i
HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA BANGUN RUANG KELAS IV SEKOLAH DASAR
NEGERI SE-KECAMATAN LENDAH KABUPATEN KULON PROGO
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Argi Sofyan NIM 12108244057
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
v
MOTTO
Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari
betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.
(Thomas Alva Edison)
Terus termotivasi untuk mencapai hasil dan prestasi yang tinggi.
vi
PERSEMBAHAN
Karya ini khusus kupersembahkan kepada :
1. Kedua orang tuaku, Bapak Pargi dan Ibu Sutini.
2. Agama, nusa, dan bangsa.
vii
HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA BANGUN RUANG KELAS IV SEKOLAH DASAR
NEGERI SE-KECAMATAN LENDAH KABUPATEN KULON PROGO
Oleh Argi Sofyan NIM 12108244057
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan motivasi berprestasi dengan hasil belajar matematika bangun ruang kelas IV Sekolah Dasar negeri se-Kecamatan Lendah Kabupaten Kulon Progo.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif expost facto. Populasi
dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD negeri se-Kecamatan Lendah, Kabupaten Kulon Progo yang berjumlah 378 siswa dengan sampel berjumlah 195
siswa yang diambil secara acak dengan teknik propotional random sampling.
Teknik pengumpulan data skala psikologi untuk mengumpulkan data motivasi berpretasi siswa dan tes untuk mengukur hasil belajar matematika bangun ruang. Instrumen penelitian ini diujicobakan kepada 69 siswa. Uji validitas instrumen yang digunakan adalah validitas isi dengan teknik expert judgment, sedangkan
untuk mencari daya beda menggunakan rumus korelasi product moment.
Reliabilitas instrumen menggunakan rumus Cronbach Alpha. Uji prasyarat
analisis yang dilakukan adalah uji linieritas dan normalitas. Analisis data
menggunakan teknik analisis korelasi pearson product moment.
Hasil penelitian menunjukkan skor pencapaian motivasi berprestasi siswa berada dalam kategori sedang yaitu sebesar 81,03% dan skor pencapaian hasil belajar matematika bangun ruang siswa sebesar 68,72% yang berada dalam kategori sedang, sehingga terlihat kedua variabel tersebut sama-sama berada di kategori sedang. Besar korelasi antara variabel motivasi berprestasi dengan hasil belajar matematika bangun ruang adalah 0,679 dan termasuk dalam kategori kuat, yang berarti bahwa motivasi berprertasi berhubungan dengan hasil belajar matematika sebesar 67,9% sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi berprestasi dengan hasil belajar matematika bangun ruang siswa kelas IV SD negeri se-Kecamatan Lendah Kabupaten Kulon Progo.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir skripsi yang berjudul “Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Hasil Belajar Matematika Bangun Ruang Kelas IV Sekolah
Dasar Negeri Se-Kecamatan Lendah Kabupaten Kulon Progo” dengan sebaik
-baiknya. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagai persyaratan guna
memperoleh Sarjana Pendidikan.
Penyususnan skripsi ini dapat terselesaikan berkat do’a, bantuan, perhatian, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan
kesempatan pada peneliti untuk menyelesaikan studi di Jurusan Pendidikan
Sekolah Dasar Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang
telah memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi.
3. Bapak Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah memberikan
dukungan untuk menyelesaikan skripi.
4. Bapak P. Sarjiman, M.Pd. Dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam proses penyusunan skripsi ini.
5. Kepala Sekolah SD negeri se-Kecamatan Lendah Kabupaten Kulon Progo
yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan uji coba
instrumen penelitian dan izin penelitian.
6. Guru kelas IV SD negeri se-Kecamatan Lendah Kabupaten Kulon Progo
yang telah membantu dan bekerjasama dengan peneliti dalam pelaksanaan
penelitian.
7. Siswa kelas IV SD negeri se-Kecamatan Lendah Kabupaten Kulon Progo
yang telah membantu dan berpartisipasi dengan peneliti dalam pelaksanaan
ix
8. Kedua orang tua, Bapak Pargi dan Ibu Sutini yang telah memberikan doa
restu, perhatian, semangat, dan nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi.
9. Keluarga kelas G prodi PGSD UNY 2012 yang telah memberikan dorongan,
semangat, serta pengalaman selama 4 tahun masa kuliah.
10.Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT peneliti bertawakal dan memohon
hidayah-Nya. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan sehingga kritik dan saran
x A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Pembatasan Masalah ... 7
D. Rumusan Masalah ... 8
E. Tujuan Penelitian ... 8
F. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori ... 10
1. Hakikat Motivasi Berprestasi ... 10
a. Pengertian Motivasi ... 10
b. Fungsi Motivasi ... 11
c. Ciri-ciri Motivasi ... 14
d. Macam-macam Motivasi ... 15
e. Motivasi Berprestasi ... 18
f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi ... 20
xi
2. Hakikat Hasil Belajar Matematika Bangun Ruang ... 24
a. Pengertian Hasil Belajar ... 24
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 26
c. Fungsi Hasil Belajar ... 30
d. Pengertian Matematika ... 33
e. Bangun Ruang ... 37
B. Penelitian yang Relevan ... 44
C. Kerangka Berfikir ... 46
D. Hipotesis Penelitian ... 48
E. Definisi Operasional Variabel ... 48
BAB III METODE PENELITIAN A.Desain Penelitian ... 50
B.Variabel Penelitian ... 50
C.Paradigma Penelitian ... 51
D.Tempat dan Waktu Penelitian ... 52
E. Populasi dan Sampel Penelitian ... 52
F. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 54
G.Teknik Analisis Data ... 63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Lokasi ... 67
B.Deskripsi Data ... 67
1. Hasil Analisis Deskriptif... 69
a. Variabel Motivasi Berprestasi... 69
b. Variabel Hasil Belajar Matematika Bangun Ruang ... 73
C.Teknik Analisis Data ... 78
1. Uji Pra Syarat ... 78
a. Uji Normalitas ... 78
b. Uji Linieritas ... 79
2. Uji Hipotesis ... 81
D. Pembahasan ... 82
xii
BAB V PENUTUP
A.KESIMPULAN ... 86
B.SARAN ... 86
DAFTAR PUSTAKA ... 88
xiii
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Nilai Hasil Evaluasi ... 5
Tabel 2. Sifat-sifat Bangun Ruang Sederhana... 42
Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Motivasi Berprestasi ... 56
Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika Bangun Ruang .... 57
Tabel 5. Pedoman Pemberian Skor Skala Motivasi Berprestasi ... 58
Tabel 6. Distribusi Butir Layak dan Gugur Hasil Belajar Matematika Bangun Ruang ... 60
Tabel 7. Distribusi Butir Layak dan Gugur Motivasi Berprestasi ... 62
Tabel 8. Hasil Hitung Reliabilitas Instrumen ... 63
Tabel 9. Pedoman untuk Memberikan Interprestasi Koefisie Korelasi... 63
Tabel 10. Hasil Analisis Deskriptif ... 69
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Motivasi Berprestasi ... 71
Tabel 12. Klasifikasi Data Motivasi Berprestasi ... 71
Tabel 13. Persentase Setiap Indikator Motivasi Berprestasi ... 73
Tabel 14. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Bangun Ruang ... 75
Tabel 15. Klasifikasi Data Hasil Belajar Matematika Bangun Ruang ... 76
Tabel 16. Persentase Setiap Indikator Hasil Belajar Matematika Bangun Ruang ... 77
Tabel 17. Hasil Uji Normalitas... 79
Tabel 18. Hasil Uji Linieritas ... 79
Tabel 19. Hasil Uji Coba Hipotesis ... 81
xiv
DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 1. Bangun Ruang Sederhana ... 38
Gambar 2. Bangun Ruang Kubus ... 39
Gambar 3. Bangun Ruang Balok ... 40
Gambar 4. Bangun Ruang Tabung, Kerucut, dan Bola ... 42
Gambar 5. Contoh Jaring-jaring Kubus ... 43
Gambar 6. Contoh Jaring-jaring Balok ... 44
Gambar 7. Bagan Kerangka Berpikir ... 48
Gambar 8. Paradigma Penelitian ... 51
Gambar 9. Distribusi Frekuensi Motivasi Berprestasi ... 71
Gambar 10. Klasifikasi Data Motivasi Berprestasi ... 72
Gambar 11. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Bangun Ruang ... 75
Gambar 12. Klasifikasi Data Hasil Belajar Matematika Bangun Ruang ... 77
xv
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Populasi, Sampel, dan Distribusi Responden (Siswa) Uji
Coba Instrumen ... 91
Lampiran 2. Instrumen Uji Coba ... 94
Lampiran 3. Data Skor Hasil Uji Coba Instrumen ... 102
Lampiran 4. Hasil Uji Daya Beda dan Reliabilitas ... 109
Lampiran 5. Instrumen Penelitian ... 114
Lampiran 6. Data Hasil Penelitian ... 121
Lampiran 7. Hasil Analisis Deskriptif ... 138
Lampiran 8. Hasil Uji Normalitas ... 139
Lampiran 9. Hasil Uji Linieritas ... 140
Lampiran 10. Hasil Uji Hipotesis ... 141
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan aktivitas yang tidak bisa dilepaskan dari seorang
individu. Belajar dimaknai sebagai proses perubahan tingkah laku,
sebagaimana dijelaskan oleh Slameto (2013: 2), yang menyatakan bahwa
belajar merupakan suatu proses perubahan yang ditandai adanya perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dirinya dengan lingkungan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Slameto (2013: 4) menambahkan bahwa
perubahan tingkah laku dalam belajar memiliki beberapa ciri-ciri, di
antaranya adalah perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, sehingga
dapat dikatakan bahwa seseorang mau belajar karena ia telah menetapkan
suatu tujuan. Tujuan yang ditetapkan seseorang tentunya bersifat positif, yaitu
agar memperoleh hasil yang memuaskan dari apa yang ia pelajari.
