• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PEMBAJAKAN KARYA SENI DIGITAL DI JEJARING SOSIAL

C. Pembajakan Karya Seni Digital

1. Pembajakan karya seni digital

Piracy atau pembajakan merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan berbagai macam aktivitas file sharing illegal, download illegal

atau pemalsuan yang berkaitan dengan internet. Internet piracy merupakan satu

hal yang berbahaya dan biasanya bersifat illegal dan bahkan cenderung tergolong aksi kriminal.

File sharing merupakan salah atu bentuk terlama dari pembajakan yang

masih bertahan hingga saat ini. Pada tahun 90’an , program file sharing

dikembangkan untuk memungkinkan pengguna agar dapat berbagi file musik, video klip dan berbagai macam file berukuran relative kecil lainnya. Namun sayangnya proses ini terkadang berakhir pada berbagai macam masalah. Sebagai contoh, file dapat dengan mudah terinfeksi virus. Dengan begitu virus-virus tersebut akan menyebar pada computer lain yang mengakses file tersebut. Selain itu file sharing juga bermasalah dengan hak cipta, dimana terkadang penggguna saling berbagi file atau program yang berbayar yang merupakan aktivitas illegal. Tidak berbeda jauh dengan file sharing illegal , hal yang sama juga berlaku untuk download file illegal. Terdapat berbagi macam situs atau sumber yang menyediakan bermacam-macam file program atau aplikasi untuk dapat didownload secara gratis oleh pengguna internet. Beberapa file mungkin memang bersifat gratis , namun tidak jarang program-program yang mahalpun ikut disertakan disana. Jelas hal ini sangat tidak mengindahkan hak cipta atau copy

right yang dimiliki oleh pemegang lisensi. 71

108 negara yang disurvei International Data Corp (IDC), tercatat ada 67

negara yang tingkat pembajakannya turun dengan kisaran 1-7 persen. Penurunan paling tajam diraih Rusia, sementara 11 negara lainnya tingkat pembajakannya naik. Sisanya tercatat tidak mengalami perubahan (prosentasenya tetap). Rata-rata tingkat pembajakan secara global meningkat menjadi 38% setiap tahunnya. Armenia didaulat sebagai negara dengan tingkat pembajakan terbesar dengan

71

(diakses 13 Mei 2015).

prosentase 93%, menyusul Armenia, Bangladesh dan Azerbaijan dengan prosentase 92%. Di lain sisi, negara adidaya Amerika Serikat (AS) tercatat sebagai negara yang tingkat pembajakannya paling rendah dengan prosentase 20%. Berikut daftar 5 negara pembajak terbesar:

a. Armenia (93%)

b. Bangladesh (92%)

c. Azerbaizan (92%)

d. Moldova (92%)

e. Zimbabwe (91%)

Daftar 5 negara pembajak terendah:

a. Amerika Serikat (20%)

b. Luxemburg (21%)

c. New Zeland (22%)

d. Jepang (23%)

e. Austria (25%)

Indonesia menduduki peringkat ke 12 dari 108 negara dalam hasil studi

internasional data perusahaan tentang pembajakan di dunia pada saat ini.72

72

Penyebab pembajakan tidak bisa kita pungkiri, hidup di era globalisasi dengan kehidupan yang serba modern serba digital kita tidak bisa lepas dari alat-alat teknologi yang serba modern, sebut saja komputer. Komputer di era yang serba modern ini memiliki peranan-peranan yang penting untuk membantu kegiatan kita sehari-hari dalam menyelasaikan tugas-tugas yang dibuat dengan menggunakan

(diakses 13 Mei 2015).

teknologi digital.73

Sejak beberapa tahun terakhir ini perkembangan musik di Indonesia sedang mengalami titik puncak pada masa kejayaannya. Namun kasus pembajakan terhadap karya musik di Indonesia masih sangat tinggi, walaupun banyak pembajakan, tetapi dunia musik di Indonesia seperti magnet bagi masyarakatnya dan minat para musisi muda tidak pernah surut. Hasil pembajakan tersebut dapat dengan mudah kita dapati di mall dan pedagang-pedagang kaki lima. Selain itu, kita dapat dengan mudah mendapatkan lagu-lagu yang kita

inginkan tersebut dengan cara mengunduh (mendownload) di situs-situs yang

memang secara khusus menyediakannya secara gratis.

