• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

B. Evaluasi

1. Hakekat Evaluasi

Sebelum seorang guru menilai prestasi belajar siswa dalam penguasaan suatu mata pelajaran tertentu, seorang guru terlebih dahulu harus mengukur

prestasi siswa tersebut. Kegiatan pengukuran prestasi belajar siswa dapat dilakukan melalui ulangan harian, Ujian Tengah Semester (UTS), Ujian Akhir Semester (UAS), dan Ujian Nasional (UN). Kegiatan pengukuran adalah suatu kegiatan menentukan kuantitas sifat suatu objek melalui aturan-aturan tertentu, sehingga kuantitas yang diperoleh benar-benar mewakili sifat dari suatu objek yang dimaksud. Kuantitas yang diperoleh dari suatu pengukuran disebut skor (Masidjo, 1995 : 13).

Menurut Silverius (1991 : 5), pengukuran adalah suatu proses pemberian angka pada sesuatu atau seseorang berdasarkan aturan-aturan tertentu. Hasil dari kegiatan pengukuran tersebut hanya berupa angka-angka (skor). Kegiatan pengukuran tidak membuahkan nilai atau pendapat baik dan buruk sesuatu, akan tetapi hasil pengukuran dapat dipakai untuk membuat penilaian atau evaluasi.

Agar skor-skor dapat berarti bagi pihak-pihak terkait, khususnya bagi guru dan siswa, skor-skor tersebut perlu diberi arti atau makna. Skor-skor tersebut akan bermakna apabila diperbandingkan dengan acuan yang relevan, yang sesuai dengan sifat suatu objek, dalam hal ini adalah prestasi belajar siswa dalam penguasaan suatu mata pelajaran (Masidjo, 1991 : 17). Berikut ini adalah contoh pedoman penilaian.

Tabel 2.1

Contoh Pedoman Penilaian Kelas

Interval

Kualifikasi Kualitas / Nilai 49 – 60 40 – 48 34 – 39 Amat baik Baik Cukup A B C

28 – 33 0 – 27

Kurang / meragukan Kurang sekali / gagal

D E

Dari proses pengubahan skor-skor menjadi kualitas-kualitas, maka dapat dikatakan bahwa kegiatan penilaian adalah suatu kegiatan membandingkan hasil pengukuran dengan acuan yang relevan sedemikian rupa, sehingga diperoleh kualitas suatu objek yang bersifat kuantitatif. Kualitas yang diperoleh dari suatu kegiatan penilaian ini disebut nilai. Dari pengertian tersebut, jelaslah bahwa kegiatan penilaian sangat tergantung pada kegiatan pengukurannya (Masidjo, 1991 : 18).

Secara garis besar, fungsi evaluasi dalam dunia pendidikan mencakup empat hal (Subiyanto, 1988 : 17), yakni :

a. Untuk memberikan unpan balik kepada guru mengenai program pengajaran yang dilaksanakan, ini dapat digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar serta menyeleng-garakan program remedial bagi para siswa tertentu.

b. Untuk menentukan hasil atau kemajuan belajar tiap siswa, ini antara lain berupa nilai yang tercantum dalam buku rapor, penentuan kenaikan kelas, dan penentu apakah seorang siswa lulus atau tidak dari jenjang pendidikan tertentu.

c. Untuk menempatkan siswa dalam situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan kemampuan dan minat masing-masing siswa, ini misalnya digunakan untuk menentukan jurusan apa yang kiranya paling tepat dimasuki oleh siswa tertentu.

d. Untuk mengenali latar belakang kesulitan belajar para siswa, hasil belajar ini dapat digunakan sebagai dasar untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut.

Menurut Silverius (1991 : 9), terdapat empat jenis evaluasi yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian hasil belajar siswa, yakni :

a. Tes Penenpatan (Placement Test)

Tes jenis ini disajikan pada awal tahun pelajaran untuk mengukur kesiapan siswa dan mengetahui tingkat pengetahuan yang telah dicapai sehubungan dengan pelajaran yang disajikan. Dengan demikian, siswa dapat ditempatkan pada kelompok yang sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.

b. Tes Formatif (Formative Test)

Tes jenis ini disajikan di tengah program pengajaran untuk memantau kemampuan belajar siswa demi memberikan umpan balik, baik kepada siswa maupun kepada guru.

c. Tes Diagnostik (Diagnostic Test)

Tes jenis ini bertujuan mendiagnosa kesulitan belajar siswa untuk mengupayakan perbaikan.

d. Tes Sumatif (Summative Test)

Tes jenis ini biasanya diberikan pada akhir tahun pelajaran atau akhir suatu jenjang pendidikan. Tes ini dimaksudkan untuk memberikan nilai yang menjadi dasar penentuan kelulusan dan

atau pemberian sertifikat bagi yang telah menyelesaikan pelajaran dengan berhasil baik.

Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam melakukan kegiatan pengukuran dan penilaian. Menurut Masidjo (1995 : 22), prinsip-prinsip pelaksanaan kegiatan pengukuran dan penilaian suatu objek adalah sebagai berukut :

a. Kegiatan pengukuran dan penilaian suatu objek harus dilaksanakan secara terus menerus atau kontinu.

Semakin sering seorang guru melakukan kegiatan pengukuran dan penilaian prestasi belajar siswa, semakin banyak diperoleh data skor dan nilai prestasi belajar, sehingga akan semakin memantapkan kesan guru tentang prstasi belajar siswa-siswanya. Dari sini jelaslah, peranan kegiatan pengukuran dan penilaian prestasi belajar siswa yang dilaksanakan secara kontinu.

b. Kegiatan pengukuran dan penilaian suatu objek harus dilaksanakan secara menyeluruh atau komprehensif.

Dalam melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar, seorang guru juga harus mampu menyentuh bahan pelajaran secara luas dan mendalam yang relevan untuk mencapai berbagai tingkah laku yang terdapat dalam tujuan pengajaran (aspek kognitif, afektif, dan psikokotorik) yang harus tampak dalam hasil belajar di berbagai bidang, yakni pengetahuan, pemahaman, sikap, nilai, ketrampilan. Hal-hal tersebut harus dapat dimuat dalam tes prestasi belajar yang

dipakai dalam suatu pengukuran. Di samping itu, seorang guru juga harus mampu mengembangkan motivasi ekstrinsik menjadi motivasi instrinsik dalam belajar siswa-siswanya, sehingga interaksi dalam kegiatan proses belajar mengajar dapat menjadi lebih efektif.

c. Kegiatan pengukuran dan penilaian suatu objek harus dilakukan secara objektif.

Objektifitas pelaksanaan pengukuran dan penilaian prestasi belajar siswa dapat dicapai dengan mentaati aturan-aturan yang dianut oleh kedua kegiatan tersebut secara bertanggunjawab, berusaha mengatasi keterbatasan-keterbatasannya dengan bertindak secara lugas, apa adanya.

d. Kegiatan pengukuran dan penilaian suatu objek harus dilakukan secara kooperatif.

Penentuan skor dan nilai prestasi belajar juga harus dilaksanakan secara kooperatif antar guru, antara guru dengan kepala sekolah atau guru lain yang berpengalaman. Yang dikerjasamakan dapat berupa perencanaan dan penyusunan tes prestasi belajar sehingga setiap tes prestasi belajar yang dipakai, diyakini sebagai tes prestasi belajar yang bermutu, kerjasama dalam pemahaman kondisi belajar siswa dengan mengadakan penelitian tentang kondisi belajar siswa, kerjasama dalam penentuan acuan penilaian yang dipakai oleh sekolah.

Dokumen terkait