Pendapat lain disampaikan oleh Hamalik (dalam Ahmad Susanto,
2013: 3-4) yang menjelaskan bahwa, belajar adalah memodifikasi atau
memperteguh perilaku melaui pengalaman. Menurut pengertian in, belajar
merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan merupakan suatu hasil
atau tujuan. Dengan demikian, belajar bukan sekedar mengingat atau
menghafal saja, namun dari mengalami suatu peristiwa atau kegiatan.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seseorang dalam
mempelajari suatu hal atau materi pelajaran untuk siswa agar apa yang ia
pelajari mendapatkan hasil yang bagus. Faktor tersebut dijelaskan oleh Noehi
2
dalam yaitu faktor fisiologis yang berkaitan dengan kondisi fisiologis dan
kondisi panca inderanya, serta psikologis yang berkaitan dengan minat,
kecenderungan, bakat, motivasi, dan kemampuan kognitif. Faktor yang
berasal dari luar, seperti faktor lingkungan dan faktor instrumental berupa
program, sarana dan prasarana, kurikulum, fasilitas dan guru. Faktor
lingkungan dan faktor instrumental tersebut dapat ditemui di sekolah sebagai
lingkungan yang tidak dapat dilepaskan dari seorang siswa.
Dari beberapa faktor di atas ada salah satu faktor yang menurut
peneliti penting adalah motivasi berprestasi, karena motivasi mampu
mempengaruhi tindakan atau aktivitas seseorang menjadi lebih terarah dan
fokus menuju tujuan yang telah ditetapkan. Seseorang yang telah termotivasi
akan berusaha lebih dari biasanya untuk mencapai sesuatu tujuan. Seorang
siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi berpeluang besar untuk
berhasil dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yaitu hasil belajar yang
baik. Hasil belajar yang baik, bukan hanya ditunjukkan ketika seorang siswa
memenangkan lomba renang atau bulutangkis, namun dapat juga ditunjukkan
dengan hasil ulangannya yang memperoleh nilai maksimal. Dengan
memperoleh nilai yang maksimal berarti siswa tersebut telah memahami
materi yang ia pelajari dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari. Seperti ketika siswa memperoleh hasil belajar matematika yang
baik, maka ia dapat mengaplikasikannya dalam transaksi jual-beli yang
3
Manfaat dari mempelajari matematika yang lain yang didapat selain
dalam bidang jual beli dikemukakan oleh Cornelius (dalam Mulyono
Abdurrahman, 2003: 253), yang menyatakan bahwa perlunya seorang siswa
belajar matematika antara lain: (1) sarana berfikir yang jelas dan logis, (2)
sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana
mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk
mengembangkan kreaktivitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran
terhadap perkembangan budaya.
Pendapat lain juga disampaikan oleh Cockroft (dalam Mulyono
Abdurrahman, 2003: 253) yang menyatakan bahwa:
Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena: (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan, (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6) memberi kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang
siswa perlu mempelajari bidang studi matematika karena matematika mampu
membantu mengatasi masalah kehidupan sehari-hari. Matematika mampu
menjadi sarana memecahkan masalah dengan berfikir secara jelas dan logis.
Selain itu, matematika dapat dimanfaatkan untuk menyajikan informasi serta
menjadi sarana komunikasi yang jelas, kuat, dan singkat. Lebih lanjut lagi,
matematika mampu mengembangkan kreaktivitas siswa dan kesadaran akan
perkembangan budaya yang terjadi. Matematika juga diperlukan oleh semua
4
mempelajari bidang studi lainnya, karena bidang studi lain memerlukan
keterampilan matematika yang sesuai.
Hasil belajar dan motivasi berprestasi sebagaimana dipaparkan juga
memiliki hubungan timbal balik. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi
akan belajar lebih giat untuk mendapatkan hasil belajar yang baik, sehingga
tujuan yang ditetapkan tersebut dapat tercapai. Sebaliknya, siswa yang
memiliki hasil belajar yang baik memiliki kecenderungan untuk
mempertahankan hasil belajar atau prestasi yang ia miliki, sehingga
prestasinya tidak tergantikan oleh siswa yang lain. Dengan kata lain, hasil
belajar sendiri juga memberi pengaruh terhadap motivasi berprestasi.
Sebagaimana disampaikan oleh Syaiful Bahri Djamah dan Aswan Zain
(2006: 156), bahwa salah satu fungsi hasil belajar adalah mendorong anak
didik untuk mempertahankan dan meningkatkan prestasi yang tinggi. Hal ini
juga berlaku pada mata pelajaran matematika sebagai mata pelajaran yang
menjadi objek ujian nasional.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi
berprestasi memiliki hubungan dengan hasil belajar matematika, namun
belum diketahu seberapa besar hubungan tersebut.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti di salah satu
sekolah dasar (SD) di Kecamatan Lendah Kabupaten Kulon Progo, terlihat
hasil belajar matematika bangun ruang di setiap siswa berbeda. Pengamatan
dilakukan di kelas empat ketika kegiatan belajar-mengajar berlangsung pada
5
tersebut, guru tidak menggunakan media yang menarik. Guru hanya
menggunakan media berupa gambar bangun ruang yang sudah terdapat di
buku cetak siswa. Rasa ingin tahu siswa juga cenderung kurang, terlihat
ketika beberapa siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru tentang
materi ajar maupun ketika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menanyakan apakah ada materi yang belum jelas untuk dipahami. Siswa
hanya terdiam dan acuh terhadap guru. Ketika guru memberikan latihan soal
di papan tulis, hanya ada dua siswa yang bersedia mengerjakan. Pembelajaran
diakhiri dengan evaluasi yang diberikan oleh guru. Selama proses
mengerjakan soal evaluasi, masih banyak siswa yang terlihat kebingungan,
selain itu beberapa siswa bekerjasama ketika mengerjakan soal evaluasi
meskipun guru sudah menegur siswa tersebut agar mengerjakannya sendiri.
