• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PEMBAJAKAN KARYA SENI DIGITAL DI JEJARING SOSIAL

B. Perlindungan Hukum Terhadap Para

Kesadaran masyarakat seni mengenai pentingnya perlindungan hukum terhadap karya-karya cipta/intelektualnya, mulai muncul sejak abad 20 puluh. Ditandai dengan disahkannya konvensi WIPO, maka sejak saat itu masyarakat internasional telah sepakat untuk memberikan perhatian khusus terhadap objek perlindungan yang cukup unik, yaitu pencipta dan karya ciptanya. Begitu pentingnya perlindungan tehadap karya cipta seseorang, hal ini tak terlepas pada persepsi atas resiko yang pasti muncul akibat lahirnya karya, seperti tindak plagiarisme, pembajakan dan tindakan berbagai tindakan merugikan lainnya.

Penghormatan dan penghargaan bagi pencipta menjadi hal yang sangat diagungkan terutama di negara-negara penganut faham kampitalisme, hal ini

sampai mengarah pada pengakuan terhadap intelectual property dari si pencipta

yang bersifat ekslusif dimana hak ini bersifat privacy dan khususu jadi setiap

penggunaan atas karyanya oleh pihak lain harus dengan suatu persetujuan penciptanya dan terkadang diikuiti dengan suatu pembayaran atau lebih dikenal dengan royalti. Penguatan hak-hak pencipta atas karyanya pada saat ini telah mendapat penguatan secara hukum melalui instrumen hukum internasional dan hukum nasional yakni Undang-Undang. Secara nasional pada dasarnya Indonesia sebagai salah satu negara anggota WIPO telah pula turut serta meratifikasi Konvensi WIPO yang kemudian diimplementasikan dengan UUHC.

Selain UUHC, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang HAM

mengembangkan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya sesui dengan martabat manusia demi kesejahteraan pribadinya, bangsa, dan umat manusia” pernyataan ketentuan dalam pasal tersebut jelas dapat ditafsirkan bahwa undang-undang memberikan perlindungan bagi setiap pencipta yang nota bene adalah orang perorang atas suatu karya ciptanya, dan yang telah ia hasilkan dan ia tuangkan dalam bentuk yang konkrit, dari hasil proses kerja pemikiran/intelektualnya secara bebas sebagai salah satu wujud proses pengembangan dirinya sebagai seorang manusia yang diciptakan oleh

Tuhan. 91

Perlindungan hukum yang dibahas diatas, merupakan gambaran dari bekerjanya fungsi hukum untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum, yakni keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum. Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada subyek hukum sesuai dengan aturan hukum, baik itu yang bersifat preventif (pencegahan) maupun yang bersifat represif (pemaksaan), baik yang secara tertulis maupun tidak tertulis dalam rangka

menegakkan peraturan hukum.92

Perlindungan hukum preventif ini, subyek hukum diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan

Dalam perlindungan hukum di Indonesia, dikenal ada 2 macam sarana perlindungan hukum yang dapat dipahami, yaitu sebagai berikut:

1. Perlindungan Hukum Preventif

91 (diakses 25 Juni 2015). 92 Mei 2015).

pemerintah mendapat bentuk yang definitif. Tujuannya adalah mencegah terjadinya sengketa. Perlindungan hukum preventif sangat besar artinya bagi tindak pemerintahan yang didasarkan pada kebebasan bertindak karena dengan adanya perlindungan hukum yang preventif pemerintah terdorong untuk bersifat hati-hati dalam mengambil keputusan yang didasarkan pada diskresi. Di indonesia

belum ada pengaturan khusus mengenai perlindungan hukum preventif.93

a. Pencatatan ciptaan atas karya seni yang diatur dalam UUHC (telah dibahas

sebelumnya).

