• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

2. Hakikat Metode Jarimatika

a. Pengertian Metode

Menurut Lisnawaty Simanjuntak, dkk (1992: 80), Metode merupakan cara pendekatan yang akan dilakukan sehingga sasaran yang diharapkan dapat tercapai atau terlaksana dengan baik.

Menurut Linda Puspita (2-27), metode adalah rencana penyajian bahan yang menyeluruh dengan urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan tertentu.

Pada situs http://umum.kompasiana.com/2009/06/08/macam-macam-

metode-pembelajaran/ diakses tanggal 24 Januari 2011, Wijaya Kusumah menyatakan bahwa metode adalah cara yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

commit to user

Menurut Septi Peni Wulandani (2008 : 2), Jarimatika adalah cara berhitung (operasi Kali-Bagi-Tambah-Kurang) dengan menggunakan jari- jari tangan”. Jarimatika adalah sebuah cara sederhana dan menyenangkan mengajarkan berhitung dasar kepada anak-anak menurut kaidah : Dimulai dengan memahamkan secara benar terlebih dahulu tentang konsep bilangan, lambang bilangan, dan operasi hitung dasar, kemudian mengajarkan cara berhitung dengan jari-jari tangan. Prosesnya diawali, dilakukan dan diakhiri dengan gembira.

Menurut Dwi Sunar Prasetyono (2009 : 28), “Jarimatika adalah suatu cara menghitung matematika dengan menggunakan alat bantu jari”.

Menurut Ar. Suku Radja (2010:66), “Metode berhitung dengan jari disebut dengan Jaritmatika, karena Jaritmatika berasal dari kata Aritmatika”.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode jarimatika adalah suatu cara sederhana yang menyenangkan untuk menghitung matematika, dalam hal aritmatika yaitu perkalian, pembagian, penjumlahan dan pengurangan dengan menggunakan alat bantu jari tangan.

c. Penerapan Jarimatika pada Perkalian

Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai penggunaan jarimatika dalam operasi hitung perkalian.

Berikut ini merupakan contoh penerapan jarimatika pada pokok bahasan perkalian ;

(1). Menurut Septi Peni Wulandani (2008 :11), Konsep jarimatika dalam perkalian adalah sebagai berikut :

commit to user

Gambar 1 : Formulasi Perkalian Jarimatika 6-10 Menurut Septi Peni W.

Rumus : ( T1 + T2 ) + ( B1 × B2 )

Keterangan : T1 = Jumlah jari kanan yang tertutup T2 = Jumlah jari kiri yang tertutup B1= Jumlah jari kanan yang terbuka B2= Jumlah jari kiri yang terbuka

Contoh : 7 x 9 = ………

Jawaban :

Cara = ( T1 + T2 ) + ( B1 × B2 ) = ( 20+40 ) + ( 3 x 1 ) = 60 + 3 = 63 (2) Menurut Dwi Sunar Prasetyono (2009:50), Konsep jarimatika dalam

perkalian adalah sebagai berikut :

commit to user

Kedua formasi jari perkalian menurut Septi Peni Wulandani (2008 :11) dan Dwi Sunar Prasetyono (2009:50) tersebut tujuannya adalah sama, yaitu memudahkan siswa dalam menghitung dengan jarimatika. Yang berbeda hanyalah konsep awal mengenai penggunaan jari dalam menghitung operasi perkalian. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan formasi perkalian menurut Septi Peni Wulandani.

d. Sejarah Jarimatika

Dari http://www.jarimatika.com yang diakses pada tanggal 20 November 2010, Sejarah jarimatika berawal dari kepedulian seorang ibu terhadap materi pendidikan anak-anaknya. Banyak metode dipelajari, tetapi semuanya memakai alat bantu dan kadang membebani memori otaknya. Setelah itu dia mulai tertarik dengan jari sebagai alat bantu yang tidak perlu dibeli, dibawa kemana-mana dan ternyata juga mudah dan menyenangkan. Anak-anak menguasai metode ini dengan menyenangkan dan menguasai keterampilan berhitung.

Akhirnya penelitian dari hari ke hari untuk mengotak-atik jari hingga ke perkalian dan pembagian, serta mencari uniknya berhitung dengan

keajaiban jari lalu dinamakan “Jarimatika”.Penerapan pada anak dimulai pada usia 3 tahun untuk pengenalan konsep sampai usia 12 tahun. Jarimatika ini ada 4 level, masing-masing ditempuh 3 bulan. Setelah selesai

lulusan Jarimatika akan masuk ke “Fun Mathematic Club” yang akan

mengupas matematika secara mudah dan menyenangkan, sesuai materi di sekolahnya.