Hal ini dapat memperlihatkan bahwa beberapa siswa kurang memiliki
motivasi untuk memperoleh prestasi yang unggul dibanding teman yang lain.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan observasi nilai hasil
evaluasi. Berikut data nilai evaluasi yang didapatkan oleh peneliti.
Tabel 1. Nilai Hasil Evaluasi
6
Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat bahwa nilai antara satu siswa
dengan siswa yang lain memiliki perbedaan, ada yang mendapatkan nilai
yang tinggi ada pula yang mendapatkan nilai belum memenuhi kriteria
ketuntasan minimal (KKM) yaitu 70, sehingga perlu dilakukan remidial.
Selain itu, rata-rata nilai yang didapat siswa sebesar 67,33. Dengan kata lain,
rata-rata nilai yang diperoleh siswa masih di bawah KKM yang sebesar 70.
Pengamatan dilanjutkan oleh peneliti dengan melakukan wawancara
kepada guru kelas empat tentang kondisi dari beberapa siswa yang mendapat
nilai di bawah KKM serta apa yang menyebabkannya. Berdasarkan
pemaparan yang disampaikan oleh guru, beberapa siswa yang mendapatkan
nilai di bawah KKM karena: 1) siswa kurang menyukai mata pelajaran
matematika, karena siswa tersebut memiliki nilai yang baik pada mata
pelajaran olahraga, 2) orangtua siswa yang sibuk, sehingga dimungkinkan ia
kurang mendapat perhatian dari orangtuanya, 3) siswa termasuk anak yang
cenderung bandel dan kurang memiliki rasa hormat kepada orang yang lebih
tua.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian berkaitan dengan hasil belajar matematika bangun ruang dengan
motivasi berprestasi siswa. Peneliti menyusun skripsi dengan judul: “
hubungan motivasi berprestasi dengan hasil belajar matematika bangun ruang
kelas IV Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Lendah Kabupaten Kulon
7
B. Identifikasi Masalah
Sebagaimana sudah diuraikan pada bagian latar belakang masalah
dapat diidentiikasikan permasalahannya sebagai berikut :
1. Guru kelas tidak menggunakan media yang menarik dalam proses
belajar-mengajar.
2. Rasa ingin tahu terhadap mata pelajaran matematika siswa rendah.
3. Motivasi berprestasi siswa rendah.
4. Hasil belajar matematika bangun ruang siswa rendah (dibawah KKM).
5. Beberapa siswa memiliki perilaku bandel seperti kurang menghormati
orang yang lebih tua (guru kelasnya).
6. Orang tua siswa kurang memperhatikan anaknya.
7. Belum diketahui seberapa besar hubungan antara motivasi berprestasi
dengan hasil matematika bangun ruang.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, peneliti hanya akan
membatasi masalah pada hubungan motivasi berprestasi siswa dengan hasil
belajar matematika bangun ruang siswa kelas IV Sekolah Dasar (SD) negeri
se-Kecamatan Lendah Kabupaten Kulon Progo tahun ajaran 2015/2016.
8
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan
penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana skor pencapaian dari motivasii berprestasi dan hasil belajar
matematika bangun ruang siswa kelas IV SD negeri se-Kecamatan Lendah
Kabupaten Kulon Progo tahun ajaran 2015/2016?
2. Apakah motivasi berprestasi berhubungan positif dan signifikan terhadap
hasil belajar matematika bangun ruang siswa kelas IV SD negeri
se-Kecamatan Lendah Kabupaten Kulon Progo tahun ajaran 2015/2016 ?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yaitu:
1. Mengetahui besarnya skor pencapaian dari motivasii berprestasi dan hasil
belajar matematika bangun ruang siswa kelas IV SD negeri se-Kecamatan
Lendah Kabupaten Kulon Progo tahun ajaran 2015/2016.
2. Mengetahui apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara
motivasi berprestasi dengan hasil belajar matematika bangun ruang siswa
kelas IV SD negeri se-Kecamatan Lendah Kabupaten Kulon Progo tahun
9
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
pengembang pendidikan untuk mengembangkan suatu teori mengenai
motivasi berprestasi siswa dan hasil belajar matematika bangun ruang.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan masukan bagi guru kelas SD dalam rangka
meningkatkan hasil belajar matematika bangun ruang.
b. Sebagai bahan masukan bagi guru dan pihak-pihak yang terkait dalam
meningkatkan motivasi berprestasi siswa untuk mengoptimalkan hasil
belajar matematika bangun ruang.
c. Sebagai bahan referensi lebih lanjut mengenai motivasi berprestasi
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Hakikat Motivasi Berprestasi
a. Pengertian Motivasi
Setiap orang memiliki faktor pendorong dalam melakukan
aktivitas, salah satunya yaitu motivasi. Motivasi dapat berupa keinginan
maupun kemauan yang timbul untuk melakukan aktivitas dalam
mencapai suatu tujuan tertentu. Sementara itu, yang dimaksud dengan
tujuan adalah sesuatu yang berada di luar diri manusia sehingga
tindakan yang dilakukan manusia lebih terarah karena seseorang akan
berusaha lebih semangat dan giat dalam berbuat sesuatu.
Motivasi berasal dari kata dasar motif. Menurut Sardiman AM
(2006: 8), “kata motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari
dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu
demi mencapai suatu tujuan”, selanjutnya Umbu Tagela Ibi Lesbi dan
Sumardjono Padmomartono (2014: 81) menjelaskan lagi apabila
“semua proses yang bertujuan merealisasikan motif disebut motivasi”.
Menurut Mc. Donald (Sardiman AM, 2006: 73), “motivasi adalah
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan
munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”.
Makmun Khairani (2014: 91) menjelaskan bahwa, motif dan
11
beperilaku baik motif primer yang didasari oleh kebutuhan asli yang
dimiliki individu semenjak dia lahir, seperti: rasa lapar, bernafas, dan
sejenisnya maupun motif sekunder yang terbentuk dari hasil belajar,
seperti memperoleh pengetahuan atau ketrampilan tertentu. Selanjutnya
motif-motif tersebut diaktifkan dan digerakkan, baik dari dalam diri
individu maupun dari luar individu, menjadi bentuk perilaku
instrumental atau aktivitas tertentu yang mengarah pada suatu tujuan.
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Hamzah B. Uno (2007: 3), bahwa
motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk
berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam
memenuhi kebutuhannya.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa motivasi adalah kondisi psikologis yang terdapat dalam diri
seseorang yang mendorong untuk melakukan aktivitas tertentu guna
mencapai sebuah tujuan dalam belajar. Seseorang harus memiliki
motivasi yang kuat, sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat
tercapai secara maksimal.
b. Fungsi Motivasi
Motivasi berperan penting dalam usaha pencapaian suatu tujuan
pembelajaran. Adanya motivasi yang tinggi akan mampu memicu siswa
memiliki daya penggerak yang timbul dari dalam dirinya untuk
meningkatkan hasil belajar. Jadi, apabila siswa telah memiliki motivasi
12
menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberi arah
pada kegiatan kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki dapat
tercapai dengan harapan hasil yang diperoleh semaksimal mungkin.
Sardiman AM (2006: 85), menjelaskan bahwa motivasi dapat
mendorong mengapa seseorang melakukan suatu kegiatan/pekerjaan.
Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi, yaitu:
1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagi penggerak
atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang
hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3) Menyelesaikan perbuatan, yakni menentukan
perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Pendapat lain disampaikan oleh Purwanto (dalam Hamzah B.
Uno, 2007: 64), bahwa fungsi motivasi bagi manusia yaitu:
1) Sebagai motor penggerak bagi manusia, ibarat bahan bakar
pada kendaraan,
2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah perwujudan suatu
tujuan atau cita-cita,
3) Mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh
untuk mencapai tujuan, dalam hal ini makin jelas tujuan, maka makin jelas pula bentangan jalan yang harus ditempuh,
4) Menyeleksi perbuatan diri, artinya menentukan perbuatan
mana yang harus dilakukan, yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyampaikan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu.