Perlindungan hukum secara preventif ini sering dilakukan untuk melindungi para pencipta atas perlindungan karya seni mereka, seperti :

b. Perjanjian lisensi pengalihan hak cipta.

c. Ketetapan UUHC yang melibatkan menteri dalam penanganan

pelanggaran hak cipta, yang khususnya dibidang elektrronik. Ketetapan

tersebut terdapat dalam pasal 55 dan 56 UUHC.94

2. Perlindungan Hukum Represif

Perlindungan hukum yang represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa. Penanganan perlindungan hukum oleh Pengadilan Umum dan Peradilan Administrasi di Indonesia termasuk kategori perlindungan hukum ini. Prinsip perlindungan hukum terhadap tindakan pemerintah bertumpu dan bersumber dari konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia karena menurut sejarah dari barat, lahirnya konsep-konsep tentang pengakuan dan

Mei 2015).

94

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 55-56.

perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia diarahkan kepada

pembatasan-pembatasan dan peletakan kewajiban masyarakat dan pemerintah.95

Semula tindak pidana hak cipta ini merupakan delik aduan, tetapi kemudian diubah menjadi delik biasa. Dengan dijadikan delik biasa penindakan dapat segera dilakukan tanpa perlu haknya dilanggar. Sebaliknya, dengan menjadi delik aduan, penindakannya semata-mata didasarkan pada adanya pengaduan dari pencipta atau pemegang hak cipta yang merasa dirugikan, sehingga penegakkan hukumnya menjadi kurang efektif. Selain itu ancaman pidananya pun terlalu ringan dan kurang mampu menjadi penangkal terhadap pelanggaran hak cipta, sehingga ancaman pidananya diperberat guna lebih melindungi pemegang hak cipta dan sekaligus memungkinkan dilakukan penahanan sebagaimana diatur dalam KUHAP.

Pemerintah telah melakukan tindakan perlindungan hukum secara represif sebagai bentuk kepedulian mereka kepada para Pencipta. Hal itu dapat dilihat antara lain sebagai berikut :

a. Ketentuan Pidana Dibidang Hak Cipta

96

95

Hukum kekayaan intelektual dibidang hak cipta ada sanksinya yang akan diberikan jika terjadi pelanggaran terhadap tindak pidana dibidang hak cipta adalah pidana penjara atau denda. Hal ini sesuai dengan ketentuan pidana dan atau denda dalam UUHC.

Mei 2015).

96

Rachmadi Usman, Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual, Perlindungan dan Dimensi Hukumnya di Indonesia (Bandung: Alumni, 2003), hlm.165.

Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan perbuatan informasi tentang metode atau sistem yang dapat mengidentifikasi originalitas substansi ciptaan dan penciptanya dan kode informasi dan kode akses (Pasal 7 (3) UUHC), dan/atau setiap orang dilarang merusak, memusnahkan, menghilangkan, atau membuat tidak berfungsi sarana control teknologi yang digunakan sebagai pelindung ciptaan atau produk hak terkait serta pengaman hak cipta atau hak terkait, kecuali untuk kepentingan pertahanan dan keamanan negara (Pasal 52 UUHC) untuk penggunaan secara komersial, akan dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp300.000.000,00

(tiga ratus juta rupiah).97

1) Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi

dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

Setiap orang yang melakukan pelanggaran hak ekonomi seperti,. dari pencipta akan dipidana sesuai dengan ketentuannya, hal itu dapat dilihat sebagai berikut :

2) Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau

pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan

97

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 112.

pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

3) Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau

pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

4) Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling

banyak rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).98

Setiap orang yang mengelola tempat perdagangan dalam segala bentuknya yang dengan sengaja dan mengetahui membiarkan penjualan dan/atau penggandaan barang hasil pelanggaran hak cipta dan/atau hak terkait di tempat perdagangan yang dikelolanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, dipidana

dengan pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).99

Setiap orang yang tanpa persetujuan dari orang yang dipotret atau ahli warisnya melakukan penggunaan secara komersial, penggandaan, pengumuman, pendistribusian, atau komunikasi atas potret sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 untuk kepentingan reklame atau periklanan untuk penggunaan secara

98

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 113 ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4).

