BAB II KAJIAN PUSTAKA
2. Hakikat Hasil Belajar Matematika Bangun Ruang
Pemahaman seorang siswa terhadap materi pembelajaran dapat dilihat dari berbagai hal, salah satunya adalah hasil belajar. Hasil belajar dapat dilihat selama kegiatan pembelajaran berlansung maupun ketika evaluasi pembelajaran diberikan.
H.C Witherington (dalam Purwa Atmaja Prawira, 2014: 225) menjelaskan bahwa belajar memiliki berbagai definisi sebagai berikut:
1) Belajar merupakan suatu perubahan dalam diri seseorang yang dapat
terjadi dalam hal kecakapan, suatu sikap, atau suatu pengertian, dan seterusnya.
2) Belajar adalah penguasaan pola-pola baru yang bersandar kepada
beberapa prinsip atau pola total yang dikuasai dengan mengadakan integrasi yang memadai terhadap susunan-susunan dasar dari suatu pengalaman.
3) Belajar adalah penguasaan kecakapan (mengandung unsur praktik),
sikap (hal-hal yang berhubungan dengan cara-car berfikir dan merasakan terhadap masalah-masalah yang mengandung nilai), dan
25
pengertian (hal-hal yang mempunyai kaitan dengan pengalaman- pengalaman rasional atau menurut akal sehat).
Pendapat lain disampaikan oleh Eviline Siregar dan Hartini Nara (2011: 3) bahwa belajar merupakan sebuah proses kompleks pada semua orang yang berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan) hingga liang lahat, yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya meliputi perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan nilai serta sikap (afektif). Belajar juga dapat diartikan sebagai suatu proses aktif yang perlu dirangsang dan dibimbing ke arah hasil-hasil yang diinginkan atau dipertimbangkan, selain itu belajar juga merupakan suatu penguasaan kebiasaaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap-sikap (L.D Crow dan A. Row; dalam Purwa Atmaja Prawira, 2014: 227).
Sedangkan hasil sendiri dapat diartikan suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional (Purwanto, 2010: 44). Jadi, hasil belajar dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar (Mulyono Abdurrahman, 2003: 37).
Sependapat dengan Mulyono Abdurrahman, Purwanto (2010: 45) berpendapat bahwa hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran. Pendapat lain juga disampaikan oleh Nawawi (dalam Ahmad Susanto (2013: 5) yang menjelaskan bahwa, hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan siswa
26
dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang diperoleh hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu dan dinyatakan ke dalam skor.
Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perolehan dari proses penguasaan sesuatu yang dipelajari. Penguasaan tersebut dapat terlihat dari adanya perubahan pengetahuan (kognitif), ketrampilan (psikomotorik), dan sikap (afektif). Dengan kata lain, hasil belajar adalah penguasaan sejumlah pengetahuan dan sejumlah keterampilan baru maupun sesuatu sikap baru ataupun memperkuat sesuatu yang telah dikuasai sebelumnya, termasuk pemahan dan penguasaaan nilai-nilai. Siswa dapat dikatakan memperoleh hasil belajar apabila ia telah mendapatkan pengetahuan baru, ketrampilan yang belum dikuasai, dan sikap baru dari hasil pembelajaran. Dengan kata lain, siswa yang telah mencapai tujuan pembelajaran berarti telah memperoleh hasil belajar.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar yang dimiliki oleh siswa yang satu dengan siswa yang lain tentu berbeda. Perbedaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut harus diketahui dan dimengerti oleh siswa sehingga mampu memperoleh hasil belajar yang maksimal.
Djaali (2014: 101) menyampaikan bahwa hasil dalam proses belajar sangat ditentukan oleh kemampuan belajar peserta didik yang dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya:
27
1) Motivasi
Motivasi yang berpengaruh terhadap hasil belajar ialah motivasi
berprestasi. Besar kecilnya pengaruh tersebut tergantung
intensitasnya. Jadi, siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan mampu mendapatkan hasil belajar yang optimal.
2) Sikap
Sikap belajar berperan dalam menentukan aktivitas belajar siswa. Sikap belajar yang positif berkaitan erat dengan minat dan motivasi. Oleh karena itu, apabila faktor lainnya sama, siswa yang sikap belajarnya positif akan belajar lebih aktif dan dengan demikian akan memperoleh hasil belajar yang lebih baik dibandingkan siswa yang sikap belajarnya negatif.