Pendapat lain juga disampaikan oleh RBS. Fudyartanto (dalam
Purwa Atmaja Prawira, 2014: 321-322), bahwa fungsi-fungsi motivasi
13
1) Motif bersifat mengarahkan dan mengatur tingkah laku individu.
Tingkah laku individu dikatakan bermotif jika bergerak menuju ke
arah tertentu. Dengan demikian, suatu motif dipastikan memiliki
tujuan tertentu, mengandung ketekunan dan kegigihan dalam
bertindak.
2) Motif sebagai penyeleksi tingkah laku individu. Motif yang dipunyai
atau terdapat pada diri individu membuat individu yang
bersangkutan bertindak secara terarah kepada suatu tujuan yang
terpilih yang telah diniatkan oleh individu tersebut. Dengan kata lain,
adanya motif menghindari individu menjadi buyar dan tanpa arah
dalam bertingkah laku guna mencapai tujuan tertentu yang telah
diniatkan sebelumnya.
3) Motif memberi energi dan menahan tingkah laku individu. Motif
diketahui sebagai daya dorong dan peningkatan tenaga sehingga
terjadi perbuatan yang tampak pada organisme.
Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa
fungsi motivasi dapat memicu dan mendorong suatu perbuatan atau
tindakan. Apabila motivasi tersebut bersifat positif, maka perbuatan
atau tindakan yang timbul akan bersifat positif pula. Selain itu, motivasi
juga berfungsi sebagai penentu arah perbuatan. Perbuatan atau tindakan
yang dilakukan harus mengarah ke tujuan yang telah ditetapkan agar
tujuan itu dapat tercapai dengan maksimal. Motivasi juga berfungsi
14
menghindarkan perbuatan-perbuatan yang mampu menghambat dalam
mencapai tujuan, dalam hal ini yaitu hasil belajar yang baik.
c. Ciri-ciri Motivasi
Motivasi dalam diri seseorang dapat membentuk dirinya menjadi
individu yang giat dan ulet dalam melakukan berbagai aktivitas,
terutama yang mengarah pada pencapaian tujuannya. Siswa yang
memiliki motivasi tinggi dapat dilihat dari tingkah lakunya, yang selalu
rajin dan bekerja keras untuk memperoleh hasil belajar yang optimal.
Apabila seseorang telah memiliki beberapa ciri-ciri tersebut, maka
dapat dikatakan bahwa seseorang telah memiliki motivasi yang tinggi
dalam hidupnya.
Menurut Sardiman AM (2006: 83), motivasi yang ada pada diri
setiap orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam
waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak
memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya)
3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah
“untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangunana agama, politik, ekonomi, keadilan, dan sebagainya)
4) Lebih senang bekerja mandiri
5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat
mekanis, berulang ulang begitu saja, sehingga kurang kreaktif)
6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan
sesuatu)
7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu
15
Pendapat lain mengenai ciri-ciri motivasi juga disampaikan oleh
Hamzah B. Uno (2007: 23), yang meliputi:
1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil,
2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar,
3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan,
4) Adanya penghargaan dalam belajar,
5) Adanya kegiatan menarik dalam kegiatan belajar, serta
6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif.
Berdasarkan pendapat dari para ahli, dapat disimpulkan bahwa
apabila seseorang telah memiliki ciri-ciri motivasi tersebut, berarti
individu tersebut telah memiliki motivasi yang cukup baik. Ciri-ciri
motivasi tersebut harus dimiliki oleh setiap siswa terutama dalam
kegiatan belajarnya. Kegiatan belajarnya akan berjalan dengan efektif
dan efisien apabila siswa berkeinginan dan tekun dalam mengerjakan
setiap tugas yang diberikan, serta ulet dalam memecahkan masalah
yang dihadapi secara mandiri. Selain itu, siswa harus mampu
mempertahankan pendapatnya, jika ia sudah yakin dengan apa yang ia
yakini. Siswa harus memiliki tujuan yang dijadikan sebagai arah
pencapaian hasil di masa akan datang, sehingga ia menganggap belajar
merupakan kebutuhan bagi dirinya sendiri yang pada akhirnya siswa
akan mendapat apresiasi yaitu memperoleh hasil belajar yang
maksmial.
d. Macam-macam Motivasi
Setiap siswa memiliki bermacam-macam motivasi dalam belajar.
Motivasi yang dimiliki oleh siswa bisa berasal dari dalam diri sendiri
16
dan saling mendukung, sehingga tujuan belajar yang telah ditetapkan
oleh siswa dalam hal ini yaitu hasil belajar, dapat tercapai secara
maksimal.
Menurut Winkel (dalam Nyayu Khodijah, 2014: 152), dilihat dari
sumbernya, motivasi belajar ada dua jenis, yaitu:
1)Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang timbul dari dalam diri orang yang bersangkutan tanpa rangsangan atau bantuan orang lain. Seseorang yang secara intrinsik termotivasi akan melakukan pekerjaan karena mendapat pekerjaan itu menyenangkan dan bisa memenuhi kebutuhannya, tidak tergantung pada penghargaan-penghargaan eksplisit atau paksaan eksternal lainnya. Motivasi intrinsik dapat berupa kepribadian, sikap, pengalaman, pendidikan, atau berupa cita-cita.
2)Motivasi ekstrinsik, yakni motivasi yang timbul karena
rangsangan atau bantuan dari orang lain. Motivasi ekstrinsik disebabkan oleh keinginan untuk menerima ganjaran atau menghindari hukuman, motivasi yang terbentuk oleh faktor-faktor eksternal seperti ganjaran dan hukuman.
Pendapat lain disampaikan oleh S.S Chauhan (Purwa Atmaja
Prawira, 2014: 323), bahwa motif yang mendasari motivasi dapat dibagi
menjadi tiga golongan, yaitu:
1) Motif fisiologis, yaitu motif yang sangat penting dalam
kelangsungan hidup individu, seperti motif-motif makan dan minum,
seks, metabolisme, dan emosi.
2) Motif sosial, yaitu motif-motif yang dipelajari dalam lingkungan
sosial yang dipengaruhi oleh warisan kultural dan pandangan hidup
17
3) Motif personal, yaitu motif yang berkaitan dengan proses sosialisasi
manusia, seperti motif-motif yang berhubungan dengan interest,
sikap, nilai, tujuan, dan konsep diri.
Pendapat lain juga disampaikan oleh Mc. Donald (dalam
Sardiman AM, 2006: 86-91), yang menyatakan bahwa macam-macam
motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, antara lain:
1) Motivasi dapat dilihat dari dasar pembetukannya.
Motivasi pada dasarnya terbentuk dari motif-motif yang berasal dari motif bawaan maupun motif yang dipelajari. Motif bawaan yaitu motif yang dibawa sejak lahir dan ada tanpa perlu dipelajari, misalnya dorongan untuk makan maupun minum (bersifat biologis). Motif yang dipelajari yaitu motif yang timbul karena dipelajari terlebih dahulu , biasanya motif ini disyaratkan secara sosial, contohnya dorongan untuk belajar cabang ilmu tertentu, dorongan untuk hidup bermasyarakat, dan lain-lain.
2) Motivasi jasmaniah dan rohani
Motivasi yang termasuk motivasi jasmani misalnya refleks, insting otomatis, dan nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah yaitu kemauan.
3) Motivasi intrinsik dan ekstrinsik
a) Motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contohseseorang yang senang membaca tidak perlu ada yang mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya.
b) Motivasi ekstrinsik ialah motif-motif yang aktif dan
berfungsinya karena adanya rangsangan dari luar, sebagai contoh seseorang itu belajar karena besok pagi ada ujian agar mendapat nilai baik.
Pendapat lain mengenai macam-macam motivasi juga
disampaikan oleh Davis dan Newstrom (dalam Nyanyu Khodijah, 2014:
152), bahwa motivasi yang mempengaruhi cara-cara seseorang dalam
18
1) Motivasi berprestasi, yaitu dorongan untuk mengatasi tantangan,
untuk maju, dan berkembang,
2) Motivasi berafiliasi, yaitu dorongan untuk berhubungan dengan
orang lain secara efektif,
3) Motivasi berkompetensi, yaitu dorongan untuk mencapai hasil kerja
dengan kualitas tinggi, dan
4) Motivasi berkuasa, yaitu dorongan untuk memengaruhi orang lain
dan situasi.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli, maka dapat disimpulkan
bahwa macam-macam motivasi baik yang berasal dari dalam maupun
luar individu sangat penting bagi diri siswa dan harus selalu
dikembangkan dan diarahkan untuk mencapai hasil belajar yang baik.
Siswa juga harus mempertahankan dan meningkatkan motivasi yang
telah dimiliki mulai dari tahap rajin belajar sampai pada kegiatan
belajar bermakna, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
e. Motivasi Berprestasi
Motivasi berprestasi merupakan salah satu faktor yang berperan
dalam menentukan keberhasilan belajar. Motivasi berprestasi juga dapat
dikatakan sebagai cara untuk meningkatkan prestasi yang selalu
dilatarbelakangi oleh keinginan kuat individu untuk mencapai suatu
tingkat keberhasilan di atas rata-rata atau ambisi kuat individu untuk
memperoleh hasil yang lebih baik dari hasil yang pernah diperoleh.
19
dari dalam diri individu yang pada dasarnya merupakan reaksi individu
terhadap adanya suatu tujuan yang ingin dicapai.
Konsep motivasi berprestasi pertama kali dipopulerkan oleh Mc.
Celleand (dalam Martini Jamaris, 2013: 175), yang menyatakan bahwa
terdapat tiga jenis motivasi, yaitu motivasi berprestasi (achievement motivation/ n-ach), motivasi terhadap kekuasaan (authority/ power
motivation/ n-pow), dan motivasi afiliasi (affilation motivation/ n-affil).
Sementara itu, Djaali (2014: 103), menyatakan bahwa motivasi
berprestasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis (kebutuhan untuk
berprestasi) yang terdapat di dalam diri siswa yang mendorongnya
untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan tertentu
(berprestasi setinggi mungkin).
Pendapat lain juga disampaikan oleh Hechausen (dalam Djaali,
2014: 103), bahwa motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang
terdapat dalam diri siswa yang selalu berusaha atau berjuang untuk
meningkatkan atau memelihara kemampuan setinggi mungkin dalam
semua aktivitas dengan menggunakan standar keunggulan.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli, maka dapat disimpulkan
bahwa motivasi berprestasi merupakan dorongan untuk mengerjakan
suatu tugas dengan sebaik-baiknya berdasarkan standar keunggulan
demi meraih hasil belajar setinggi mungkin. Jadi, motivasi berprestasi
bukan sekedar dorongan untuk berbuat, tetapi mengacu kepada suatu
20
dikerjakan seseorang. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi,
ia akan terdorong untuk belajar dengan giat agar dapat mencapai hasil
belajar yang maksimal.
f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi
Motivasi berprestasi yang dimiliki oleh siswa dipengaruhi oleh
beberapa faktor pendukung. Faktor-faktor tersebut harus dapat
dipahami dan diperhatikan dengan baik oleh siswa, agar dapat tercipta
suatu pengaruh yang positif, serta menjadi pendorong bagi siswa agar
dapat mencapai tujuan yang diharapkan, dalam hal ini yaitu hasil
belajar yang optimal.
Menurut Howe (dalam Djaali, 2014: 104), motivasi berprestasi
dipengaruhi oleh tiga komponen, yaitu:
1) Dorongan kognitif adalah keinginan siswa untuk
mempunyai kompetensi dalam subjek yang ditekuninya
serta keinginan untuk menyelesaikan tugas yang
dihadapinya dengan hasil yang sebaik-baiknya.
2) An ego-enhancing one adalah keinginan siswa untuk meningkatkan status harga dirinya, misalnya dengan berprestasi dalam segala bidang.
3) Komponen afiliasi adalah keinginan siswa untuk selalu
berafiliasi dengan siswa lain.
Pendapat lain disampaikan oleh Slameto (2013: 26), bahwa
motivasi keberhasilan (achievement motivation) juga dipengaruhi oleh tiga komponen, yaitu:
1) Dorongan kognitif.
Termasuk dalam dorongan kognitif adalah kebutuhan untuk
21
Proses interaksi antara tugas atau masalah dapat menimbulkan
dorongan kognitif.
2) Harga diri.
Komponen harga diri juga termasuk dalam motif kebrhasilan, seperti
siswa tertentu yang mau belajar dengan tekun dan mau mengerjakan
tugas-tugas dengan tujuan bukan untuk memperoleh pengetahuan
atau kecakapan, melainkan untuk memperoleh status dan harga diri.
3) Kebutuhan berafiliasi.
Kebutuhan berafiliasi juga berhubungan dengan harga diri. Siswa
yang giat belajar demi menguasai suatu bahan pelajaran memiliki
tujuan untuk memperoleh pembenaran (approval) atau penerimaan dari teman, orang lain atau guru teman yang dapat memberikan
status kepadanya. Dengan pembenaran atau penerimaan itu, maka
siswa akan merasa senang dan akan terus mengerjakan tugas dan
belajar dengan baik.
Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa
apabila seorang siswa telah memiliki beberapa faktor yang
mempengaruhi motivasi berprestasi maka ia akan mampu mencapai
tujuan dalam belajar lebih optimal. Siswa harus memiliki dorongan
kognitif. Siswa yang memiliki dorongan kognitif akan memiliki
keinginan untuk mempunyai kompetensi dalam subjek yang
ditekuninya serta untuk menyelesaikan tugas yang dihadapinya dengan
22
dalam hal ini yaitu siswa tekun belajar, melaksanakan tugas-tugas untuk
memperoleh status dan harga diri. Selain itu, seorang siswa harus
mempunyai kebutuhan berafiliasi, yaitu siswa belajar dengan giat untuk
memperoleh penerimaan dari teman-temannya.
g. Indikator Motivasi Berprestasi
Sesorang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi dapat
dilihat dari berbagai indikator. Indikator-indikator tersebut mampu
membantu siswa untuk mengetahui tinggi atau rendahnya motivasi
yang dimiliki. Selain itu, dapat pula dijadikan menjadi suatu pedoman
bagi siswa untuk mencapai tujuan dari belajar, yaitu hasil belajar
dengan maksimal.
Hamzah B. Uno (2007: 30), menyatakan bahwa karakteristik
atau indikator individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi
adalah:
1) Berusaha untuk menyelesaikan tugas dengan secepat-cepatnya, tanpa
menunda pekerjaan tersebut.
2) Berani mengambil resiko untuk penyelesaian tugasnya.
3) Apabila terpaksa menunda pekerjaanya, ia akan segera
menyelesaikan tugas tersebut dengan usaha yang sama dari
sebelumnya.
4) Lebih suka memilih rekan kerja dengan kemampuan yang tinggi.
Pendapat lain disampaikan oleh Johnson dan Schwitzgebel &
23
yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memiliki karakteristik atau
indikator sebagai berikut:
1) Menyukai situasi atau tugas yang menuntut tanggung jawab
pribadi atas hasil-hasilnya dan bukan atas dasar untung-untungan, nasib, atau kebetulan.
2) Memiliki tujuan yang realistis tetapi menantang dari tujuan yang terlalu mudah dicapai atau terlalu besar resikonya.
3) Mencari situasi atau pekerjaan dimana ia memperoleh umpan balik dengan segera dan nyata untuk menentukan baik atau tidaknya hasil pekerjaannya.
4) Senang bekerja dan bersaing untuk mengungguli orang lain.
5) Mampu menangguhkan pemuasan keinginannya demi masa
depan yang lebih baik.
