• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : PENYELESAIAN PERSELISIHAN PHK MENURUT UU

C. Hak-hak Tenaga Kerja yang di PHK

Dalam teori hukum perjanjian salah satu pihak dibolehkan untuk memutuskan perjanjian dengan persetujuan pihak lainnya. Demikian hubungan kerja, menurut Iman Soepomo pihak pekerja/buruh dapat saja memutuskan hubungan kerjanya dengan persetujuan pihak pengusaha pada setiap saat yang dikehendakinya, bahkan pekerja/ buruh juga berhak memutuskan hubungan kerja secara sepihak tanpa persetujuan pengusaha, tetapi tindakan pekerja/buruh yang berbuat demikian tersebut telah bertindak berlawanan dengan hukum.65

64

Yusman, “Perselisihan Perburuhan dari Pengadilan Administrasi ke Pengadilan Umum”, Harian Suara Pembaruan Daily, 10 September 2005, hlm 1

Abdul

65

Khakim berpendapat bahwa pemutusan hubungan kerja oleh pekerja/buruh disebabkan oleh dua hal: 66

a. Karena permintaan pengunduran diri (Pasal 162 UU No. 13 Tahun 2003)

b. Karena permohonan PHK kepada pengadilan Hubungan Industrial (Pasal 169 UU No. 13 Tahun 2003)

Jadi secara hukum dan dalam praktek PHK tidak hanya dominan dilakukan oleh pengusaha, tetapi juga dapat dilakukan oleh pekerja/buruh. Dalam hal pemutusan hubungan kerja oleh pekerja/buruh atas permintaan pengunduran diri yaitu PHK tersebut timbul karena kehendak pekerja/buruh secara murni tanpa adanya rekayasa pihak lain. Sedangkan untuk PHK oleh pekerja/buruh dapat dilakukan dengan mengajukan permohonan kepada pengadilan hubungan industrial, bila pengusaha melakukan perbuatan sebagai berikut:67

1. Menganiaya, menghina secara kasar atau mengancam pekerja/buruh

2. Membujuk dan atau menyuruh pekerja/buruh untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan

3. Tidak membayar upah tepat pada waktu yang telah ditentukan selama tiga kali berturut-turut atau lebih

4. Tidak melakukan kewajiban yang telah dijanjikan kepada pekerja/buruh 5. Memerintahkan pekerja/buruh untuk melaksanakan pekerjaan di luar yang

diperjanjikan

66

Abdul Khakim, Op.Cit, hlm 48 67

Taufiq Yulianto, Perlindungan terhadap Pekerja/Buruh yang Terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), Staf Pengajar Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang, Jurnal Pengembangan Humaniora Vol. 12 No. 2, Agustus 2012, hlm 107

6. Memberikan pekerjaan yang membahayakan jiwa, keselamatan, kesehatan dan kesusilaan pekerja/buruh, sedangkan pekerjaan tersebut tidak dicantumkan dalam perjanjian kerja

Teknisnya pekerja/buruh menempuh prosedur penyelesaian perselisihan hubungan industrial, melalui upaya penyelesaian perundingan bipartit, konsiliasi atau arbitrase, atau mediasi, kemudian mengajukan gugatan pada pengadilan hubungan industrial. Pekerja/buruh yang terkena pemutusan hubungan kerja berhak mendapatkan uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, maupun uang penggantian hak. Adapun formulasi besarnya uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, maupun uang penggantian hak menurut UU No. 13 Tahun 2003 adalah sebagai berikut: Uang Pesangon (Pasal 156 ayat 2), Uang Penghargaan Masa Kerja (Pasal 156 ayat 3), Uang Penggantian Hak (Pasal 156 ayat 4),

Apabila PHK tidak dapat dihindari, maka sesuai dengan alasan yang mendasari terjadinya PHK maka pengusaha diwajibkan membayar uang pesangon, dan atau uang penghargaan masa kerja yang disesuaikan dengan masa kerja serta uang penggantian hak.68

Ketentuan uang pesangon berdasarkan pasal 156 ayat (2) Undang-Undang 13 Tahun 2003 yaitu :

a. Masa kerja kurang dari 1 tahun, 1 bulan upah :

b. Masa kerja 1 tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 tahun, 2 bulan upah; c. Masa kerja 2 tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 tahun, 3 bulan upah; d. Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 tahun, 4 bulan upah; e. Masa kerja 4 tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 tahun, 5 bulan upah;

68

Purwadi. 2009. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Tanggal Akses: 7 Oktober 2013

f. Masa kerja 5 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun, 6 bulan upah; g. Masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 tahun, 7 bulan upah; h. Masa kerja 7 tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 tahun, 8 bulan upah; i. Masa kerja 8 tahun atau lebih, 9 bulan upah.