3) Minat
Minat adalah rasa lebih suka atau keterikatan pada suatu aktivitas tanpa adanya perintah maupun paksaan. Selain itu, minat mampu menumbuhkan suatu usaha yang lebih untuk mencapai sebuah tujuan. Oleh karena itu, siswa yang memiliki minat belajar tinggi akan berusaha lebih ulet dan giat dalam memperoleh tujuan yang telah ditetapkan, dalam hal ini adalah hasil belajar yang optimal.
4) Kebiasaan Belajar
Kebiasaan belajar cenderung menguasai perilaku siswa dalam kegiatan belajar karena kebiasaan mengandung motivasi yang kuat. Siswa yang sudah menjadikan kegiatan belajar sebagai kebiasaan
28
akan merasa senang ketika ia belajar dan cenderung akan selalu mengulanginya sehingga hasil belajar yang diperoleh semakin maksimal.
5) Konsep diri
Konsep diri yang dimaksud adalah bayangan seseorang tentang keadaan dirinya sendiri pada saat ini dan bukanlah bayangan ideal dari dirinya sendiri sebagaimana yang diharapkan. Siswa yang menguasai konsep diri mampu berkompetisi dan berusaha untuk menunjukkan hasil belajar yang semaksimal mungkin.
Pendapat lain disampaikan oleh Tim Pengembangan MKDP Kurikulum dan Pembelajaran (2011: 140-141) yang menyampaikan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal (terdapat dalam diri siswa) dan faktor eksternal (berada di luar diri siswa). Faktor internal dapat digolongkan menjadi: yang meliputi:yaitu:
1) Faktor fisiologis atau jasmani individu baik bersifat bawaan maupun
yang diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat tubuh, dan sebagainya
2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun keturunan,
yang meliputi: (a) faktor intelektual, terdiri atas faktor potensi (intelegensi dan bakat) dan faktor aktual (kecakapan nyata dan prestasi), (b) faktor non intelektual, yaitu komponen-komponen kepribadian tertentu seperti sikap, minat, kebiasaan, motivasi, kebutuhan, konsep diri, penyesuaian diri, emosional, dan sebagainya.
29
3) Faktor kematangan baik fisik maupun psikis.
Sedangkan faktor eksternal dapat digolongkan menjadi: 1) Faktor sosial, yang terdiri dari:
a) Faktor lingkungan keluarga.
b) Faktor lingkungan sekolah.
c) Faktor lingkungan masyarakat.
d) Faktor kelompok.
2) Faktor budaya, seperti: adat istiadat, ilmu pengetahuan dan
teknologi, kesenian, dan sebagianya
3) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim, dan sebainya.
4) Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan
Lebuh lanjut lagi, Tim Pengembangan MKDP Kurikulum dan Pembelajaran (2011: 141) menyampaikan bahwa,
Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung atau tidak langsung dalam memengaruhi hasil belajar yang dicapai
seseorang. Karena adanya faktor-faktor tertentu yang
memengaruhi prestasi belajar yaitu motivasi berprestasi, inteligensi, dan kecemasan.
Pendapat lain juga disampaikan oleh John M. Keller (Mulyono Abdurrahman: 38) yang menyampaikan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu masukan pribadi dan masukan dari lingkungan. Masukan pribadi terdiri dari empat macam, yaitu:
1) Motivasi atau nilai-nilai
2) Harapan untuk berhasil (expectancy)
30
4) Evaluasi kognitif terhadap kewajaran atau keadilan
konsekuensi.
Sedangkan masukan dari lingkungan terdiri dari tiga macam, yaitu:
1) Rancangan dan pengelolaan motivasional
2) Rancangan dan pengelolaan kegiatan belajar
3) Rancangan dan pengelolaan ulangan penguatan.
Bersadarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar, yaitu faktor internal yang berasal dari diri sendiri dan faktor eksternal yang berasal dari luar diri seseorang. Faktor-faktor yang tergolong di dalam faktor internal yaitu: motivasi berprestasi, sikap, minat, intelegensi, kebiasaan belajar, dan konsep diri. Sedangkan faktor-faktor eksternal yaitu: faktor lingkungansosial, keluarga, sekolah, masyarakat, budaya, dan spiritual. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung sehingga mampu mempengaruhi hasil belajar yang dicapai siswa. Siswa yang telah memiliki faktor-faktor tersebut lebih mudah dalam mencapai tujuan dari pembelajaran, yaitu hasil belajar yang maksimal.
c. Fungsi Hasil Belajar
Menurut Syaiful Bahri Djamah dan Aswan Zain (2006: 156), pemberian hasil kerja kepada anak didik dapat berfungsi sebagai berikut:
1) Mengetahui kesalahan kerja anak didik kemudian dilakukan
perbaikan dengan bantuan atau bimbingan dari guru sehingga dapat diperbaiki di masa depan.
31
2) Mendorong anak didik untuk mempertahankan dan meningkatkan
prestasi yang tinggi
Berdasarkan pendapat di atas, hasil belajar dapat berfungsi sebagai:
1) Menjadi tolak ukur pencapaian kegiatan belajar siswa
2) Menjadi penentu tindak lanjut dari guru (apakah memberikan
remidial atau pengayakan)
3) Menjadi motivasi siswa untuk berprestasi tinggi
Menurut Aunurrahman (2010: 211-214), untuk mengukur keberhasilan belajar perlu dilaksanakan evaluasi yang memiliki beberapa fungsi di antaranya sebagai berikut:
1) Mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai dalam proses pendidikan.
Evaluasi mampu menjadi sumber informasi yang tepat untuk menyimpulkan sejauh mana hasil yang telah dicapai dari proses belajar. Evaluasi juga harus dapat menjawab apakah hasil-hasil yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
2) Mengetahui apakah suatu mata pelajaran dapat dilanjutkan dengan bahan baru atau harus mengulanginya
Apabila anak-anak secara keseluruhan atau sebagian besar mampu mencapai hasil belajar yang cukup baik melalui evaluasi yang dilakukan, maka berarti pelajaran dapat dilanjutkan pada materi atau bahan pelajaran yang baru dan apabila belum mampu mencapai hasil
32
belajar yang cukup baik akan dilakukan pengulangan sebagian atau bahkan keseluruhan materi yang telah diajarkan.
3) Mendapatkan bahan-bahan informasi apakah seseorang anak dapat
dinaikkan ke kelas yang lebih tnggi atau harus mengulang di kelas semula.
Dasar untuk menentukan apakah seorang anak dapat dinaikkan atau mengulang kelas adalah terpenuhi tidaknya standar yang ditentukan sebagai prasyarat kenaikan kelas siswa. Apabila hasil evaluasi memberikan petunjuk bahwa hasil belajar yang dicapai siswa sudah mencapai standar yang ditentukan, maka anak tersebut dapat naik ke kelas berikutnya dan sebaliknya.
4) Membandingkan apakah prestasi yang dicapai anak sudah sesuai
dengan kapasitasnya atau belum
Kapasitas kemampuan siswa yang berbeda dapat dinilai dengan guru melakukan pendekatan-pendekatan individual dan mengamati perilaku belajar. Bilamana di dalam evaluasi diketahui bahwa hasil belajar yang dicapai oleh anak tidak sesuai dengan kapasitas kemampuannya, maka guru perlu menemukan faktor-faktor yang mungkin menjadi penghambat.
Berdasarkan pendapat di atas, hasil belajar memiliki beberapa fungsi, yaitu:
1) Sebagai tolak ukur pencapaian proses dalam belajar sesuai atau tidak
33
2) Sebagai penentu materi ajar yang ingin diajarkan selanjutnya.
3) Sebagai penentu dalam kenaikan kelas siswa.
4) Sarana mendeteksi penghambat siswa dalam belajar.
Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar memiliki beberapa fungsi, yaitu: (1) sebagai tolak ukur pencapaian siswa dalam proses belajar, (2) menjadi penentu tindak lanjut dari proses belajar-mengajar, seperti pemberian remidial, pengayakan, kenaikan kelas, dan sebagainya, (3) alat untuk mengetahui penghambat siswa dalam belajar, dan (4) memotivasi siswa untuk berprestasi tinggi. Siswa yang memiliki hasil belajar tinggi akan lebih termotivasi dalam belajar, sehingga ia dapat terdorong untuk mempertahankan dan meningkatkan prestasi yang telah dicapai.
d. Pengertian Matematika
Sebagian besar orang menganggap matematika adalah bidang
studi yang sulit. Meskipun demikian, semua orang harus
mempelajarinya karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, matematika juga diperlukan untuk mempelajari berbagai bidang studi lainnya.
