BAB II KAJIAN TEORI
B. Hakikat Sustained Silent Reading (SSR)
1. Kedudukan Sustained Silent Reading (SSR) dalam Whole Language
Sustained Silent Reading (SSR) atau kegiatan membaca diam merupakan salah satu bagian atau komponen dari pendekatan Whole Language. Whole language merupakan salah satu pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran bahasa. Menurut Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI (2007: 130) melalui pendekatan Whole Language kemampuan keterampilan berbicara, mendengar, menulis, dan membaca dapat dikembangkan secara operasional dan menyeluruh. Berdasarkan hal tersebut berarti SSR yang dalam kegiatannya dilakukan membaca secara diam tanpa bersuara akan dapat mengembangkan keterampilan dalam membaca. Sustained Silent Reading (SSR) merupakan salah satu komponen dalam pendekatan Whole Language dimana masih terdapat beberapa komponen lain yang juga mendukung SSR. Pendekatan Whole Language merupakan kegiatan membaca dimana siswa terlebih dahulu menguasai huruf, kata, kalimat, dan paragraf. Sehingga kegiatan membaca dilakukan secara bertahap.
Yahya Othman, Roselan Baki, dan Naffi Mat (2009: 9) mengungkapkan bahwa pendekatan Whole Language mengajarkan aspek bahasa yang sebenarnya, kemudian barulah aspek-aspek kecil atau mendasarnya. Berarti dalam membaca
22
memerlukan proses yang runtut sehingga pemahaman tersebut dapat tercapai serta bisa diukur dan dinilai. Hal tersebut juga didukung pendapat Andri Wicaksono dan Ahmad Subhan Roza (2015: 90) bahwa Whole Language merupakan pembelajaran bahasa secara utuh (menyeluruh). Jadi, dalam membaca menggunakan pendekatan Whole Language dilaksanakan dengan menyeluruh dan dilakukan secara kronologis serta logis.
Komponen Whole Language menurut Teuku Alamsyah (2007: 14-17), sebagai berikut.
a. Reading aloud
Reading Aloud merupakan kegiatan membaca yang dilakukan oleh guru untuk siswanya. Guru dapat menggunakan bacaan yang terdapat dalam buku teks atau buku cerita lainnya dan membacakannya dengan suara keras dan intonasi yang baik sehingga setiap siswa dapat mendengarkan informasi yang dibacakan serta menikmatinya.
b. Journal writing
Jurnal writing atau menulis jurnal merupakan komponen yang dapat dengan mudah diterapkan. Jurnal digunakan untuk mengungkapkan perasaan, menceritakan kejadian atau peristiwa, menceritakan hasil belajar, dan menggunakan bahasa dalam bentuk tulisan.
c. Sustained silent reading (SSR)
Sustained Silent Reading (SSR) merupakan kegiatan membaca dalam hati yang dilakukan oleh siswa. Kegiatan ini siswa diberi kesempatan untuk memilih sendiri buku atau materi yang akan dibawanya. Siswa dibiarkan untuk memilih
23
bacaannya sendiri sesuai dengan minat dan apa yang disukainya. Biarkan siswa memilih bacaan yang sesuai dengan kemampuannya sehingga mereka dapat menyelesaikan dan memahami isi bacaan yang mereka baca. Guru dapat memberi contoh sikap membaca dalam hati yang baik sehingga siswa dapat meningkatkan kemampuan membaca dalam hati untuk waktu yang cukup lama.
d. Shared reading
Shared Reading merupakan kegiatan membaca yang dilakukan bersama antara guru dengan siswa menggunakan buku yang dibaca masing-masing.
e. Guided reading
Guided Reading dilakukan dengan guru berperan sebagai model dalam membaca. Tugas guru adalah membimbing dan mengamati sisiwa dalam membaca.
f. Guided writing
Guided Writing merupakan kegiatan menulis terbimbing dimana guru menjadi fasilitator dan pembimbing siswa dalam kegiatanmenulis.
g. Independent reading
Independent Reading (membaca bebas) merupakan kegiatan membaca yang memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan sendiri materi yang ingin dibaca.
h. Independent writing
Independent Writing merupakan kegiatan menulis bebas yang bertujuan untuk membiasakan dan meningkatkan berpikir kritis dalam hal menulis.