Ketentuan uang penghargaan masa kerja berdasarkan pasal 156 ayat (3) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 yaitu :

a. Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun, 2 bulan upah; b. Masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 tahun, 3 bulan upah; c. Masa kerja 9 tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 tahun, 4 bulan upah; d. Masa kerja 12 tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 tahun, 5 bulan upah; e. Masa kerja 15 tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 tahun, 6 bulan upah; f. Masa kerja 18 tahun atau lebih tetapi kurang dari 21 tahun, 7 bulan upah; g. Masa kerja 21 tahun atau lebih tetapi kurang dari 24 tahun, 8 bulan upah; h. Masa kerja 24 tahun atau lebih, 10 bulan upah.

Uang penggantian hak yang seharusnya diterima berdasarkan pasal 156 ayat (4) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 meliputi :

a. Cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur;

b. Biaya atau ongkos pulang untuk pekerja/buruh dan keluarganya ke tempat dimana pekerja/buruh diterima bekerja;

c. Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15% dari uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja yang memenuhi syarat;

d. Hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama69

Karyawan yang telah memutuskan hubungannya dengan perusahaan atau bisa disebut juga pemberhentian karyawan, terdapat hak-hak yang didapat oleh karyawan tersebut diantara lain adalah karyawan itu mendapat uang upah kerja selama karyawan tersebut bekerja di perusahaan. Apabila seseorang karyawan yang telah mencapai usia tertentu, ia diberhentikan dengan hormat dari jabatan dan pekerjaannya dengan hak pensiun.70

Bilamana terjadi PHK, pengusaha diwajibkan membayar uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan uang pengganti hak yang seharusnya diterima (UU No. 13 tahun 2003 pasal 156).

1. Uang Pesangon

Uang pesangon merupakan pembayaran dalam bentuk uang dari pengusaha kepada pekerja atau buruh sebagai akibat adanya PHK yang jumlahnya disesuaikan dengan masa kerja pekerja atau buruh yang bersangkutan. Perhitungan uang pesangon diatur dalam UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan sebagai berikut :

a. masa kerja kurang dari 1 tahun, 1 (satu) bulan upah b. masa kerja 1 – 2 tahun, 2 (dua) bulan upah

c. masa kerja 2 – 3 tahun, 3 (tiga) bulan upah d. masa kerja 3 – 4 tahun, 4 (empat) bulan upah

69

Asri Wijayanti, perlindungan hukum bagi pekerja Yang di phk karena melakukan kesalahan berat, makalah disampaikan pada orasi dan panel diskusi tanggal 9 Oktober 2013, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta

70

Ningsih, Kurnia. 2010. Bab IX Pemutusan Hubungan Kerja.

e. masa kerja 4 – 5 tahun, 5 (lima) bulan upah f. masa kerja 5 – 6 tahun, 6 (enam) bulan upah g. masa kerja 6 – 7 tahun, 7 (tujuh) bulan upah h. masa kerja 7 – 8 tahun, 8 (delapan) bulan upah

i. masa kerja 8 tahun atau lebih, 9 (sembilan) bulan upah. 2. Uang Penghargaan Masa Kerja

Perhitungan uang penghargaan masa kerja ditetapkan sebagai berikut : 1. masa kerja 3 – 6 tahun, 2 (dua) bulan upah

2. masa kerja 6 – 9 tahun, 3 (tiga) bulan upah 3. masa kerja 9 – 12 tahun, 4 (empat) bulan upah 4. masa kerja 12 – 15 tahun, 5 (lima) bulan upah 5. masa kerja 15 – 18 tahun, 6 (enam) bulan upah 6. masa kerja 18 – 21 tahun 7 (tujuh) bulan upah 7. masa kerja 21 – 24 tahun 8 (delapan) bulan upah 8. masa kerja 24 tahun atau lebih, 10 bulan upah 3. Uang Pengganti Hak

Uang penggantian hak yang seharusnya diterima (UPH) meliputi : a. cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur

b. biaya atau ongkos pulang untuk pekerja/buruh dan keluarganya ketempat dimana pekerja/buruh diterima bekerja

c. penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15% dari uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi syarat

d. hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.

Komponen upah yang digunakan sebagai dasar perhitungan pesangon, uang penghargaan masa kerja dan uang pengganti hak yang seharusnya diterima yang tertunda, terdiri atas :

a. upah pokok

b. segala macam bentuk tunjangan yang bersifat tetap yang diberikan kepada pekerja atau buruh dan keluarganya.71

Dokumen terkait