Johnson dan Myklebust (dalam Mulyono Abdurrahman 2003: 252) , menyampaikan bahwa matematika adalah bahasa simbolis yang
fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan
kuantitatif dan kekurangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir. Lebih lanjut lagi, Leaner (Mulyono
34
Abdurrahman 2003: 252) mengemukakan bahwa, matematika di samping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal
yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan
mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas. Pendapat lain disampaikan oleh Beth dan Piaget (J. Tombokan Runtukahu dan Selpius Kandou, 2014:28) yang mengatakan bahwa matematika adalah pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai struktur abstrak dan hubungan antar-struktur tersebut sehingga terorganisasi dengan baik.
Bidang studi matematika merupakan salah satu komponen pendidikan dasar dalam bidang-bidang pengajaran. Bidang studi matematika ini diperlukan untuk proses perhitungan dan proses berpikir yang sangat dibutuhkan seseorang dalam menyelesaikan berbagai masalah. Menurut Kurikulum Depdiknas 2004 (dalam Ahmad Susanto, 2013: 184) standar kompetensi matematika di sekolah dasar mencakup beberapa hal, yaitu: (1) pemahaman konsep matematika, (2) komunikasi matematis, (3) koneksi matematis, (4) penalaran dan pemecahan masalah, dan (5) sikap serta minat yang positif terhadap matematika. Standar kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa setelah melakukan pembelajaran bukanlah penguasaan matematika, namun yang diperlukan adalah dapat memahami dunia sekitar, mampu bersaing, dan berhasil dalam kehidupan. Seorang siswa harus menguasai kompetensi-kompetensi tersebut untuk memperoleh hasil belajar matematika yang maksimal. Lebih lanjut lagi, menurut
35
Depdiknas (dalam Ahmad Susanto, 2013: 189) kompetensi atau kemampuan umum pembelajaran matematika di sekolah dasar meliputi:
1) Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian,
pembagian beserta operasi campurannya, termasuk penggunaan sudut, keliling, luas, dan volume.
2) Menentukan sifat simetri, kesebangunan, dan sistem koordinaat.
3) Menggunakan pengukuran: satuan, kesetaraan antarsatuan, dan
penaksiran pengukuran.
4) Menentukan dan menafsirkan data sederhana, seperti: ukuran tinggi,
terendah, rata-rata, modus, mengumpulkan, dan menyajikan.
5) Memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan
mengomunikasikan gagasan secara matematika.
Standar kompetensi di atas dijadikan tujuan dari pembelajaran matematika di sekolah dasar. Menurut Ahmad Susanto (2013: 184), secara khusus tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar yang didasari dari Depdiknas sebagai berikut:
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan
antarkonse, dan mengaplikasikan konsep atau algoritme
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram,
atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah.
5) Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam
kehidupan sehari-hari.
Sementara itu, menurut Dali S. Naga (dalam Mulyono Abdurrahman, 2003: 253), pembelajaran matematika di Sekolah Dasar (SD) mencakup tiga cabang, yaitu:
1) Aritmetika, merupakan cabang matematika yang berhubungan
36
perhitungan mereka terutama menyangkut penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian. Dengan kata lain, aritmetika merupakan pengetahuan tentang bilangan.
2) Aljabar, yaitu penggunaan abjad dalam aritmetika yang berfungsi sebagai lambang bilangan yang diketahui maupun belum diketahui dan menggunakan lambang-lambang lain seperti titik-titik, misalnya 3+... = 5, lebih besar (>), lebih kecil (<), dan sebagainya.
3) Geometri, merupakan cabang matematika yang berhubungan dengan
titik dan garis. Titik merupakan pernyataan tentang posisi yang tidak memiliki panjang dan lebar, sedangkan garis hanya dapat diukur panjangnya.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa matematika ialah bidang studi yang menggunakan bahasa simbol sebagai bahasa universal yang sudah terorganisir untuk membantu
dalam mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan
memudahkan dalam berfikir. Kegiatan pembelajaran matematika di sekolah dasar yang meliputi aritmetika, aljabar, dan geometri, bertujuan untuk mencapai kompetensi-kompetensi dasar yang sudah ditetapkan oleh Depdiknas, yaitu (1) melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian beserta operasi campurannya, termasuk penggunaan sudut, keliling, luas, dan volume; (2) menentukan sifat simetri, kesebangunan, dan sistem koordinaat; (3) menggunakan pengukuran yang terdiri dari: satuan, kesetaraan antarsatuan, dan
37
penaksiran pengukuran; (4) menentukan dan menafsirkan data sederhana, seperti: ukuran tinggi, terendah, rata-rata, modus, mengumpulkan, dan menyajikan; dan (5) memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan mengomunikasikan gagasan secara matematika. Seorang siswa yang mampu menguasai kompetensi atau kemampuan dasar tersebut akan memiliki hasil belajar matematika yang tinggi.
