29
Sistem pemasyarakatan di Indonesia merupakan suatu prosespembinaan narapidana yang didasarkan kepada Pancasila dan Undang-UndangDasar Negara Republik Indoneisa 1945. Sistem pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah danbatas serta cara pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkanPancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang
Hal seperti perlakuan tidak manusiawi terhadap narapidana menjadi dasar pidana penjara tidak menjadi tidak efektif dalam memberikan pengajaran atau pembinaan terhadap narapidana.
28Bambang Poernomo, Pelaksaan Pidana Penjara Dengan Sistem Pemasyarakatan, Liberty, Yogyakarta, 1986, hal. 186-187
29Ibid, hal. 81-82
45
dibina danmasyarakat. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas warga binaanpemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidakmengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkunganmasyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secarawajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.
Sebelum menganut sistem pemasyarakatan, di Indonesiasistem pemidanaan yang dianut ialah sistem penjara. Sistem penjara ini memandang bahwa hukuman merupakan isolasi terhadap penjahat untuk melindungi masyarakat, lebih mengutamakan pembalasan atau memuaskan dendam masyarakat terhadap si penjahat, dan sama sekali tidak ada unsur pembinaan terhadap sipelaku kejahatan tersebut. Sistem pemenjaraan yang sangat menekankan pada unsur balas dendam dan penjeraan yang disertai dengan lembaga rumah penjara secara berangsur-angsur dipandang sebagai suatu sistem dan sarana yang tidak sejalan dengan konsep rehalibitasi dan reintegrasi sosial agar narapidana menyadari kesalahannya. Titik awal transformasi sistem pemidanaan Indonesia dari sistem penjara ke sistem pemasyarakatan ini ialah, berkat peran ilmu kriminologi dan hukum pidana yang mulai memikirkan usaha-usaha rehabilitasi terhadap narapidana.
Pemasyarakatan dianggap adalah sebagai tujuan dari pemdianaan yang menganggap narpidana tetap dalam hakikatnya sebagai manusia. Bagi Indonesia yang berdasarkan Pancasila, pemikiran mengenai fungsi pemidanaan bukan hanya pemenjaraan tetapi juga suatu usaha rehabilitasi dan reintegrasi sosial bagi warga binaan pemasyarakatan. Usaha ini dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan juga masyarakat agar dapat meningkatkan kualitas warga binaan
pemasyarakatan. Tujuan akhir dari usaha ini adalah agar warga binaan menyadari kesalahan, dapat memperbaiki diri, dan juga tidak mengulangi melakukan tindakan-tindakan pidana di masa yang akan datang.
Sistem pemasyarakatan yang berlaku dewasa ini, secara konseptualdan historis sangatlah berbeda dengan apa yang berlaku dalam sistemkepenjaraan.
Asas yang dianut dalam sistem pemasyarakatan dewasa inimenempatkan tahanan dan narapidana, anak negara dan warga binaanpemasyarakatan lainnya sebagai subyek dan dipandang sebagai pribadi danwarga negara biasa serta dihadapi bukan dengan latar belakang pembalasantetapi dengan bimbingan. Perbedaan kedua sistem tersebut berimplikasi padaperbedaan dalam cara-cara pembinaan dan bimbingan yang dilakukan.
Sistem pemasyarakatan harus tegas menyatakan bahwa narapidana mempunyai hak-hak yang dilindungi oleh undang-undang, seperti surat menyurat, hak dikunjungi mengunjungi, remisi, cuti, asimilasi, melakukan ibadah sesuai agamanya, menyampaikan keluhan, mendapatkan pelayanan kesehatan, medapatkan upah, memperoleh bebas bersyarat. Diakuinya hak-hak narapidana di Indonesiamelalui sistem pemasyarakatan, perlu dikaitkan dengan pedoman PBB mengenai standar minimum untuk perlakuan narapidana menjalani hukuman.30
Sistem pemasyarakatan yang diterapkan di Indonesia terkandung suatu cita-cita besar. Dalam mewujudkan sistem pemasyarakatan tersebut, pemerintah berusaha mengganti secara keseluruhan ketentuan perundang-undangan yang masih mendasarkan pada sistem kepenjaraan dengan peraturan yang berdasarkan
30Petrus Dkk, Op.Cit, hal. 82
47
nilai pancasila dan UUD 1945, maka dibentuklah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan yang terdiri dari 8 bab dan 54 pasal.31
1. Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana.
