• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hakikat Pembelajaran Berbasis Masalah a. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang dimulai dengan adanya masalah yang harus diselesaikan, bukan dimulai dengan pembelajar membelajarkan isi pelajaran seperti pada belajar konvensional (Yamin, 2011: 30).

Senada dengan pendapat Yamin, Wena (2012: 91) mengungkapkan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran dengan menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui permasalahan-permasalahan.

Rusman (2011: 229), menyatakan bahwa PBM merupakan model pembelajaran yang dapat memacu semangat siswa untuk secara aktif ikut terlibat dalam pengalaman belajarnya dan memungkinkan dikembangkannya keterampilan berpikir siswa (penalaran, komunikasi, dan koneksi) dalam memecahkan masalah. Hamruni (2011: 107) mengartikan pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.

Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis commit to user

masalah adalah pembelajaran yang diawali dengan adanya sebuah masalah dan berfokus pada keaktifan siswa dalam memecahkan masalah.

b. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

Karakteristik PBM seperti yang dijelaskan oleh Rusman (2011: 232) adalah sebagai berikut: (a) permasalahan menjadi starting point dalam belajar, (b) permasalahan yang diangkat adalah permasalahan dalam dunia nyata, (c) permasalahan membutuhkan perspektif ganda, (d) permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar, (e) belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama, (f) pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaanya dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM, (g) belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif, (h) pengembangan masalah inquiri dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penggunaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan, (i) keterbukan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar, dan (j) PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.

c. Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

Ciri-ciri utama pembelajaran berbasis masalah yang dikemukakan Hamruni (2011: 107-108) adalah sebagai berikut: (1) pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, (2) aktivitas pembelajaran

commit to user

diarahkan untuk menyelesaikan masalah, dan (3) pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Baron (dalam Rusmono, 2012:74) menyatakan ciri-ciri pembelajaran berbasis masalah, yaitu: (1) menggunakan permasalahan dalam dunia nyata, (2) pembelajaran dipusatkan pada penyelesaian masalah, (3) tujuan pemblajaran ditentukan oleh siswa, dan (4) guru berperan sebagai fasilitator.

Amri dan Iif Khoiru Ahmadi (2010: 72) menguraikan ciri-ciri pembelajaran berbasis masalah. Ciri-cirinya antara lain: (a) guru harus menerapkan pengajaran yang menitikberatkan pada siswa (suatu dukungan untuk memperkaya inquiri dan pertumbuhan intelektual siswa), (b) peran guru dalam pembelajaran berbasis masalah adalah menyodorkan masalah-masalah otentik, memfasilitasi penyelidikan siswa dan mendukung pembelajaran siswa, (c) guru harus menciptakan lingkungan kelas yang mendukung agar terjadi pertukaran dan pembagian ide secara terbuka, tulus dan jujur, dan (d) meskipun sulit tetapi keterampilan berpikir tingkat tinggi tetap harus diajarkan.

Selain ciri di atas, Amri dan Iif Khoiru Ahmadi (2010: 72) juga memaparkan mengenai ciri khusus pembelajaran berbasis masalah, yaitu: (1) mengajukan pertanyaan atau masalah, (2) berfokus pada interdisiplin, (3) penyelidikan otentik, (4) menghasilkan karya nyata dan memamerkan, dan (5) kolaborasi.

d. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah, seperti yang dijelaskan oleh Aqib (2013: 22) antara lain: (a) guru menjelaskan tujuan pembelajaran.

Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas commit to user

pemecahan masalah yang dipilih, (b) guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dan lain-lain), (c) guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, dan pemecahan masalah, (d) guru membantu siswa dalam merencanakan, menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya, dan (e) guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Sama halnya dengan Aqib, Sugiyanto (2009: 159) mengemukakan lima tahapan pembelajaran berbasis masalah. Tahapan-tahapan itu sebagai berikut.

Tabel 1. Sintaksis PBM

Fase Perilaku Guru

Fase 1: Memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada siswa

Guru membahas tujuan pembelajaran, mendeskripsikan dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah.

Fase 2: Mengorganisasikan siswa untuk

Meneliti

Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang terkait dengan permasalahannya.

Fase 3: Membantu investigasi mandiri dan kelompok

Guru mendorong siswa untuk mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen, dan mencari penjelasan dan solusi.

Fase 4: Mengembangkan dan mempresentasikan hasil

Guru membantu siswa dalam melaksanakan dan menyiapkan hasil-hasil yang tepat, seperti laporan, rekaman video, dan model-model dan membantu mereka untuk menyampaikan kepada orang lain.

Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah

Guru mambantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap investigasinya dan proses-proses yang mereka gunakan.

commit to user

Amir (2010: 24-25) menyebutkan tujuh langkah proses pembelajaran berbasis masalah, yakni: (1) mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas, (2) merumuskan masalah, (3) menganalisis masalah, (4) menata gagasan dan secara sistematis menganalisisnya dengan dalam, (5) memformulasikan tujuan pembelajaran, (6) mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (di luar diskusi kelompok), dan (7) mensintesis (menggabungkan) dan menguji informasi baru dan membuat laporan untuk kelas.

Lebih lengkap, Wena (2012: 90-91) menguraikan tahapan pembelajaran berbasis masalah. Selain kegiatan guru, Wena juga menjelaskan kegiatan siswa.