e. Bangun Ruang
Sri Subarinah (2006: 136), menjelaskan bahwa bangun ruang merupakan bangun geometri dimensi tiga dengan batas-batas berbentuk bidang dan atau bidang lengkung. Lebih lanjut lagi, Tim Penyusun (2006: 88) yang menyampaikan bahwa bangun ruang disebut juga bangun-bangun tiga dimensi, karena bangun ruang memiliki 3 ukuran/ dimensi, yaitu panjang, lebar, dan tinggi.
Sri Subarinah (2006: 136),menambahkan lagi bahawa macam- macam bangun ruang yang dipelajari siswa sekolah dasar adalah kubus, balok, prisma, tabung, limas, kerucut, dan bola. Fokus pembelajaran bangun ruang sekolah dasar adalah pengenalan bangun ruang dan menghitung isi bangun ruang.
Berdasarkan kompetensi dasar Sekolah Dasar (SD) kelas IV, yang dipelajari siswa SD kelas IV semester II meliputi:
1) Menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana, dan
38
Menurut Tim Matematika (2007: 92-8), bangun ruang sederhana yang dipelajari kelas IV semester II adalah kubus, balok, tabung, kerucut, dan bola.
Gambar 1. Bangun Ruang Sederhana
1) Sifat-sifat Bangun Ruang Sederhana
Sifat-sifat bangun ruang yang dipelajari antara lain sisi, rusuk, dan titik sudut. Yang dimaksud dengan tiga sifat bangun ruang tersebut yaitu:
a) Sisi merupakan bidang atau daerah bidang.
b) Rusuk merupakan pertemuan dua titik sudut
c) Titik sudut merupakan pertemuan dua rusuk atau lebih.
Menurut Osman T (2007: 200), sisi, rusuk, dan titik sudut dapat diartikan sebagai berikut:
a) Sisi adalah bidang yang membentuk suatu bidang.
b) Rusuk adalah garis yang merupakan pertemuan antara dua sisi.
c) Titik sudut adalah titik yang merupakan pertemuan dua rusuk atau
lebih.
Bangun ruang sederhana mempunyai sifat-sifat yang berkaitan dengan sisi, rusuk, dan titik sudut, yaitu sebagai berikut:
39
Adapun sifat-sifat kubus dapat diketahui dengan
memperhatikan gambar berikut:
Gambar 2. Bangun Ruang Kubus
Dari gambar 2, sifat-sifat bangun ruang kubus yang meliputi sisi, rusuk, dan titik sudut pada kubus ABCD.EFGH sebagai beikut:
(1) Sisi-sisi pada kubus ABCD EFGH adalah :
- Sisi ABCD - Sisi EFGH
- Sisi ABFE - Sisi DCGH
- Sisi ADHE - Sisi BCGF
Jadi, ada 6 sisi pada bangun ruang kubus. Sisi kubus tersebut berbentuk persegi (bujur sangkar) yang berukuran sama.
(2) Rusuk-rusuk pada kubus ABCD.EFGH adalah
- Rusuk AB - Rusuk BC - Rusuk AE
- Rusuk EF - Rusuk FG - Rusuk BF
- Rusuk HG - Rusuk EH - Rusuk CG
- Rusuk DC - Rusuk AD - Rusuk DH
Jadi, ada 12 rusuk pada bangunruang kubus. Rusuk-rusuk kubus tersebut mempunyai panjang yang sama.
(3) Titik sudut pada kubus ABCD.EFGH adalah:
- Titik sudut A - Titik sudut E
- Titik sudut B - Titik sudut F
40
- Titik sudut D - Titik sudut H
Jadi, ada 8 titik sudut pada bangun ruang kubus.