. Untuk itu berikut akan dibahas mengenai pembajakan tersebut. Pembajakan-pembajakan karya seni digital tersebut beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Pembajakan dibidang musik/lagu/MP3

74

Kreativitas dan ide merupakan faktor yang utama dalam menciptakan sebuah karya seni. Ide adalah faktor untuk dapat menciptakan sesuatu, sedangkan kreativitas adalah cara kita mengolah ide yang kita dapat untuk dijadikan sesuatu. Apabila kita bicara lagu atau musik, kreativitas adalah unsur untuk mengolah ide menjadi sebuah karya. Dalam dunia bisnis musik, seorang musisi dituntut tidak boleh kehabisan ide dan kreativitas, dengan harapan menghasilkan karya-karya setiap tahun sesuai dengan perjanjian dengan pihak label tempat mereka bernaung. Tuntutan untuk menghasilkan sebuah album setiap tahunnya membuat

73 (diakses 13 Mei 2015). (diakses tanggal 21 Juni 2015).

musisi tertekan. Mereka seolah-olah menjadi seekor sapiperahan oleh perusahan rekaman untuk selalu menghasilkan karya yang terbaik. Ide dan Kreativitas adalah sesuatu yang abstrak, kedua komponen tersebut dapat muncul apabila pikiran seseorang dapat muncul apabila pikiran seseorang dalam keadaan tenang. Kalau musisi selalu ditekan, tidak menutup kemungkinan musisi tersebut akan kehabisan ide dan kreativitasdalam keadaan tenang. Kalau musisi selalu ditekan, tidak menutup kemungkinan musisi tersebut akan kehabisan ide dan kreativitas.

Harus diakui, pelanggaran hak cipta di bidang musik, tidak hanya

menghancurkan industri musik domestik, tetapi juga produser sound recording

asing. Para pembajak sangat diuntungkan dari praktek illegal ini karena mereka tidak mengeluarkan biaya untuk produksi, pemasaran dan promosi. Tidak jauh dari estimasi IPPPMI (Ikatan Pendidik dan Pengelolaan Pendidikan Musik Indonesia, dua dari lima rekaman musik yang diperdagangkan di Indonesia merupakan barang bajakan. Pembajakan menjadi masalah serius karena dilakukan

dalam skala besar dan komersial.75 Oleh sebab itu dibutuhkan adanya

perlindungan hukum terhadap musisi Indonesia. Salah satu bentuk perlindungan yang diberikan terhadap hasil kaya intelektual manusia adalah bentuk Hak Kekayaan Intelektual atau lebih dikenal dengan istilah HAKI. Meskipun sudah ada upaya untuk memerangi pembajakan, salah satunya dengan dibentuknya UUHC yang mengatur tentang hak cipta, namun pembajakan di Indonesia masih

terus berlangsung.76

75

Sophar Maru Hutagalung, Hak Cipta Kedudukan dan Peranananya Dalam Pembangunan (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm. 315.

76

(diakses tanggal 21 Juni 2015).

Musik MP3 adalah sebuah singkatan dari Motion Picture Expert Group, Layer 3 yang merupakan format encoding suatu data audio yang bertujuan untuk mereduksi dan melakukan kompresi sejumlah data dalam audio tersebut, namun tetap memiliki kualitas audio sama dengan yang tidak mengalami kompresi Sebagai contoh, suatu data audio yang disimpan dalam format lain membutuhkan space sebesar 50 megabyte, sedangkan apabila menggunakan format MP3, space yang dibutuhkan hanya seperlimanya saja, yaitu sekitar 5 megabyte. Bagi MP3 sendiri pesatnya perkembangan kemajuan teknologi dewasa ini ternyata telah membuat tingginya maraknya pembajakan karya cipta lagu. Penggunaan sarana digital seolah-olah mempermudah dalam pendistribusian produk bajakan di bidang karya cipta. Dengan peralatan canggih seperti sekarang, proses penggandaan produk bajakan tidak lagi menjadi rumit. Pelaku pembajakan relatif mudah menggandakan produk karena tidak memerlukan ruang yang luas. Akibatnya sulit bagi penegak hukum untuk mendeteksinya.