Proses ini mungkin dapat membantu anak menghilangkan fobia terhadap Matematika. Sebagaimana diketahui Matematika masih menjadi momok bagi sebagian besar anak (dan juga orang tua). Maka Ibu Septi Peni Wulandari belajar untuk menjadikannya mudah dan menyenangkan (yang kemudian menjadi motto Jarimatika)

Sebenarnya jarimatika adalah kreatifitas manusia pada jaman dahulu sebelum kalkulator ditemukan, mereka mencoba cara teknik untuk mempermudah perhitungan tanpa membebani otak terlalu banyak. Sebagai

commit to user

contoh untuk perkalian sembilan cukup dengan membuka semua jari anda kiri dan kanan, setiap jari anda dapat urutkan angkanya misal : kelingking kiri adalah 1, jari manis kiri adalah 2 dan seterusnya hingga kelingking kanan adalah 10, cara penggunaannya 1 x 1 adalah menutup jari kelingking kiri sehingga yang tersisa adalah sembilan, 2 x 9 dengan cara menutup jari manis kiri sehingga yang tersisa adalah 1 dikiri dibatasi oleh jari manis yang ditutup dan 8 jari kanan yang terbuka sehingga jawabannya adalah 18, demikian seterusnya.

Dari http://id.answers.yahoo.com/question/index diakses 22

November 2010, Untuk perkalian 6×6 keatas dapat melakukan dengan cara membuka semua jari-jari anda kiri dan kanan dan temukan semua ujung jari kiri dan kanan, kelingking adalah 6, jari manis adalah 7 jari tengah adalah 8 telunjuk adalah 9, contoh 7 x 8 = temukan ujung jari manis kiri (7) dengan ujung jari tengah kanan ( 8 ) sehingga ujung jari yang bertemu dan yang letaknya dibawahnya dapat dilipat, dalam contoh ini 2 jari kiri dan 3 jari kanan yang dilipat jumlahnya adalah 5, sedangkan yang tetap terbuka adalah 2 jari kanan dan 3 jari kiri, bila dikalikan adalah 6 sehingga jawabanya adalah 7 x 8 adalah 5 jari tertutup dan 2 jari kiri dikalikan 3 jari kanan = 5 dan 6 atau 56.

e. Keunggulan dan kelemahan Jarimatika

Berikut ini merupakan uraian mengenai keunggulan dan kelemahan

jarimatika seperti halnya yang tercantum dalam situs

http://jarimatika.com/index.php?option=com_content&task=view&id=28&I temid=32 diakses tanggal 5 Maret 2011 sebagai berikut :

Berhitung dengan metode jarimatika mudah dipelajari dan menyenangkan bagi siswa. Mudah dipelajari karena jarimatika mampu menjembatani antara tahap perkembangan kognitif siswa yang konkret dengan materi berhitung yang bersifat abstrak.

Jarimatika memberikan visualisasi proses berhitung, siswa belajar dengan memanipulasi hal-hal konkret tersebut untuk memepelajari materi matematika yang bersifat abstrak dan deduktif.Ilmu ini mudah dipelajari

commit to user

segala usia, minimal anak usia 3 tahun. Menyenangkan karena siswa merasakan seolah mereka bermain sambil belajar dan merasa tertantang dengan teknik jarimatika

Tidak membebani memori otak siswa. Teknik berhitung jarimatika mampu menyeimbangkan kerja otak kanan dan kiri, hal itu dapat ditunjukkan pada waktu berhitung mereka akan mengotak-atik jari-jari tangan kanan dan kirinya secara seimbang. Jarimatika mengajak siswa untuk dapat mengaplikasikan operasi hitung dengan dengan cepat dan akurat menggunakan alat bantu jari-jari tangan, tanpa harus banyak menghafalkan semua hasil operasi hitung tersebut.

Praktis dan efisien . Dikatakan praktis karena alat hitungnya jari maka selalu dibawa kemana-mana. Alatnya tidak akan pernah ketinggalan dan tidak akan disita apalagi diambil, jika si anak ketahuan memakai Jari-jari sebagai alat hitungnya pada saat ujian. Efisien karena alatnya selalu tersedia dan tidak perlu dibeli.

Penggunaan “Jarimatika” lebih menekankan pada penguasaan konsep

terlebih dahulu baru ke cara cepatnya, sehingga anak-anak menguasai ilmu secara matang. Selain itu metode ini disampaikan secara fun, sehingga anak-

anak akan merasa senang dan gampang bagaikan “tamasya belajar”.

Menurut Septi Peni Wulandani dalam www.jarimatika.com diakses tanggal 10 November 2010, Jarimatika mempengaruhi daya pikir dan psikologis karena diberikan secara menyenangkan maka sistem limbik di otak anak akan senantiasa terbuka sehingga memudahkan anak dalam menerima materi baru. Membiasakan anak mengembangkan otak kanan dan kirinya, baik secara motorik maupun secara fungsional, sehingga otak bekerja lebih optimal. Tidak memberatkan memori otak, sehingga anak menganggap mudah, dan ini merupakan step awal membangun rasa percaya dirinya untuk lebih jauh menguasai ilmu matematika secara luas.

Selain mempunyai kelebihan, ada beberapa kekurangan yang terdapat pada jarimatika :

commit to user

1)Metode ini fokus pada aritmatika, aritmatika sendiri adalah salah satu cabang matematika yang berkenaan dengan sifat hubungan bilangan- bilangan nyata dengan perhitungan mereka terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian maka dari itu cakupannya luas.