99

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 114.

komersial baik dalam media elektonik maupun non elektronik, dipidana dengan

pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).100

1) Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi

sebagaimana dimaksuddalam Pasal 23 ayat (2) huruf e untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

Dalam Pasal 116 dikatakan bahwa:

2) Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) huruf a, huruf b, dan/atau huruf f, untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

3) Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) huruf c, dan/atau huruf d untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

4) Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

yang dilakukan dalam bentuk pembajakan dipidana dengan pidana penjara

100

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 114.

paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak

Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).101

Setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) huruf c untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

Setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) huruf a, huruf b, dan/atau huruf d untuk penggunaan secara komersial, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak

Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).102

1. Setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan pelanggaran

hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) huruf a, huruf b, huruf c, dan/atau huruf d untuk penggunaan secara komersial, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pasal 118 menjelaskna bahwa :

101

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 116 ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4).

102

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 117 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3).

2. Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) huruf d yang dilakukan dengan maksud pembajakan dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

Setiap Lembaga Manajemen Kolektif yang tidak memiliki izin operasional dari Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 ayat (3) dan melakukan kegiatan penarikan Royalti dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar

rupiah).103

Segala tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini merupakan delik aduan. Penyelesaian sengketa hak cipta yang diselesaikan secara pidana maka pemegang hak cipta harus melaporkan pelanggaran hak cipta yang dialaminya dan memproses sengketa hak cipta itu melalui penyidik polisi atau

PPNS.104

Disamping hal diatas, dalam sistem hak cipta di indonesia, pihak yang berhak megajukan tuntutan pidana hak cipta tidak hanya dilakukan oleh ahli waris pemegang hak cipta dan tuntutan pidana itu tidak hanya dilakukan oleh ahli waris pemegang hak cipta saja tetapi juga terhadap pelanggaran hak-hak ekonomi yang dimiliki pemegang hak cipta saja tetapi juga terhadap pelanggaran hak-hak moral

103

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 119.

104

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 120.

yang dimiliki oleh pemegang hak cipta atau ahli warisnya.105

1. Pencipta atau ahli warisnya berhak menuntut pemegang hak cipta supaya

nama pencipta tetap dicantumkan didalamnya.

Hak-hak moral yang dimiliki oleh pemegang hak cipta atau ahli warisnya adalah sebagai berikut :

2. Suatu ciptaan tidak boleh diubah walaupun hak ciptanya telah diserahkan

kepada pihak lain, kecuali dengan persetujuan pencipta atau dengan persetujuan ahli warisnya dalam hal pencipta telah meninggal.

3. Pencipta berhak mengadakan perubahan judul dan anak judul ciptaan,

pencantuman dan perubahan nama samaran pencipta.

4. Pencipta juga tetap berhak mengadakan perubahan pada ciptaannya sesuai

dengan kepatutan dalam masyarakat.

Widyopramono mengatakan, bahwa selain jenis tindak pidana Hak Cipta tersebut diatas, sesungguhnya bila dikelupas dalam tindak pidana Hak Cipta juga

melanggar ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.106

Kata “ganti rugi” menunjukkan pada satu peristiwa, dimana ada seseorang yang menderita kerugian disatu pihak, dan dipihak lain ada orang yang dibebankan kewajiban untuk menggantikan atas kerugian yang diderita orang lain tersebut karena perbuatannya. Peristiwa ganti rugi bukanlah peristiwa yang berdiri sendiri, melainkan ada ikatannya dengan peristiwa sebelumnya. Dalam teminologi hukum perdata, peristiwa yang mendahuluinya itulah yang perlu diungkapkan.

b. Gugatan ganti rugi

105

HIR (Het Herziene Indonesisch Reglement), Pasal 115-245 & 372-394.

106

Widyopramono, Tindak Pidana Hak Cipta Analisis dan Penyelesaiannya (Jakarta: Sinar Grafika, 1992), hlm.20.

Untuk mengajukan gugatan ganti rugi haruslah dipenuhi terlebih dahulu unsur perbuatan melawan hukum yaitu :

1) Adanya orang yang melakukan kesalahan.