Pemasyarakatan sebagai pengganti penjara yang dianggap lebih menekankan kepada pembalasan terhadap apa yang telah dilakukan seorang narapidana. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan Pasal 1 ayat (1) dan (2) memberi pengertian :
2. Sistem Pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas Warga Binaan Pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajarsebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.
Berdasarkan rumusan pasal 1 ayat (1) dan (2) tersebut, dapat dilihat bahwa sistem pemsayarakatan merupakan suatu pola atau tatanan menegenai arah dan batas serta cara pembinaan narapidana berdasarkan norma-norma sosial yang berlaku serta pancasila yang dilaksanakan secara terpadu anatar yang membina, yang dibina dan masyarakat untuk mewujudkan suatu peningkatan yang lebih baik
31Marlina, Hukum Penitensier, Refika Aditama, Bandung, 2011, hal. 126-127
terhadap narapidana dan menyadari kesalahan yang telah di perbuatnya, memperbaiki diri selama proses pembinaan berlangsung dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima di tengah-tengah masyrakat kembali.
Sistem pemasyarakatan memberikan penekanan terhadap narapidana dengan maksud untuk bisa mengembalikan manusia menjadi manusia yang seutuhnya. Pasal 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan adalah :
1. Sistem pemasyarakatan diselenggarakan dalam rangka membentukWarga Binaan Pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya,menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindakpidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat,dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajarsebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.
Penyelenggaraan sistem pemasyarakatan dengan baik harus memperhatikan apa yang dibutuhkan oleh narapidana. Upaya ini guna untuk memberikan motivasi kepada narapidana agar bisa menyadarkan dengan apa yang telah diperbuat oleh narapidana tersebut, serta memberikan edukasi yang lebih kepada narapidana tersebut.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatanmenegaskanbahwa sistem pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenaiarah dan batas, serta carapembinaan warga binaan pemasyarakatanberdasarkanPancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yangdibina, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas warga binaanpemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan
49
tidakmengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkunganmasyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secarawajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.
Sistem pemasyarakan yang telah menggantikan dari sistem kepenjaraan diharapkan bersifat lebih aktif dengan menjamin narapidana yang sedang menjalani proses pembinaan terhindar dari hal-hal yang tidak manusiawi agar dapat dapat mengembalikan sifat narapidana tersebut menjadi lebih baik.
Sistempemasyarakatandisampingbertujuanuntukmengembalikan warga binaan pemasyarakatan sebagai wargayang baik juga bertujuan untuk melindungi masyarakat terhadap kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh wargabinaan pemasyarakatan, serta merupakan penerapan danbagianyang tidak terpisahkan dari nilai-nilai yangterkandung dalam Pancasila.32
Sistem Pemasyarakatan merupakan satu rangkaian kesatuan dalam penegakan hukum pidana, yang pelaksanaannya tidak dapat dipisahkan dari konsep umum mengenai pemidanaan.Pelaksanaan sistem Pemasayarakatanmempunyai tujuan akhir yaituterciptanya kemandirian warga binaan Pemasyarakatan atau narapidana serta membangun manusiamandiri.
Pemasyarakatan sebuah sistem dimana dalam membina narapidana yang berada lembaga pemasyarakatan, pola pembinaan narapidana merupakan suatu cara perlakuan terhadap narapidana yang dikehendaki oleh sistem pemasyarakatan dalam usaha mencapai tujuan, yaitu agar sekembalinya narapidana dapat berperilaku sebagai anggota masyarakat yang baik dan berguna bagi dirinya,masyarakat serta negara.
32 Hadi Setia Tunggal, Undang-Undang Pemasyarakatan Beserta Peraturan Pelaksanaanya, Alumni Bandung, 2001, hal. 253
Pembinaan narapidana dapat dikatakan mempunyai arti memperlakukan seseorang yang berstatus narapidana untuk dibangun agar bangkit menjadi seseorang yang baik.Maka yang perlu dibina adalah pribadi dan budi pekerti narapidana agar membangkitkan kembali rasa percaya dirinya dan dapat mengembangkan fungsi sosialnya dengan rasa tanggung jawab untuk menyesuaikan diri dalam masyarakat. Pembinaan yang dilakukan lembaga pemasyarakatan sangat memerlukan bantuan dari masyarakat serta keikusertaan masyarakata, bantuan atau keikut sertaan yang dimaksud ialah dengan memberikan sikap positif masyarakat untuk menerima narapidana kembali ke lingkungan masyarakat. Menurut ketentuan Keputusan Menteri Kehakiman Nomor: M.02-PK.04.10 Tahun 1990 tentang Pola Pembinaan Narapidana/Tahanan, menyatakan pengertian pembinaan adalah pembinaan meliputi tahanan, pelayanan tahanan, pembinaan narapidana dan bimbingan klien, antara lain :
1. Pelayanan tahanan adalah segala kegiatan yang dilaksanakan dari mulai penerimaan samapi dalam tahap pengeluaran tahanan.
2. Pembinaan narapidana adalah semua usaha yang ditujukan untuk memperbaiki dan meningkatkan akhlak (budi pekerti) para narapidana yang berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan atau Rumah Tahanan.
3. Bimbingan klien ialah semua usaha yang ditujukan untuk memperbaiki dan meningkatkan akhlak (budi pekerti) para klien pemasyarakatan di luar tembok.
Menurut ketentuan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.02-PK.04.10 Tahun 1990, menyatakan bahwa dasar pemikiran
51
pembinaan narapidana tertuang dalam 10 prinsip pemasyarakatan, antara lain sebagai berikut:
1. Ayomi dan berikan bekal hidup agar mereka dapat menjalankan peranannya sebagai warga masyarakat yang baik dan berguna.
2. Penjatuhan pidana tidak lagi didasarkan oleh latar belakang pembalasan.
Ini berarti tidak boleh ada penyiksaan terhadap narapidana pada umumnya, baik yang berupa tindakan, ucapan, cara penempatan ataupun penempatan. Satu-satunya derita yang dialami narapidana hanya dibatasi kemerdekaannya untuk leluasa bergerak di dalam masyarakat bebas.
3. Berikan bimbingan supaya mereka bertaubat. Berikan kepada mereka pengertian tentang norma-norma hidup dan kegiatan sosial untuk menumbuhkan rasa hidup kemasyarakatan.
4. Negara tidak berhak membuat mereka menjadi buruk atau lebih jahat dari pada sebekym dijatuhi pidana.
5. Selama kehilnagan kemerdekaan bergeraknya para narapidana tidak boleh diasingkan dari masyarakat.
6. Pekerjaan yang diberikan kepada narapidana tidak boleh sekedar pengisi waktu, juga tidak boleh diberikan pekerjaan untuk memenuhi keperluan jabatan atau kepentingan negara kecuali pada waktu tertentu.
7. Pembinaan dan bimbingan yang diberikan kepada narapidana adalah berdasarkan Panxasila. Hal ini berarti bahwa kepada mereka harus ditanamkan semangan kekeluargaan dan toleransi disamping meningkatkan pemberian pendidikan rohani kepada mereka disertai
dorongan untuk menunaikan ibadah sesuai dengan kepercayaan yang dianut.
8. Narapidana bagaikan orang sakit yang perlu diobati agar mereka sadar bahwa penlanggaran hukum yang pernah dilakukan adalah merusak diri, keluarga dan lingkungan, kemudian dibina atau dibimbing ke jalan yang benar. Selain itu mereka harus diperlukan sebagai manusia yang memiliki harga diri akan tumbuh kembali kepribadiannya yang percaya akan kekuatan dirinya sendiri.
9. Narapidana hanya dijatuhi pidana berupa membatasi kemerdekaannya dalam waktu tertentu
10. Untuk pembinaan dan pembimbingan narapidana maka disediakan sarana yang diperlukan.
Pelaksanaan pidana penjara dengan sitem pemasyarakatan di Indonesia saat ini mengacu pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Sistem pemasyarakatan yang dimuat dalam ketentuan pasal 1 ayat (2) tersebut dalam pelaksanaan pembinaan terhadap narapidana didasarkan pada beberapa hal, yaitu yang termaktub dalam pasal 5 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 yang mengatakan bahwa pembinaan dalam sistem pemasyarakatan dilakukan berdasarkan atas:
1. Pengayoman
2. Persamaan perlakuan dan pelayanan 3. Pendidikan
4. Pembimbingan
5. Penghormatan harkat dan maratabat manusia
53
6. Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan
7. Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang-orang tertentu.33
Penjelasan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Yang dimaksud dengan pengayoman adalah perlakuan warga binaan pemasyarakatan adalah dalam rangka melindungi masyarakat dari kemungkinan diulanginya lagi tindak pidana oleh warga binaan pemasyarakatan, juga memberi bekal kepada kehidupan warga binaan pemasyarakatan menjadi warga yang berguna di dalam masyarakat.
2. Yang dimaksud dengan pemberian perlakuan dan pelayanan adalah pemberian perlakuan dan pelayanan yang sama kepada warga binaan pemasyarakatan tanpa membeda-bedakan orang.
3. Yang dimaksud dengan pendidikan adalah di dalam lembaga pemasyarakatan warga binaan pemasyarakatan mendapat pendidikan yang dilaksanakan berasarkan pancasila. Antara lain dengan menanamkan jiwa kekeluargaan, keterampilan, pendidikan kerohanian kesempatan menunaikan ibadah sesuai dengan agamanya masing-masing.
4. Yang dimaksud dengan pembinaan adalah warga binaan pemasyarakatan di lembaga pemasyarakatan juga mendapat pembinan yang diselenggarakan berdasarkan pancasila dan menanamkan jiwa kekeluargaan, keterampilan, pendidikan kerohanian, dan kesempatan untuk menunaikan ibadah agama.
33Dwidja Priyatno, Op.Cit, hal. 106
5. Yang dimaksud dengan penghormatan harkat dan martabat manusia adalah sebagai orang yang tersesat warga binaan pemasyarakatan harus tetap diperlakukan sebagai manusia.
6. Yang dimaksud dengan kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan adalah warga binaan pemasyarakatan harus berada didalam lembaga pemasyarakatan untuk jangka waktu tertebtu sesuai dengan keputusan atau penetapan hakim. Maksud penempatan itu adalah untuk memberi kesempatan kepada negara untuk memperbakinya, melalui pendidikan dan pembinaan. Selama dalam lembaga pemasyarakatan warga binaan pemasyarakatan tetap memperoleh hak-haknya yang lain sebagaimana layaknya manusia, atau dengan kata lain hak-hak perdatanya tetap dilindungi. Warga binaan pemasyarakatan tidak boleh diperlakukandiluar ketentuan undang-undang, seperti dianiaya, disiksa, dan sebagainya.
7. Yang dimaksud dengan terjaminnya hak untuk tetap berhubugan dengan keluarga atau orang-orang tertentu adalah warga binaan pemasyarakatan harus tetap didekatkan dan dikenalkan dengan masyarakat serta tidak boleh diasingkan dari masyarakat. Untuk itu, ia tetap harus dapat berhubungan dengan masyarakat dalam bentuk knjungan, hiburan ke dalam lembaga pemasyarakatan anggota masyarakat yang bebas dan kesempatan berkumpul dengan bersama sahabat dan keluarga seperti program cuti mengunjungi keluarga.34
34 Ibid, hal. 107
55
Seluruh proses pembinaan narapidana dengan sistem pemasyarakatan merupakan suatu kesatuan yang integral untuk mengembalikan narapidana kepada masyarakata dengan bekal kemampuan (mental, phisik, keahlian, keterpaduan, sepadat mungkin pula financial dan material) yang dibtuhkan untuk menjadi warga yang baik dan berguna.35
35Djisman Samosir, Fungsi Pidana dalam Sistem Pembinaan Narapidana di Indonesia, Pradnya Paramita, Jakarta, 1982, hal. 13
56 BAB III
PENERAPAN HAK-HAK NARAPIDANA WANITA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN TANJUNG GUSTA MEDAN
A. Sejarah Singkat Beridirinya Lembaga Pemasyarakatan Wanita
Berbicara masalah hukum pidana selalu terbentuk pada suatu titik pertentangan yang paradoksal, yaitu bahwa pidana disatu pihak diadakan untuk melindungi kepentingan seseorang akan tetapi dipihak lain ternyata memperkosa kepentingan orang lain dengan memberikan hukuman berupa penderitaan kepada orang lain.36
Hukuman berupa penderitaan kepada mereka yang melakukan kejahatan yang terkenal dengan sistem penjara baru dikenal pada zaman penjajahan yang dimulai dengan sistem diskriminatif, yaitu dengan dikeluarkannya peraturan umum untuk golongan Indonesia (golongan bumi putera) yang dipidana dengan kerja paksa sedangkan dengan golongan eropa berlaku penjara.37
Pada tahun 1963 Indonesia melahirkan apa yang dinamakan sistem pemasyarakatan sebagaimana yang dikemukakan Saharjo dalam pidato pengukuhan gelar Doktor Honoris Causa di Universitas Indonesia yang membuat suatu sejarah baru dalam dunia kepenjaraan Indonesia. 38
36Bambang Poernomo, Op.Cit, hal. 103
37 Andi Hamzah, Suatu Tinjauan Ringkas Sistem Pemidanaan Di Indonesia, Akademika Presindo, Jakarta, 1983, hal. 91-92
38Petrus Dkk, Op.Cit, hal.49
Oriesntasi penjara
57
berubah pada saat itu yang sebelumnya lebih kepada faktor pembalasan mulai bergeser untuk mengutamakan pembinaan.