Berdasarkan data yang dirilis oleh Asosiasi industri rekaman Indonesia (Asiri), perkiraaan potensi kerugian bagi industri itu luar biasa besarnya. Begitu juga dengan kerugian bagi pemasukan ke kas negara karena hilangnya potensi pemasukan pajak. Asiri menyatakan jumlah peredaran produk rekaman lagu ilegal dalam format cakram optik diperkirakan mencapai 200 juta keping per tahun. Dari total peredaran produk bajakan itu, Asiri memperkirakan potensi kerugian bagi industri rekaman selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir

mencapai Rp80 triliun. Sementara itu, akumulasi kehilangan pemasukan kas negara mencapai Rp8 triliun.

Faktor ukuran data dari MP3 yang hanya membutuhkan space yang sedikit dari sebuah hardisk dan semakin maraknya diseminasi atau pertukaran data di internet yang dipacu semakin tingginya kecepatan transfer data di Internet, telah menyebabkan terjadi penyebaran data MP3 yang begitu pesat. Penyebaran yang begitu pesat ini menimbulkan suatu isu penting seputar MP3, yaitu aspek legalitas dari MP3 khususnya terkait dengan hak cipta. Sebagian besar konten MP3 adalah sebuah musik atau lagu. Lagu tersebut biasanya berasal dari Compat Disk (CD)

yang orisinil kemudian setelah melalui proses grabbing, lagu tersebut di kompresi

menggunakan encoding software MP3 sehingga menjadi data MP3 yang biasanya berekstensi data .mp3.

Rata-rata sebuah CD memuat sebelas hingga dua belas lagu dengan total data sebesar 650 MB. Setelah melalui proses konversi menjadi MP3, besar data masing-masing lagu berkisar antara lima hingga enam megabyte. Setelah mencapai besaran yang terkompresi, data-data tersebut dengan mudah dapat didistribusikan melalui internet. Data tersebut dapat didistribusikan melalui surat

elektronik (e-mail), melalui proses upload ke server tertentu kemudian

di-download, atau dapat juga melalui pertukaran data orang perorang yang biasa

disebut dengan peer-to-peer networking.77

77

b. Pembajakan video/film

(diakses tanggal 21 Juni 2015).

Pembajakan dalam bidang Film/Rekaman Video makin marak terjadi. Salah satu alasannya adalah karena VCD/DVD Film yang asli merupakan produk yang tidak bisa dikonsumsi oleh semua pihak dalam setiap kalangan. Hal ini dikarenakan kaset fil yang asli dipatok dengan harga yang lumayan mahal. Jika dibandingkan dengan harga VCD/DVD bajakan yang hanya dibandrol dengan sepuluh ribu rupiah per keping, dengan kualitas gambar yang hampir sama. Tentusaja hal ini merupakan sesuatu yang menggiurkan dan memikat. Dengan semakin banyaknya peminat dan pembeli VCD/DVD bajakan ini, tentu saja membuat pihak-pihak yang melakukan pembajakan semakin menjalar.

Pembajakan film ke dalam format VCD dan DVD, bahkan sudah banyak

dilakukan dengan mengcopy langsung dari VCD/DVD original yang baru

beredar. Hal ini terjadi terutama pada film-film Indonesia. Menurut pengamatan PPFI (Perhimpunan Perusahaan Film Indonesia), pembajakan dalam format VCD/DVD semakin meningkat karena banyaknya relokasi pabrik VCD/DVD illegal dari Cina, Hongkong dan Malaysia ke Indonesia. Diwilayah ini sedikitnya 2 juta keping VCD/DVD diedarkan setiap harinya, termasuk yang beredar dan

dijual secara bebas di pertokoan.78

Fotografi merupakan salah satu karya seni yang berasal dari dari daya fikir atau ide dari manusia dari apa yang dilihat dan direalisasikan atau didokumentasikan melalui media kamera menjadi sebuah karya cipta, oleh karena itu fotografi dilindungi oleh UUHC. Dalam kemajuan teknologi saat ini, banyak c. Pembajakan fotografi digital

78

(diakses tanggal 21 Juni 2015).

sekali foto-ffoto pribadi orang diambil dan dipakai oleh orang lain tanpa izin dari pemilik foto tersebut. dalam pemanfaatan foto diri berdasarkan ketentuan UUHC pemegang hak cipta terhadap orang yang diambil foto dirinya hanya sebatas meminta izin untuk mengumumkan, memperbanyak, dan memamerkan hasil

karya ciptanya.79

Desain grafis tentu sudah tidak asing lagi dengan aplikasi-aplikasi seperti Adobe Photoshop, Corel Draw, dan semacamnya. Namun mungkin banyak yang Apabila pemegang hak cipta mengumumkan, memperbanyak, memamerkan hasil ciptaannya tanpa melalui izin terlebih dahulu hal itu dianggap sebagai pelanggaran berdasarkan ketentuan UUHC.