2) Kesalahan itu menyebabkan orang lain menderita.107

Apabila kedua unsur tersebut telah dipenuhi, barulah peristiwa itu dapat diajukan kepengadilan dalam bentuk ganti rugi, sebagaimana diatur dalam UUHC Pasal 96. Memang dapat saja gugatan ganti rugi itu dimajukan secara serentak dalam tuntutan pidana. Hanya saja karena ada unsur perbuatan melawan hukum itu menentukan harus ada kesalahan (apakah sengaja atau ada kelalaian), maka sebaiknya gugatan ganti rugi itu diajukan setelah ada putusan hakim yang menyatakan bersangkutan telah melakukan kesalahan.

c. Penetapan Sementara Oleh Pengadilan Niaga

TRIP’s selain diatur tentang Penerapan Sementara oleh Pengadilan Niaga yang pengaturannya telah didapati dalam UUHC Pasal 106 sampai dengan pasal 109. Penetapan Sementara sebagai upaya hukum yang dapat dikeluarkan oleh Pengadilan Niaga dengan segera dan efektif menimbulkan beberapa persoalan yang perlu dipikirkan pemecahannya.

Penetapan Sementara seperti yang diatur dalam pasal 106 UUHC adalah suatu Keputusan Pengadilan Niaga yang mendahului pemeriksaan suatu perkara, yang berarti sebelum pokok perkara diperiksa hakim Pengadilan Niaga. Sedangkan Putusan Sela berdasarkan pasal 180 HIR dapat diajukan

107

permohonannya oleh pihak yang berperkara pada saat perkara sedang berproses di pengadilan. Hukum Acara Perdata belum mengenai yang dinamakan Penetapan

Sementara. 108

Perlu dijelaskan bahwa atas permintaan pihak yang merasa dirugikan karena pelanggaran hak cipta yang dipunyainya. Pengadilan Niaga dapat

menerbitkan surat Penetapan Sementara dengan segera dan efektif untuk: 109

1. Mencegah berlanjutnya pelanggaran hak cipta, khususnya mencegah

masuknya barang yang diduga melanggar Hak Cipta atau Hak Terkait kedalam jalur perdagangan, termasuk tindakan importasi.

2. Menyimpan bukti yang terkait pelanggaran hak cipta atau hak terkait tersebut

guna menghindari terjadinya penghilangan barang bukti.

3. Meminta kepada pihak yang merasa dirugikan untuk memberikan bukti yang

menyatakan bahwa pihak tersebut memang berhak atas hak cipta atau hak terkait, dan hak pemohon tersebut memang sedang dilanggar.

Di Indonesia ada kecenderungan untuk menyelesaikan pelanggaran hak cipta dengan upaya hukum pidana dibanding upaya mealukakan tuntutan perdata melalui Pengadilan Niaga untuk memperoleh ganti rugi Pada kenyataanya instusi-isntusi penegak hukum di Indonesia, seperti Direktorat Jenderal HKI, Pengadilan, Polisi, Kejaksaan dan Bea Cukai mempunyai jurisdiksi sendiri-sendiri yang wewenang yang dibutuhkan dalam hal ini perlindungan HKI. Tetapi disisi lain adalah suatu kenyataan bahwa masing-masing jurisdiksi yang memiliki wewenang

108

Ibid, hlm.262-263.

109

yang diberikan kepada insitusi-insitusi ini dibatasi dengan cakupan dan tujuan

wewenang yang diberikan pada institusi tersebut.110

Penegakkan hukum banyak dinamika, lebih-lebih ketika United States

Trades Representative (USTR), menyatakan bahwa Indonesia masih berada dalam

kelompok “Priority Watch List” artinya negara yang penegakkan hukumnya

sangat diawasi Setiap tahun USTR mengevaluasi posisi negara kita. Pada tahun

ini peningkatannya sudah turun dari “Priority Watch List” menjadi “Watch List”.

Namun walaupun posisi sudah turun dalam arti membaik, tidak menutup kemungkinan tahun depan masuk lagi keposisi semula apabila kita tidak menjaga posisi tersebut.

C. Peran Pemerintah dalam Upaya Penegakkan Hukum Terhadap

Dokumen terkait