PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP PENGURANGAN BILANGAN BULAT MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STRUKTURAL
TEKNIKMISSOURI MATHEMATHIC PROJECT(MMP)
( Pada siswa kelas IV SDN 01 Kebak Jumantono Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011)
q
SKRIPSI
Oleh:
DIAN QORINASARI X7107020
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP PENGURANGAN BILANGAN BULAT MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STRUKTURAL
TEKNIKMISSOURI MATHEMATHIC PROJECT(MMP)
( Pada siswa kelas IV SDN 01 Kebak Jumantono Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011)
Oleh: Dian Qorinasari
X7107020
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
commit to user
v ABSTRAK
Dian Qorinasari. X7107020. ”PENINGKATANPENGUASAAN KONSEP PENGURANGAN BILANGAN BULAT MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE
STRUKTURAL TEKNIK MISSOURI MATHEMATHIC PROJECT (MMP) PADA
SISWA KELAS IV SDN 01 KEBAK JUMANTONO KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011”. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2011.
Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan hasil penguasaan konsep pengurangan bilangan bulat melalui model pembelajaran kooperatif (MMP) pada siswa kelas IV SDN 01 Kebak Jumantono Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011.
Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 01 Kebak Jumantono, Karanganyar tahun ajaran 2010/2011 berjumlah 32 siswa yang terdiri dari 24 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Sumber data yang digunakan adalah informasi dari narasumber yaitu guru kelas IV dan kepala sekolah, hasil pengamatan proses dan data pembelajaran penguasaan konsep pengurangan bilangan bulat
melalui Model Kooperatif Tipe Struktural Teknik Missouri Mathemathic Project
(MMP), wawancara, tes, dan kajian dokumen. Untuk menguji validitas data, peneliti menggunakan triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif meliputi empat buah komponen yaitu pengumpulan data, reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.. Proses penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh nilai rata-rata hasil tes awal sebelum tindakan (prasiklus) yaitu 55,62 dengan ketuntasan klasikal 28,12%. Pada siklus I nilai rata-rata kelas meningkat mencapai 67,03 dengan ketuntasan klasikal 62,5%. Pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 72,18 dengan ketuntasan klasikal 81,25%.
commit to user
ABSTRACTDian Qorinasari. X7107020. DEVELOPMENT MASTERING INTEGER REDUCTIONS CONCEPT THROUGH COOPERATIF LEARNING MODEL STRUCTURAL TYPE MISSOURI MATHEMATHIC PROJECT (MMP) TEHCNIQUE IN THE FOURTH GRADE STUDENT OF SDN 01 KEBAK JUMANTONO KARANGANYAR ON THE ACADEMIC YEAR OF 2010/2011. Skripsi: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret Universit of, Surakarta on April 2011.
The purpose of this research is to improve the result of mastering of integer reductions concept through cooperative learning model (MMP) in the fourth grade student of SDN 01 Kebak Jumantono Karanganyar on the academic year of 2010/2011.
The form of this research is Classroom Action Research (CAR). The subject uses in this research is the fourth grade student of SDN 01 Kebak Jumantono
Karanganyar, on the academic year 2010/2011 amount to 32 students consist of 24
man students and 8 woman students. The data sources of this research were informant, that are the information of the teacher and the headmaster, the result of the observation process and the data on the teaching learning process of mastering the integer reductions concept through cooperative learning model structural type missouri mathemathic project (MMP),interviews, tests and official documents. The validity of the data uses I n this research are the date sources of triangulation and the method of triangulation. The data analysis technique applied is interactive analysis model which have four components, data collection, reduction data, presentation data, and verification. The research process consists of two cycles and each cycle comprises four phases, namely: (1) planning, (2) implementation, (3) observation, and (4) reflection.
The results of the analysis are as follows: The preliminary average score of the achievement test prior to the treatment is 55,62, and the classical learning completeness is 28,12%. The First, the average score of the first cycle achievement test becomes 67,03 and the classical learning completeness is 62,5%. The average score of the second cycle achievement test becomes 72,18 and the classical learning completeness is 81,25%.
commit to user
vii MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan akan datang kemudahan, maka kerjakanlah
urusanmu dengan sungguh-sungguh dan hanya kepada Allah kamu berharap.”