Digitalisasi foto ini sekali terjadi didalam dunia jejaring sosial, dimana jejaring sosial merupakan wadah yang menghubungkan satu orang keorang lain, sehingga dapat dilihat atau dinikmati oleh orang lain, walaupun orang tersebut

belum kita kenal. Contoh yang paling sering terjadi adalah, didunia Facebook

(jejaring sosial yang paling banyak diminati dimasyarakat untuk mengunggah foto

pribadi ke account pribadi seseorang), sering terjadi yang namanya pengambilan

foto tanpa izin dari pemilik foto. Foto itu diambil oleh si pengambil untuk kemudian disebarluaskan atau bahkan disimpan atau dipakai untuk kebutuhan pribadi. Hal ini lah yang menjadikan si pemilik foto harus memakai haknya sebagai pencipta, disini pencipta merupakan si pemilik foto itu. Karena bisa saja foto yang diambil itu akan merugikan si pemilik. Apakah foto tersebut dijadikan sebagai kriminalitas, atau pelecahan bagi diri sipemilik foto tersebut.

d. pembajakan gambar/desain grafis

79

tidak menyadari bahwa aplikasi-aplikasi tersebut adalah aplikasi yang bersifat Propetiary (berbayar). Dan kalaupun mengetahui dan memahami maksud dari propetiari tersebut, masih banyak sebagian dari kita yang tidak mengacuhkannya padahal hal tersebut sangat erat hubungannya dengan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HKI) yang sudah diterapkan di Indonesia. Banyak para desainer grafis yang mengeluh karena karya-karya yang mereka buat diambil atau dijiplak oleh

orang lain. Contohya karya mereka dibidang grafis, mereka unggah ke facebook

atau twitter mereka, tetapi ada pihak yang tidak bretanggung jawab mengambil

dan menyebarluaskannya lagi. Sehingga desain tersebut dimilki oleh sipembajak, dan dipakai untuk kepentingan sendiri dan dapat dipakai untuk mendapatkan keuntungan.

Salah satu yang paling penting adalah karena minimnya pemberantasan pembajakan aplikasi berbayar oleh pemerintah, sehingga pembajakan di negeri ini dapat tumbuh dengan bebas. Hal ini dapat kita buktikan dengan mudahnya kita menemukan berbagai aplikasi berbayar dengan harga murah dan lengkap di

pasaran.80

Menghindari pembajakan digital, khususnya pada desaingrafis.

Pertama, pastikan info grafis dan data forensik desain digital dideskripsikan secara rinci. Desainer grafis perlu memberikan informasi terkait dengan karyanya yang diunggah ke internet. Selain itu, harus jelas apakah karya tersebut boleh digunakan khalayak umum atau hanya kalangan terbatas. Misalnya, saat mengunggah karya ke Facebook, harus dipastikan bahwa foto atau desain yang

80

kita unggah itu merujuk pada link akun pribadi. Kedua, berikan watermark atau cap air sebagai tanda pada desain grafis. Ukurannya bisa sepenuh halaman atau hanya tanda kecil pada sudut desain. Selain itu, cap air dapat dibuat transparan maupun jelas. Tujuannya agar penjiplak

kesulitan menghilangkan tandanya. Ketiga, pencipta dapat mengunggah desain

grafis dengan resolusi yang lebih rendah dari versi aslinya. Dengan demikian, pihak yang ingin menggunakan desain tersebut harus mencari sumber utama desain itu dan meminta izin pada pembuatnya. Khusus desain grafis yang memiliki nilai ekonomi, semisal merek dagang, lebih baik didaftarkan hak ciptanya.