Tahapan-tahapan itu dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini.

Tabel 2. Tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah Tahap

Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Identifikasi Masalah

Memberikan permasalahan. Memahami permasalahan secara umum.

Membimbing siswa mencari dan menelusuri berbagai informasi

Tahap

Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Mendefinisikan berbagai informasi yang telah terkumpul. masalah dari berbagai sudat pandang. keputusan untuk memilih satu alternatif pemecahan masalah strategi yang digunakan dalam memecahkan masalah.

Melihat/mengkaji pengaruh strategi yang digunakan dalam memecahkan masalah.

Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah seperti yang diungkapkan oleh Amri dan Ahmadi (2010: 74) antara lain sebagai berikut.

Pertama, perencanaan dalam pembelajaran berbasis masalah memiliki peran yang sangat penting dan memerlukan upaya yang lebih banyak. Kedua, guru harus menetapkan terlebih dahulu tujuan umum dan khusus pembelajaran, kemudian mengkomunikasikannya dengan siswa.

Ketiga, pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada premis bahwa situasi masalah yang mengundang pertanyaan dan belum terdefinisikan dengan

commit to user

jelas akan membangkitkan rasa ingin tahu siswa dan diharapkan melibatkan mereka dalam inquiri. Keempat, situasi masalah yang terpilih hendaklah otentik, terdefinisikan secara longgar, bermakna dan selaras dengan tingkat intelekrual siswa dan menguntungkan bagi kelompok.

Kelima, siswa harus dilatih agar menjadi peneliti aktif dan terampil menggunakan berbagai metode pengumpulan informasi. Keenam, penyelidikan sebaiknya dilakukan secara pribadi, berpasangan atau berkelompok. Ketujuh atau yang terakhir adalah guru harus merespon positif semua ide siswa dan selalu memantau pengembangan hipotesis mereka.

e. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

Pembelajaran berbasis masalah mempunyai beberapa kelebihan, di antaranya: (a) siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik, (b) siswa dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain, dan (c) dapat memperoleh pengetahuan dari berbagai sumber.

Kelemahannya ialah: (a) untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai, (b) membutuhkan banyak waktu dan dana, dan (c) tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini (Ahmadi dkk, 2011: 57).

Sanjaya (2008: 220-221) menyatakan pembelajaran berbasis masalah mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan. Keunggulan pembelajaran berbasis masalah antara lain: (a) pemecahan masalah merupakan teknik yang bagus untuk lebih memahami isi pelajaran, (b) pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan

commit to user

pengetahuan baru bagi siswa, (c) dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa, (d) dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata, (e) dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan, (f) bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa bukan hanya belajar dari guru atau dari buku-buku saja, (g) dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa, (h) dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru, (i) dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata, dan (j) dapat mengembangkan minat siswa meskipun pendidikan formal telah berakhir.

Kelemahan metode pembelajaran berbasis masalah antara lain: (a) manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba, (b) membutuhkan cukup waktu untuk persiapan, dan (c) tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka inginkan.

commit to user

f. Penerapan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah pada Pembelajaran Menulis Teks Berita

Pembelajaran berbasis masalah menurut Rusman (2011: 229) merupakan model pembelajaran yang dapat memacu semangat siswa untuk secara aktif ikut terlibat dalam pengalaman belajarnya dan memungkinkan dikembangkannya keterampilan berpikir siswa (penalaran, komunikasi, dan koneksi) dalam memecahkan masalah.

Pembelajaran menulis teks berita sangat memerlukan keterampilan berpikir siswa, selain itu dalam menulis berita akan lebih baik apabila siswa ikut terlibat secara langsung dalam kejadian atau peristiwa yang ditulisnya menjadi sebuah berita. Kalaupun tidak, siswa dapat menuliskan berita dari masalah-masalah yang ditemukan sesuai dengan pendapat Wena (2012: 91) yang mengungkapkan bahwa siswa belajar melalui permasalahan-permasalahan.

Pembelajaran berbasis masalah ini menghadapkan siswa kepada permasalahan-permasalahan yang ada dan menuntut siswa untuk bisa menemukan pokok-pokok permasalahan yang ada sekaligus cara pemecahannya. Dengan demikian, siswa sudah memiliki bahan atau dasar untuk mengembangkannya menjadi sebuah berita.

Berdasarkan pada langkah-langkah metode pembelajaran berbasis masalah, maka penerapan metode pembelajaran masalah pada pembelajaran menulis teks berita adalah sebagai berikut. Pertama, siswa dihadapkan dengan permasalahan yang ada, misalnya siswa diberi sebuah bacaan ataupun tontonan yang mampu membuat seolah-olah siswa ikut berada dalam permasalahan

commit to user

tersebut. Kedua, siswa diminta untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang ada, hal ini sekaligus untuk menentukan pokok-pokok berita.

Ketiga, siswa diminta untuk mencari pemecahan masalah yang telah ditemukan, misalnya dengan memberikan saran-saran yang bermanfaat untuk menghindari agar permasalahan tersebut tidak muncul. Keempat, siswa dinimta untuk mengembangkan permasalahan dan pokok berita yang telah ditemukan menjadi teks berita yang utuh, termasuk pemecahan masalah yang dikemukakan siswa.

4. Hakikat Pendidikan Multikultural

Dokumen terkait