• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hakikat Tentang Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan Bulat a. Pengertian Penguasaan Konsep

LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka

1. Hakikat Tentang Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan Bulat a. Pengertian Penguasaan Konsep

Dalam dunia ilmu pengetahuan, pengetahuan mengharuskan adanya objektivitas yang memiliki tingkat akurasi konsep yang baik agar bisa dipakai sebagai dasar. Secara umum konsep mengungkapkan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal khusus (Kerlinger, 2006: 48). Menurut Woodruff (dalam Amin, 1987), mendefinisikan konsep sebagai berikut; (1) suatu gagasan/ide yang relatif sempurna dan bermakna, (2) suatu pengertian tentang suatu objek, (3) produk subjektif yang berasal dari cara seseorang membuat pengertian terhadap objek-objek atau benda-benda melalui pengalamannya (setelah melakukan persepsi terhadap objek/benda). Pada tingkat konkrit, konsep merupakan suatu gambaran mental dari beberapa objek atau kejadian yang sesungguhnya. Pada tingkat abstrak dan komplek, konsep merupakan sintesis sejumlah kesimpulan yang telah ditarik dari pengalaman dengan objek atau kejadian tertentu.

Dengan menggunakan definisi pembentukan konsep, Woodruff menyarankan bahwa suatu pernyataan konsepsi dalam suatu bentuk yang berguna untuk merencanakan suatu unit pengajaran ialah suatu deskripsi tentang sifat-sifat suatu proses, struktur atau kualitas yang dinyatakan dalam bentuk yang menunjukkan apa yang harus digambarkan atau dilukiskan sehingga siswa dapat melakukan persepsi terhadap proses, struktur atau kualitas bagi dirinya sendiri.

Dalam hal ini, Woodruff (Amin, 1987) telah mengidentifikasi 3 macam konsep yaitu (1) konsep proses: tentang kejadian atau perilaku dan konsekuensi-konsekuensi yang dihasilkan bila terjadi, (2) konsep struktur: tentang objek, hubungan atau struktur dari beberapa macam, dan (3) konsep kualitas: sifat suatu objek atau proses dan tidak mempunyai

eksistensi yang berdiri sendi. (http

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka penguasaan konsep adalah penguasaan terhadap ide atau gagasan yang sempurna tentang suatu objek.

b. Pengertian Konsep Pengurangan Bilangan Bulat

Salah satu materi yang memiliki urgensitas dalam matematika di sekolah dasar adalah bilangan bulat. Dalam bilangan bulat terdapat beberapa operasi hitung salah satunya adalah pengurangan. Pengurangan merupakan salah satu dari keempat operasi dasar aritmatika, dan pada prinsipnya

merupakan kebalikan dari operasi penjumlahan (www.wikipedia.matematika.

ensiklopedibebas) diunduh tanggal 28 Maret 2011. Operasi pengurangan dalam Matematika adalah representasi dari pengambilan sebagian kumpulan benda (Tim PPPPTK Matematika, 2006: 14).

Menurut Tim Bina Karya Guru (2007 : 135) yang dimaksud dengan bilangan bulat adalah bilangan bukan pecahan yang terdiri dari: bilangan bulat positif (1, 2, 3, 4, 5, …), nol (0), dan bilangan bulat negatif (…,-5, -4,-3,-2,-1).

Jika ditulis dalam himpunan bilangan bulat adalah {…-3, -2, -1, 0, 1, 2, 3,…}.

Dalam bentuk himpunan, himpunan bilangan bulat yang dimaksud adalah B = ..., -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3,.... Apabila digambarkan adalah sebagai berikut..

. . . -3 -2 -1 0 1 2 3 . . . Himpunan semua bilangan bulat dalam matematika dilambangkan dengan Z, berasal dari Zahlen (bahasa jerman untuk bilangan ).

Bilangan bulat terdiri dari bilangan bulat negatif dan bilangan cacah (http://p4tkmatematika.org/downloads/ppt/bilanganbulat.ppt diunduh tanggal

07 April 2011). Selain itu, Bilangan bulat terdiri dari bilangan asli : 1, 2, 3,…,

bilangan nol : 0, bilangan negatif : ..., -3, -2, -1, Bilangan Bulat dinotasikan dengan : B = {..., -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, ...} (http://math07.findtalk.net/t54-bab-1-bilangan-bulat-ringkasan-materi diunduh tanggal 07 April 2011).

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka konsep pengurangan bilangan bulat merupakan salah satu operasi bilangan yang terdiri dari bilangan bulat positif dan negatif yang dalam operasi hitungnya, kebalikan dari penjumlahan.

c. Operasi Pada Bilangan Bulat

Operasi yang akan diterapkan pada bilangan bulat adalah (+, -, x, : ) yakni penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Khusus untuk pembagian tidak diperlukan atas semua bilangan bulat tetapi hanya dikhususkan pada bilangan-bilangan tertentu sehingga hasil baginya juga bilangan bulat. Dalam penelitian ini akan dibahas hanya pada operasi pengurangan pada bilangan bulat. Adapun pengurangan dan sifatnya adalah sebagai berikut

1. Untuk sembarang bilangan bulat berlaku : a–b = a + ( -b )

a–( -b ) = a + b contoh :

8–5 = 8 + ( -5 ) = 3

7–(-4 ) = 7 + 4 = 11

2. Sifat komutatif dan assosiatif tidak berlaku

a–b≠ b –a

( a–b )–c≠ a –( b–c )

Contoh :

7–3≠ 3 –7→ 4 ≠-4

3. Pengurangan bilangan nol mempunyai sifat :

a–0 = a dan 0–a = - a

4. Bersifat tertutup, yaitu dua buah bilangan bulat dikurangkan

hasilnya adalah bilangan bulat juga.

A dan b€ bilangan bulat maka a- b = c ; c € bilangan bulat

Contoh : 7–8 = -1 ; 7, 8, -1€ bilangan bulat

(www.belajar.matematika.com diunduh tanggal 11 Januari 2011) Dan cara penyelesaian soal operasi pengurangan bilangan bulat 1. Cara pertama dengan mistar bilangan

Contoh :

a. -3–( -7) = . . .

(Dari nol menghadap ke kanan mundur 3, balik arah , kemudian mundur 7).

-3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8

-3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8

-3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8

Ternyata hasil akhirnya 4 . jadi -3–( -7) = 4

Dari nol menghadap ke kanan, kemudian mundur 3

b. 4–( -2 ) = . . . , dari nol menghadap ke kanan empat langkah

-3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8

-3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8

-3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8

Ternyata hasil akhirnya 6 . Jadi 4–( -2) = 6

2. Cara kedua dengan menggunakan tabel pola bilangan Contoh : 2–( -3) = . . .

Tabel 3. Pola Bilangan ( Tim PPPPTK Matematika, 2007 : 63-64)

Soal Pola yang diciptakan Pengamatan pola

2 - ( -3 ) = … 2 - 3 = . . . 2 - 3 = -1 2 - 2 = . . . 2 - 2 = 0 2 - 1 = . . . 2 - 1 = 1 Amati polanya 2 - 0 = . . . 2 - 0 = 2 2 - ( - 1) = . . . 2 - ( - 1) = 3 2 - ( - 2) = . . . 2 - ( - 2) = 4 2 - ( - 3) = . . . 2 - ( - 3) = 5

Dengan demikian maka : 2 - ( -3 ) = 5

Terus?...dikurang -2 berarti berbalik arah, mundur 2 langkah Dari nol menghadap ke kanan, kemudian maju empat langkah langkah

3. Cara ketiga adalah menggunakan manik-manik Contoh : a. 3–5 = . . . Jadi 3–5 = - 2 Dengan catatan Bernilai 0 b. -5–( -2) = . . . Jadi -5–( -2 ) = -3 c. 2–( -4) = . . . Jadi 2–( -4 ) = 6 + + + + + + + + - - - - -+ -- - - - -+ -+ + + + -+ -+ -+

-d. Pengertian Matematika

Sebagaimana disiplin ilmu yang lain, matematika pun memiliki konsep tersendiri. Matematika menurut Rustam Effendi dalam Heruman (2007: 1 ) adalah bahasa symbol ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsure yang tidak didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.

Menurut Johnson dan Myklebust (1967:244) matematika adalah

bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengeksperesikan hubungan –

hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir. Lerner (1988:430) mengemukakan bahwa matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkna manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide

mengenai elemen dan kuantitas. Definisi kontemporer matematika lebih

ditekankan pada metode dari pada pokok persoalan matematika itu sendiri (Abdurrahman 2003 : 252).

Berdasarkan pendapat diatas, maka matematika adalah bahasa symbol yang berhubungan dengan struktur, objek, proses serta konsekwensi dari apa yang dihasilkan dalam proses pemikiran, pencatatan dan pengkomunikasian ide mengenai elemen dan kuantitas.

e. Konsep Pengurangan Bilangan Bulat Dalam Pembelajaran Matematika di SD

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang dipelajari di semua jenjang pendidikan, agar dalam penyampaian materi matematika dapat mudah diterima dan dipahami oleh siswa, guru harus memahami tentang karakteristik matematika sekolah.

Menurut Soedjadi (2000:13) matematika memiliki karakteristik: (1) memiliki obyek kajian abstrak, (2) Bertumpu pada kesepakatan, (3) berpola pikir deduktif, (4) Memiliki symbol yang kosong dari arti, (5)

Memperhatikan semesta pembicaraan, dan (6) Konsisten dalam sistemnya. Sedang menurut Depdikbud (1993:1) matematika memiliki ciri-ciri, yaitu (1) Memiliki obyek yang abstrak, (2) Memiliki pola piker deduktif dan konsisten, dan (3) tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).

Oleh karena itu dalam pembelajaran matematika tidak dapat dilakukan secara melompat-lompat tetapi harus tahap demi tahap, dimulai dengan pemahaman ide dan konsep yang sederhana sampai kejenjang yang lebih kompleks. Seseorang tidak mungkin mempelajari konsep lebih tinggi sebelum ia menguasai atau memahami konsep yang lebih rendah. Berdasarkan hal tersebut mengakibatkan pembelajaran berkembang dari yang mudah ke yang sukar, sehingga dalam memberikan contoh guru juga harus memperhatikan tentang tingkat kesukaran dari materi yang disampaikan, dengan demikian dalam pembelajaran matematika contoh-contoh yang diberikan harus bervariasi dan tidak cukup hanya satu contoh.

Disamping itu pembelajaran matematika hendaknya bermakna, yaitu pembelajaran yang mengutamakan pengertian atau pemahaman konsep dan penerapannya dalam kehidupan. Agar suatu kegiatan belajar mengajar menjadi suatu pembelajaran yang bermakna maka kegiatan belajar mengajar harus bertumpu pada cara belajar siswa aktif. Menurut Chickering dan Gamson (Bonwell dan Eison, 1991:1) dalam belajar aktif siswa harus melakukan sesuatu yang lebih dari sekedar mendengarkan, untuk bisa terlibat aktif para siswa itu harus terlibat dalam tugas yang perlu pemikiran tingkat tinggi seperti tugas analisis, sintesis, dan evaluasi. Oleh karena itu dalam rangka mewujudkan siswa yang aktif guru harus berusaha mencari metode mengajar yang dapat menyebabkan siswa aktif belajar.

Pembelajaran matematika hendaknya menganut kebenaran konsistensi yang didasarkan kepada kebenaran-kebenaran terdahulu yang telah diterima, atau setiap struktur dalam matematika tidak boleh terdapat kontradiksi. Matematika sebagai ilmu yang deduktif aksiomatis, dimana dalil-dalil atau

kemampuan berpikir siswa SD, penerapan pola deduktif tidak dilakukan secara ketat. Hal itu sesuai dengan yang dikemukakan oleh Soedjadi (1995:1) bahwa struktur sajian matematika tidak harus menggunakan pola pikir deduktif semata, tetapi dapat juga digunakan pola pikir induktif.

(http://muttaqinhasyim.wordpress.com/2009/06/14/tujuan

pembelajaran-matematika/diakses 20 januari 2011).

Dan pola pikir matematika menggunakan pola pikir deduktif dan pola pikir induktif. Pola pikir deduktif merupakan kebenaran pernyataannya diturunkan dari unsur - unsur yang tak didefinisikan (titik, garis, bidang, bilangan), definisi (aturan main/batasan/kesepakatan), dan aksioma/postulat (kebenaran/pangkal/kebenaran yang diterima tanpa bukti). Sedangkan pola pikir deduktif merupakan pola pikir dari khusus ke umum, yakni dari contoh-contoh, kemudian diamati polanya, dan terakhir ditarik kesimpulannya secara umum (diadakan generalisasi). Konsep pola pikir deduktif dan pola pikir induktif diterapakan dalam operasi hitung matematika.

Salah satu materi yang dipelajari dalam matematika adalah Konsep pengurangan yang menurut (Tim PPPPTK Matematika 2007:14) adalah representasi dari kumpulan benda. Sisa yang tak terambil merupakan hasil pengurangan yang dimaksud. Untuk operasi pengurangan dikelompokkan menjadi dua macam yaitu pengurangan yang bersifat dasar dan pengurangan yang bersifat lanjut. Pengurangan dasar dimaksudkan sebagai penanaman konsep yang secara nyata dan mudah dapat dipahami siswa sebagai pengambilan sebagian dari sebuah kumpulan benda. Sedangkan pengurangan lanjut adalah pengurangan yang hasilnya dicari menggunakan teknik-teknik tertentu. Teknik yang dimaksud adalah tanpa teknik meminjam dan dengan teknik meminjam.

Dalam konteks pembelajaran matematika perlu disesuaikan dengan perkembangan kognitif siswa, dimulai dari yang konkrit menuju abstrak. Namun demikian meskipun obyek pembelajaran matematika adalah abstark,

tetapi mengingat kemampuan berpikir siswa Sekolah Dasar yang masih dalam tahap operasional konkrit, maka untuk memahami konsep dan prinsip masih diperlukan pengalaman melalui obyek konkrit (Soedjadi, 1995:1). Anak-anak juga telah ditemukan mampu menambah dan mengurangkan angka-angka kecil, meskipun penelitian belum membuktikan apakah mereka memahami bahwa kedua operasi hitungan itu inverse atau berkebalikan (Muijs dan Renolds, 2008: 335).

Sehingga dalam pembelajaran matematika khususnya dalam materi pengurangan bilangan bulat disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif siswa. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih mudah menguasai kon sep yang diberikan oleh guru.

2. Model Pembelajaran Kooperatif (MMP) a. Pengertian Model Pembelajaran

Salah satu sarana untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu dengan pembelajaran. Menurut UUSPN No. 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sedangkan menurut Suprijono (2009 :13) Pembelajaran adalah dialog interaktif. Pembelajaran pada hakekatnya merupakan suatu proses memberikan pengalaman belajar kepada siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, dimana tujuan menjadi acuan dalam penyelenggaraan proses pembelajaran (Joice dan Weil dalam sumiti, 2007 : 3).

Sedangkan pengertian model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau kelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem (Mills dalam Suprijono, 2010: 48). Model juga merupakan abstraksi dari sistem sebenarnya dalam gambaran yang lebih sederhana serta mempunyai tingkat prosentase

yang bersifat menyeluruh (www.damandiri.or.id/file/ abdwahidchairulahunairbab2. pdf) diunduh tanggal 29 April 2011.

Dalam proses pembelajaran, agar berjalan dengan baik dan menghasilkan perubahan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, maka proses pembelajaran memerlukan pendekatan-pendekatan yang sesuai. Sedangkan model pembelajaran adalah sesuatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain (Joyce dan Well dalam Rusman, 2010: 133). Selain itu, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu

pendekatan, metode, dan teknik

pembelajaran.(http://www.psb- psma.org/content/blog/pengertian-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran, diunduh tanggal 07 April 2011).

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, maka model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang memungkinkan seseorang atau kelompok untuk menginterpretasikan rancangannya sehingga diperoleh hasil observasi dan pengukuran.

b. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Dalam pembelajaran terdapat berbagai model yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa , diantaranya adalah Model pembelajaran Konstektual, Model Pembelajaran Kooperatif, Model Pembelajaran Quantum, Model Pembelajaran Berbasis Sekolah (PBL) (Sugiyanto, 2009 : 3 ). Dari beberapa model diatas, maka salah satunya adalah

model pembelajaran kooperatif yang merupakan salah satu model

pembelajaran yang tepat digunakan dalam pembelajaran matematika. Model Pembelajaran kooperatif merupakan konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru

atau diarahkan oleh guru (Suprijono, 2009: 54). Selain itu model pembelajaran kooperatif da[at diartikan sebagai pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2009:37).

Adapun model pembelajaran Kooperatif ini bercirikan (1) berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar para ahli tertentu (2) mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu (3) dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas (4) memiliki bagian-bagian model yang dinamakan (a) urutan langkah-langkah pembelajaran atau syntax (b) adanya prinsip-prinsip reaksi (c) sistem sosial (d) sistem pendukung (5) memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran yaitu dampak pembelajarand dan pengiring (6) membuat persiapan mengajar atau desain instruksional dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya (Rusman, 2010: 136).

Sebagai model pembelajaran kooperatif dengan sistematis yang mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif, model pembelajaran kooperatif mengintegrasikan ketrampilan sosial yang bermuatan akademis.

Selain itu, Davidson dan Warsham mengemukakan, model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil. Siswa belajar dan bekerjasama untuk sampai kepada pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Karena itu model pembelajaran kooperatif didasarkan kepada teori-teori perkembangan kognitif, perlakuan dan persandaran sosial (Isjoni, 2009: 45).

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan murid yang saling mengintegrasikan baik kegiatan antar kelompok maupun individu. Selain itu dapat memberikan pengalaman sosial dan mampu meningkatkan kognitif individu yang terlibat didalamnya. c. Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif

tournamens (TGT) (4) group investigation (GI) (5) rotating trio exchange dan (6) group resume(Isjoni, 2009 : 73-74) dan (7) struktural (Sugiyanto 2009:48).

Adapun dalam model pembelajaran kooperatif memiliki tipologi metode yaitu (1) tujuan kelompok (2) tanggung jawab individual yang dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menjumlah skor kelompok atau nilai rata-rata kusi individual atau penilaian lainya dan spesialisasi tugas (3) kesempatan sukses yang sama (4) kompetisi tim (5) spesialisasi tugas (6) adaptasi terhadap kebutuhankelompok (Slavin, 2010: 27-28).

Sedangkan dalam Tipe Struktural terdiri dari berbagai Teknik pembelajaran diantaranya (1) Mencari Pasangan, (2) Bertukar pasangan. (3) berkirim salam dan soal (4) dua tinggal dua tamu (5) keliling kelompok (6) kancing gemerincing (7) tebak pelajaran (8) team quis (TQ), (9) missouri mathemathic project (MMP) (Suminarsih, 2007 : 15).

Dari beberapa tehnik pembelajaran tersebut, bahwa peneliti akan memfokuskan dalam model pembelajaran koopertif tipe struktural dengan

tehnik missouri mathemathic project (MMP). Karena dengan menerapkan

model kooperatif tipe struktural teknik missouri mathemathic project (MMP)

sesuai dengan mata pelajaran yang akan diteliti yaitu matemmatika. Selain itu,

model kooperatif tipe struktural teknik missouri mathemathic project (MMP)

dapat mengaktifkan siswa dengan kegiatan belajar kelompok. d. Pengertian Missouri Mathemathic Project (MMP)

Missouri mathemathic project merupakan salah satu teknik dari tipe struktural dalam model pembelajaran kooperatif yang mengimplementasikan lima langkah dalam pembelajaran matematika.

Sebagaimana dalam penelitian Good, Grouws dan Ebmeier dan lebih lanjut Confrey dalam Setiawan ( 2008 : 37) dan Suminarsih (2007: 15),

memperoleh temuan bahwa guru yang merencanakan dan

mengimplementasikan lima langkah pembelajaran matematikanya, akan lebih sukses dibanding dengan mereka yang menggunakan pendekatan

tradisional. Kelima langkah inilah yang biasa kita kenal sebagaiMissouri

Mathematics Project (MMP) yang terbukti lebih berhasil. Format lima

langkah MMP ini adalah sebagai berikut (1) Langkah I : Review yang

membahas PR (2) Langkah II :Pengembanganyang terdiri dari penyajian ide baru atau perluasan konsep matematika yang terdahulu dan penjelasan, diskusi, demonstrasi dengan contoh konkret yang sifatnya piktoral dan

simbolik (3) Langkah III : Latihan Terkontrol dimana siswa merespon

soal, guru mengamati dan belajar kooperatif (4) Langkah IV : Seatwork

dimana siswa bekerja sendiri untuk latihan atau perluasan konsep (5)

Langkah V :PRyaitu pemberian pekerjaan rumah (PR)

Berdasarkan pendapat Good, Grouws dan Ebmeier dan lebih lanjut Confrey dalam Setiawan (2008 : 37) diatas, Missouri Mathemathic Subject (MMP) guru mengajar dengan melibatkan siswa untuk beralih dari metode pengajaran secara tradisional dan beralih kepada model pembelajaran

kooperatif (MMP). Siswa akan diajak untuk mereview pokok bahasan yang

telah disampaikan pertemuan yang telah lalu sehingga sebelum menempuh pokok bahasan berikutnya siswa di ingatkan akan pokok bahasan yang telah lampau, sekaligus membahas PR jika diberikan oleh guru pengampu apabila diberikan. Kemudian setelah itu barulah pokok bahasan berikutnya dibahas oleh guru pengampu dan pembahasan materi tidaklah cukup berkutat pada pokok bahasan itu akan tetapi harus memperluas konsep yang di ajarkan dengan mengkaitkan contoh yang bersifat konkret.

Setelah langkah tersebut di jalankan maka selanjutnya adalah merespon siswa dengan bentuk latihan-latihan soal yang telah disiapkan oleh guru pengampu dengan bentuk belajar kooperatif. Dan guru pengampu juga mengamati dan membimbing siwa yang sedang mengerjakan soal-soal latihan yang telah diberikan sehingga dapat mengetahui apakah siswa-siswanya memahami materi yang disampaikan. Langkah ke empat yang harus dilakukan pada Teknik MMP ini adalah Seatwork yaitu siswa belajar sendiri untuk latihan dan perluasaan konsep yang telah di berikan. Dengan begitu siswa tidak terpaku dengan rumus yang telah di berikan guru pengampu akan tetapi mampu merealisaikannya pada kegiatan sehari-hari. Dan yang terakhir adalah pemberian PR kepada siswa.

Model Kooperatif tipe struktural teknik missouri mathemathic

Widdiarto, 2004 : 29 mengemukakan kelebihan dari model pembelajaran kooperatif (MMP) sebagai berikut :

1. Banyak materi yang tersampaikan kepada siswa karena tidak terlalu

memakan banyak waktu. Artinya, penggunaan waktu dapat diatur relatif ketat.

2. Banyak latihan sehingga mudah terampil dengan beragam soal

Sedangkan kekurangannya meliputi :

1. Kurangnya menempatkan siswa pada posisi aktif terlebih saat langkah

pengembangan.

2. Mungkin siswa cepat bosan karena banyak mendengar.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa missouri mathemathic project (MMP) merupakan teknik pembelajaran yang menerapkan lima langkah yang terdiri dari review, pengembangan, latihan terkontrol, seatwork dan penugasan dengan melibatkan keaktifan siswa secara pribadi dan kelompok.

e. Konsep Dasar Model Kooperatif Tipe Struktural TeknikMissouri Mathemathic Project(MMP)

Dalam setiap pembelajaran memilih konsep dasar yang berbeda yang membedakannya dengan yang lain. Demikian pula dengan model pembelajarn kooperatif yang mempunyai beberapa konsep dasar.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sugiyanto ( 2009 : 37 ) sebagai berikut (1) Kelas Demokratis. Sebagaimana konsep Dewey tentang pendidikan menyatakan bahwa kelas seharusnya mencerminkan masyarakat yang lebih luas menjadi laboraratorium baagi pembelajaran kehidupan nyata (2) Hubungan antar kelompok. Pada tahun 1954 Mahkamah agung Amerika Serikat menerbitkan keputusan historisnya, yang memutuskan bahwa sekolah-sekolah negeri di Amerika Serikat tidak boleh lagi beroperasi dengan kebijakan separate-but-equel tapi harus terintregrasi secara rasial (3) Experiential Learning. Menurut Johnson & Johnson Experiential Learning didasarkan pada tiga asumsi bahwa belajar yang paling baik yaitu (1) bila kita terlibat secara pribadi dalam pengalaman belajarnya (2) pengetahuan harus ditemukan anda sendiri agar memiliki arti atau dapat membuat perbedaan pada perilaku (3) komitmen terhadap belajar dalam keadaan paling tinggi apabila kita bebas menentukan tujuan belajar sendiri dan berusahan secara aktif mencapainya dalam kerangka kerja tertentu (4) Teori Motivasi. Dari perspektif motivasi menunjukkan struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi

,dimana setiap anggota kelompok dapat meraih tujuan pribadi jika kelompok bisa sukses (Sugiyanto, 2009 : 37-39).

Dari keempat konsep dasar di atas, konsep dasar model kooperatif tipe struktural teknik missouri mathemathic project (MMP) yang secara empiris melalui penelitian, (Winarno, 2000) yaitu (1) Review (2) Pengembangan (4)

Latihan Terkontrol (5) Seatwork (6) PR.

(http://techonly13.wordpress.com/2009/07/03/metodedalampembelajaran-matematika/, diunduh tanggal 07 April 2011).

Dari uraian di atas, lebih lanjut diambil konsep dasar model kooperatif tipe struktural teknik missouri matgemathic project (MMP) yaitu lima langkah pembelajaran matematika yaitu (a) review yang terdiri dari peninjau ulang pelajaran yang telah lalu dan membahas PR (b) pengembangan yaitu penyajian ide baru atau perluasan konsep matematika yang terdahulu dan penjelasan, diskusi, demonstrasi dengan contoh konkret yang sifatnya piktoral dan simbolik (c) Latihan Terkontrol yang terdiri dari respon siswa terhadap soal, pengamatan guru dan belajar kooperatif (d) Seatwork yaitu siswa bekerja sendiri untuk latihan atau perluasan konsep dan (e) PR yaitu pemberian tugas PR.

f. Karakteristik Model Kooperatif Tipe Struktural TeknikMissouri Mathemathic Project(MMP)

Adapun karakteristik atau ciri pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut (1) pembelajaran secara tim untuk mencapai tujuan, oleh karena itu tim harus mampu membuat setiap siswa belajar dan setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran (2) didasarkan pada manejemen kooperatif (3) kemampuan untuk bekerja sama, karena keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok dan (4) keterampilan bekerja sama yang dipraktekan melalui aktivitas dan melalui kegiatan pembelajaran secara berkelompok. (Rusman, 2010 : 207).

Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran yang efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan (1) memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat, seperti, fakta, ketrampilan, nilai, konsep, dan bagaiman hidup serasi dengan sesama (2) pengetahuan, nilai dan ketrampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai (Suprijono, 2009: 58).

Pembelajaran kooperatif juga dapat diartikan sebagai struktur tugas

Dokumen terkait