BAB II KAJIAN TEORI
A. Hakekat Kematangan Emosi
Kematangan dalam kamus psikologi Chaplin (2006) diartikan sebagai suatu keadaan atau kondisi mencapai tingkat kedewasaan dalam perkembangan emosional. Sementara menurut Hurlock (2004) kematangan menunjukkan kesiapan yang terbentuk dari pertumbuhan dan perkembangan. Kematangan dan kemasakan memiliki arti dan makna yang sama yaitu sudah dipikirkan (dipertimbangkan) baik-baik; sudah diputuskan (disetujui bersama); sudah sempurna atau sampai pada tingkatan yang terbaik (terakhir) (Sugono, 2008).
Istilah kematangan atau kedewasaan emosional seringkali membawa implikasi adanya kontrol emosional, artinya kematangan emosi membantu individu dalam mengendalikan pola sikap dan perilaku yang akan memicu individu untuk membuat suatu tindakan yang didasari oleh dorongan emosi. Kemampuan seseorang untuk
menyesuaikan diri, menempatkan diri, dan menghadapi berbagai kondisi dengan suatu cara tertentu (Rahmawati, 2008). Pernyataan tersebut diperkuat juga dengan pendapat Goleman (2003) yang mengungkapkan bahwa kematangan emosi memuat keterampilan emosi yang mencakup kesadaran diri, mengidentifikasi, mengungkap dan mengelola perasaan, mengendalikan dorongan hati dan menunda pemuasan serta menangani kecemasan. Individu yang mempunyai kemampuan mengendalikan dorongan hati mengetahui perbedaan antara perasaan dan tindakan, sehingga individu tersebut mampu membuat keputusan emosi yang lebih baik dengan mengendalikan dorongan terlebih dahulu kemudian bertindak dan mengidentifikasikan tindakan alternatif serta konsekuensi dari tindakannya.
Young (dalam Powel, 1963) mengungkapkan bahwa
kematangan emosi adalah kemampuan individu dalam mengontrol dan
mengendalikan emosinya. Merchan (dalam Mayasari, 2009)
menambahkan bahwa seseorang yang mempunyai ciri emosi yang sudah matang tidak cepat terpengaruh oleh rangsang (stimulus), baik dari dalam maupun dari luar dirinya. Individu yang memiliki emosi yang sudah matang, akan selalu belajar menerima kritik, mampu menangguhkan respon-respon dan memiliki saluran sosial bagi energi emosinya, misalnya bermain, menyalurkan hobi, mengikuti kegiatan organisasi dan sebagainya.
Saat perkembangan emosi individu mencapai tingkat tertentu, maka kita dapat mengatakan bahwa seseorang itu matang emosinya. Tidak setiap orang mempunyai perkembangan yang sama, tidak setiap orang mencapai kematangan emosionalnya. Secara umum orang belajar untuk mengontrol emosinya pada tingkat tertentu. Menurut Murray (1992) individu yang memiliki banyak pengalaman atau usia yang dewasa belum tentu memiliki kematangan emosi.
Emosi yang matang penting bagi individu dalam menciptakan hidup yang penuh arti serta membentuk pribadi yang kuat dalam menjalin hubungan penuh kasih sayang dengan sesama. Hal ini terjadi bila individu mau mengenal dan merasakan emosinya, sehingga individu dapat bertindak menurut naluri dan berempati berdasarkan perasaannya. Apabila individu dapat bertindak menurut naluri dan berempati sesuai dengan tempat dan waktu yang tepat maka individu akan mampu menjalin relasi yang baik dengan orang lain.
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa kematangan emosi adalah kemampuan individu dalam mengontrol dan mengendalikan emosi, serta mewujudkannya dalam bentuk ekspresi perasaan yang tepat pada waktu dan tempat yang sesuai. Kematangan emosi juga ditandai dengan adanya pengambilan keputusan yang tepat dengan mempertimbangkan dampak dari keputusan tersebut.
