• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hakikat Pembelajaran Bahasa

Dalam dokumen BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR (Halaman 40-49)

RINCIAN KEMAMPUAN

5. Hakikat Pembelajaran Bahasa

Subbab ini berisi tiga pokok bahasan, yaitu pengertian pembelajaran bahasa, pengertian pembelajaran menulis, menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa, dan analisis kesalahan berbahasa dalam pembelajaran menulis.

a. Pengertian Pembelajaran Bahasa

Pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan (Priyatni, 2014: 270). Pembelajaran melibatkan pendidik dan peserta didik, serta proses mengajar dan proses belajar. Proses mengajar dilakukan oleh pendidik, sedangkan proses belajar dilakukan oleh peserta didik. Kedua proses tersebut berlangsung bersamaan dan saling berkaitan sehingga disebut sebagai pembelajaran. Hal tersebut ditegaskan oleh Sanjaya (2005: 87) bahwa keterkaitan antara belajar dan mengajar itulah yang disebut dengan pembelajaran.

Menurut Sardiman (2005: 47), belajar mengacu pada kegiatan siswa dan mengajar mengacu pada kegiatan guru. Iskandarwassid dan Sunendar (2013: 4) menyatakan bahwa belajar dimaknai sebagai menuju

47 ke arah yang lebih baik dengan cara sistematis. Lebih lanjut, Iskandarwassid dan Sunendar (2013: 5) mengartikan kata belajar sebagai proses perubahan tingkah laku pada peserta didik akibat adanya interaksi antara individu dan lingkungannya melalui pengalaman dan latihan.

Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses pembelajaran. Iskandarwassid dan Sunendar (2013: 6) menegaskan bahwa mengajar pada hakikatnya adalah melakukan kegiatan belajar sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien.

Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Iskandarwassid dan Sunendar, 2013: 226). Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia karena bahasa merupakan alat komunikasi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, bahasa merupakan salah satu hal yang diajarkan secara resmi dalam dunia pendidikan.

Pembelajaran bahasa merupakan salah satu komponen penting dalam pendidikan. Pendidikan perlu memperbaiki kedudukan kebahasaan dari semua kelompok kebudayaan yang menembus batas-batas komunikasi dan dapat menyediakan kesempatan kerja, manfaat-manfaat bagi kehidupan nasional, hak-hak warga negara dan sebagainya (Iskandarwassid dan Sunendar, 2013: 81).

Ruang lingkup kompetensi dasar mata pelajaran bahasa Indonesia dipilah menjadi tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Priyatni, 2014: 5). Ranah sikap disebut afektif, pengetahuan disebut kognitif, dan keterampilan disebut psikomotor. Ketiga ranah tersebut saling terkait dan terintegrasi (Priyatni, 2014: 5). Kompetensi dasar ranah sikap dipilah menjadi dua aspek, yaitu aspek spiritual dan aspek sosial. Aspek spiritual misalnya rasa syukur terhadap keberadaan bahasa Indonesia. Kompetensi dasar ranah sikap aspek spiritual tidak diajarkan, tetapi diintergrasikan dalam kompetensi dasar ranah kognitif dan

48 psikomotor (Priyatni, 2014: 35). Ranah sikap aspek sosial di antaranya jujur, peduli, cinta tanah air, kreatif, santun, dan tanggung jawab. Sama halnya dengan aspek spiritual, aspek sosial juga diintegrasikan dalam pembelajaram pada domain peengetahuan dan keterampilan. Ranah pengetahuan dan keterampilan diajarkan secara langsung dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Sehubungan dengan penggunaan bahasa, terdapat empat keterampilan dasar berbahasa yaitu: menyimak, berbicara, menulis, dan membaca (Saddhono dan Slamet, 2014: 5).

Berdasarkan teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik dan relatif tetap, serta ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Pembelajaran bahasa merupakan salah satu komponen penting dalam pendidikan. Kompetensi dalam pembelajaran bahasa dibagi menjadi tiga ranah, yaitu sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor).

b. Pengertian Pembelajaran Menulis

Empat keterampilan berbahasa dalam pembelajaran bahasa adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa (Andayani, 2009: 28). Selanjutnya, Andayani (2009: 28) berpendapat bahwa “Menulis adalah sebagai bentuk komunikasi tidak langsung yang bermediakan tulisan.” Menulis merupakan salah satu cara untuk menyampaikan gagasan secara tertulis, maka menulis dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk komunikasi. Sebagai salah satu keterampilan berbahasa, menulis merupakan keterampilan yang paling akhir dikuasai. Keterampilan menulis dikuasai setelah keterampilan berbahasa lain. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Musaba (2012: 24), “Keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa paling akhir dikuasai

49 seseorang.” Keterampilan menulis dikuasai paling akhir karena menulis merupakan kegiatan yang cukup kompleks.