Amanat Presiden Republik Indonesia dalam Koneferensi Dinas menyampaikan arti penting terhadap pembaharuan pidana penjara di Indonesia yaitu merubah nama Kepenjaraan menjadi Pemasyarakatan. Berdasarkan pertimbangan ini maka disusunlah seuatu pernyataan tentang hari lahir Pemasyarakatan Repbulik Indonesia pada hari Senin tanggal 27 April 1964.39
Dengan lahirnya sesitem pemasyarakatan kita memasuki era baru dalam proses pembinaan narapidana. Dalam lembaga pemasyarakatan para narapidana dibina secara teratur dan terencana dengan tujuan agar dapat kembali ke tengah-tengah kehidupan masyarakat dan menjadi lebih baik lagi. Mereka dibina agar menjadi anggota masyarakat yang tidak akan mengulangi kesalahan yang telah diperbuat, dibimbing agara dapat diarahkan menjadi manusia yang lebih produktif dan menjadi manusia seutuh. Kiranya dapat diumpamakan penjara itu sebagai sangkar dan lembaga pemasyarakatan sebagai sanggar. Suatu sangkar dikuasai oleh cirri-ciri retributif, opresif dan punitif sedangkan sanggar diisi dengan ciri-ciri rehaliibitatif, korektif dan edukatif.
Satu saran yang diperlukan untuk menjalankan pemasyarakatan tersebut ialah Lembaga Pemasyarakatan, inilah yang menjadi jiwa atau sesuatu yang menjadi bentuk dan bekerja dalam pembinaan yang dilakukan terhadap narapidana.
40
Pemasyarakatan sebagai sebuah sistem untuk melaksanakan pembinaan terhadap narapidana memerlukan hal untuk melaksanakannya. Pelaksana dari
39Dwidja Priyatno, Op.Cit, hal.98
40Bachtiar Agus Salim, Pidana Penjara Dalam Stelsel Pidana Di Indonesia, USU Pers, Medan, 2009, hal.90
sistem pemasayarakatan ialah Lembaga Pemasyarakatan yang berguna untuk menunjang serta mewujudkan tujuan dari pemasyarakatan tersebut.
Lembaga Pemasyarakatan merupakan badan pelaksanaan pemasyarakatan yang berdiri sendiri. Dalam struktur organisasi Departemen Kehakiman secara vertikal berada di bawah perintah Direktorat Jendral Pemasyarakatan tetapi secara adminstratif berada di bawah Kanwil Departemen Kehakiman.Titik awal pemisahan LP terhadap tingakat kejahatan, jenis kelamin, umur dimulai pada tahun 1921 yang dicetuskan oleh Hijmans, misal : LP Cipinang untuk narapidana pria dewasa, LP anak-anak di Tangerang, LP Wanita Bulu Semarang. Hal tersebut dikonkritkan lagi setelah tercetus konsep pemasyarakatan oleh Dr. Sahardjo, SH pada konferensi Dinas Direktorat Pemasyarakatan I di Lembang bandung tahun 1964. Menurut Soema Dipradja ( 1983 ) dimana perlakuan terhadap narapidana wanita diberi kebebasan yang lebih dibandingkan narapidana pria.41
Lembaga pemasyarakatan tersebar di seluruh Indonesia, untuk di Medan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Medan merupakan Unit pelaksanaan teknis pemasyarakatan yang mempunyai tugas melaksanakan Lemabaga pemasyarakatan memiliki komptensi untuk membina narapidana, dalam hal memperbaiki narapidana tersebut menjadi lebih baik lagi.