24
Berdasarkan delapan komponen Whole Language, komponen yang digunakan dalam peneltian ini adalah Sustained Silent Reading (SSR). SSR merupakan kegiatan membaca dalam hati atau membaca diam. Pada komponen SSR terlihat bahwa siswadiberi kesempatan untuk melakukan kegiatan membaca secara mandiri dengan tujuan untuk memahami isi bacaan yang diberikan
2. Sustained Silent Reading (SSR)
Menurut H. G. Tarigan (2015: 30)Sustained Silent Reading (SSR) merupakan kegiatan membaca dalam hati yang dilakukan siswa dengan tujuan mamahami isi bacaan. Siswa dibiarkan untuk memilih bacaan yang sesuai dengan keinginan dan kemampuannya supaya dapat dengan mudah memahami isi bacaan serta siswa juga senang dalam membaca. Pendapat tersebut di dukung oleh Rothlein dan Mainbach (Farida Rahim, 2005: 121) yang mengemukakan bahwa kegiatan membaca dalam hati yang dikenal dengan istilah Sustained Silent Reading (SSR) atau Uninterupted Sustained Time (USRT) adalah salah satu komponen dari sekian banyak program membaca. Dengan kata lain, program membaca SSR bukanlah satu-satunya program untuk kegiatan membaca dalam hati.
Masidah (2012: 2) berpendapat bahwa membaca dalam hati (Sustained Silent Reading) merupakan suatu keterampilan membaca yang dilakukan untuk menangkap pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam bacaan. Menurut Farida Rahim (2005: 121) membaca dalam hati atau Sustained Silent Reading (SSR) memberi kesempatan pada siswa untuk memahami teks yang dibacanya secara lebih mendalam. Selan itu, membaca dalam hati memberikan kesempatan kepada
25
guru untuk mengamati reaksi dan kebiasaan membaca siswa. Guru terlebih dahulu mencontohkan sikap dalam melakukan SSR atau membaca diam yang baik sehingga siswa dapat meningkatkan kemampuan memahami bacaannya.
Harris Sipay (Farida Rahim, 2005: 121-122) mengemukakan bahwa telah terjadi perubahan dalam pengajaran membaca dalam hati. Salah satu perubahannya ialah kecenderungan berpikir, bahwa terdapat beberapa jenis membaca dan pembelajaran yang dirancang untuk meningkatakan membaca tersebut. Pembelajaran menggunakan SSR dirancang untuk memberikan latihan menemukan ide pokok suatu bacaan, sedangkan yang lainnya dirancang untuk meningkatkan kemampuan menemukan jawaban dari suatu pertanyaan bacaan yang spesifik. Disamping itu, SSR dirancang untuk mengembangkan kemampuan siswa mengingat urutan peristiwa.
Rothlein dan Mainbach (Farida Rahim, 2005: 131) menjelaskan bahwa program SSR merupakan kegiatan yang sangat sederhana. Pembelajaran dilakukan dengan siswa dan guru memilih bacaan, kemudian dibaca dalam hati tanpa interupsi untuk beberapa menit. Menurut Farida Rahim (2005: 130-131) program SSR mengharuskan guru mengikuti aturan-aturan tertentu, seperti berikut.
a. Setiap siswa harus membaca.
b. Guru juga harus membaca ketika siswa membaca.
c. Siswa tidak perlu membuat laporan apapun tentang apa yang telah mereka baca.
26
e. Siswa memilih bahan bacaan yang mereka sukai.