Sebenarnya sudah banyak solusi untuk menghadapi derasnya pembajakan yang telah dipraktekkan oleh berbagai negara maju dan berkembang seperti pemanfaatan dan pengembangan sistem operasi serta aplikasi alternatif untuk menghindari pembajakan.

e. pembajakan motif batik secara digital

Motif batik merupakan suatu karya seni yang biasanya dituangkan dalam corak, dimana corak tersebut didesain diatas kain. Tetapi seiring perkembangan zaman, motif batik tidak hanya dipakai diatas kain saja, tetapi juga dapat dibuat dalam bentuk digital melalui komputer. Hal inilah yang menjadikan para pembajak memanfaatkan hal ini untuk memakai dan mencopy karya motif batik orang lain, untuk dijadikan karyanya. Karya tersebut mereka ambil dan mereka sebarluaskan untuk kepentingan pribadi. Desain batik orang lain dijiplak atau ditiru yang kemudian dijual lagi.

2. Pembajakan karya seni digital dan menurut UUHC

Menurut Pasal 1 butir 1 UUHC, Hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai denga ketentuan peraturan perundang-undangan. Pembajakan didalam UUHC disebutkan secara jelas, yaitu dalam Pasal 1 ayat 23, yang mengatakan bahwa “Pembajakan adalah penggandaan ciptaan dan/atau produk hak terkait secara tidak sah dan pendistribusian barang hasil penggandaan dimaksud secara luas

untuk memperoleh keuntungan ekonomi”.81

Pasal 1 butir 11 dan butir 12 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan “pengumuman ” adalah pembacaan, penyiaran, pameran, suatu ciptaan dengan menggunakan alat apapun baik elektronik atau non elektronik atau melakukan dengan cara apapun sehingga suatu ciptaan dapat dibaca, didengar, atau dilihat orang lain.

82

Sedangkan yang dimaksud dengan “penggandaan” adalah tindakan menambah suatu ciptaan, dengan pembuatan yang sama, termasuk

mengalihwujudkan suatu ciptaan.83

81

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 1 butir 23.

82

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 1 butir 11

83

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 1 butir 12.

Dari ketentuan di atas dapat terlihat bahwa tindakan-tindakan pembajakan musik/lagu/MP3, video/film dan software tersebut termasuk dalam kategori melanggar hak cipta.

Aturan UUHC mengatur mengenai pembatasan-pembatasan terhadap hak cipta, karena tidak semua hal diatur didalam UUHC ini. Pembatasan terhadap hak cipta tertuang dalam Pasal 42-46. Tidak ada pembatasan hak cipta atas:

a. Hasil rapat terbuka lembaga negara.

b. Peraturan perundang-undangan.

c. Pidato kenegaraan atau pidato pejabat pemerintah.

d. Putusan pengadilan atau penetapan hakim.

e. Kitab suci atau simbol keagamaan.84

Aturan dalam UUHC juga mengatakan didalam Pasal 43 bahwa tidak ada pelanggaran hak cipta atas :

a. Pengumuman, pendistribusian, komunikasi, dan/atau penggandaan

lambang negara dan lagu kebangsaan menurut sifatnya yang asli.

b. Pengumuman, pendistribusian, komunikasi, dan/atau penggandaan segala

sesuatu yang dilaksanakan oleh atau atas nama pemerintah, kecuali dinyatakan dilindungi oleh peraturan perundang-undangan, pernyataan pada ciptaan tersebut, atau ketika terhadap ciptaan tersebut dilakukan pengumuman, pendistribusian, komunikasi, dan/atau penggandaan.

c. pengambilan berita aktual, baik seluruhnya maupun sebagian dari kantor

berita, Lembaga Penyiaran, dan surat kabar atau sumber sejenis lainnya dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan secara lengkap.

d. pembuatan dan penyebarluasan konten hak cipta melalui media teknologi

informasi dan komunikasi yang bersifat tidak komersial dan/atau

84

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 42.

menguntungkan Pencipta atau pihak terkait, atau Penciptatersebut menyatakan tidak keberatan atas pembuatan dan penyebarluasan tersebut.

e. Penggandaan, Pengumuman, dan/atau pendistribusian potret Presiden,

Wakil Presiden, mantan Presiden, mantan Wakil Presiden, Pahlawan Nasional, pimpinan lembaga negara, pimpinan kementerian/lembaga pemerintah non kementerian, dan/atau kepala daerah dengan memperhatikan martabat dan kewajaran sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.85

Penggunaan, pengambilan, Penggandaan, dan/atau pengubahan suatu ciptaan dan/atau produk hak terkait secara seluruh atau sebagian yang substansial tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta jika sumbernya disebutkan atau dicantumkan secara lengkap untuk keperluan tertentu, keperluan tersebut adalah:

a. pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

penulisankritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pencipta atau Pemegang hak cipta.

b. keamanan serta penyelenggaraan pemerintahan, legislatif, dan peradilan.

c. ceramah yang hanya untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan

d. pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran dengan

ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pencipta.86

Fasilitasi akses atas suatu ciptaan untuk penyandang tuna netra, penyandang kerusakan penglihatan atau keterbatasan dalam membaca, dan/atau

85

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 43.