(QS. Al-Insyirah:6-8)
“Kuolah kata, kubaca makna, kuikat dalam alinea, kubingkai dalam bab sejumlah
lima, jadilah mahakarya, gelar sarjana kuterima, orangtua,calon suami dan calon
mertua pun bahagia”
(Penulis)
Dan katakanlah: “ Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. Bertakwalah kepada
Tuhanmu.”Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan
bumi Allah itu luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang
dixukupkan pahala mereka tanpa batas.
commit to user
PERSEMBAHANKupersembahkan skripsi ini untuk:
Ayah dan Bunda Tercinta, yang memberikan kasih sayang dan selalu
mendoakan aku dalam setiap langkahku.
Teman-temanku SI PGSD angkatan 2007 terkhusus untuk kelas VIIIB
dan adik-adik tingkatku PGSD FKIP UNS yang telah banyak
membantu dan mendoakanku.
Keluarga besar FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta dan almamaterku
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt yang telah
memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada kita. Atas kehendak-Nya pula skripsi
dengan judul”Peningkatan Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan Bulat Melalui
Model Kooperatif Tipe Struktural Teknik Missouri Mathemathic Project (MMP)
pada Siswa Kelas IV SDN 01 Kebak Jumantono Karanganyar Tahun Pelajaran
2010/2011” ini dapat terselesaikan dengan baik sebagai persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini telah melibatkan berbagai
pihak. Maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima
kasih dan penghargaan setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuannya. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Kartono, M.Pd selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret Surakarta.
4. Dra. Yulianti selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan,
kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat membantu dalam
penulisan skripsi ini.
5. Drs. Samino Sangaji selaku pembimbing II skripsi penulis.
6. Bapak/Ibu dosen program studi PGSD FKIP UNS yang telah memberikan
motivasi dan pengarahan kepada penulis.
7. Ibu Sarwantii, S.Pd.SD selaku Kepala Sekolah SDN 01 Kebak yang telah
memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
8. Ibu Sri Mulyani, S.Pd.SD selaku guru kelas IV SDN 01 Kebak yang dengan
senang hati membantu peneliti dalam menyelesaikan penelitian.
9. Guru-guru SDN 01 kebak yang telah memberi motivasi dan sebagai informan
commit to user
Penulis telah berupaya untuk berbuat yang terbaik dalam penyusunan
proposal ini. Namun demikian, disadari hasilnya masih jauh dari kesempurnaan.
Semua ini tidak lain karena keterbatasan penulis baik pengatahuan dan pengalaman.
Oleh karena itu, segala saran dan kritik membangun sangat diharapkan.
Akhirnya, penulis tetap berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca budiman. Semoga kebaikan dan bantuan dari semua pihak tersebut di
atas mendapat pahala dan imbalan dari Allah Swt.
Surakarta, April 2011
Penulis
commit to user
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II LANDASAN TEORI ... 6
A. Tinjauan Pustaka ... 6
1. Hakikat Tentang Konsep Pengurangan Bilangan Bulat ... 6
a. Pengertian Penguasaan Konsep ... 6
b. Pengertian Konsep Pengurangan Bilangan Bulat ... 7
c. Operasi Pada Bilangan Bulat ... 8
d. Pengertian Matematika ... 12
e. Konsep Pengurangan Bilangan Bulat dalam Pembelajaran Matematika di SD ... 12
2. Model Pembelajaran Kooperatif (MMP) ... 15
commit to user
b. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 16
c. Tipe–Tipe Pembelajaran Kooperatif ... 17
d. Pengertian Missouri Mathemathic Project ... 18
e. Konsep Dasar Model Pembelajaran Kooperatif (MMP) 20 f. Karakteristik Model Pembelajarana Kooperatif (MMP) 21 g. Prinsip–Prinsip Model Pembelajaran Kooperatif (MMP)23 h. Prosedur Model Pembelajaran Kooperatif(MMP)..…. 25
i. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif (MMP) dan Model Pembelajaran Tradisional ... 26
3. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 27
a. Pengertian Siswa Sekolah Dasar ... 27
b. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 28
