BAB II PENGATURAN HAK CIPTA DI INDONESIA DITINJAU DARI
D. Hak Terkait (Neighboring
Selain hak cipta yang bersifat original, juga dilindungi juga hak
rights). Ciptaan yang dilindungi oleh neighbouring rights ini sangat banyak berhubungan dengan perangkat teknologi, misalnya fasilitas rekaman, fasilitas
pertunjukkan dan lain sebagainya. Perlindungan neighbouring rights secara
khusus hanya tertuju ada orang-orang yang berkecimpung didalam bidang
pertunjukkan, perekaman dan badan penyiaran. 33
1. Rome Convention fot the Protection Performers , Producers of Phonograms and Broadcasting Organization (1961)
Neighbouring rights adalah sebuah unkapan singkat untuk sebutan yang
lebih panjang yang lebih tepat dan lebih panjang yakni Rights Neighbouring On
Copy Rights. Dalam terrminologi lain neighbouring rights dirumuskan juga
sebagai Rights Related to, or “neighbor on” copy rights (hak yang ada kaitannya,
yang ada hubungannya dengan atau berdampingan dengan hak cipta).
Perlindungan Hukum Neighboring Rights.
Perlindungan Neighboring Rights selain diatur dalam UUHC saat ini,
pengaturannya terdapat juga dalam kaedah hukum internasional, yaitu :
2. Geneta Convention for the Protection of Producers of Phonograms agains Unauthorized Duplications of Their Phonogram.
3. Brussels Convention Relatives to the Distribution of Programme Carrying Signal Transmitted by Satellite.34
Sedangkan dalam hukum Indonesia pengaturannya tidak disebutkan secara
rinci dalam suatu pengaturan khusus tetapi dimuat dalam UUHC.35
33
Muhammad Djumhana, Op.Cit, hlm. 60.
34
Ibid, hlm.136.
Dalam neighbouring rights, terdapat 3 hak yaitu :
1. the rights of performing artists in there performances (hak penampilan artis atas penampilannya.
2. the rights producers of phonograms in there phonograms (hak produser rekaman suara atau fiksasi suara atas karya rekaman suara tersebut.
3. the rights of broadcasting organization in their radio and television broadcasts (hak lembaga penyiaran atas karya siarannya melalui radio dan televisi).36
Istilah Neighboring rights, dalam lapangan perlindungan hukum Hak
Kekayaan Intelektual (HKI) pengaturannya antara lain dijumpai dalam Rome
Convention (1961).37
Dalam Pasal 21 UUHC dikatakan bahwa , Hak moral Pelaku Pertunjukan merupakan hak yang melekat pada Pelaku Pertunjukan yang tidak dapat dihilangkan atau tidak dapat dihapus dengan alasan apapun walaupun hak ekonominya telah dialihkan.
Dalam UUHC Bab III Pasal 20 , dijelaskan bahwa :
Hak terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b merupakan hak eksklusif yang meliputi:
1. Hak moral pelaku pertunjukan
38 35 Ibid. 36 OK Saidin, Op.Cit, hlm. 133. 37 Ibid, hlm. 134. 38
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 21.
Hak ini melekat pada pelaku pertunjukkan yang tidak dapat dihilangkan dengan alasan apapun walaupun hak ekonominya telah dialihkan. Meliputi hak untuk tetap mencantumkan namanya sebagai pelaku pertunjukkan serta tidak dilakukannya distorsi ciptaan, mutilasi ciptaan, modifikasi ciptaan Dalam pasal 22 UUHC 2014, dijelaskan bahwa:
Hak moral pelaku pertunjukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 meliputi hak untuk:
a. namanya yang dicantumkan sebagai Pelaku Pertunjukan, kecuali disetujui
sebaliknya,
b. tidak dilakukannya distorsi ciptaan, mutilasi ciptaan, modifikasi ciptaan,
atau hal-hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau reputasinya
kecuali disetujui sebaliknya.39
2. Hak ekonomi pelaku pertunjukan
Hak ekonomi pelaku pertunjukan yaitu meliptu hak melaksanakan sendiri, memeberikan izin atau melarang pihak lain untuk melakukan penyiaran atas pertunjukan, fiksasi dari pertunjukannya yang belum difiksasi, penggandaan atas fiksasi pertunjukannya dengan cara atau bentuk apapun, pendistribusian atas fiksasi pertunjukan atau salinannya kepada public, dan penyediaan atas fiksasi
pertunjukan yang dapat diakses publik.40
a. penyiaran atau komunikasi atas pertunjukan pelaku pertunjukan,
Pelaku pertunjukan memiliki hak ekonomi untuk melaksanakan sendiri, memeberikan izin, atau melarang pihak lain untuk melakukan:
b. fiksasi dari pertunjukannya yang belum difiksasi,
c. penggandaan atas fiksasi pertunjukannya dengan cara atau bentuk apapun,
d. pendistribusian atas fiksasi pertunjukan atau salinannya,
e. penyewaan atas fiksasi pertunjukan atau salinannya kepada publik,
f. penyediaan atas fiksasi pertunjukan yang dapat diakses publik.