Dilihat dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bangun ruang kubus adalah sebuah benda ruang yang dibatasi oleh 6 buah persegi yang ukurannya sama.
b) Balok
Adapun sifat-sifat balok dapat diketahui dengan
memperhatikan gambar berikut:
Gambar 3. Bangun Ruang Balok
Dari gambar 3, sifat-sifat bangun ruang balok yang meliputi sisi, rusuk, dan titik sudut pada balok ABCD.EFGH sebagai beikut:
(1) Sisi-sisi pada balok ABCD.EFGH adalah:
- Sisi ABCD - Sisi EFGH
- Sisi ABFE - Sisi DCGH
- Sisi ADHE - Sisi BCGF
Jadi, ada 6 sisi pada bangun ruang balok. Sisi ABCD = Sisi EFGH
Sisi BCFG = Sisi ADHE Sisi ABFE = Sisi DCHG
(2) Rusuk-rusuk pada balok ABCD.EFGH adalah
- Rusuk AB - Rusuk BC - Rusuk AE
- Rusuk EF - Rusuk FG - Rusuk BF
41
- Rusuk DC - Rusuk AD - Rusuk DH
Jadi, ada 12 rusuk pada bangun ruang balok. Rusuk AB = Rusuk EF = Rusuk HG = Rusuk AE Rusuk BC = Rusuk FG = Rusuk EH = Rusuk AD Rusuk AE = Rusuk BF = Rusuk CG = Rusuk DH
(3) Titik sudut pada balok ABCD.EFGH adalah:
- Titik sudut A - Titik sudut E
- Titik sudut B - Titik sudut F
- Titik sudut C - Titik sudut G
- Titik sudut D - Titik sudut H
Jadi, ada 8 titik sudut pada bangun ruang balok.
Dilihat dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bangun ruang balok adalah sebuah benda ruang yang dibatasi oleh 3 pasang (enam buah) persegi panjang dimana setiap pasang persegi panjang saling sejajar (berhadapan) dan berukuran sama.
c) Tabung, Kerucut, dan Bola
Tabung, kerucut dan bola sangat berbeda dengan kubus maupun balok. Dalam ketiga bangun ruang ini terdapat sisi yang melengkung. Bangun ruang kubus dan balok disebut bangun ruang sisi tegak. Bangun ruang tabung, kerucut, dan bola disebut bangun ruang sisi lengkung. Adapun sifat-sifat bangun ruang tabung, kerucut, dan bola dapat diketahui dengan memperhatikan gambar berikut:
42
Gambar 4. Bangun Ruang Tabung, Kerucut, dan Bola Bangun ruang tabung mempunyai 3 buah sisi, yaitu sisi lengkung, sisi atas, dan sisi bawah. Tabung mempunyai 2 buah rusuk, tetapi tidak mempunyai titik sudut.
Bangun ruang kerucut mempunyai 2 buah sisi, yaitu sisi alas dan sisi lengkung. Kerucut hanya mempunyai sebuah rusuk dan sebuah titik puncak.
Yang terakhir, bangun ruang bola hanya memiliki sebuah sisi lengkung yang menutupi seluruh bagian ruangnya.
Berdasarkan uraian tentang bangun ruang di atas, maka dapat disimpulkan tentang sifat-sifat bangun ruang dengan menggunakan tabel sebagai berikut:
Tabel 2. Sifat-sifat Bangun Ruang Sederhana Bangun Ruang Banyaknya Sisi Banyaknya Rusuk Banyaknya Titik Sudut Balok 6 12 8 Kubus 6 12 8 Tabung 3 2 -
Kerucut 2 1 Sebuah titik puncak
43
2) Jaring-jaring Kubus dan Balok
Bangun ruang kubus dan balok terbentuk dari bangun datar persegi dan persegi panjang. Gabungan dari beberapa persegi yang membentuk kubus disebut jaring-jaring kubus. Sedangkan jaring- jaring balok adalah gabungan dari beberapa persegi panjang yang membentuk balok.
a) Jaring-jaring Kubus
Contoh dari jaring-jaring kubus dapat dilihat dari gambar berikut:
Gambar 5. Contoh Jaring-jaring Kubus
b) Jaring-jaring Balok
Contoh dari jaring-jaring balok dapat dilihat dari gambar berikut:
44
Gambar 6. Contoh Jaring-jaring Balok