c. Perkembangan Kognitif dan Pembelajarah Matematika di SD ... 29
B. Penelitian yang Relevan ... 31
C. Kerangka Berpikir ... 33
D. Hipotesis Tindakan ... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 35
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35
B. Subjek Penelitian ... 36
C. Data dan Sumber... 36
D. Teknik Pengumpulan Data ... 36
E. Validitas Data ... 39
F. Analisis Data ... 40
G. Prosedur Penelitian ... 41
H. Indikator Ketercapaian………. 45
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 47
A. Deskripsi Lokasi Penelitia ... 47
B. Pelaksanaan Tindakan ... 48
1. Tindakan Siklus I ... 48
commit to user
xiii
b. Pelaksanaan Tindakan ... 50
c. Observasi ... 53
d. Refleksi ... 57
2. Tindakan Siklus II ... 62
a. Perencanaan Tindakan ... 62
b. Pelaksanaan Tindakan ... 63
c. Observasi ... 65
d. Refleksi ... 70
C. Temuan dan Bahasan Hasil Penelitian ... 75
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 83
A. Simpulan ... 83
B. Implikasi ... 83
C. Saran ... 84
DAFTAR PUSTAKA ... 86
commit to user
DAFTAR TABELTabel 1. Perbandingan Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Matematika Kelas IV SDN 01 Kebak... 2
Tabel 2. Perbandingan Hasil UASBN di SDN 01 Kebak ... 2
Tabel 3. Pola Bilangan... 10
Tabel 4. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif (MMP) dengan
Model pembelajaran Tradisional... 26
Tabel 5. Jadwal Kegiatan Penelitian... 35
Tabel 6. Prestasi dan Penghargaan SDN 01 Kebak... 48
Tabel 7. Data Nilai Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan Bulat
Siswa Kelas IV SDN 01 Kebak Siklus I Pertemuan I ... 58
Tabel 8. Data Nilai Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan Bulat
Siswa Kelas IV SDN 01 Kebak Siklus I Pertemuan II... 59
Tabel 9. Data Perkembangan Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan
Bulat pada Siklus I ... 61
Tabel 10. Data Nilai Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan Bulat
pada Siklus II Pertemuan I ... 71
Tabel 11. Data Nilai Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan Bulat
pada Siklus II Pertemuan II ... 72
Tabel 12. Data Perkembangan Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan
Bulat pada Siklus II ... 74
Tabel 13. Data Frekuensi Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan
Bulat Siswa Kelas IV Pada Prasiklus ... 76
Tabel 14. Data Nilai Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan Bulat
pada Siklus I ... 77
Tabel 15. Data Nilai Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan Bulat
pada Siklus II... 79
Tabel 16. Rekapitulasi Peningkatan Penguasaan Konsep Pengurangan
Bilangan Bulat Siswa Kelas IV SDN 01 Kebak... 80
Tabel 17. Rekapitulasi Aktivitas Guru dan Siswa Kelas IV
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berpikir... 34
Gambar 2. Komponen dalam Analisi Data... 40
Gambar 3. Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas.. ... 41
Gambar 4. Grafik Hasil Pembelajaran Pengurangan Bilangan Bulat dengan
Model Pembelajaran Kooperatif (MMP) Siklus I Pertemuan I.. 58
Gambar 5. Grafik Hasil Pembelajaran Pengurangan Bilangan Bulat dengan
Model Pembelajaran Kooperatif (MMP) Siklus I Pertemuan II.. 60
Gambar 6. Grafik Hasil Pembelajaran Pengurangan Bilangan Bulat dengan
Model Pembelajaran Kooperatif (MMP) Siklus II Pertemuan I.. 71
Gambar 7. Grafik Hasil Pembelajaran Pengurangan Bilangan Bulat dengan
Model Pembelajaran Kooperatif (MMP) Siklus II Pertemuan II.. 73
Gambar 8. Grafik Nilai Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan Bulat
Siswa Kelas IV SDN 01 Kebak Prasiklus………76
Gambar 9. Grafik Nilai Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan Bulat
Siswa Kelas IV SDN 01 Kebak pada Siklus I……… 78
Gambar 10. Grafik Nilai Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan Bulat
Siswa Kelas IV SDN 01 Kebak pada Siklus II……… 79
Gambar 11. Grafik Rekapitulasi Peningkatan Penguasaan Konsep
Pengurangan Bilangan BulatSiswa Kelas IV SDN 01 Kebak…… 80
Gambar 12. Grafik Rekapitulasi Aktivitas Guru dab Siswa Kelas IV
commit to user
DAFTAR LAMPIRANLampiran 1. Lembar Wawancara Sebelum Diterapkan Model Pembelajaran