2. Ciri-Ciri Kematangan Emosi
Menurut Mahmud (1989) ciri-ciri kematangan emosi yaitu: (1) tidak
meledakkan emosi di hadapan orang lain tetapi mampu
mengekspresikan emosi secara tepat dan wajar; (2) mampu melihat situasi secara kritis sebelum meledakkan emosinya, (3) mengabaikan rangsangan yang dapat menimbulkan ledakan emosi dan (4) mampu memberikan reaksi emosi secara stabil, tidak berubah-ubah dari suatu emosi atau suasana hati ke emosi atau suasana hati lain. Hal senada juga disampaikan oleh Hasbiansyah (1989) yang menyatakan bahwa individu yang memiliki kematangan emosi akan menampakkan sikap sebagai berikut: (1) tahu cara dan dalam situasi yang bagaimana individu tersebut harus mengungkapkan ledakan emosi seperti kemarahan, kesedihan maupun kebahagiaan; (2) mampu mengontrol luapan emosi; (3) mampu menerima kritikan dari orang lain dan tidak mudah tersinggung; (4) tidak malu mengakui kesalahan dan berani membela kebenaran; (5) mampu menghindarkan segala prasangka buruk dan tidak berpikir benar salah sebelum ada bukti yang pasti dan (6) memiliki keadaan emosi yang stabil.
Menurut Finkelor (2004) ciri-ciri individu yang memiliki kematangan emosi ditunjukkan dengan: (1) mampu mengambil keputusan yang penting; (2) mampu mengambil keputusan berdasarkan fakta yang dihadapi dan kemudian dipertimbangkan; (3) mampu melaksanakan keputusan yang sudah diambilnya; (4) mampu menilai
kembali keputusannya dan apabila perlu mengubah atau memperbaikinya; (5) mampu menerima keputusan-keputusan yang telah diambilnya.
Menurut Sanford (1974) ciri-ciri kematangan emosi adalah sebagai berikut:
a. Ketepatan Emosi
Memiliki respon-respon emosional yang sesuai dengan stimulusnya dan ekspresi perasaan-perasaannya, yang berarti menunjukkan kesadaran dan kesesuaian sosial.
b. Kontrol Emosi
Setiap individu mempunyai kontrol dalam hal penundaan pemuasan terhadap kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan saat itu. Kontrol terhadap impuls-impuls yang pada masa anak-anak segera terwujud dalam bentuk tindakan yang nyata. Kontrol yang menekan atau yang mengecilkan ledakan emosi, akan berdampak pada ekspresi emosi yang sesuai dengan cara-cara kehidupan sosialnya serta sesuai dengan tuntutan dan situasi tertentu.
Individu yang matang secara emosional mampu memahami lingkungan, serta menerima dirinya dan orang lain secara objektif. Menurut Pikunas (1976), kematangan emosi seseorang ditandai dengan lima hal yaitu:
a. Kemampuan merespon secara berbeda-beda dalam kaitannya dengan kebutuhan dan faktor-faktor yang berada di luar dirinya yang terlibat dalam kaitannya dengan situasi-situasi tertentu.
b. Kemampuan menyalurkan tekanan, impuls dan emosi dalam bentuk
perilaku yang konstruktif dan mengarahkannya ke arah tujuan yang positif .
c. Kemampuan membangun pola hubungan dengan sesama dan
mampu memelihara peran-perannya secara fleksibel.
d. Kemampuan memperkaya keterampilan dalam memahami
potensi-potensi keterbatasan dirinya, serta mencari penyelesaian atas problem-problemnya secara kreatif dan mendapat persetujuan dari orang lain.
e. Kemampuan untuk berhubungan secara efektif dengan orang lain
dan mampu memandang dirinya dan orang lain secara obyektif. Tanda- tanda kematangan emosi menurut Walgito (2004), yaitu :
a. Orang yang telah matang emosinya dapat menerima baik
keadaan orang lain seperti apa adanya, sesuai dengan keadaan obyektifnya.
b. Orang yang telah matang emosinya pada umumnya tidak bersifat
impulsif.
c. Orang yang telah matang emosinya dapat mengontrol emosinya
d. Karena orang yang telah matang emosinya dapat berfikir secara objektif, maka ia akan bersifat sabar, penuh pengertian dan pada umumnya matang emosinya mempunyai toleransi yang baik.
e. Orang yang telah matang emosinya akan mempunyai tanggung
jawab yang baik, dapat berdiri sendiri, tidak mudah mengalami frustasi, dan dapat menghadapi masalah dengan penuh pengertian.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kematangan Emosi
Menurut Hurlock (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan emosi adalah :
a. Memperoleh gambaran tentang situasi yang dapat menimbulkan
reaksi emosional. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan membicarakan masalah pribadi kepada orang lain, keterbukaan karena perasaan dan masalah pribadi dipengaruhi sebagian oleh rasa aman dalam hubungan sosial.
b. Katarsis emosi yaitu menyalurkan emosi dengan cara latihan
fisik, bermain atau bekerja, tertawa atau menangis.
Sementara Meichati (1987) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kematangan emosi seseorang diantaranya:
a. Faktor Usia
Semakin bertambahnya usia seseorang maka dominasi emosinya akan berkurang dan digantikan oleh logika atau
pikiran. Pendapat tersebut diperkuat oleh Walgito (2004) yang menyatakan bahwa kematangan emosi individu terkait erat dengan usia individu. Semakin bertambah usia individu maka emosinya akan bertambah matang, sehingga individu dapat menguasai dan mengendalikan emosinya.
b. Faktor Lingkungan
Lingkungan di sekitar individu yang selalu menghargai orang lain, bisa menerima setiap perbedaan dengan tangan terbuka serta mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya akan membuat individu tidak mudah frustasi dan akan mampu menghadapi masalah dengan penuh pengertian. Hal ini akan membuat individu semakin matang emosinya.
c. Faktor Pengalaman
Faktor pengalaman ini meliputi pengalaman hidup individu yang telah memberikan masukan nilai-nilai dalam kehidupannya. Nilai yang baik dikembangkan untuk mengontrol emosi, yang buruk dijadikan pelajaran agar tidak mengulangi lagi. Semakin bertambahnya pengalaman, baik yang dialami oleh diri sendiri maupun orang lain akan membuat emosi seseorang menjadi semakin matang.
d. Faktor individu
Faktor individu merupakan faktor yang terdapat di dalam diri individu. Individu dapat menerima keadaan dirinya sendiri
apa adanya dengan baik, sejauh mana individu mampu menerima kelebihan dan kekurangan dirinya, begitu juga sebaliknya individu dapat menerima orang lain seperti apa adanya dan bersifat objektif.
4. Aspek-aspek Kematangan Emosi
Hurlock (2004) mengemukakan bahwa ada tiga aspek dari kematangan emosi yang dapat dikembangkan menjadi indikator tertentu. Indikator tersebut dapat diukur dan diamati melalui ciri-ciri yang ada dalam setiap aspek. Tiga aspek kematangan emosi yang dimaksud yaitu :
a. Kontrol emosi
Individu tidak meledakkan emosinya dihadapan orang
lain dan mampu menunggu saat yang tepat untuk
mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang dapat diterima. Individu dapat melakukan kontrol diri yang bisa diterima secara sosial. Individu yang emosinya matang mampu mengontrol ekspresi emosi yang tidak dapat diterima secara sosial atau membebaskan diri dari energi fisik dan mental yang tertahan dengan cara yang dapat diterima secara sosial.
b. Pemahaman diri
Memiliki reaksi emosional yang lebih stabil, tidak berubah-ubah dari satu emosi atau suasana hati ke suasana hati
yang lain. Individu mampu memahami emosi diri sendiri, memahami hal yang sedang dirasakan, dan mengetahui penyebab dari emosi yang dihadapi individu tersebut.
c. Penggunaan fungsi kritis mental
Individu mampu menilai situasi secara kritis terlebih
dahulu sebelum bereaksi secara emosional, kemudian
memutuskan bagaimana cara bereaksi terhadap situasi tersebut, dan individu juga tidak lagi bereaksi tanpa berpikir sebelumnya seperti anak-anak atau individu yang tidak matang.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek individu yang telah mencapai kematangan emosi adalah individu yang memiliki kemampuan dalam mengendalikan diri dengan cara yang dapat diterima; individu dapat memahami apa yang sedang dirasakan serta mengetahui sebab dari emosi yang sedang dihadapi dan individu mampu menggunakan pemikiran terlebih dahulu
sebebelum membuat keputusan dengan mempertimbangkan
pendapat orang lain dan dampaknya.
5. Dampak Kematangan Emosi
Menurut Hurlock (1997) individu yang sudah matang dalam emosi akan mengalami :
a. Penerimaan secara sosial
Individu yang matang secara emosi akan diterima oleh masyarakat karena individu mudah untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.
b. Mempunyai pikiran yang rasional
Individu yang matang secara emosi akan berpikir secara rasional tidak hanya berdasarkan pemikiran emosional dan bersifat terburu-buru dalam mengambil keputusan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa individu yang telah memiliki kematangan emosi menjadi lebih mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar dan lebih mampu mengambil keputusan dengan baik dan tepat sesuai dengan pemikiran yang rasional.