39
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 21.
40
Penyiaran atau komunikasi tidak berlaku pada :
a. hasil fiksasi pertunjukan yang telah diberi izin oleh pelaku pertunjukan,
b. Penyiaran atau komunikasi kembali yang telah diberi izin oleh Lembaga
Penyiaran yang pertama kali mendapatkan izin pertunjukan.
Pendistribusian fiksasi pertunjukan atau salinannya tidak berlaku terhadap karya pertunjukan yang telah difiksasi, dijual atau dialihkan. Setiap Orang dapat melakukan penggunaan secara komersial ciptaan dalam suatu pertunjukan tanpa meminta izin terlebih dahulu kepada pencipta dengan membayar imbalan kepada
pencipta melalui Lembaga Manajemen Kolektif.41
Hak ekonomi produser fonograf, yaitu meliputi hak melaksanakan sendiri, memberikan izin atau melarang pihak lain untuk melakukan penggadaan atas fonogram asli atau salinannya, penyewaan kepada public atas salinan fonogram dan penyediaan atas fonogram yang dapat diakses ke publik.
3. Hak ekonomi produser fonograf
42
a. penggandaan atas Fonogram dengan cara atau bentuk apapun
pendistribusian atas Fonogram asli atau salinannya.
Produser Fonogram memiliki hak ekonomi dimana hak tersebut dipakai untuk melaksanakan sendiri, memberikan izin, atau melarang pihak lain untuk melakukan:
b. penyewaan kepada publik atas salinan Fonogram. 43
41
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 23 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4) dan ayat (5).
42
OK Saidin, Op.Cit, hlm. 141.
43
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 24 ayat (1) dan ayat (2).
Pendistribusian yang dimaksud diatas tidak berlaku terhadap salinan Fiksasi atas pertunjukan yang telah dijual atau yang telah dialihkan kepemilikannya oleh Produser Fonogram kepada pihak lain, dan setiap orang yang melaksanakan hak ekonomi Produser Fonogram wajib mendapatkan izin
dari produser fonogram.44
Hak ekonomi lembaga penyiaran, yaitu meliputi melaksanakan sendiri, memberikan izin atau melarang pihak lain untuk melakukan penyiaran ulang siaran, komunikasi siaran fiksasi siaran dan penggandaan fiksasi siaran. 4. Hak ekonomi lembaga penyiaran
45
a. penyiaran ulang siaran,
Lembaga Penyiaran mempunyai hak ekonomi, yaitu meliputi hak melaksanakan sendiri, memberikan izin, atau melarang pihak lain untuk melakukan:
b. komunikasi siaran,
c. fiksasi siaran, dan/atau
d. penggandaan fiksasi siaran.
Penerapan hak ekonomi lembaga penyiaran ini memiliki aturannya sendiri, yaitu bahwa setiap orang dilarang melakukan penyebaran tanpa izin dengan tujuan
komersial atas konten karya siaran embaga penyiaran46
44
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 24 ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4).
45
OK Saidin, Op.Cit, hlm. 135.
46
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 25.
. Maka dari itu butuh izin untuk melakukuan penyebaran, dimana izin tersebut datang sendiri oleh lembaga penyiaran.
Keempat hak-hak yang telah dibahas diatas, yaitu hak moral pelaku pertunjukan, hak moral pelaku pertunjukkan, hak ekonomi produsen fonogram dan hak ekonomi lembaga penyiaran memiliki masa berlaku yang diatur dalam UUHC. Hak moral pelaku pertunjukan memiki masa berlaku hak secara mutatis
mutandis terhadap hak ini.47
1. Pelaku Pertunjukan, berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak
pertunjukannya difiksasi dalam Fonogram atau audiovisual.
Hak ekonomi Pelaku Pertunjukan, Produser Fonogram, dan Lembaga Penyiaran, diatur didalam Pasal 63 UUHC. Dimana dalam pasal tersebut dikatakan bahwa pelindungan hak ekonomi bagi:
2. Produser Fonogram, berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak Fonogramnya
difiksasi.
3. Lembaga Penyiaran, berlaku selama 20 (dua puluh) tahun sejak karya
siarannya pertama kali disiarkan.
Masa berlaku pelindungan hak ekonomi terhitung mulai tanggal 1 Januari
tahun berikutnya.48
47
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 62.
48
Undang-Undang Republik Indonesia No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 63 ayat (1) dan ayat (2).