Sebenarnya kegiatan menulis itu ialah suatu proses, yaitu proses penulisan (Akhadiah, Arsjad, & Ridwan, 1996: 2). Menulis adalah suatu proses aktif dan produktif. Kusmayadi (2011: 5) menjelaskan bahwa “Menulis dikatakan produktif karena penulis menghasilkan sesuatu, yaitu buah pikiran yang telah dikarangnya, diorganisasi dengan sistem logis sehingga menjadi karya tulis yang dapat diterima oleh pembaca.” Berdasarkan pendapat-pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan atau keterampilan menulis adalah suatu penguasaan dan kemahiran untuk menyampaikan gagasan dalam bentuk tulisan yang dapat dikatakan sebagai suatu proses menulis. Menulis merupakan suatu proses yang menghasilkan suatu produk berupa tulisan.

Menulis bukan sekadar melukiskan lambang-lambang grafis melainkan menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas, sehingga pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca secara berhasil (Saddhono dan Slamet, 2014: 154). Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang paling tinggi tingkat kesulitannya bagi pembelajar dibandingkan dengan ketiga keterampilan lainnya (Iskandarwassid dan Sunendar, 2013: 291).

Zaman yang semakin modern membuat peran kegiatan menulis semakin besar. Menulis merupakan salah satu cara untuk menyampaikan informasi di berbagai media massa. Tulisan harus disampaikan dengan jelas agar mudah dipahami atau diterima oleh pembaca, mengingat pembaca berasal dari latar belakang yang beragam. Tidak mudah menyampaikan informasi dalam bentuk tulisan yang baik, maka perlu adanya pembelajaran menulis di berbagai jenjang pendidikan. Ini berarti pelajaran menulis yang menjadi bagian dari mata pelajaran Bahasa Indonesia memiliki fungsi penting (Saddhono dan Slamet, 2014: 202).

50 Rukayah (2014: 243) menegaskan pentingnya pembelajaran menulis dalam kutipan berikut.

Writing is a form of indirect communication to deliver writers’ idea to readers with using language is a medium complemented with suprasegmental elements. Thus, writing needs to be learned and trained intensively.

Kutipan tersebut dapat diartikan bahwa menulis adalah suatu bentuk komunikasi tidak langsung untuk menyampaikan gagasan penulis untuk pembaca dengan menggunakan bahasa sebagai medianya dan dilengkapi dengan unsur-unsur suprasegmental. Dengan demikian, menulis perlu dipelajari dan diajarkan secara intensif.

Menulis memiliki manfaat dalam dunia pendidikan. Kegiatan menulis membuat guru mampu menyuguhkan beberapa jenis dan gaya mengajar. Menulis juga dapat digunakan sebagai bukti nyata peningkatan penggunaan bahasa siswa. Selain itu, menulis dapat pula menjadi kegiatan siswa di kelas. Manfaat menulis dalam bidang pendidikan tersebut sesuai dengan pendapat Rukayah (2014: 244) berikut.

Writing can also be used in several educational purposes such as: (a) several activities of writing make teachers capable of presenting several kinds and styles of teaching. Students who find difficulty in self-learning through oral practice can be more comfortable should they are given an opportunity to read and write, (b) writing gives students some factual proofs of improving in using language, (c) expressing foreign languages through more than one media is more effective than one especially if the skills are combined (e) writing gives several activities of students in class which can function as an in-between activity after oral skill.

Pembelajaran menulis tentunya memiliki tujuan tertentu. Iskandarwassid dan Sunendar (2013: 292) menyebutkan tujuan pembelajaran keterampilan menulis berdasarkan tingkatnya.

Pertama, Tingkat Pemula. Tingkat pemula meliputi menyalin

satuan-satuan bahasa yang sederhana, menulis satuan bahasa yang sederhana, menulis pernyataan dan pertanyaan yang sederhana, dan menulis paragraf pendek. Kedua, Tingkat Menengah. Tingkat menengah meliputi menulis pernyataan dan pertanyaan, menulis paragraf, menulis surat, menulis karangan pendek, dan menulis laporan. Ketiga, Tingkat Lanjut. Tingkat

51 lanjut meliputi menulis paragraf, menulis surat, menulis berbagai jenis karangan, dan menulis laporan.

Pembelajaran menulis melibatkan kemampuan peserta didik untuk mengungkapkan ide dan gagasan dalam bentuk tulisan. Tujuan menulis pada pendidikan tingkat menengah salah satunya adalah menulis karangan pendek. Karangan yang diajarkan pada jenjang pendidikan menengah (salah satunya SMK) cukup beragam, di antaranya karangan narasi, deskripsi, dan eksposisi. Penelitian ini difokuskan pada penulisan karangan deskripsi dalam pembelajaran bahasa.

c. Menulis sebagai Salah Satu Keterampilan Berbahasa

Bahasa adalah alat komunikasi antarmanusia yang bisa dilakukan secara lisan dan tulisan. Manusia harus menguasai empat keterampilan berbahasa sebagai dasar berkomunikasi. Keterampilan berbahasa terdiri dari menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menulis merupakan bagian dari keterampilan dasar yang harus dimiliki setiap orang untuk menunjang kegiatan komunikasi. Keterampilan menulis berperan penting dalam penyerapan dan penyampaian informasi.

Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa. Hal tersebut dijelaskan oleh Tarigan (2008: 3), “Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.” Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang penting dalam pembelajaran bahasa. Kusmayadi (2011: 5) menyatakan bahwa “Dalam pelajaran Bahasa Indonesia, menulis merupakan salah satu kegiatan berbahasa yang dianggap primer.”

Hubungan antara keterampilan menulis dengan keterampilan berbahasa lain merupakan bukti bahwa keterampilan menulis memang merupakan bagian dari keterampilan berbahasa. Tarigan (2008: 4) menjelaskan bahwa “Antara menulis dan membaca terdapat hubungan yang sangat erat.” Hubungan menulis dan membaca pada dasarnya merupakan hubungan antara penulis dan pembaca karena penulis tentunya ingin tulisannya dibaca oleh pembaca. Oleh karena itu, tujuan penulisan

52 harus dipertimbangkan dalam kegiatan menulis. Selanjutnya, Tarigan juga menerangkan bahwa ada hubungan antara menulis dan berbicara. Kedua keterampilan tersebut memiliki kesamaan dalam hal struktur kata dan bahasa. Tarigan (2008: 12) menjelaskan bahwa “Karena berbicara dan menulis banyak mempunyai kesamaan umum, sejumlah ahli memasukkan kedua keterampilan berbahasa ini ke dalam retorik.” Retorik merupakan seni penyusunan atau penggubahan (kata-kata dan kalimat) yang tepat guna dan bertanggung jawab, baik dalam tuturan maupun dalam tulisan (Tarigan, 2008: 12). Hubungan antarketerampilan berbahasa juga ditegaskan oleh Efendi (2008: 347) yang menyatakan bahwa “Dari perbincangan tentang keempat ranah dasar keterampilan berbahasa tampak jelas bahwa keempatnya saling terkait dan tidak dapat dipisahkan, baik jika ditinjau dari perspektif mengajar, belajar, ataupun membelajarkan.”

Empat keterampilan berbahasa berperan penting dalam kegiatan komunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Masing-masing keterampilan berbahasa memiliki peran dan fungsi khusus dalam komunikasi. Keterampilan menyimak berfungsi untuk memahami informasi lisan, sedangkan keterampilan berbicara berfungsi untuk menyampaikan informasi secara lisan. Sementara itu, kemampuan membaca befungsi untuk memahami informasi tertulis, kemampuan menulis berfungsi untuk menyampaikan informasi secara tertulis. Dengan demikian, jelas bahwa menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang memiliki fungsi khusus dalam komunikasi tertulis.

Berdasarkan pendapat-pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasi manusia sebagai dasar berkomunikasi. Menulis berkaitan erat dengan keterampilan berbahasa lain, yaitu menyimak, berbicara, dan membaca. Hubungan antarketerampilan berbahasa sangat erat dan tidak dapat dipisahkan karena semuanya berkaitan dengan penggunaan bahasa sebagai dasar berkomunikasi. Menulis memiliki fungsi khusus dalam kegiatan komunikasi seperti tiga keterampilan berbahasa lain. Oleh karena

53 itu, keterampilan menulis harus diajarkan kepada siswa seperti halnya menyimak, berbicara, dan membaca.

d. Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Pembelajaran Menulis

Menulis merupakan salah satu ranah dalam pembelajaran bahasa, yaitu ranah keterampilan atau psikomotor. Keterampilan menulis adalah suatu penguasaan dan kemahiran untuk menyampaikan gagasan dalam bentuk tulisan yang dapat dikatakan sebagai suatu proses menulis. Di antara empat keterampilan berbahasa, menulis merupakan keterampilan yang paling sulit. Oleh karena itu, banyak terjadi kesalahan berbahasa dalam pembelajaran menulis, yakni pada karangan yang ditulis siswa.

Pembelajaran bahasa tidak luput dari analisis kesalahan berbahasa. Belajar bahasa seperti halnya bentuk-bentuk belajar sesuatu yang lain, kekeliruan yang diperbuat oleh pembelajar selama dalam proses belajar tidak dapat dipandang sebagai kesalahan begitu saja tetapi harus dipandang sebagai satu bagian dari strategi belajar (Pranowo, 2014: 121). Analisis kesalahan berbahasa memang harus dilakukan dalam pembelajaran bahasa. Hal tersebut dilakukan agar masalah-masalah kebahasaan yang dialami siswa dapat segera diketahui agar tidak menimbulkan masalah kebahasaan yang lebih serius. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Iskandarwassid dan Sunendar (2013: 105) yang menyebutkan ciri-ciri pengajaran bahasa di kelas, yaitu sebagai berikut. 1) Bersifat artifisial dan eksplisit.

2) Pembelajar bahasa diarahkan untuk melakukan aktivitas bahasa yang menampilkan kaidah-kaidah bahasa yang telah dipelajarinya. Selain itu, pembelajar diberi balikan oleh pengajar yang berupa pelacakan kesalahan yang dilakukan oleh peserta didik.

3) Pengajaran bahasa merupakan bagian dari keseluruhan pengajaran bahasa di sekolah atau di kelas.

Ariningsih, Sumarwati, dan Saddhono (2012: 42) menyebutkan bahwa “Semakin tinggi kuantitas kesalahan berbahasa, semakin sedikit tujuan pengajaran bahasa itu tercapai.” Pendapat tersebut dapat diartikan

54 bahwa apabila masih banyak siswa yang melakukan kesalahan berbahasa, berarti tujuan pembelajaran bahasa belum tercapai. Telah dipaparkan bahwa kesalahan dalam pembelajaran bahasa merupakan bagian dari belajar, maka siswa sebagai pembelajar bahasa dan guru sebagai pengajar bahasa harus mampu melakukan usaha untuk mengurangi kesalahan berbahasa. Usaha untuk membantu tercapainya tujuan belajar bahasa pembelajar adalah mengetahui sebab-sebab dan cara mengatasi kekeliruan-kekeliruan berbahasa yang mereka lakukan (Pranowo, 2014: 122). Hal tersebut merupakan tahapan dalam analisis kesalahan berbahasa.

Manfaat analisis kesalahan berbahasa dalam pembelajaran bahasa cukup banyak. Hal tersebut dijelaskan oleh Sarhady (2013: 26) yang menyatakan:

Error analysis developed as a branch of applied linguistics and as an alternative to contrastive analysis. It may be carried out in order to identify strategies learners use in language learning, recognize the causes of learner errors and obtain information on common difficulties in language learning as an aid to teaching and/or in the preparation of teaching materials.

Kutipan tersebut dapat diartikan bahwa analisis kesalahan dikembangkan sebagai cabang dari linguistik dan sebagai alternatif analisis kontrastif. Analisis kesalahan dilakukan untuk mengidentifikasi strategi pembelajaran bahasa, mengenali penyebab kesalahan berbahasa yang dilakukan pembelajar, dan memperoleh informasi mengenai kesulitan umum dalam pembelajaran bahasa. Hal tersebut dilakukan sebagai langkah pengajar untuk membantu pembelajar dan persiapan materi pengajaran.

Siswa sebagai pembelajar bahasa dan guru sebagai pengajar bahasa harus memperhatikan penerapan analisis kesalahan berbahasa dalam pembelajaran bahasa, terutama dalam pembelajaran menulis. Analisis kesalahan berbahasa dalam pembelajaran menulis, khususnya menulis karangan deskripsi harus dilakukan untuk menegakkan penggunaan bahasa baku dalam penulisan karangan deskripsi. Purwandari, Setiawan, dan Saddhono (2014: 479) menyatakan bahwa “Penggunaan bahasa yang baku dan tata cara penulisan yang baku akan mempermudah

55 pemahaman pesan yang disampaikan serta akan mengurangi risiko salah penafsiran”. Pendapat-pendapat tersebut memperjelas bahwa pelacakan kesalahan memang perlu dilakukan dalam pembelajaran bahasa. Pelacakan kesalahan atau analisis kesalahan berbahasa dapat dilakukan oleh pengajar dan pembelajar, dapat pula dilakukan oleh peneliti dari luar proses pembelajaran yang berlatarbelakang pendidikan bidang bahasa.

Dalam dokumen BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR (Halaman 40-49)

Dokumen terkait