6) Tidak tergugah untuk sekadar mendapatkan uang, status, atau keuntungan lainnya, ia akan mencarinya apabila halhal tersebut merupakan lambang prestasi, suatu ukuran keberhasilan.
Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan
bahwa seseorang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi mempunyai
beberapa indikator, yaitu:
1) Menyukai dan menyelesaikan tugas yang menuntut tanggung jawab
pribadi secara tuntas (kesimpulan dari pendapat Hamzah B. Uno
point 1 dan 3 dan pendapat Johnson dan Schwitzgebel & Kalb
(dalam Djaali) poin 1),
2) Memiliki tujuan yang realistis dan menyukai tantangan (dari
pendapat Hamzah B. Uno poin 2 dan pendapat Johnson dan
Schwitzgebel & Kalb (dalam Djaali) poin 2 dan 5),
3) Bersedia menerima perubahan dan umpan balik (dari pendapat
Johnson dan Schwitzgebel & Kalb (dalam Djaali) poin 3)
4) Senang bekerja mandiri, (dari pendapat Johnson dan Schwitzgebel &
24
5) Senang bersaing untuk mengungguli orang lain (dari pendapat
Johnson dan Schwitzgebel & Kalb (dalam Djaali) poin 4 dan
Hamzah B. Uno poin 4 ), dan
6) Memiliki dorongan untuk berprestasi (dari pendapat Johnson dan
Schwitzgebel & Kalb (dalam Djaali) poin 6)
2. Hakikat Hasil Belajar Matematika Bangun Ruang
a. Pengertian Hasil Belajar
Pemahaman seorang siswa terhadap materi pembelajaran dapat
dilihat dari berbagai hal, salah satunya adalah hasil belajar. Hasil belajar
dapat dilihat selama kegiatan pembelajaran berlansung maupun ketika
evaluasi pembelajaran diberikan.
H.C Witherington (dalam Purwa Atmaja Prawira, 2014: 225)
menjelaskan bahwa belajar memiliki berbagai definisi sebagai berikut:
1) Belajar merupakan suatu perubahan dalam diri seseorang yang dapat
terjadi dalam hal kecakapan, suatu sikap, atau suatu pengertian, dan
seterusnya.
2) Belajar adalah penguasaan pola-pola baru yang bersandar kepada
beberapa prinsip atau pola total yang dikuasai dengan mengadakan
integrasi yang memadai terhadap susunan-susunan dasar dari suatu
pengalaman.
3) Belajar adalah penguasaan kecakapan (mengandung unsur praktik),
sikap (hal-hal yang berhubungan dengan cara-car berfikir dan
25
pengertian (hal-hal yang mempunyai kaitan dengan
pengalaman-pengalaman rasional atau menurut akal sehat).
Pendapat lain disampaikan oleh Eviline Siregar dan Hartini Nara
(2011: 3) bahwa belajar merupakan sebuah proses kompleks pada
semua orang yang berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan
dalam kandungan) hingga liang lahat, yang ditandai dengan adanya
perubahan tingkah laku dalam dirinya meliputi perubahan yang bersifat
pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan nilai serta
sikap (afektif). Belajar juga dapat diartikan sebagai suatu proses aktif
yang perlu dirangsang dan dibimbing ke arah hasil-hasil yang
diinginkan atau dipertimbangkan, selain itu belajar juga merupakan
suatu penguasaan kebiasaaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap-sikap
(L.D Crow dan A. Row; dalam Purwa Atmaja Prawira, 2014: 227).
Sedangkan hasil sendiri dapat diartikan suatu perolehan akibat
dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan
berubahnya input secara fungsional (Purwanto, 2010: 44). Jadi, hasil
belajar dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang diperoleh anak
setelah melalui kegiatan belajar (Mulyono Abdurrahman, 2003: 37).
Sependapat dengan Mulyono Abdurrahman, Purwanto (2010: 45)
berpendapat bahwa hasil belajar merupakan perolehan dari proses
belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran. Pendapat lain juga
disampaikan oleh Nawawi (dalam Ahmad Susanto (2013: 5) yang
26
dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang diperoleh hasil tes
mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu dan dinyatakan ke dalam
skor.
Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar merupakan perolehan dari proses penguasaan sesuatu
yang dipelajari. Penguasaan tersebut dapat terlihat dari adanya
perubahan pengetahuan (kognitif), ketrampilan (psikomotorik), dan
sikap (afektif). Dengan kata lain, hasil belajar adalah penguasaan
sejumlah pengetahuan dan sejumlah keterampilan baru maupun sesuatu
sikap baru ataupun memperkuat sesuatu yang telah dikuasai
sebelumnya, termasuk pemahan dan penguasaaan nilai-nilai. Siswa
dapat dikatakan memperoleh hasil belajar apabila ia telah mendapatkan
pengetahuan baru, ketrampilan yang belum dikuasai, dan sikap baru
dari hasil pembelajaran. Dengan kata lain, siswa yang telah mencapai
tujuan pembelajaran berarti telah memperoleh hasil belajar.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar yang dimiliki oleh siswa yang satu dengan siswa
yang lain tentu berbeda. Perbedaan ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Faktor-faktor tersebut harus diketahui dan dimengerti oleh siswa
sehingga mampu memperoleh hasil belajar yang maksimal.
Djaali (2014: 101) menyampaikan bahwa hasil dalam proses
belajar sangat ditentukan oleh kemampuan belajar peserta didik yang
27
1) Motivasi
Motivasi yang berpengaruh terhadap hasil belajar ialah motivasi
berprestasi. Besar kecilnya pengaruh tersebut tergantung
intensitasnya. Jadi, siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi
akan mampu mendapatkan hasil belajar yang optimal.
2) Sikap
Sikap belajar berperan dalam menentukan aktivitas belajar siswa.
Sikap belajar yang positif berkaitan erat dengan minat dan motivasi.
Oleh karena itu, apabila faktor lainnya sama, siswa yang sikap
belajarnya positif akan belajar lebih aktif dan dengan demikian akan
memperoleh hasil belajar yang lebih baik dibandingkan siswa yang
sikap belajarnya negatif.
3) Minat
Minat adalah rasa lebih suka atau keterikatan pada suatu aktivitas
tanpa adanya perintah maupun paksaan. Selain itu, minat mampu
menumbuhkan suatu usaha yang lebih untuk mencapai sebuah
tujuan. Oleh karena itu, siswa yang memiliki minat belajar tinggi
akan berusaha lebih ulet dan giat dalam memperoleh tujuan yang
telah ditetapkan, dalam hal ini adalah hasil belajar yang optimal.
4) Kebiasaan Belajar
Kebiasaan belajar cenderung menguasai perilaku siswa dalam
kegiatan belajar karena kebiasaan mengandung motivasi yang kuat.
28
akan merasa senang ketika ia belajar dan cenderung akan selalu
mengulanginya sehingga hasil belajar yang diperoleh semakin
maksimal.
5) Konsep diri
Konsep diri yang dimaksud adalah bayangan seseorang tentang
keadaan dirinya sendiri pada saat ini dan bukanlah bayangan ideal
dari dirinya sendiri sebagaimana yang diharapkan. Siswa yang
menguasai konsep diri mampu berkompetisi dan berusaha untuk
menunjukkan hasil belajar yang semaksimal mungkin.
Pendapat lain disampaikan oleh Tim Pengembangan MKDP
Kurikulum dan Pembelajaran (2011: 140-141) yang menyampaikan
bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal
(terdapat dalam diri siswa) dan faktor eksternal (berada di luar diri
siswa). Faktor internal dapat digolongkan menjadi: yang meliputi:yaitu:
1) Faktor fisiologis atau jasmani individu baik bersifat bawaan maupun
yang diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat
tubuh, dan sebagainya
2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun keturunan,
yang meliputi: (a) faktor intelektual, terdiri atas faktor potensi
(intelegensi dan bakat) dan faktor aktual (kecakapan nyata dan
prestasi), (b) faktor non intelektual, yaitu komponen-komponen
kepribadian tertentu seperti sikap, minat, kebiasaan, motivasi,
29
3) Faktor kematangan baik fisik maupun psikis.