Narapidana ditempatkan secara umum di lembaga pemasyarakatan dan ditempatkan secara khusus bagi narapidana tertentu seperti narapidana wanita dan narapidana anak. Pemisahan ini dugunakan untuk menempatkan porsi pembinaan yang akan dilakukan lembaga pemasyarakatan terhadap narapidana agar tepat sasaran.
41 https://massofa.wordpress.com/2013/06/26/sejarah-perkembangan-kepenjaraan-diindonesia/ tanggal 29 Maret 2018 diakese pukul 02.20 WIB
59
sebagian tugas pokok kementrian hukum dan HAM RI. Bangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Medan dibangun pada tahun1983 sampai dengan 1985. Pada tanggal 26 Februari 1986 Lembaga Pemasyaratan Perempuan Klas IIA Tanjung Gusta Medan mulai dioperasikan yang berlokasi di Jalan Pemasyarakatan Tanjug Gusta Medan dengan jarak sekitar 5 Km dari pusat Kota Medan. Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Klas IIA Tanjung Gusta Medan berdiri diatas tanah hibah dari Pemda setempat yang sampai saat ini sertifikat tanah masih tergabung dengan Lapas Klas I Medan. Luas Tanah Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Klas IIA Medan Tanjung Gsuta Medan 6.455 m2dan luas bangunan 5.250 m2. Sesuai dengan keberadaannya sejak awal dibangun sampai saat ini, Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Medan telah melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.42
1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undanga Hukum Acara Pidana
Lembaga pemasyarakatan Perempuan Klas IIA Tanjung Gusta Medan dalam menjalan fungsi dan tugasnya untuk membina narapidana harus berjalan dalam koridornya. Dalam pelaksanaannya dasar hukum yang berlaku di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Klas IIA Tanjung Gusta Medan antara lain :
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
42Subbag Umum Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Tanjung Gusta Medan pada tanggal 27 Maret 2018
4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Korupsi, Kolusi, Dan Nepotisme
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan Dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaa Pemasyarakatan 7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2006 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat Dan Tata Cara Pelasanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan 8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1999 Tahun 2012
Tentang Perubaha Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun Tahun 1999 Tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
9. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabulitas Kinerja Intasnsi Pemerintah
10. Instruksi Presidan Nomor 5 Tahun 2004 Tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi
11. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.HH-05.OT.01.01 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M.01-PR.07.03 Tahun 1985 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Pemasyrakatan43
Pelaksanaan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Klas IIA Tanjung Gusta Medan memiliki tugas tugas tertentu demi menunjang tugas dan fungsi
43Subbag Umum Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Klas IIA Tanjung Gusta Medan pada tanggal 27 Maret 2018
61
sebagai tempat pembinaan narapidana. Berikut susunan oraganisasi Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Klas IIA Tanjung Gusta Medan, antara lain :
Tabel 1
Susunan Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tanjung Gusta Medan
Kepala Roselina Br Purba SH,
M.Si
63
Pada tingkatan dibawah Kepala Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Klas IIA Perempuan Tanjung Gusta Medan terdapa 5 ( lima ) eselon IV dan 8 ( delapan ) eselon V yang mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut :44
1. Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas dan fungsi :
1. Melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga LAPAS dan melakukan urusan kepegawaian dan keuangan.
2. Melakukan urusan surat menyurat, perlengakapan dan rumah tangga.
Sub Bagian Tata Usaha terdiri dari :
1. Urusan Kepegawaian dan Keuangan
Urusan Kepegawaian dan Keuangan Mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian dan keuangan.
2. Urusan Umum
Urusan Mempunyai tugas melakukan urusan surat menyurat, perlengkapan dan tumah tangga.
2. Seksi Bimbingan Narapidana/Anak Didik mempunyai tugas dan fungsi :
1. Memberikan bimbingan pemasyarakatan narapidana/anak didik.\
2. Melakukan registrasi dan membuat statistic serta dikumentasi sidik
2. Melakukan registrasi dan membuat statistic serta dikumentasi sidik