• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : TINJAUAN TEORITIS

C. Hak dan Status Anak

Arti Anak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keturunan insan (manusia) yang kedua. 29 Anak adalah kelompok manusia muda yang

28

Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: IchtiarBaru van Hoeve, 1996), cet. ke-1, jilid 4, hal. 1306-1307

batas umurnya tidak selalu sama diberbagai Negara. Di Indonesia yang sering dipakai untuk menjadi batasan umur adalah anak usia 0-21 tahun. Dengan demikian, bayi, balita dan usia sekolah termasuk dalam kelompok anak. Pada umunya disepakati bahwa masa anak merupakan masa yang dilalui setiap orang untuk menjadi dewasa.

Dalam Undang-undang nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yang dimaksud dengan anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Dalam Undang-undang nomor 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, yang disebut dengan anak adalah seseorang yang belum mencapai 21 tahun dan belum pernah kawin. Dalam Undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan bahwa anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan ada di bawah kekuasaan orang tuanya selama mereka tidak dicabut dari kekuasaannya. Dalam Kompilasi Hukum Islam, batas usia anak yang mampu berdiri sendiri atau dewasa adalah 21 tahun. Dan dalam Konvensi hak-hak anak, batasan umur anak adalah dibawah umur 18 tahun.30

Secara umum, periode pertumbuhan anak adalah dimulai sejak ia masih dalam kandungan atau disebut dengan pre-netral, yang artinya masa

29

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), cet V,h. 38

30

Gatot Supramono, Hukum Acara Pengadilan Anak, (Jakarta: Djambatan, 2000), cet III, h. 5.

sebelum lahir sejak terjadi peristiwa konsepsi (pembuahan sel telur perempuan oleh sperma laki-laki) dan berakhir ketika sang bayi lahir ke dunia.

Asal periode dalam kandungan dapat dijelaskan dengan empat tahapan perkembangan:

1. Tahap al-Nuthfah yaitu pertemuan antara setetes sperma dengan ovum perempuan sehingga terjadi pembuahan;

2. Tahap al-„Alaqah yaitu perkembangan janin selanjutnya oleh pertumbuhan pembuahan antara sperma dan ovum yang menjadi zat (sesuatu) yang melekat pada dinding rahim;

3. Tahap al-Mudhghah yaitu Perpindahan alaqah ke mudhgah terjadi disaat sesuatu yang melekat (al-mudhghah al-„alaqat) berubah menjadi darah beku yang bercampur, berikutnya tampaknya tulang lalu tulang itu diselubungi oleh daging.

4. Tahap Pemberian Nyawa (nafkh al-ruh), setelah melalui tiga tahap, pertumbuhan janin semakin sempurna dengan ditiupkannya ruh kedalamnya. Anak adalah sosok manusia kecil, dan secara fitrah merupakan makhluk sosial. Jiwa anak itu lembut dan sangat mudah terpengaruh. Anak-anak adalah miniatur manusia, yang belum memiliki kapabilitas untuk mencapai perubahan. Anak merupakan miniatur manusia yang kenyataannya memerlukan cinta dan kasih sayang yang lebih besar dibanding orang dewasa.

Sebagaimana anak memerlukan makanan, ia juga memerlukan cinta dan kasih sayang.31

Oleh karenanya anak memerlukan cinta dan kasih sayang. Dalam Islam hak-hak dimulai sejak anak masih dalam kandungan hingga mencapai kedewasaan secara fisik maupun psikis. Hak-hak tersebut antara lain:

1. Hak mendapatkan penjagaan dan pemeliharaan dalam kandunan maupun setelah lahir

2. Hak mengetahui nasab (keturunan) 3. Hak menerima yang baik

4. Hak mendapatkan ASI dari ibu atau pengantinya 5. Hak mendapatkan asuhan

6. Hak mendapatkan harta warisan

7. Hak mendapatkan pendidikan dan pengajaran 8. Hak mendapatkan perlindungan hukum32

Adapun menurut Wahbah al-Zuhailiy, ada lima macam hak anak terhadap orang tuanya, yaitu hak nasab (keturunan), hak radla (menyusui), hak hadhanah (pemeliharaan), hak walayah (wali), dan hak nafkah (alimentasi). Dengan terpenuhinya lima kebutuhan ini, orang tua akan mampu mengantarkan anaknya dalam kondisi yang siap untuk mandiri.

31

Ibrahim Amini, Anakmu, AmanatNya, (Jakarta: Al-Huda, 2006), cet I, h. 141

32

Mufidah, Haruskah Perempuan dan Anak di Korbankan? Panduan Pemula untuk Pendampingan Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak, (Malang: PSG Publishing dan Pilar Media, 2006), h. 63

Salah satu hak-hak anak yang disebutkan Hukum Islam adalah hak mengetahui nasab. Hak mengetahui nasab merupakan suatu hak yang sangat penting bagi kehidupan seorang anak. Karena dengan hak ini, seorang anak dapat mendapatkan hak-hak yang lainnya dari kedua orang tuanya terutama bapak.

Seorang anak yang dinasabkan kepada bapaknya, secara otomatis dia mendapatkan semua hak dari bapaknya. Kelahiran anak merupakan peristiwa hukum. Dengan resminya seorang anak menjadi anggota keluarga melalui garis nasab, ia berhak mendapatkan berbagai macam hak dan mewarisi ayah dan ibunya. Dengan hubungan anak, ada sederatan hak-hak anak yang harus ditunaikan orang tuanya dan dengan nasab pula dijamin hak orang tua terhadap anaknya.

Hak dan tanggung jawab adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, anak memiliki hak dari orang tuanya dan orang tua dibebani tanggung jawab terhadap anaknya. Jika digolongkan hak anak dapat diketagorikan dalam empat kelompok besar, yaitu hak untuk hidup, hak untuk tumbuh dan berkembang, hak untuk mendapat perlindungan dan hak untuk berpartisipasi. Sebaliknya anak keturunan sudah semestinya berbuat baik dan berkhidmat kepada orang tuanya secara tulus, orang tualah yang menjadi sebab terlahirnya ia ke dunia.

Di antara kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah memberi nafkah, seorang ayah berkewajiban untuk memberikan jaminan nafkah terhadap anaknya, baik pakaian, tempat tinggal maupun kebutuhan lainnya, meskipun

hubungan perkawinan orang tua si anak putus. Suatu perceraian atau pembatalan perkawinan tidak berakibat hilangnya kewajiban orang tua untuk tetap memberi nafkah kepada anak-anaknya sampai dewasa atau dapat berdiri sendiri.

Dengan demikian hubungan antara orang tua dengan anaknya tidak akan terputus sampai kapanpun, meskipun anak yang dihasilkannya dari perkawinan yang dilarang oleh agama, tetap saja ayah ibunya berkewajiban memberikan kasih sayang kepadanya dan juga berkewajiban memberikan pemenuhan hidup anaknya sampai ia dewasa. Lain halnya jika status anak yang dilahirkan adalah anak luar kawin atau anak zina, ia hanya mendapatkan pemenuhan hak dari pihak ibunya dan keluarga ibunya sebab hubungan nasabnya sudah terputus dan hanya dinasabkan kepada ibu dan keluarga ibu.

Dokumen terkait