Sedangkan faktor eksternal dapat digolongkan menjadi:
1) Faktor sosial, yang terdiri dari:
a) Faktor lingkungan keluarga.
3) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar,
iklim, dan sebainya.
4) Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan
Lebuh lanjut lagi, Tim Pengembangan MKDP Kurikulum dan
Pembelajaran (2011: 141) menyampaikan bahwa,
Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung atau tidak langsung dalam memengaruhi hasil belajar yang dicapai
seseorang. Karena adanya faktor-faktor tertentu yang
memengaruhi prestasi belajar yaitu motivasi berprestasi, inteligensi, dan kecemasan.
Pendapat lain juga disampaikan oleh John M. Keller (Mulyono
Abdurrahman: 38) yang menyampaikan bahwa hasil belajar
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu masukan pribadi dan masukan dari
lingkungan. Masukan pribadi terdiri dari empat macam, yaitu:
1) Motivasi atau nilai-nilai
2) Harapan untuk berhasil (expectancy)
30
4) Evaluasi kognitif terhadap kewajaran atau keadilan
konsekuensi.
Sedangkan masukan dari lingkungan terdiri dari tiga macam, yaitu:
1) Rancangan dan pengelolaan motivasional
2) Rancangan dan pengelolaan kegiatan belajar
3) Rancangan dan pengelolaan ulangan penguatan.
Bersadarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa
terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar, yaitu faktor
internal yang berasal dari diri sendiri dan faktor eksternal yang berasal
dari luar diri seseorang. Faktor-faktor yang tergolong di dalam faktor
internal yaitu: motivasi berprestasi, sikap, minat, intelegensi, kebiasaan
belajar, dan konsep diri. Sedangkan faktor-faktor eksternal yaitu: faktor
lingkungansosial, keluarga, sekolah, masyarakat, budaya, dan spiritual.
Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung maupun tidak
langsung sehingga mampu mempengaruhi hasil belajar yang dicapai
siswa. Siswa yang telah memiliki faktor-faktor tersebut lebih mudah
dalam mencapai tujuan dari pembelajaran, yaitu hasil belajar yang
maksimal.
c. Fungsi Hasil Belajar
Menurut Syaiful Bahri Djamah dan Aswan Zain (2006: 156),
pemberian hasil kerja kepada anak didik dapat berfungsi sebagai
berikut:
1) Mengetahui kesalahan kerja anak didik kemudian dilakukan
perbaikan dengan bantuan atau bimbingan dari guru sehingga dapat
31
2) Mendorong anak didik untuk mempertahankan dan meningkatkan
prestasi yang tinggi
Berdasarkan pendapat di atas, hasil belajar dapat berfungsi
sebagai:
1) Menjadi tolak ukur pencapaian kegiatan belajar siswa
2) Menjadi penentu tindak lanjut dari guru (apakah memberikan
remidial atau pengayakan)
3) Menjadi motivasi siswa untuk berprestasi tinggi
Menurut Aunurrahman (2010: 211-214), untuk mengukur
keberhasilan belajar perlu dilaksanakan evaluasi yang memiliki
beberapa fungsi di antaranya sebagai berikut:
1) Mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai dalam proses
pendidikan.
Evaluasi mampu menjadi sumber informasi yang tepat untuk
menyimpulkan sejauh mana hasil yang telah dicapai dari proses
belajar. Evaluasi juga harus dapat menjawab apakah hasil-hasil yang
dicapai telah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
2) Mengetahui apakah suatu mata pelajaran dapat dilanjutkan dengan
bahan baru atau harus mengulanginya
Apabila anak-anak secara keseluruhan atau sebagian besar mampu
mencapai hasil belajar yang cukup baik melalui evaluasi yang
dilakukan, maka berarti pelajaran dapat dilanjutkan pada materi atau
32
belajar yang cukup baik akan dilakukan pengulangan sebagian atau
bahkan keseluruhan materi yang telah diajarkan.
3) Mendapatkan bahan-bahan informasi apakah seseorang anak dapat
dinaikkan ke kelas yang lebih tnggi atau harus mengulang di kelas
semula.
Dasar untuk menentukan apakah seorang anak dapat dinaikkan atau
mengulang kelas adalah terpenuhi tidaknya standar yang ditentukan
sebagai prasyarat kenaikan kelas siswa. Apabila hasil evaluasi
memberikan petunjuk bahwa hasil belajar yang dicapai siswa sudah
mencapai standar yang ditentukan, maka anak tersebut dapat naik ke
kelas berikutnya dan sebaliknya.
4) Membandingkan apakah prestasi yang dicapai anak sudah sesuai
dengan kapasitasnya atau belum
Kapasitas kemampuan siswa yang berbeda dapat dinilai dengan guru
melakukan pendekatan-pendekatan individual dan mengamati
perilaku belajar. Bilamana di dalam evaluasi diketahui bahwa hasil
belajar yang dicapai oleh anak tidak sesuai dengan kapasitas
kemampuannya, maka guru perlu menemukan faktor-faktor yang
mungkin menjadi penghambat.
Berdasarkan pendapat di atas, hasil belajar memiliki beberapa
fungsi, yaitu:
1) Sebagai tolak ukur pencapaian proses dalam belajar sesuai atau tidak
33
2) Sebagai penentu materi ajar yang ingin diajarkan selanjutnya.
3) Sebagai penentu dalam kenaikan kelas siswa.
4) Sarana mendeteksi penghambat siswa dalam belajar.
Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar memiliki beberapa fungsi, yaitu: (1) sebagai tolak ukur
pencapaian siswa dalam proses belajar, (2) menjadi penentu tindak
lanjut dari proses belajar-mengajar, seperti pemberian remidial,
pengayakan, kenaikan kelas, dan sebagainya, (3) alat untuk mengetahui
penghambat siswa dalam belajar, dan (4) memotivasi siswa untuk
berprestasi tinggi. Siswa yang memiliki hasil belajar tinggi akan lebih
termotivasi dalam belajar, sehingga ia dapat terdorong untuk
mempertahankan dan meningkatkan prestasi yang telah dicapai.
d. Pengertian Matematika
Sebagian besar orang menganggap matematika adalah bidang
studi yang sulit. Meskipun demikian, semua orang harus
mempelajarinya karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah
dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, matematika juga diperlukan
untuk mempelajari berbagai bidang studi lainnya.
Johnson dan Myklebust (dalam Mulyono Abdurrahman 2003:
252) , menyampaikan bahwa matematika adalah bahasa simbolis yang
fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan
kuantitatif dan kekurangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk
34
Abdurrahman 2003: 252) mengemukakan bahwa, matematika di
samping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal
yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan
mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas. Pendapat lain
disampaikan oleh Beth dan Piaget (J. Tombokan Runtukahu dan
Selpius Kandou, 2014:28) yang mengatakan bahwa matematika adalah
pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai struktur abstrak dan
hubungan antar-struktur tersebut sehingga terorganisasi dengan baik.
Bidang studi matematika merupakan salah satu komponen
pendidikan dasar dalam bidang-bidang pengajaran. Bidang studi
matematika ini diperlukan untuk proses perhitungan dan proses berpikir
yang sangat dibutuhkan seseorang dalam menyelesaikan berbagai
masalah. Menurut Kurikulum Depdiknas 2004 (dalam Ahmad Susanto,
2013: 184) standar kompetensi matematika di sekolah dasar mencakup
beberapa hal, yaitu: (1) pemahaman konsep matematika, (2)
komunikasi matematis, (3) koneksi matematis, (4) penalaran dan
pemecahan masalah, dan (5) sikap serta minat yang positif terhadap
matematika. Standar kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa setelah
melakukan pembelajaran bukanlah penguasaan matematika, namun
yang diperlukan adalah dapat memahami dunia sekitar, mampu
bersaing, dan berhasil dalam kehidupan. Seorang siswa harus
menguasai kompetensi-kompetensi tersebut untuk memperoleh hasil
35
Depdiknas (dalam Ahmad Susanto, 2013: 189) kompetensi atau
kemampuan umum pembelajaran matematika di sekolah dasar meliputi:
1) Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian,
pembagian beserta operasi campurannya, termasuk penggunaan sudut, keliling, luas, dan volume.