86

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 44 ayat (1).

pengguna huruf braille, buku audio, atau sarana lainnya, tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta jika sumbernya disebutkan atau dicantumkan secar lengkap, kecuali bersifat komersial. Dalam hal ciptaan berupa karya arsitektur, pengubahan, penggunaan, pengambilan, penggandaan, dan/atau pengubahan suatu ciptaan dan/atau produk hak terkait tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta

jika dilakukan berdasarkan pertimbangan pelaksanaan teknis.87

a. Kurangnya pengetahuan sebagian besar masyarakat terhadap perlindungan

Hak Cipta Kekayaan Intelektual (HKI), khususnya mengenai hak cipta lagu atau musik. Untuk itu, sangat diperlukan sekali sosialisasi akan pentingnya Hak Cipta Kekayaan Intelektual (HKI) terutama di bidang perlindungan karya seni terhadap para pencipta.

Pembajakan yang terjadi sekarang di Indonesia tidak terlepas dari faktor-faktor pendorongnya. Faktor-faktor-faktor pendorong meningkatnya tingkat pembajakan tersebut adalah antara lain :

b. Faktor ekonomi masyarakat Indonesia-nya itu sendiri yang cenderung

lebih memilih mengcopy atau mendownoad karya-karya seni tersebut dalam bentuk digital. Sikap masyarakat inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh para pelaku pembajakan hak cipta khususnya di bidang lagu atau musik untuk melakukan pembajakan hak cipta demi meraup keuntungan yang besar, tanpa harus bersusah payah memikirkan nasib para pencipta yang sudah bersusah payah untuk menciptakan suatu karya tersebut.

87

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 44 ayat (2) dan ayat (3).

c. Sikap masyarakat yang cenderung berprasangka buruk terhadap penegakkan hukum hak cipta, umumnya penegakkan hukum di Indonesia yang terkesan mengecewakan semisal para koruptor yang bisa keluar masuk penjara, para koruptor yang memiliki fasilitas lebih di penjara, para koruptor dengan hukuman yang ringan, dll. Inilah yang menyebabkan lahirnya sikap semacam ketidak pedulian terhadap pelanggaran yang terjadi dikarenakan penegakkan hukumnya yang sudah terkesan mengecewakan.

d. Pembajakan hak cipta akibat daya beli yang rendah. Menurut Abdul Bari,

mantan Dirjen HKI Departemen Hukum dan HAM, banyaknya pembajakan terhadap hasil karya seseorang karena daya beli masyarakat masih rendah. Dia mencontohkan peredaran Video Compact Disc bajakan di Indonesia sangat marak. Hal itu karena daya beli masyarakat rendah.

Jika harus beli Video Compact Disc orisinil yang harganya puluhan ribu

rupiah, masyarakat tidak mampu. Akibatnya, mereka memilih barang bajakan yang harganya sangat murah.

e. Kurangnya tindakan hukum serius bagi para pelaku tindak pidana atau

para pembajak, sehingga jika keadaan ini dibiarkan berlarut-larut maka akan menimbulkan sikap bahwa pembajakan sudah merupakan hal yang

biasa dan tidak lagi merupakan tindakan yang sering dilakukan.88

download baru lengkap cepat mudah.htm (diakses 14 Mei 2015).

BAB IV

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENCIPTA ATAS PEMBAJAKAN KARYA SENI DIGITAL PADA UNDANG-UNDANG

NO.28 TAHUN 2008

A. Hubungan Hukum Pencipta Dengan Karya Seni Digital Dalam Jejaring Sosial

Pada hakikatnya ilmu adalah kesatuan tak terpisahkan dari tiga hal yang saling berhubungan satu sama lain. Tiga hal itu adalah proses suatu aktivitas,

Dokumen terkait