2)Sifatnya membantu proses berhitung lebih cepat dan mudah, belum pada pemecahan masalah.

f. Langkah-langkah Metode Jarimatika

Menurut Septi Peni Wulandani dari situs www.ibuprofesional.com diakses 2 November 2010, Siswa pada usia sampai dengan 10 tahun masih menyukai dongeng dan permainan. Maka dari itu, dalam pembelajaran jarimatika hendaknya pengajar menciptakan suasana yang menyenangkan agar siswa tertarik dengan pembelajaran jarimatika. Dalam hal ini, untuk dapat berhitung mengenai matematika dengan baik diperlukan suatu proses:

1)Anak perlu untuk memahami bilangan dan proses membilang

2)Kemudian mulai dikenalkan dengan lambang bilangan

3)Setelah itu diajarkan konsep operasi hitung

4)Baru kemudian dikenalkan aneka cara dan metode melakukan

penghitungan. Jika kita melakukan latihan berhitung secara berulang- ulang bersama dengan siswa tidak perlu khawatir. Siswa pasti

menguasai ketrampilan ini dengan baik.

Adapun langkah-langkah pembelajaran jarimatika mengenai pokok

bahasan perkalian berdasarkan uraian Septi Peni Wulandani tersebut adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

a. Mengkondisikan siswa untuk mempersiapkan diri dalam

commit to user

Tarik napas dalam-dalam…. Hembuskan perlahan. Lakukan sekali

lagi. Kemudian: TERSENYUM! Biarkan kegembiraan ada di hati Anda...

b. Setelah itu, ajaklah anak-anak untuk juga bergembira…. Kalau kau suka hati tepuk tangan... (Prok-prok-prok) Kalau kau suka hati tepuk tangan... (Prok-prok-prok) Kalau kau suka hati mari kita lakukan,

Kalau kau suka hati tepuk tangan...(Prok-prok-prok) Kalau kau suka hati bilang hore...HORE!

Kalau kau suka hati bilang hore...HORE! Kalau kau suka hati, mari kita lakukan,

Kalau kau suka hati bilang hore...HOREE! 2.Tahap Pelaksanaan

a. Ingatkan siswa konsep perkalian dengan dongeng mengenai prinsip

minum obat. Yaitu 3x1 berarti 1+1+1 = 3

b. Perkenalkan konsep jarimatika dengan cara menyenangkan.

Misalnya dengan bernyanyi. Selain itu, siswa hendaknya juga menirukan gerakan jari mengenai konsep jarimatika.

c. Mengajarkan rumus sederhana mengenai perkalian dengan

jarimatika.

Hasil perkalian = ( T1 + T2 ) + ( B1 × B2 )

Keterangan : T1 = Jumlah jari kanan yang tertutup T2 = Jumlah jari kiri yang tertutup B1= Jumlah jari kanan yang terbuka B2= Jumlah jari kiri yang terbuka

Agar tidak kesuliatan, pengajar bisa mengajarkannya dengan menggunakan tepuk jarimatika, yel jarimatika, lagu jarimatika :

commit to user

• Yang Ditutup….. PULUHAN

• Yang Dibuka…… SATUAN

• Yang Ditutup…. DIJUMLAHKAN

• Yang Dibuka….. DIKALIKAN

• Gerakkan jari-jari 6, 7, 8, 9, 10

• Bergerak Semua….. YESSSSSS!!!! Yel Jarimatika

Jari dan jempol…tangan digoyang..

Jari dan Jempol….kepala digoyang..

Jari dan Jempol…pinggul digoyang.. Jari dan Jempol…Pensil digenggam…

Oke….oke…

Lagu Jarimatika

Ayo kawan belajar perkalian…

Perkalian itu Penjumlahan beruang

Ingat kata Bunda…Di Jarimatika Aturan minum obat tidaklah lupa…

3 × 1 sama dengan berapa Itu artinya 1 nya ada tiga Ayo kawan-kawan jari kita gerakkan

1, 2, 3, oke..

d. Memberikan contoh soal berulang kali.

Contoh : 8 x 7 = ……

Jawaban :

X =

Mari menentukan : T1 = 30 T2 = 20

B1 = 2 B2 = 3

Mari memasukkan ke dalam rumus = ( T1 + T2 ) + ( B1 × B2 )

commit to user

= 50 + 6 = 56 Jadi, Hasil perkalian antara 8 x 7 adalah 56.

e. Apabila Siswa merasa bosan atau jenuh, laksanakan permainan atau cerita intermezzo atau dongeng menarik kepada siswa agar kembali bersemangat.

f. Mengajak siswa untuk berlatih mengerjakan soal perkalian dengan

menerapkan metode jarimatika. Hindari memberikan soal kepada siswa dengan cara menakut-nakuti. Ajak siswa untuk menyeleseikan tantangan agar dia menjadi anak yang hebat.

3. Tahap Evaluasi

a. Berikan latihan-latihan soal dari yang mudah hingga soal yang lebih menantang dan mampu menunjukkan penerapan perkalian jarimatika dengan benar.

b. Pengajar memberikan motivasi dan penguatan serta umpan balik agar siswa giat berlatih mengerjakan soal dengan menggunakan metode jarimatika.

Dokumen terkait