian pula dalam hal perlakuan terhadap narapidana mengalami perubahan dari pembalasanmenjadi pembinaan. Oleh karena pembinaan narapidana berdasarkan sistem pemasyarakatan bertujuan agar narapidana menjadi warga masyarakatan yang baik dan bertanggung jawab serta sadar akan hak dan Dalam pembinaan, hak dan kewajiban narapidana menentukan keberhasilan lembaga pemasyarakatan didalam membimbing narapidana, hak seorang narapidana narapidana harus terjamin apalagi seorang wanita yang memiliki hak tertentu dibandingkan dengan narapidana laki-laki. Narapidana wanita yang sedang hamil, yang sedang menyusui, dan yang sedang menstruasi memilki kebutuhan yang lebih, maka dari itu lembaga pemasyarakatan harus memenuhi hak-hak narapidana wanita yang dalam pelaksanaanya menjadi hal yang penting.
Pemenuhan hak narapidana wanita dalam lembaga pemasyrakatan bentuk dari suatu proses pembinaan. Terjaminnya hak narapidana wanita menjadi kunci dari proses untuk mengubah narapidana wanita terbut menjadi lebih baik dan sadar dengan kejahatan yang telah dilakukannya. Pemberian hak yang diberikan kepada narapidana wanita harus dilaksanakan secara baik sesuai dengan kebutuhan yang dimilki narapidana wanita yang sebagaimana manusia pada umumnya.