Rothlein dan Meinbach (Farida Rahim, 2005: 131) mengungkapkan program SSR harus dijadwalkan pada waktu yang sama setiap hari. Dengan program SSR, siswa diharapkan membaca sebagai suatu kegiatan yang tetap dilakukan setiap hari. Kegiatan ini dimaksudkan agar siswa menjadikan membaca sebagai kegiatan yang menyenangkan.Selanjutnya, Kasihani K.E. Suyanto (2007: 65) berpendapat bahwa Sustained Silent Reading merupakan teknik membaca yang perlu diterapkan di kelas yang lebih tinggi, yaitu kelas 5 dan 6.
3. Karakteristik Sustained Silent Reading (SSR)
Dalman (2013: 67) berpendapat bahwa membaca dalam hati atau Sustained Silent Reading mempunyai karakteristik sebagai berikut.
a. Membaca tanpa bersuara, tanpa bibir bergerak, tanpa ada desis apapun. b. Membaca tanpa ada gerakan-gerakan kepala.
c. Membaca lebih cepat dibandingkan dengan membaca nyaring. d. Membaca tanpa menggunakan jari atau alat lain sebagai penunjuk. e. Mengerti dan memahami bahan bacaan.
f. Dituntut kecepatan mata dalam membaca. g. Membaca dengan pemahaman yang baik.
h. Menyesuaikan kecepatan dengan tingkat kesukaran yang terdapat dalam bacaan.
27
4. Tahapan Pembelajaran Membaca Pemahaman melalui Sustained Silent Reading (SSR)
Menurut Fitria Nurhidayati (2014: 46) pembelajaran membaca pemahaman melalui Sustained Silent Reading (SSR) dilakukan dengan memberi kesempatan siswa untuk memilih sendiri buku atau materi yang akan dibaca. Biarkan siswa untuk memilih bacaan yang sesuai dengan kemampuannya sehingga siswa dapat menyelesaikan membaca bacaan tersebut. Guru dapat memberi contoh sikap membaca dalam hati yang baik sehingga siswa dapat meningkatkan kemampuan membaca dalam hati untuk waktu yang cukup lama.
Kasihani K.E. Suyanto ( 2007: 65) berpendapat bahwa dalam pelaksanaan Sustained Silent Reading (SSR) diawali dengan guru melakukan observasi ketika siswa melakukan silent reading (membaca diam). Guru mengingatkan siswa supaya tidak menggerakan bibir atau mengeluarkan suara ketika melakukan silent reading. Untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap isi bacaan, setelah waktu yang diberikan habis misalnya 5-10 menit, guru dapat memberikan pertanyaan tentang isi bacaan. Siswa dapat menjawab secara lisan atau diminta menunjukkan dan membaca kalimat yang tertulis sebagai jawaban.
Berdasarkan pendapat tersebut, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tahapan atau langkah-langkah pelaksanaan Sustained Silent Reading (SSR) menurut teori Kasihani K.E. Suyanto.Langkah-langkah pembelajaran keterampilan membaca pemahaman melalui SSR dilakukan sebagai berikut.
28
a. Guru dan peneliti merencanakan pelaksanaan SSR dengan mengamati pelaksanaan membaca dalam hati yang dilakukan oleh siswa.
b. Siswa diberi arahan atau penjelasan tentang pelaksanaan SSR.
c. Siswa memilih bacaan yang sudah ditentukan tema atau siswa diberi teks bacaan yang telah disediakan oleh guru.
d. Siswa membaca dalam hati teks bacaan yang diperoleh baik secara individu maupun secara berkelompok, namun siswa tetap membaca teks bacaan masing-masing.
e. Guru ikut melakukan kegiatan membaca saat siswa sedang membaca dan tidak memberikan perintah atau kegiatan apapun yang dapat menggangu siswa. f. Siswa menjawab pertanyaan secara lisan yang diberikan oleh guru tentang isi
bacaan.
g. Siswa dan guru berdiskusi untuk menyimpulkan isi bacaan.
h. Siswa menyampaikan hasil pemahaman terhadap teks bacaan yang telah dibaca.
C.Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar