• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP PENGURANGAN BILANGAN BULAT MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STRUKTURAL TEKNIK MISSOURI MATHEMATHIC PROJECT (MMP)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP PENGURANGAN BILANGAN BULAT MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STRUKTURAL TEKNIK MISSOURI MATHEMATHIC PROJECT (MMP)"

Copied!
199
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP PENGURANGAN BILANGAN BULAT MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STRUKTURAL

TEKNIKMISSOURI MATHEMATHIC PROJECT(MMP)

( Pada siswa kelas IV SDN 01 Kebak Jumantono Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011)

q

SKRIPSI

Oleh:

DIAN QORINASARI X7107020

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP PENGURANGAN BILANGAN BULAT MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STRUKTURAL

TEKNIKMISSOURI MATHEMATHIC PROJECT(MMP)

( Pada siswa kelas IV SDN 01 Kebak Jumantono Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011)

Oleh: Dian Qorinasari

X7107020

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(3)

commit to user

(4)
(5)

commit to user

v ABSTRAK

Dian Qorinasari. X7107020. ”PENINGKATANPENGUASAAN KONSEP PENGURANGAN BILANGAN BULAT MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE

STRUKTURAL TEKNIK MISSOURI MATHEMATHIC PROJECT (MMP) PADA

SISWA KELAS IV SDN 01 KEBAK JUMANTONO KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011”. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2011.

Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan hasil penguasaan konsep pengurangan bilangan bulat melalui model pembelajaran kooperatif (MMP) pada siswa kelas IV SDN 01 Kebak Jumantono Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011.

Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 01 Kebak Jumantono, Karanganyar tahun ajaran 2010/2011 berjumlah 32 siswa yang terdiri dari 24 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Sumber data yang digunakan adalah informasi dari narasumber yaitu guru kelas IV dan kepala sekolah, hasil pengamatan proses dan data pembelajaran penguasaan konsep pengurangan bilangan bulat

melalui Model Kooperatif Tipe Struktural Teknik Missouri Mathemathic Project

(MMP), wawancara, tes, dan kajian dokumen. Untuk menguji validitas data, peneliti menggunakan triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif meliputi empat buah komponen yaitu pengumpulan data, reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.. Proses penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh nilai rata-rata hasil tes awal sebelum tindakan (prasiklus) yaitu 55,62 dengan ketuntasan klasikal 28,12%. Pada siklus I nilai rata-rata kelas meningkat mencapai 67,03 dengan ketuntasan klasikal 62,5%. Pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 72,18 dengan ketuntasan klasikal 81,25%.

(6)

commit to user

ABSTRACT

Dian Qorinasari. X7107020. DEVELOPMENT MASTERING INTEGER REDUCTIONS CONCEPT THROUGH COOPERATIF LEARNING MODEL STRUCTURAL TYPE MISSOURI MATHEMATHIC PROJECT (MMP) TEHCNIQUE IN THE FOURTH GRADE STUDENT OF SDN 01 KEBAK JUMANTONO KARANGANYAR ON THE ACADEMIC YEAR OF 2010/2011. Skripsi: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret Universit of, Surakarta on April 2011.

The purpose of this research is to improve the result of mastering of integer reductions concept through cooperative learning model (MMP) in the fourth grade student of SDN 01 Kebak Jumantono Karanganyar on the academic year of 2010/2011.

The form of this research is Classroom Action Research (CAR). The subject uses in this research is the fourth grade student of SDN 01 Kebak Jumantono

Karanganyar, on the academic year 2010/2011 amount to 32 students consist of 24

man students and 8 woman students. The data sources of this research were informant, that are the information of the teacher and the headmaster, the result of the observation process and the data on the teaching learning process of mastering the integer reductions concept through cooperative learning model structural type missouri mathemathic project (MMP),interviews, tests and official documents. The validity of the data uses I n this research are the date sources of triangulation and the method of triangulation. The data analysis technique applied is interactive analysis model which have four components, data collection, reduction data, presentation data, and verification. The research process consists of two cycles and each cycle comprises four phases, namely: (1) planning, (2) implementation, (3) observation, and (4) reflection.

The results of the analysis are as follows: The preliminary average score of the achievement test prior to the treatment is 55,62, and the classical learning completeness is 28,12%. The First, the average score of the first cycle achievement test becomes 67,03 and the classical learning completeness is 62,5%. The average score of the second cycle achievement test becomes 72,18 and the classical learning completeness is 81,25%.

(7)

commit to user

vii MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan akan datang kemudahan, maka kerjakanlah

urusanmu dengan sungguh-sungguh dan hanya kepada Allah kamu berharap.”

(QS. Al-Insyirah:6-8)

“Kuolah kata, kubaca makna, kuikat dalam alinea, kubingkai dalam bab sejumlah

lima, jadilah mahakarya, gelar sarjana kuterima, orangtua,calon suami dan calon

mertua pun bahagia”

(Penulis)

Dan katakanlah: “ Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. Bertakwalah kepada

Tuhanmu.”Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan

bumi Allah itu luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang

dixukupkan pahala mereka tanpa batas.

(8)

commit to user

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

 Ayah dan Bunda Tercinta, yang memberikan kasih sayang dan selalu

mendoakan aku dalam setiap langkahku.

 Teman-temanku SI PGSD angkatan 2007 terkhusus untuk kelas VIIIB

dan adik-adik tingkatku PGSD FKIP UNS yang telah banyak

membantu dan mendoakanku.

 Keluarga besar FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta dan almamaterku

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt yang telah

memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada kita. Atas kehendak-Nya pula skripsi

dengan judul”Peningkatan Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan Bulat Melalui

Model Kooperatif Tipe Struktural Teknik Missouri Mathemathic Project (MMP)

pada Siswa Kelas IV SDN 01 Kebak Jumantono Karanganyar Tahun Pelajaran

2010/2011” ini dapat terselesaikan dengan baik sebagai persyaratan untuk

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini telah melibatkan berbagai

pihak. Maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima

kasih dan penghargaan setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan

bantuannya. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Kartono, M.Pd selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret Surakarta.

4. Dra. Yulianti selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan,

kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat membantu dalam

penulisan skripsi ini.

5. Drs. Samino Sangaji selaku pembimbing II skripsi penulis.

6. Bapak/Ibu dosen program studi PGSD FKIP UNS yang telah memberikan

motivasi dan pengarahan kepada penulis.

7. Ibu Sarwantii, S.Pd.SD selaku Kepala Sekolah SDN 01 Kebak yang telah

memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.

8. Ibu Sri Mulyani, S.Pd.SD selaku guru kelas IV SDN 01 Kebak yang dengan

senang hati membantu peneliti dalam menyelesaikan penelitian.

9. Guru-guru SDN 01 kebak yang telah memberi motivasi dan sebagai informan

(10)

commit to user

Penulis telah berupaya untuk berbuat yang terbaik dalam penyusunan

proposal ini. Namun demikian, disadari hasilnya masih jauh dari kesempurnaan.

Semua ini tidak lain karena keterbatasan penulis baik pengatahuan dan pengalaman.

Oleh karena itu, segala saran dan kritik membangun sangat diharapkan.

Akhirnya, penulis tetap berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi

para pembaca budiman. Semoga kebaikan dan bantuan dari semua pihak tersebut di

atas mendapat pahala dan imbalan dari Allah Swt.

Surakarta, April 2011

Penulis

(11)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

A. Tinjauan Pustaka ... 6

1. Hakikat Tentang Konsep Pengurangan Bilangan Bulat ... 6

a. Pengertian Penguasaan Konsep ... 6

b. Pengertian Konsep Pengurangan Bilangan Bulat ... 7

c. Operasi Pada Bilangan Bulat ... 8

d. Pengertian Matematika ... 12

e. Konsep Pengurangan Bilangan Bulat dalam Pembelajaran Matematika di SD ... 12

2. Model Pembelajaran Kooperatif (MMP) ... 15

(12)

commit to user

b. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 16

c. Tipe–Tipe Pembelajaran Kooperatif ... 17

d. Pengertian Missouri Mathemathic Project ... 18

e. Konsep Dasar Model Pembelajaran Kooperatif (MMP) 20 f. Karakteristik Model Pembelajarana Kooperatif (MMP) 21 g. Prinsip–Prinsip Model Pembelajaran Kooperatif (MMP)23 h. Prosedur Model Pembelajaran Kooperatif(MMP)..…. 25

i. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif (MMP) dan Model Pembelajaran Tradisional ... 26

3. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 27

a. Pengertian Siswa Sekolah Dasar ... 27

b. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 28

c. Perkembangan Kognitif dan Pembelajarah Matematika di SD ... 29

B. Penelitian yang Relevan ... 31

C. Kerangka Berpikir ... 33

D. Hipotesis Tindakan ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 35

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

B. Subjek Penelitian ... 36

C. Data dan Sumber... 36

D. Teknik Pengumpulan Data ... 36

E. Validitas Data ... 39

F. Analisis Data ... 40

G. Prosedur Penelitian ... 41

H. Indikator Ketercapaian………. 45

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 47

A. Deskripsi Lokasi Penelitia ... 47

B. Pelaksanaan Tindakan ... 48

1. Tindakan Siklus I ... 48

(13)

commit to user

xiii

b. Pelaksanaan Tindakan ... 50

c. Observasi ... 53

d. Refleksi ... 57

2. Tindakan Siklus II ... 62

a. Perencanaan Tindakan ... 62

b. Pelaksanaan Tindakan ... 63

c. Observasi ... 65

d. Refleksi ... 70

C. Temuan dan Bahasan Hasil Penelitian ... 75

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 83

A. Simpulan ... 83

B. Implikasi ... 83

C. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86

(14)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbandingan Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Matematika Kelas IV SDN 01 Kebak... 2

Tabel 2. Perbandingan Hasil UASBN di SDN 01 Kebak ... 2

Tabel 3. Pola Bilangan... 10

Tabel 4. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif (MMP) dengan

Model pembelajaran Tradisional... 26

Tabel 5. Jadwal Kegiatan Penelitian... 35

Tabel 6. Prestasi dan Penghargaan SDN 01 Kebak... 48

Tabel 7. Data Nilai Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan Bulat

Siswa Kelas IV SDN 01 Kebak Siklus I Pertemuan I ... 58

Tabel 8. Data Nilai Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan Bulat

Siswa Kelas IV SDN 01 Kebak Siklus I Pertemuan II... 59

Tabel 9. Data Perkembangan Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan

Bulat pada Siklus I ... 61

Tabel 10. Data Nilai Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan Bulat

pada Siklus II Pertemuan I ... 71

Tabel 11. Data Nilai Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan Bulat

pada Siklus II Pertemuan II ... 72

Tabel 12. Data Perkembangan Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan

Bulat pada Siklus II ... 74

Tabel 13. Data Frekuensi Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan

Bulat Siswa Kelas IV Pada Prasiklus ... 76

Tabel 14. Data Nilai Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan Bulat

pada Siklus I ... 77

Tabel 15. Data Nilai Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan Bulat

pada Siklus II... 79

Tabel 16. Rekapitulasi Peningkatan Penguasaan Konsep Pengurangan

Bilangan Bulat Siswa Kelas IV SDN 01 Kebak... 80

Tabel 17. Rekapitulasi Aktivitas Guru dan Siswa Kelas IV

(15)

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berpikir... 34

Gambar 2. Komponen dalam Analisi Data... 40

Gambar 3. Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas.. ... 41

Gambar 4. Grafik Hasil Pembelajaran Pengurangan Bilangan Bulat dengan

Model Pembelajaran Kooperatif (MMP) Siklus I Pertemuan I.. 58

Gambar 5. Grafik Hasil Pembelajaran Pengurangan Bilangan Bulat dengan

Model Pembelajaran Kooperatif (MMP) Siklus I Pertemuan II.. 60

Gambar 6. Grafik Hasil Pembelajaran Pengurangan Bilangan Bulat dengan

Model Pembelajaran Kooperatif (MMP) Siklus II Pertemuan I.. 71

Gambar 7. Grafik Hasil Pembelajaran Pengurangan Bilangan Bulat dengan

Model Pembelajaran Kooperatif (MMP) Siklus II Pertemuan II.. 73

Gambar 8. Grafik Nilai Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan Bulat

Siswa Kelas IV SDN 01 Kebak Prasiklus………76

Gambar 9. Grafik Nilai Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan Bulat

Siswa Kelas IV SDN 01 Kebak pada Siklus I……… 78

Gambar 10. Grafik Nilai Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan Bulat

Siswa Kelas IV SDN 01 Kebak pada Siklus II……… 79

Gambar 11. Grafik Rekapitulasi Peningkatan Penguasaan Konsep

Pengurangan Bilangan BulatSiswa Kelas IV SDN 01 Kebak…… 80

Gambar 12. Grafik Rekapitulasi Aktivitas Guru dab Siswa Kelas IV

(16)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Wawancara Sebelum Diterapkan Model Pembelajaran

Kooperstif (MMP) pada Pengurangan Bilangan Bulat………… 89

Lampiran 2. Lembar Wawancara Setelah Diterapkan Model Pembelajaran

Kooperstif (MMP) pada Pengurangan Bilangan Bulat………… 90

Lampiran 3. SilabusKelas IV SD.……… 92

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I.…………. 95

Lampiran 5. Pedoman Observasi Guru.…………. ………. 104

Lampiran 6. Lembar Observasi Guru dalam Kegiatan Pembelajaran

di Kelas Siklus I Pertemuan I.…………. ………. 109

Lampiran 7. Lembar Observasi Guru dalam Kegiatan Pembelajaran

di Kelas Siklus I Pertemuan II.…………. ………. 110

Lampiran 8. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

Matematika Kelas IV dengan Menggunakan Model Pembelajaran

Kooperatif (MMP)Siklus I Pertemuan I……….... 111

Lampiran 9. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

Matematika Kelas IV dengan Menggunakan Model Pembelajaran

Kooperatif (MMP) Siklus I PertemuanII……….... 113

Lampiran 10. Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Pada Siklus I…….…… 115

Lampiran 11. Rencana Pembelajaran Siklus II……….…… 116

Lampiran 12. Lembar Observasi Guru dalam Kegiatan Pembelajaran

di Kelas Siklus II Pertemuan I.…………. ………. 124

Lampiran 13. Lembar Observasi Guru dalam Kegiatan Pembelajaran

di Kelas Siklus II Pertemuan II.…………. ………. 125

Lampiran 14. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

Matematika Kelas IV dengan Menggunakan Model Pembelajaran

Kooperatif (MMP) Siklus IIPertemuan I……….... 126

Lampiran 15. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

Matematika Kelas IV dengan Menggunakan Model Pembelajaran

(17)

commit to user

xvii

Lampiran 16. Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Pada Siklus II….…… 130

Lampiran 17. Soal–Soal Penelitian...…. 131

Lampiran 18. Kunci Soal Penelitian……… 140

Lampiran 19. Kisi–Kisi Soal……….. 148

Lampiran 20. Daftar Nilai Prasiklus Siswa Kelas IV SDN 01 Kebak………. 150

Lampiran 21. Rekapitulasi Nilai Siklus I Pada Siswa Kelas IV SDN 01 Kebak…………. ……… ……… 151

Lampiran 22. Rekapitulasi Nilai Siklus II Pada Siswa Kelas IV SDN 01 Kebak…………. ……… ……… 152

Lampiran 23. Daftar Nilai Kelompok Kelas IV SDN 01 Kebak………... 153

Lampiran 24. Daftar Nama Siswa Kelas IV SDN 01 Kebak……… 154

Lampiran 25. Dokumen Foto Penelitian………..……… 155

Lampiran 26. Hasil Belajar Mandiri……….. 168

Lampiran 27. Hasil Diskusi Kelompok Siswa………... 171

Lampiran 26. Surat Keterangan Penelitian……….... .. 174

(18)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. (UU

No. 20 pasal 1 tahun 2003).

Tujuan pendidikan nasional adalah menjamin mutu pendidikan

nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat (PP No.19 tahun 2005). Salah

satu perwujudannya adalah melalui pendidikan bermutu pada setiap satuan

pendidikan di Indonesia. Matematika salah satu mata pelajaran yang

memberikan kontribusi positif tercapainya masyarakat yang cerdas dan

bermartabat melalui sikap kritis dan berfikir logis. Siswa Sekolah Dasar

berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini

adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan

kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret.

(Piaget dalam Heruman, 2007: 1).

Kurikulum merupakan pedoman mengajar bagi guru. Salah satunya

adalah memuat standar isi yang harus dipelajari setiap siswa. Salah satu isi

kurikulum KTSP 2006 memuat mata pelajaran matematika. Kurikulum sering

diadakan penyempurnaan atau perubahan, dengan tujuan meningkatkan

prestasi. Namun pada kenyataan menunjukkan bahwa hasil belajar matematika

masih rendah dibandingkan mata pelajaran lainnya. Hal ini dapat dilihat dari

nilai hasil Ujian Akhir Sekolah Berstandart Nasional (UASBN) di Sekolah

Dasar Negeri 01 Kebak, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar.

Berikut data hasil belajar kelas IV dan hasil UASBN di Sekolah Dasar Negeri

(19)

Tabel 1. Perbandingan Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Matematika Kelas IV :

Tahun IPA Bahasa Indonesia Matematika

2009/2010 (Semeter II) 65 66 63

2010/2011 (Semester 1) 67 68 65

Rata-rata 66 67 64

(Sumber : Arsip Laporan Nilai Pada Buku Induk SDN 01 Kebak)

Tabel 2. Perbandingan Hasil UASBN di SDN 01 Kebak Tahun Sebelumnya :

Tahun IPA Bahasa Indonesia Matematika

2008/2009 8,05 7,50 6,68

2009/2010 7,33 7,53 6,82

Rata-rata 7,69 7,51 6.75

(Sumber : Arsip Nilai UASBN SDN 01 Kebak)

Dari data di atas dapat diperoleh bahwa nilai matematika di

bandingkan dengan nilai IPA dan Bahasa Indonesia lebih rendah. Pelajaran

matematika masih dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan menakutkan bagi

siswa. Oleh karena itu tugas dan peranan guru sangat diperlukan untuk

memotivasi siswa, membangun semangat siswa dan keyakinannya bahwa

ternyata matematika tidak sulit. Justru menyenangkan dan mengasyikkan,

serta banyak bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Untuk melaksanakan

tugasnya guru dituntut kreatif dan inovatif dalam pembelajaran.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) matematika

SD/MI ada beberapa kajian materi yang harus dipahami siswa sekolah dasar

kelas IV. Salah satu bidang kajian tersebut adalah bilangan bulat yang termuat

(20)

bulat. Lebih lanjut, standar kompetensi tersebut dijabarkan menjadi 4 (empat)

kompetensi dasar, yaitu: (5.1) Mengurutkan bilangan bulat; (5.2)

Menjumlahkan bilangan bulat; (5.3) Mengurangkan bilangan bulat; dan (5.4)

Melakukan pengerjaan hitung campuran (Depdiknas, 2006: 9).

Ada beberapa masalah yang dihadapi oleh guru dan siswa, maupun

yang dijumpai dalam pembelajaran. Guru sebagai pengajar dan pendidik

masih menggunakan model pembelajaran konvensional yang berpusat pada

guru dan belum menggunakan model pembelajaran yang inovatif. Dan siswa

belum terlibat dalam proses pembelajaran, sehingga seperti botol kosong yang

menunggu dan siap diisi apapun. Sedangkan media belum dimanfaatkan

secara optimal, karena hanya guru yang mendemonstrasikan, sedangkan siswa

hanya memperhatikan demonstrasi yang dilakukan oleh guru. Hal ini

menyebabkan kurangnya pemahaman terhadap konsep matematika dalam

pengurangan bilangan bulat. Disisi lain, penanaman konsep dasar dengan

model pembelajaran inovatif dan model yang relevan sangat penting sebagai

jembatan menuju pemahaman konsep dan pembinaan ketrampilan

menghitung. Untuk meningkatkan pemahaman konsep pengurangan bilangan

bulat, guru harus dapat merancang dan mengelola pembelajaran dengan model

pembelajaran yang inovatif. Salah satu model pembelajaran yang digunakan

adalan model kooperatif tipe struktural teknik missouri mathemathic project

(MMP).

Dalam LPMP (Suminarsih, 2007 : 15 ) Salah satu Model yang secara empiris melalui penelitian adalah model yang dikembangkan dalam

model kooperatif tipe struktural teknik missouri mathemathic project

(MMP). Missouri mathemathic project (MMP ) merupakan salah satu

(21)

Secara aplikatif model kooperatif tipe struktural teknik missouri

mathemathic project (MMP), melatih siswa untuk mengingat konsep-konsep

pelajaran yang telah diperolehnya yang diperluas dengan pengetahuan baru

hasil dari penjelasan, diskusi maupun demonstrasi konkret disertai latihan

yang terkontrol yang meliputi respon dan pengamatan guru sehingga

diharapkan siswa mampu berlatih secara individu dan memperluas serta

mengembangkan konsep yang dimilikinya.

Berdasarkan latar belakang ini peneliti mengambil fokus Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) dengan judul: ”Peningkatan Penguasaan Konsep

Pengurangan Bilanagn Bulat Melalui Model Kooperatif Tipe Struktural

Teknik Missouri Mathemathic Project (MMP) Pada Siswa Kelas IV SDN

Kebak Jumantono Karanganyar Tahun pelajaran 2010/2011”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas, dapat dirumuskan perumusan

masalah adalah Apakah model kooperatif tipe struktural teknik missouri

mathemathic project (MMP) dapat meningkatkan penguasaan konsep

pengurangan bilangan bulat pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Kebak Tahun

Pelajaran 2010/2011 ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah tersebut di atas, tujuan dari

Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk meningkatkan penguasaan konsep

pengurangan bilangan bulat melalui model kooperatif tipe struktural teknik

missouri mathemathic project (MMP) pada siswa kelas IV SD Negeri 01

Kebak Tahun Pelajaran 2010/2011.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dapat dibedakan atas manfaat teoritis dan praktis.

(22)

Manfaat teoritis penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatkan

khasanah para guru untuk menggunakan model Missoury Mathematics

Project (MMP) dalam penyampaian materi pengurangan bilangan bulat

khususnya, dan umumnya untuk mata pelajaran Matematika.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Guru :

1) Bertambah luasnya wawasan dalam penerapan model kooperatif

tipe struktural teknikmissouri mathemathic project(MMP) dengan

tepat sesuai materi pelajaran.

2) Meningkatnya kemampuan guru dalam mengelola kelas

sehingga, tercipta suasana pembelajaran yang aktif, kreatif dan

menyenangkan.

3) Meningkatnya kinerja yang lebih profesional sehingga mempunyai

rasa percaya diri.

b. Bagi Siswa :

1) Dengan Penerapan model kooperatif tipe struktural teknikmissouri

mathemathic project(MMP)

2) meningkatkan motivasi belajar matematika.

3) Bertambahnya keaktifan dan gairah dalam mengikuti proses

pembelajaran di kelas.

4) Meningkatnya hasil belajar matematika.

c. Bagi Sekolah :

1) Meningkatnya kualitas penguasaan konsep pengurangan bilangan

bulat di SD Negeri 01 Kebak Kecamatan Jumantono Kabupaten

Karanganyar.

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka

1. Hakikat Tentang Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan Bulat a. Pengertian Penguasaan Konsep

Dalam dunia ilmu pengetahuan, pengetahuan mengharuskan adanya

objektivitas yang memiliki tingkat akurasi konsep yang baik agar bisa dipakai

sebagai dasar. Secara umum konsep mengungkapkan abstraksi yang terbentuk

oleh generalisasi dari hal-hal khusus (Kerlinger, 2006: 48). Menurut Woodruff

(dalam Amin, 1987), mendefinisikan konsep sebagai berikut; (1) suatu

gagasan/ide yang relatif sempurna dan bermakna, (2) suatu pengertian tentang

suatu objek, (3) produk subjektif yang berasal dari cara seseorang membuat

pengertian terhadap objek-objek atau benda-benda melalui pengalamannya

(setelah melakukan persepsi terhadap objek/benda). Pada tingkat konkrit,

konsep merupakan suatu gambaran mental dari beberapa objek atau kejadian

yang sesungguhnya. Pada tingkat abstrak dan komplek, konsep merupakan

sintesis sejumlah kesimpulan yang telah ditarik dari pengalaman dengan objek

atau kejadian tertentu.

Dengan menggunakan definisi pembentukan konsep, Woodruff

menyarankan bahwa suatu pernyataan konsepsi dalam suatu bentuk yang

berguna untuk merencanakan suatu unit pengajaran ialah suatu deskripsi

tentang sifat-sifat suatu proses, struktur atau kualitas yang dinyatakan dalam

bentuk yang menunjukkan apa yang harus digambarkan atau dilukiskan

sehingga siswa dapat melakukan persepsi terhadap proses, struktur atau

kualitas bagi dirinya sendiri.

Dalam hal ini, Woodruff (Amin, 1987) telah mengidentifikasi 3 macam konsep yaitu (1) konsep proses: tentang kejadian atau perilaku dan konsekuensi-konsekuensi yang dihasilkan bila terjadi, (2) konsep struktur: tentang objek, hubungan atau struktur dari beberapa macam, dan (3) konsep kualitas: sifat suatu objek atau proses dan tidak mempunyai

eksistensi yang berdiri sendi. (http

(24)

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka penguasaan konsep

adalah penguasaan terhadap ide atau gagasan yang sempurna tentang suatu

objek.

b. Pengertian Konsep Pengurangan Bilangan Bulat

Salah satu materi yang memiliki urgensitas dalam matematika di

sekolah dasar adalah bilangan bulat. Dalam bilangan bulat terdapat beberapa

operasi hitung salah satunya adalah pengurangan. Pengurangan merupakan

salah satu dari keempat operasi dasar aritmatika, dan pada prinsipnya

merupakan kebalikan dari operasi penjumlahan (www.wikipedia.matematika.

ensiklopedibebas) diunduh tanggal 28 Maret 2011. Operasi pengurangan

dalam Matematika adalah representasi dari pengambilan sebagian kumpulan

benda (Tim PPPPTK Matematika, 2006: 14).

Menurut Tim Bina Karya Guru (2007 : 135) yang dimaksud dengan

bilangan bulat adalah bilangan bukan pecahan yang terdiri dari: bilangan bulat

positif (1, 2, 3, 4, 5, …), nol (0), dan bilangan bulat negatif (…,-5, -4,-3,-2,-1).

Jika ditulis dalam himpunan bilangan bulat adalah {…-3, -2, -1, 0, 1, 2, 3,…}.

Dalam bentuk himpunan, himpunan bilangan bulat yang dimaksud adalah B =

..., -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3,.... Apabila digambarkan adalah sebagai berikut..

. . . -3 -2 -1 0 1 2 3 . . .

Himpunan semua bilangan bulat dalam matematika dilambangkan

dengan Z, berasal dari Zahlen (bahasa jerman untuk bilangan ).

Bilangan bulat terdiri dari bilangan bulat negatif dan bilangan cacah

(http://p4tkmatematika.org/downloads/ppt/bilanganbulat.ppt diunduh tanggal

07 April 2011). Selain itu, Bilangan bulat terdiri dari bilangan asli : 1, 2, 3,…,

bilangan nol : 0, bilangan negatif : ..., -3, -2, -1, Bilangan Bulat dinotasikan

dengan : B = {..., -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, ...}

(25)

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka konsep pengurangan

bilangan bulat merupakan salah satu operasi bilangan yang terdiri dari

bilangan bulat positif dan negatif yang dalam operasi hitungnya, kebalikan

dari penjumlahan.

c. Operasi Pada Bilangan Bulat

Operasi yang akan diterapkan pada bilangan bulat adalah (+, -, x, : )

yakni penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Khusus untuk

pembagian tidak diperlukan atas semua bilangan bulat tetapi hanya

dikhususkan pada bilangan-bilangan tertentu sehingga hasil baginya juga

bilangan bulat. Dalam penelitian ini akan dibahas hanya pada operasi

pengurangan pada bilangan bulat. Adapun pengurangan dan sifatnya adalah

sebagai berikut

1. Untuk sembarang bilangan bulat berlaku :

a–b = a + ( -b )

a–( -b ) = a + b

contoh :

8–5 = 8 + ( -5 ) = 3

7–(-4 ) = 7 + 4 = 11

2. Sifat komutatif dan assosiatif tidak berlaku

a–b≠ b –a

( a–b )–c≠ a –( b–c )

Contoh :

7–3≠ 3 –7→ 4 ≠-4

(26)

3. Pengurangan bilangan nol mempunyai sifat :

a–0 = a dan 0–a = - a

4. Bersifat tertutup, yaitu dua buah bilangan bulat dikurangkan

hasilnya adalah bilangan bulat juga.

A dan b€ bilangan bulat maka a- b = c ; c € bilangan bulat

Contoh : 7–8 = -1 ; 7, 8, -1€ bilangan bulat

(www.belajar.matematika.com diunduh tanggal 11 Januari 2011)

Dan cara penyelesaian soal operasi pengurangan bilangan bulat

1. Cara pertama dengan mistar bilangan

Contoh :

a. -3–( -7) = . . .

(Dari nol menghadap ke kanan mundur 3, balik arah , kemudian

mundur 7).

-3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8

-3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8

-3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8

Ternyata hasil akhirnya 4 . jadi -3–( -7) = 4

Dari nol menghadap ke kanan, kemudian mundur 3

(27)

b. 4–( -2 ) = . . . , dari nol menghadap ke kanan empat langkah

-3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8

-3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8

-3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8

Ternyata hasil akhirnya 6 . Jadi 4–( -2) = 6

2. Cara kedua dengan menggunakan tabel pola bilangan

Contoh : 2–( -3) = . . .

Tabel 3. Pola Bilangan ( Tim PPPPTK Matematika, 2007 : 63-64)

Soal Pola yang diciptakan Pengamatan pola

2 - ( -3 ) = … 2 - 3 = . . . 2 - 3 = -1

2 - 2 = . . . 2 - 2 = 0

2 - 1 = . . . 2 - 1 = 1

Amati

polanya 2 - 0 = . . . 2 - 0 = 2

2 - ( - 1) = . . . 2 - ( - 1) = 3

2 - ( - 2) = . . . 2 - ( - 2) = 4

2 - ( - 3) = . . . 2 - ( - 3) = 5

Dengan demikian maka : 2 - ( -3 ) = 5

(28)
(29)

d. Pengertian Matematika

Sebagaimana disiplin ilmu yang lain, matematika pun memiliki konsep

tersendiri. Matematika menurut Rustam Effendi dalam Heruman (2007: 1 )

adalah bahasa symbol ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara

induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai

dari unsure yang tidak didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya

ke dalil.

Menurut Johnson dan Myklebust (1967:244) matematika adalah

bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengeksperesikan hubungan –

hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk

memudahkan berpikir. Lerner (1988:430) mengemukakan bahwa matematika

disamping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang

memungkinkna manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide

mengenai elemen dan kuantitas. Definisi kontemporer matematika lebih

ditekankan pada metode dari pada pokok persoalan matematika itu sendiri

(Abdurrahman 2003 : 252).

Berdasarkan pendapat diatas, maka matematika adalah bahasa symbol

yang berhubungan dengan struktur, objek, proses serta konsekwensi dari apa

yang dihasilkan dalam proses pemikiran, pencatatan dan pengkomunikasian

ide mengenai elemen dan kuantitas.

e. Konsep Pengurangan Bilangan Bulat Dalam Pembelajaran Matematika di SD

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang dipelajari di semua

jenjang pendidikan, agar dalam penyampaian materi matematika dapat mudah

diterima dan dipahami oleh siswa, guru harus memahami tentang karakteristik

matematika sekolah.

(30)

Memperhatikan semesta pembicaraan, dan (6) Konsisten dalam sistemnya. Sedang menurut Depdikbud (1993:1) matematika memiliki ciri-ciri, yaitu (1) Memiliki obyek yang abstrak, (2) Memiliki pola piker deduktif dan konsisten, dan (3) tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).

Oleh karena itu dalam pembelajaran matematika tidak dapat dilakukan

secara melompat-lompat tetapi harus tahap demi tahap, dimulai dengan

pemahaman ide dan konsep yang sederhana sampai kejenjang yang lebih

kompleks. Seseorang tidak mungkin mempelajari konsep lebih tinggi sebelum

ia menguasai atau memahami konsep yang lebih rendah. Berdasarkan hal

tersebut mengakibatkan pembelajaran berkembang dari yang mudah ke yang

sukar, sehingga dalam memberikan contoh guru juga harus memperhatikan

tentang tingkat kesukaran dari materi yang disampaikan, dengan demikian

dalam pembelajaran matematika contoh-contoh yang diberikan harus

bervariasi dan tidak cukup hanya satu contoh.

Disamping itu pembelajaran matematika hendaknya bermakna, yaitu

pembelajaran yang mengutamakan pengertian atau pemahaman konsep dan

penerapannya dalam kehidupan. Agar suatu kegiatan belajar mengajar menjadi

suatu pembelajaran yang bermakna maka kegiatan belajar mengajar harus

bertumpu pada cara belajar siswa aktif. Menurut Chickering dan Gamson

(Bonwell dan Eison, 1991:1) dalam belajar aktif siswa harus melakukan

sesuatu yang lebih dari sekedar mendengarkan, untuk bisa terlibat aktif para

siswa itu harus terlibat dalam tugas yang perlu pemikiran tingkat tinggi seperti

tugas analisis, sintesis, dan evaluasi. Oleh karena itu dalam rangka

mewujudkan siswa yang aktif guru harus berusaha mencari metode mengajar

yang dapat menyebabkan siswa aktif belajar.

Pembelajaran matematika hendaknya menganut kebenaran konsistensi

yang didasarkan kepada kebenaran-kebenaran terdahulu yang telah diterima,

atau setiap struktur dalam matematika tidak boleh terdapat kontradiksi.

(31)

kemampuan berpikir siswa SD, penerapan pola deduktif tidak dilakukan

secara ketat. Hal itu sesuai dengan yang dikemukakan oleh Soedjadi (1995:1)

bahwa struktur sajian matematika tidak harus menggunakan pola pikir

deduktif semata, tetapi dapat juga digunakan pola pikir induktif.

(http://muttaqinhasyim.wordpress.com/2009/06/14/tujuan

pembelajaran-matematika/diakses 20 januari 2011).

Dan pola pikir matematika menggunakan pola pikir deduktif dan pola

pikir induktif. Pola pikir deduktif merupakan kebenaran pernyataannya

diturunkan dari unsur - unsur yang tak didefinisikan (titik, garis, bidang,

bilangan), definisi (aturan main/batasan/kesepakatan), dan aksioma/postulat

(kebenaran/pangkal/kebenaran yang diterima tanpa bukti). Sedangkan pola

pikir deduktif merupakan pola pikir dari khusus ke umum, yakni dari

contoh-contoh, kemudian diamati polanya, dan terakhir ditarik kesimpulannya secara

umum (diadakan generalisasi). Konsep pola pikir deduktif dan pola pikir

induktif diterapakan dalam operasi hitung matematika.

Salah satu materi yang dipelajari dalam matematika adalah Konsep

pengurangan yang menurut (Tim PPPPTK Matematika 2007:14) adalah

representasi dari kumpulan benda. Sisa yang tak terambil merupakan hasil

pengurangan yang dimaksud. Untuk operasi pengurangan dikelompokkan

menjadi dua macam yaitu pengurangan yang bersifat dasar dan pengurangan

yang bersifat lanjut. Pengurangan dasar dimaksudkan sebagai penanaman

konsep yang secara nyata dan mudah dapat dipahami siswa sebagai

pengambilan sebagian dari sebuah kumpulan benda. Sedangkan pengurangan

lanjut adalah pengurangan yang hasilnya dicari menggunakan teknik-teknik

tertentu. Teknik yang dimaksud adalah tanpa teknik meminjam dan dengan

teknik meminjam.

Dalam konteks pembelajaran matematika perlu disesuaikan dengan

perkembangan kognitif siswa, dimulai dari yang konkrit menuju abstrak.

(32)

tetapi mengingat kemampuan berpikir siswa Sekolah Dasar yang masih dalam

tahap operasional konkrit, maka untuk memahami konsep dan prinsip masih

diperlukan pengalaman melalui obyek konkrit (Soedjadi, 1995:1). Anak-anak

juga telah ditemukan mampu menambah dan mengurangkan angka-angka

kecil, meskipun penelitian belum membuktikan apakah mereka memahami

bahwa kedua operasi hitungan itu inverse atau berkebalikan (Muijs dan

Renolds, 2008: 335).

Sehingga dalam pembelajaran matematika khususnya dalam materi

pengurangan bilangan bulat disesuaikan dengan tingkat perkembangan

kognitif siswa. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih mudah menguasai kon

sep yang diberikan oleh guru.

2. Model Pembelajaran Kooperatif (MMP) a. Pengertian Model Pembelajaran

Salah satu sarana untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu dengan

pembelajaran. Menurut UUSPN No. 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa

pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sedangkan menurut Suprijono

(2009 :13) Pembelajaran adalah dialog interaktif. Pembelajaran pada

hakekatnya merupakan suatu proses memberikan pengalaman belajar kepada

siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, dimana tujuan menjadi acuan

dalam penyelenggaraan proses pembelajaran (Joice dan Weil dalam sumiti,

2007 : 3).

Sedangkan pengertian model adalah bentuk representasi akurat sebagai

proses aktual yang memungkinkan seseorang atau kelompok orang mencoba

bertindak berdasarkan model itu. Model merupakan interpretasi terhadap hasil

observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem (Mills dalam

Suprijono, 2010: 48). Model juga merupakan abstraksi dari sistem sebenarnya

(33)

yang bersifat menyeluruh (www.damandiri.or.id/file/

abdwahidchairulahunairbab2. pdf) diunduh tanggal 29 April 2011.

Dalam proses pembelajaran, agar berjalan dengan baik dan

menghasilkan perubahan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, maka

proses pembelajaran memerlukan pendekatan-pendekatan yang sesuai.

Sedangkan model pembelajaran adalah sesuatu rencana atau pola yang dapat

digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan

pembelajaran dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain (Joyce

dan Well dalam Rusman, 2010: 133). Selain itu, model pembelajaran pada

dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai

akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model

pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu

pendekatan, metode, dan teknik

pembelajaran.(http://www.psb-

psma.org/content/blog/pengertian-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran, diunduh tanggal 07 April 2011).

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, maka model

pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang memungkinkan

seseorang atau kelompok untuk menginterpretasikan rancangannya sehingga

diperoleh hasil observasi dan pengukuran.

b. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Dalam pembelajaran terdapat berbagai model yang dikembangkan oleh

para ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa , diantaranya adalah

Model pembelajaran Konstektual, Model Pembelajaran Kooperatif, Model

Pembelajaran Quantum, Model Pembelajaran Berbasis Sekolah (PBL)

(Sugiyanto, 2009 : 3 ). Dari beberapa model diatas, maka salah satunya adalah

model pembelajaran kooperatif yang merupakan salah satu model

pembelajaran yang tepat digunakan dalam pembelajaran matematika. Model

Pembelajaran kooperatif merupakan konsep yang lebih luas meliputi semua

(34)

atau diarahkan oleh guru (Suprijono, 2009: 54). Selain itu model pembelajaran

kooperatif da[at diartikan sebagai pendekatan pembelajaran yang berfokus

pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam

memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto,

2009:37).

Adapun model pembelajaran Kooperatif ini bercirikan (1) berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar para ahli tertentu (2) mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu (3) dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas (4) memiliki bagian-bagian model yang dinamakan (a) urutan langkah-langkah pembelajaran atau syntax (b) adanya prinsip-prinsip reaksi (c) sistem sosial (d) sistem pendukung (5) memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran yaitu dampak pembelajarand dan pengiring (6) membuat persiapan mengajar atau desain instruksional dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya (Rusman, 2010: 136).

Sebagai model pembelajaran kooperatif dengan sistematis yang

mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran

yang efektif, model pembelajaran kooperatif mengintegrasikan ketrampilan

sosial yang bermuatan akademis.

Selain itu, Davidson dan Warsham mengemukakan, model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil. Siswa belajar dan bekerjasama untuk sampai kepada pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Karena itu model pembelajaran kooperatif didasarkan kepada teori-teori perkembangan kognitif, perlakuan dan persandaran sosial (Isjoni, 2009: 45).

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan belajar mengajar yang

dilakukan oleh guru dan murid yang saling mengintegrasikan baik kegiatan

antar kelompok maupun individu. Selain itu dapat memberikan pengalaman

sosial dan mampu meningkatkan kognitif individu yang terlibat didalamnya.

c. Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif

(35)

tournamens (TGT) (4) group investigation (GI) (5) rotating trio exchange dan

(6) group resume(Isjoni, 2009 : 73-74) dan (7) struktural (Sugiyanto 2009:48).

Adapun dalam model pembelajaran kooperatif memiliki tipologi metode yaitu (1) tujuan kelompok (2) tanggung jawab individual yang dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menjumlah skor kelompok atau nilai rata-rata kusi individual atau penilaian lainya dan spesialisasi tugas (3) kesempatan sukses yang sama (4) kompetisi tim (5) spesialisasi tugas (6) adaptasi terhadap kebutuhankelompok (Slavin, 2010: 27-28).

Sedangkan dalam Tipe Struktural terdiri dari berbagai Teknik

pembelajaran diantaranya (1) Mencari Pasangan, (2) Bertukar pasangan. (3)

berkirim salam dan soal (4) dua tinggal dua tamu (5) keliling kelompok (6)

kancing gemerincing (7) tebak pelajaran (8) team quis (TQ), (9) missouri

mathemathic project (MMP) (Suminarsih, 2007 : 15).

Dari beberapa tehnik pembelajaran tersebut, bahwa peneliti akan

memfokuskan dalam model pembelajaran koopertif tipe struktural dengan

tehnik missouri mathemathic project (MMP). Karena dengan menerapkan

model kooperatif tipe struktural teknik missouri mathemathic project (MMP)

sesuai dengan mata pelajaran yang akan diteliti yaitu matemmatika. Selain itu,

model kooperatif tipe struktural teknik missouri mathemathic project (MMP)

dapat mengaktifkan siswa dengan kegiatan belajar kelompok.

d. Pengertian Missouri Mathemathic Project (MMP)

Missouri mathemathic project merupakan salah satu teknik dari tipe

struktural dalam model pembelajaran kooperatif yang mengimplementasikan

lima langkah dalam pembelajaran matematika.

Sebagaimana dalam penelitian Good, Grouws dan Ebmeier dan lebih lanjut Confrey dalam Setiawan ( 2008 : 37) dan Suminarsih (2007: 15),

memperoleh temuan bahwa guru yang merencanakan dan

mengimplementasikan lima langkah pembelajaran matematikanya, akan lebih sukses dibanding dengan mereka yang menggunakan pendekatan

tradisional. Kelima langkah inilah yang biasa kita kenal sebagaiMissouri

Mathematics Project (MMP) yang terbukti lebih berhasil. Format lima

langkah MMP ini adalah sebagai berikut (1) Langkah I : Review yang

(36)

membahas PR (2) Langkah II :Pengembanganyang terdiri dari penyajian ide baru atau perluasan konsep matematika yang terdahulu dan penjelasan, diskusi, demonstrasi dengan contoh konkret yang sifatnya piktoral dan

simbolik (3) Langkah III : Latihan Terkontrol dimana siswa merespon

soal, guru mengamati dan belajar kooperatif (4) Langkah IV : Seatwork

dimana siswa bekerja sendiri untuk latihan atau perluasan konsep (5)

Langkah V :PRyaitu pemberian pekerjaan rumah (PR)

Berdasarkan pendapat Good, Grouws dan Ebmeier dan lebih lanjut

Confrey dalam Setiawan (2008 : 37) diatas, Missouri Mathemathic Subject

(MMP) guru mengajar dengan melibatkan siswa untuk beralih dari metode

pengajaran secara tradisional dan beralih kepada model pembelajaran

kooperatif (MMP). Siswa akan diajak untuk mereview pokok bahasan yang

telah disampaikan pertemuan yang telah lalu sehingga sebelum menempuh

pokok bahasan berikutnya siswa di ingatkan akan pokok bahasan yang telah

lampau, sekaligus membahas PR jika diberikan oleh guru pengampu apabila

diberikan. Kemudian setelah itu barulah pokok bahasan berikutnya dibahas

oleh guru pengampu dan pembahasan materi tidaklah cukup berkutat pada

pokok bahasan itu akan tetapi harus memperluas konsep yang di ajarkan

dengan mengkaitkan contoh yang bersifat konkret.

Setelah langkah tersebut di jalankan maka selanjutnya adalah

merespon siswa dengan bentuk latihan-latihan soal yang telah disiapkan oleh

guru pengampu dengan bentuk belajar kooperatif. Dan guru pengampu juga

mengamati dan membimbing siwa yang sedang mengerjakan soal-soal latihan

yang telah diberikan sehingga dapat mengetahui apakah siswa-siswanya

memahami materi yang disampaikan. Langkah ke empat yang harus dilakukan

pada Teknik MMP ini adalah Seatwork yaitu siswa belajar sendiri untuk

latihan dan perluasaan konsep yang telah di berikan. Dengan begitu siswa

tidak terpaku dengan rumus yang telah di berikan guru pengampu akan tetapi

mampu merealisaikannya pada kegiatan sehari-hari. Dan yang terakhir adalah

pemberian PR kepada siswa.

Model Kooperatif tipe struktural teknik missouri mathemathic

(37)

Widdiarto, 2004 : 29 mengemukakan kelebihan dari model pembelajaran kooperatif (MMP) sebagai berikut :

1. Banyak materi yang tersampaikan kepada siswa karena tidak terlalu

memakan banyak waktu. Artinya, penggunaan waktu dapat diatur relatif ketat.

2. Banyak latihan sehingga mudah terampil dengan beragam soal

Sedangkan kekurangannya meliputi :

1. Kurangnya menempatkan siswa pada posisi aktif terlebih saat langkah

pengembangan.

2. Mungkin siswa cepat bosan karena banyak mendengar.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

missouri mathemathic project (MMP) merupakan teknik pembelajaran yang

menerapkan lima langkah yang terdiri dari review, pengembangan, latihan

terkontrol, seatwork dan penugasan dengan melibatkan keaktifan siswa secara

pribadi dan kelompok.

e. Konsep Dasar Model Kooperatif Tipe Struktural TeknikMissouri Mathemathic Project(MMP)

Dalam setiap pembelajaran memilih konsep dasar yang berbeda yang

membedakannya dengan yang lain. Demikian pula dengan model pembelajarn

kooperatif yang mempunyai beberapa konsep dasar.

(38)

,dimana setiap anggota kelompok dapat meraih tujuan pribadi jika kelompok bisa sukses (Sugiyanto, 2009 : 37-39).

Dari keempat konsep dasar di atas, konsep dasar model kooperatif tipe

struktural teknik missouri mathemathic project (MMP) yang secara empiris

melalui penelitian, (Winarno, 2000) yaitu (1) Review (2) Pengembangan (4)

Latihan Terkontrol (5) Seatwork (6) PR.

(http://techonly13.wordpress.com/2009/07/03/metodedalampembelajaran-matematika/, diunduh tanggal 07 April 2011).

Dari uraian di atas, lebih lanjut diambil konsep dasar model kooperatif

tipe struktural teknik missouri matgemathic project (MMP) yaitu lima langkah

pembelajaran matematika yaitu (a) review yang terdiri dari peninjau ulang

pelajaran yang telah lalu dan membahas PR (b) pengembangan yaitu

penyajian ide baru atau perluasan konsep matematika yang terdahulu dan

penjelasan, diskusi, demonstrasi dengan contoh konkret yang sifatnya piktoral

dan simbolik (c) Latihan Terkontrol yang terdiri dari respon siswa terhadap

soal, pengamatan guru dan belajar kooperatif (d) Seatwork yaitu siswa bekerja

sendiri untuk latihan atau perluasan konsep dan (e) PR yaitu pemberian tugas

PR.

f. Karakteristik Model Kooperatif Tipe Struktural TeknikMissouri Mathemathic Project(MMP)

Adapun karakteristik atau ciri pembelajaran kooperatif dapat

dijelaskan sebagai berikut (1) pembelajaran secara tim untuk mencapai tujuan,

oleh karena itu tim harus mampu membuat setiap siswa belajar dan setiap

anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran (2)

didasarkan pada manejemen kooperatif (3) kemampuan untuk bekerja sama,

karena keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan

secara kelompok dan (4) keterampilan bekerja sama yang dipraktekan melalui

aktivitas dan melalui kegiatan pembelajaran secara berkelompok. (Rusman,

(39)

Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan

pembelajaran yang efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan (1)

memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat, seperti, fakta,

ketrampilan, nilai, konsep, dan bagaiman hidup serasi dengan sesama (2)

pengetahuan, nilai dan ketrampilan diakui oleh mereka yang berkompeten

menilai (Suprijono, 2009: 58).

Pembelajaran kooperatif juga dapat diartikan sebagai struktur tugas

bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok.

Disamping itu, pembelajaran kooperatif juga sering diartikan sebagai suatu

motif kerjasama yang setiap individunya dihadapkan pada preposisi dan

pilihan yang harus diikuti apakah memilih bekerja sama-sama, berkompetisi

atau individualistis. Penggunaan model pembelajaran kooperatif adalah suatu

proses yang membutuhkan partisi pasi dan kerjasama dalam kelompok.

Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa menuju belajar

yang lebih baik, sikap tolong-menolong dalam beberapa perilaku sosial (Stahl

dalam Isjoni, 2009: 62).

Berdasarkan karakteristik di atas, maka missouri mathemathic

project memiliki ciri–ciri yaitu (a) review materi pembelajaran yang lalu

(b) pengembangan konsep materi terdahulu dan penyajian konsep baru (c ) pembelajaran berbasis kerja kooperatif (4) belajar mandiri (5) Penugasan (Krismanto , 2003 : 11).

Dengan model kooperatif tipe struktural teknik missouri mathemathic

project (MMP), kepekaan sosial, empati, kerjasama dan kepedulian sosial serta kemandirian dilatih dan dikembangkan dalam setting pembelajaran

bersama untuk berinteraksi dengan individu yang lain. Sehingga siswa dapat

berkembang baik dari sisi peningkatan pembelajaran maupun dalam sosial

(40)

g. Prinsip–Prinsip Model Kooperatif Tipe Struktural TeknikMissouri Mathemathic Project(MMP)

Prinsip merupakan hal pokok yang mendasari segala sesuatu.

Demikian pula dalam penerapan model pembelajaran kooperatif terdapat

beberapa prinsip yaitu :

Menurut Roger dan David Johnson ada lima unsur dasar pembelajaran kooperatif (1) prinsip ketergantungan positif atau positive interdependence (2) tanggungjawab perseorangan atau individual accountability (3) interaksi tatap muka atau face to face promotion interaction (4) partisipasi dan komunikasi atau participation communication dan (5) evaluasi proses kelompok (Rusman, 2010: 212).

Perspektif interdependensi sosial berasumsi bahwa cara

interdependensi sosial distrukturkan akan menentukan bagaimana setiap

individu berinteraksi yang pada gilannya akan menentukan keluarannya

(Johnson dan Johnson, 2010 : 23 ).

Interdependensi positif ( kerjasama) akan menghasilkan interaksi yang promotif (bersifat meningkatkan) ketika masing-masing individu saling mendukung dan menfasilitasi usaha satu sama lain. Interdependensi negatif (persaingan) biasanya akan menghasilkan interaksi yang sifatnya oposisional (menentang) dimana masing_masing individu saling menjatuhkan dan mematahkan usaha atau sama lain untuk mencapai sesuatu. Dan ketiadakkan interpedensi (usaha individualistik) maka tidak ada interaksi karena setiap indi vidu bekerja secara sendiri-sendiri (Johnson, Johnson dan Holubec, 2010 : 23-24).

Berdasarkan teori perkembangan kognitif piaget mengabdopsi bahwa

setiap individu bekerja sama dengan lingkungannya maka akan muncul

konflik-konflik sosio-kognitif yang menciptakan ketidakseimbangan kognitif

yang pada gilirannya akan memicu kemampuan pengambilan perspektif dan

perkembangan kognitif mereka (Piaget dalam Johnson, 2010 : 24). Para

penganut peagetian (orang-orang yang menganut konsep piaget) berpendapat

bahwa selama melakukan usaha kooperatif partisipannya akan terlibat dalam

berbagai diskusi, dimana konflik-konflik kognitif akan terjadi dan diselesaikan

(41)

Dalam perpektif motivasional pada model pembelaran kooperatif

terutama memfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan diman para

siswa bekerja (Slavin, 2010 : 34). Deutsh mengidentifikasikan tiga struktur

tujuan : kooperatif, dimana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu

memberi kontribusi pada pencapaian tujuan anggota lain; dan kompetitif

dimana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu menghalangi pencapaian

tujuan anggota lain; danindividualistikdimana usaha berorientasi tujuan dsari

tiap individu tidak memiliki konsekuensi apapun bagi pencapaian tujuan

anggota lain. Dari perpektif ini, struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah

situasi dimana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi

mereka adalah jika kelompok mereka bisa sukses.

Oleh karena itu untuk meraih tujuan personal mereka anggota

kelompok harus membantu teman satu timnya untuk melakukan apapun guna

membuat kelompok mereka berhasil dan mungkin yang lebih penting

mendorong anggota satu kelompoknya untuk melakukan usaha maksimal

(Slavin, 2010 : 34).

Maka dapat disimpulkan bahwa model kooperatif tipe struktural teknik

missouri mathemathic project (MMP) menekankan pada pengembangan

sumber daya individu dan kerjasama kelompok dalam proses pembelajaran

matematika. Berdasarkan hal itu, maka kemampuan individu menjadi

teraktifkan dan terarahkan serta memiliki konsistensi dalam aktivitas belajar.

Sedangkan kemampuan sosial berupa kerjasama dapat melatih siswa untuk

bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan secara kelompok dan

melatih keaktifan siswa dalam kelompok belajar.

h. Prosedur Model Kooperatif Tipe Struktural TeknikMissouri Mathemathic project(MMP)

Model pembelajaran kooperatif (MMP) merupakan salah satu model

(42)

beberapa prosedur dalam penerapan pembelajaran. Dalam model

pembelajaran kooperatif, terdapat beberapa prosedur yang perlu diketahui

yaitu empat tahapan yang prinsipil dalam pembelajaran kooperatif berupa (1)

penjelasan materi (2) belajar kelompok (3) penilaian (4) pengakuan tim

(Rusman, 2010: 212-213).

Sedangkan tahapan model pembelajaran koopertaif (MMP) adalah (1) guru dan siswa meninjau ulang apa yang telah tercakup pada pelajaran yang telah lalu. Yang ditinjau ulang adalah PR, mencongak dan membuat perkiraan (2) guru menyajikan ide baru dan perluasan konsep matematika terdahulu. Siswa diberi tahu tujuan pelajaran yang memiliki antisipasi tentang sasaran pembelajaran. Penjelasan dan diskusi interaktif antara guru dan siswa harus disajikan termasuk demontrasi kongkrit yang sifatnya priktorial atau simbolik. Guru merekomendasikan 50 % waktu pelajaran untuk pengembangan. Pengembangan akan lebih bijaksana apabila dikombinasikan dengan kontrol latihanuntuk meyakinkan bahwa siswa mengikuti penyajian materi baru (3) siswa diminta merespon satu rangkaian soal sambil guru mengamati jika terjadi miskonsepsi. Pada latihan terkontrol ini respon setiap siswa sangat menguntungkan bagi guru dan siswa. Pengembangan dan latihan terkontrol dapat saling mengisi dalam belajar mandiri maupun kelompok (4) siswa melakukan latihan secara mandiri, guna mengetahui sejauhmana pencapaian konsep suatu materi (5) siswa diberikan penugasan berupa PR untuk melatih dan memperkuat penanaman konsep yang telah diberika oleh guru (Krismanto, 2003 : 11 ).

Dari ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa prosedur model

pembelajaran kooperatif (MMP) terdiri dari lima langkah yaitu peninjauan

ulang pelajaran yang telah lalu, penyajian ide baru, pengembangan dengan

latihan terkontrol, latihan mandiri dan penugasan. Sehingga model

pembelajaran kooperatif (MMP) sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran

matematika, karena model pembelajaran kooperatif (MMP) memberikan

banyak keunggulan diantaranya yaitu banyak materi yang tersampaikan

kepada siswa, dengan banyaknya latihan soal membuat siswa terampil dalam

menyelesaikan berbagai ragam soal. Selain itu, model pembelajaran kooperatif

(MMP) lebih memusatkan pada pengembangan kemampuan siswa dalam

kognitif dan keaktifan melalui belajar kooperatif dan latihan terkontrol.

(43)

diharapkan dapat membantu siswa dalam menguasai konsep pengurangan

bilangan bulat .

i. Perbedaan Model Kooperatif Tipe Struktural TeknikMissouri

Mathemathic Project(MMP) dengan Model Pembelajaran Tradisional Dalam pembelajaran tradisional dikenal pula belajar kelompok,

meskipun demikian, ada sejumlah perbedaan esensial antara kelomok belajar

kooperatif dengan kelomok belajar tradisional. Perbedaan antara model

pembelajaran kooperatif (MMP) dan pembelajaran tradisional pada tabel 4

adalah sebagai berikut :

Kelompok Belajar Model Kooperatif tipe

struktural teknikmissouri mathemathic

project (MMP)

Kelompok Belajar Tradisional

Adanya saling ketergantungan positif,

saling membantu dan saling memberikan

motivasi sehingga ada interaksi

antarindividu dalam suatu kelompok

belajar.

Guru sering membiarkan adanya

siswa yang mendominasi kelompok

atau mengantungkan diri pada

kelompok

Adanya akuntabilitas individual yang

mengukur penguasaan materi pelajaran

tiap anggota kelompok. Kelompok diberi

umpan balik tentang hasil belajar para

anggotanya sehingga dapat saling

mengetahui siapa yang memerlukan

bantuan dan siapa yang dapat

memberikan bantuan.

Akuntabilitas individual sering

diabaikan sehingga tugas-tugas

sering didorong oleh salah seorang

anggota kelompok sedangkan

anggota kelompok lain hanya

enak-enakan saja atas keberhasilan

temanya yang dianggap pemborong

Kelompok belajar heterogen baik dalam

kemampuan akademik, jenis kelamin,

ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat

saling mengetahui siapa yang

Kelompok belajar biasanya

(44)

memerlukan bantuan dan siapa yang

dapat memberikan bantuan

Pada saat belajar dalam penerapan model

pembelajaran kooperatif (MMP) sedang

berlangsung guru terus menerus

melakukan pengawasan melalui

observasi dan melakukan intervensi jika

terjadi masalah dalam kerja sama antar

anggota kelompok

Pemantauan melalui observasi dan

intervensi sering dilakukan oleh

guru pada saat belajar kelompok

berlangsung

Guru memperhatikan secara langsung

proses kelompok yang terjadi dalam

kelompok-kelompok belajar

Guru sering tidak memperhatikan

proses kelompok yang terjadi dalam

kelompok-kelompok belajar

Sehingga dari perbedaan antara model kooperatif tipe struktural teknik

missouri mathemathic project (MMP) dengan model pembelajaran tradisional

di atas, dapat disimpulkan bahwa model kooperatif tipe struktural teknik

missouri mathemathic project (MMP) lebih memotivasi siswa dalam belajar

yang didukung dengan suasana belajar lebih menyenangkan. Selain itu, siswa

lebih aktif dalam pembelajaran dibandingkan dengan penerapan model

pembelajaran tradisional.

3. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar a. Pengertian Siswa Sekolah Dasar

Siswa sekolah dasar adalah siswa yang berada pada akhir fase

kanak-kanak yang ditandai oleh kondisi yang sangat mempengaruhi penyesuaian

pribadi dan penyesuaiaan sosial anak. Dan diharapkan memperoleh

(45)

pada kehidupan dewasa dan mempelajari berbagai ketrampilan penting

tertentu (Hurlock, 1980: 146).

b. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Karakter berasal dari kata Yunani Charas Sein yang berarti coretan,

pribadi oleh stempel itu (Ahmadi, 2003: 250) dan sedangkan Karakter

(characteristic) adalah kualitas unik seseorang yang mencakup atribut-atribut

seperti tempramen, fisik, dan inteligensia (Feist, 2008: 4).

Mengenai karakteristik anak sekolah dasar ini, Hurlock (Hurlock, 1980: 149- 163) menyebutkan sebagai berikut;

1. Perkembangan fisik

Akhir masa kanak-kanak merupakan periode pertumbuhan yang lambat dan relatif seragam sampai mulai terjadi perubahan-perubahan pubertas. Pertumbuhan fisik mengikuti pola yang dapat diramalkan meskipun jumlah perbedaan dapat terjadi.

2. Ketrampilan anak Sekolah Dasar

Kategori ketrampilan akhir masa kanak-kanak, terdiri dari (a) ketrampilan menolong diri sendiri (b) ketrampilan menolong orang lain (c) ketrampilan sekolah (d) ketrampilan bermain.

3. Kemajuan Berbicara

Adapun bidang-bidang yang mengalami kemajuan adalah (a) penambahan kosa kata umum yang tidak teratur (b) pengucapan yang terkadang terjadi kesalahan, namun lebih sedikit pada usia ini daripada sebelumnya (c) isi pembicaraan yang lebih bersifat sosial daripada egosentris (d) banyak bicara atau tahapan mengobrol yang berganti oleh pembicaraan yang lebih terkendali dan lebih terseleksi.

4. Emosi

Emosi pada masa ini mengalami keadaan yang hebat, sehingga menjadikan periode ini ketidak setimbangan yaitu dimana anak sulit dihadapi. Adapun emosi yang umum pada awal masa kanak-kanak adalah (a) amarah (b) takut (c) cemburu (d) ingin tahu (e) iri hati (f) gembira karena sehat (g) sedih (h) kasih sayang.

5. Pengelompokan dan Perilaku sosial

Pada masa ini disebut sebagai usia berkelompok karena ditandai dengan adanya minat terhadap aktivitas teman-teman dan meningkatnya keinginan kuat untuk diterima sebagi anggota suatu kelompok dan merasa tidak puas bila tidak bersama-sama temanya. Hal ini juga ditandai dengan muncul geng anak-anak yang lebih kearah kelompok bermain yang dibentuk sendiri dengan tujuan utama memperoleh kesenangan.

2. Perkembangan moral dan sosial

(46)

keadaan-keadaan khusus disekitar pelanggaran moral. Kode moral berkembang dari konsep-konsep moral yang umum. Pada masa ini dipengaruhi oleh standar moral dari kelompok dimana anak mengidentifikasikan diri. Pada konsep moral ini terdapat peran penting dari sebuah kedisiplinan.

c. Perkembangan Kognitif dan Pembelajaran Matematika Anak SD Salah satu aspek perkembangan anak adalah aspek kognitif atau

pengetahuan. Sebagaimana konsep teori piaget bahwa anak sekolah dasar

telah sampai pada taraf operasional konkrit yang sangat berguna sebagai dasar

dalam pembelajaran matematika.

Piaget (William Crain, 2007:173-199) mengidentifikasikan tahapan

perkembangan intelektual yang dilalui anak yaitu: (a) periode kepandaian sensori-motorik usia lahir-2 tahun, (b) periode II adalah pikiran pra operasional usia 2-7 tahun, (c) periode III adalah operasi-operasi berfikir formal usia 7-11 (d) periode IV operasi-operasi berfikir formal usia 11 tahun ke atas.

Dan Piaget (Santrock, 2007: 260) juga menekankan bahwa anak-anak

belajar dengan baik ketika mereka aktif dan mencari solusi secara mandiri.

Piaget melawan metode-metode pengajaran yang memperlakukan anak

sebagai penerima yang pasif. Implikasinya dalam edukasional dari pandangan

Piaget bahwa dalam semua pelajaran, semua murid akan belajar baik dengan

eksperimen, berdiskusi, ketimbang hanya membabi buta meniru guru atau

melakukan sesuatu secara hafalan. Pada masa kanak-kanak, kita akan

mengamati tipe-tipe proses berfikir yaitu (1) berfikir kritis yang melibatkan

cara berfikir instropektif dan produktif serta mengevaluasi kejadian (2)

berfikir ilmiah dan (3) pemecahan masalah (Santrok, 2007; 295-298).

Berdasarkan uraian di atas, siswa sekolah dasar berada pada tahap

operasional kongkrit, pada tahap ini anak mengembangkan pemikiran logis,

masih sangat terikat pada fakta-fakta perseptual, artinya anak mampu berfikir

logis, tetapi masih terbatas pada objek-objek kongkrit, dan mampu melakukan

konservasi (

http://xpresiriau.com/artikel-tulisan-pendidikan/karakteristik-siswa-sekolah-dasar/ diakses 7 Februaru 2011). Pada tahapan ini, pemikiran

Gambar

Tabel 2. Perbandingan Hasil UASBN di SDN 01 Kebak Tahun Sebelumnya :
Tabel 3. Pola Bilangan  ( Tim PPPPTK Matematika, 2007 : 63-64)
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Gambar 2 (13.1b.Komponen dalam analisis data /interactive model)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Baik sisa produk jadi maupun bahan baku yang tidak terpakai tentunya menimbulkan kerugian bagi perusahaan, hal ini disebabkan perusahaan kurang jeli dalam merencanakan

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

This paper presents an assessment of the present management of Polychlorinated Biphenyls (PCBs) in the Philippines with emphasis on its inventory to develop safe and

7.2.1 Tuliskan jumlah kegiatan Pelayanan/Pengabdian kepada Masyarakat (*) yang sesuai dengan bidang keilmuan PS selama tiga tahun terakhir yang dilakukan oleh dosen tetap yang

Abdurrahman Wahid (Gusdur) pun menjelaskan bahwa sudah tidak relevan lagi untuk melihat apakah nilai-nilai dasar itu ditarik oleh Pancasila dari agama-agama

With the aim of developing a simple methodology for use as a preliminary screening test for pediculicidal activity, various substances and herb extracts previously

Oleh karena itu, dibuat penjadwalan mesin sesuai dengan karakteristik perusahaan yang memiliki aliran proses masing-masing order melewati jumlah stasiun kerja yang

RPI2JM Pusat yaitu Direktorat Bina Program yang terdiri dari Korwil dan Satker Perencanaan. dan Pengendalian, Direktorat Pengembangan Permukiman, Direktorat Penataan