2) Menentukan sifat simetri, kesebangunan, dan sistem koordinaat.
3) Menggunakan pengukuran: satuan, kesetaraan antarsatuan, dan
penaksiran pengukuran.
4) Menentukan dan menafsirkan data sederhana, seperti: ukuran tinggi,
terendah, rata-rata, modus, mengumpulkan, dan menyajikan.
5) Memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan
mengomunikasikan gagasan secara matematika.
Standar kompetensi di atas dijadikan tujuan dari pembelajaran
matematika di sekolah dasar. Menurut Ahmad Susanto (2013: 184),
secara khusus tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar yang
didasari dari Depdiknas sebagai berikut:
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan
antarkonse, dan mengaplikasikan konsep atau algoritme
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram,
atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah.
5) Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam
kehidupan sehari-hari.
Sementara itu, menurut Dali S. Naga (dalam Mulyono
Abdurrahman, 2003: 253), pembelajaran matematika di Sekolah Dasar
(SD) mencakup tiga cabang, yaitu:
1) Aritmetika, merupakan cabang matematika yang berhubungan
36
perhitungan mereka terutama menyangkut penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian. Dengan kata lain,
aritmetika merupakan pengetahuan tentang bilangan.
2) Aljabar, yaitu penggunaan abjad dalam aritmetika yang berfungsi
sebagai lambang bilangan yang diketahui maupun belum diketahui
dan menggunakan lambang-lambang lain seperti titik-titik, misalnya
3+... = 5, lebih besar (>), lebih kecil (<), dan sebagainya.
3) Geometri, merupakan cabang matematika yang berhubungan dengan
titik dan garis. Titik merupakan pernyataan tentang posisi yang tidak
memiliki panjang dan lebar, sedangkan garis hanya dapat diukur
panjangnya.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli, dapat disimpulkan
bahwa matematika ialah bidang studi yang menggunakan bahasa simbol
sebagai bahasa universal yang sudah terorganisir untuk membantu
dalam mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan
memudahkan dalam berfikir. Kegiatan pembelajaran matematika di
sekolah dasar yang meliputi aritmetika, aljabar, dan geometri, bertujuan
untuk mencapai kompetensi-kompetensi dasar yang sudah ditetapkan
oleh Depdiknas, yaitu (1) melakukan operasi hitung penjumlahan,
pengurangan, perkalian, pembagian beserta operasi campurannya,
termasuk penggunaan sudut, keliling, luas, dan volume; (2) menentukan
sifat simetri, kesebangunan, dan sistem koordinaat; (3) menggunakan
37
penaksiran pengukuran; (4) menentukan dan menafsirkan data
sederhana, seperti: ukuran tinggi, terendah, rata-rata, modus,
mengumpulkan, dan menyajikan; dan (5) memecahkan masalah,
melakukan penalaran, dan mengomunikasikan gagasan secara
matematika. Seorang siswa yang mampu menguasai kompetensi atau
kemampuan dasar tersebut akan memiliki hasil belajar matematika yang
tinggi.
e. Bangun Ruang
Sri Subarinah (2006: 136), menjelaskan bahwa bangun ruang
merupakan bangun geometri dimensi tiga dengan batas-batas berbentuk
bidang dan atau bidang lengkung. Lebih lanjut lagi, Tim Penyusun
(2006: 88) yang menyampaikan bahwa bangun ruang disebut juga
bangun-bangun tiga dimensi, karena bangun ruang memiliki 3 ukuran/
dimensi, yaitu panjang, lebar, dan tinggi.
Sri Subarinah (2006: 136),menambahkan lagi bahawa
macam-macam bangun ruang yang dipelajari siswa sekolah dasar adalah kubus,
balok, prisma, tabung, limas, kerucut, dan bola. Fokus pembelajaran
bangun ruang sekolah dasar adalah pengenalan bangun ruang dan
menghitung isi bangun ruang.
Berdasarkan kompetensi dasar Sekolah Dasar (SD) kelas IV, yang
dipelajari siswa SD kelas IV semester II meliputi:
1) Menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana, dan
38
Menurut Tim Matematika (2007: 92-8), bangun ruang sederhana
yang dipelajari kelas IV semester II adalah kubus, balok, tabung,
kerucut, dan bola.
Gambar 1. Bangun Ruang Sederhana
1) Sifat-sifat Bangun Ruang Sederhana
Sifat-sifat bangun ruang yang dipelajari antara lain sisi, rusuk, dan
titik sudut. Yang dimaksud dengan tiga sifat bangun ruang tersebut
yaitu:
a) Sisi merupakan bidang atau daerah bidang.
b) Rusuk merupakan pertemuan dua titik sudut
c) Titik sudut merupakan pertemuan dua rusuk atau lebih.
Menurut Osman T (2007: 200), sisi, rusuk, dan titik sudut dapat
diartikan sebagai berikut:
a) Sisi adalah bidang yang membentuk suatu bidang.
b) Rusuk adalah garis yang merupakan pertemuan antara dua sisi.
c) Titik sudut adalah titik yang merupakan pertemuan dua rusuk atau
lebih.
Bangun ruang sederhana mempunyai sifat-sifat yang berkaitan
dengan sisi, rusuk, dan titik sudut, yaitu sebagai berikut:
39
Adapun sifat-sifat kubus dapat diketahui dengan
memperhatikan gambar berikut:
Gambar 2. Bangun Ruang Kubus
Dari gambar 2, sifat-sifat bangun ruang kubus yang meliputi
sisi, rusuk, dan titik sudut pada kubus ABCD.EFGH sebagai
Jadi, ada 6 sisi pada bangun ruang kubus. Sisi kubus tersebut
berbentuk persegi (bujur sangkar) yang berukuran sama.
(2) Rusuk-rusuk pada kubus ABCD.EFGH adalah
- Rusuk AB - Rusuk BC - Rusuk AE
- Rusuk EF - Rusuk FG - Rusuk BF
- Rusuk HG - Rusuk EH - Rusuk CG
- Rusuk DC - Rusuk AD - Rusuk DH
Jadi, ada 12 rusuk pada bangunruang kubus. Rusuk-rusuk
kubus tersebut mempunyai panjang yang sama.
(3) Titik sudut pada kubus ABCD.EFGH adalah:
- Titik sudut A - Titik sudut E
- Titik sudut B - Titik sudut F
40
- Titik sudut D - Titik sudut H
Jadi, ada 8 titik sudut pada bangun ruang kubus.
Dilihat dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
bangun ruang kubus adalah sebuah benda ruang yang dibatasi
oleh 6 buah persegi yang ukurannya sama.
b) Balok
Adapun sifat-sifat balok dapat diketahui dengan
memperhatikan gambar berikut:
Gambar 3. Bangun Ruang Balok
Dari gambar 3, sifat-sifat bangun ruang balok yang meliputi sisi,
rusuk, dan titik sudut pada balok ABCD.EFGH sebagai beikut:
(1) Sisi-sisi pada balok ABCD.EFGH adalah:
- Sisi ABCD - Sisi EFGH
- Sisi ABFE - Sisi DCGH
- Sisi ADHE - Sisi BCGF
Jadi, ada 6 sisi pada bangun ruang balok.
Sisi ABCD = Sisi EFGH
Sisi BCFG = Sisi ADHE
Sisi ABFE = Sisi DCHG
(2) Rusuk-rusuk pada balok ABCD.EFGH adalah
- Rusuk AB - Rusuk BC - Rusuk AE
- Rusuk EF - Rusuk FG - Rusuk BF