Kooperstif (MMP) pada Pengurangan Bilangan Bulat………… 89
Lampiran 2. Lembar Wawancara Setelah Diterapkan Model Pembelajaran
Kooperstif (MMP) pada Pengurangan Bilangan Bulat………… 90
Lampiran 3. SilabusKelas IV SD.……… 92
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I.…………. 95
Lampiran 5. Pedoman Observasi Guru.…………. ………. 104
Lampiran 6. Lembar Observasi Guru dalam Kegiatan Pembelajaran
di Kelas Siklus I Pertemuan I.…………. ………. 109
Lampiran 7. Lembar Observasi Guru dalam Kegiatan Pembelajaran
di Kelas Siklus I Pertemuan II.…………. ………. 110
Lampiran 8. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
Matematika Kelas IV dengan Menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif (MMP)Siklus I Pertemuan I……….... 111
Lampiran 9. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
Matematika Kelas IV dengan Menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif (MMP) Siklus I PertemuanII……….... 113
Lampiran 10. Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Pada Siklus I…….…… 115
Lampiran 11. Rencana Pembelajaran Siklus II……….…… 116
Lampiran 12. Lembar Observasi Guru dalam Kegiatan Pembelajaran
di Kelas Siklus II Pertemuan I.…………. ………. 124
Lampiran 13. Lembar Observasi Guru dalam Kegiatan Pembelajaran
di Kelas Siklus II Pertemuan II.…………. ………. 125
Lampiran 14. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
Matematika Kelas IV dengan Menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif (MMP) Siklus IIPertemuan I……….... 126
Lampiran 15. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
Matematika Kelas IV dengan Menggunakan Model Pembelajaran
commit to user
xvii
Lampiran 16. Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Pada Siklus II….…… 130
Lampiran 17. Soal–Soal Penelitian...…. 131
Lampiran 18. Kunci Soal Penelitian……… 140
Lampiran 19. Kisi–Kisi Soal……….. 148
Lampiran 20. Daftar Nilai Prasiklus Siswa Kelas IV SDN 01 Kebak………. 150
Lampiran 21. Rekapitulasi Nilai Siklus I Pada Siswa Kelas IV SDN 01 Kebak…………. ……… ……… 151
Lampiran 22. Rekapitulasi Nilai Siklus II Pada Siswa Kelas IV SDN 01 Kebak…………. ……… ……… 152
Lampiran 23. Daftar Nilai Kelompok Kelas IV SDN 01 Kebak………... 153
Lampiran 24. Daftar Nama Siswa Kelas IV SDN 01 Kebak……… 154
Lampiran 25. Dokumen Foto Penelitian………..……… 155
Lampiran 26. Hasil Belajar Mandiri……….. 168
Lampiran 27. Hasil Diskusi Kelompok Siswa………... 171
Lampiran 26. Surat Keterangan Penelitian……….... .. 174
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. (UU
No. 20 pasal 1 tahun 2003).
Tujuan pendidikan nasional adalah menjamin mutu pendidikan
nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat (PP No.19 tahun 2005). Salah
satu perwujudannya adalah melalui pendidikan bermutu pada setiap satuan
pendidikan di Indonesia. Matematika salah satu mata pelajaran yang
memberikan kontribusi positif tercapainya masyarakat yang cerdas dan
bermartabat melalui sikap kritis dan berfikir logis. Siswa Sekolah Dasar
berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini
adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan
kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret.
(Piaget dalam Heruman, 2007: 1).
Kurikulum merupakan pedoman mengajar bagi guru. Salah satunya
adalah memuat standar isi yang harus dipelajari setiap siswa. Salah satu isi
kurikulum KTSP 2006 memuat mata pelajaran matematika. Kurikulum sering
diadakan penyempurnaan atau perubahan, dengan tujuan meningkatkan
prestasi. Namun pada kenyataan menunjukkan bahwa hasil belajar matematika
masih rendah dibandingkan mata pelajaran lainnya. Hal ini dapat dilihat dari
nilai hasil Ujian Akhir Sekolah Berstandart Nasional (UASBN) di Sekolah
Dasar Negeri 01 Kebak, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar.
Berikut data hasil belajar kelas IV dan hasil UASBN di Sekolah Dasar Negeri
Tabel 1. Perbandingan Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Matematika Kelas IV :
Tahun IPA Bahasa Indonesia Matematika
2009/2010 (Semeter II) 65 66 63
2010/2011 (Semester 1) 67 68 65
Rata-rata 66 67 64
(Sumber : Arsip Laporan Nilai Pada Buku Induk SDN 01 Kebak)
Tabel 2. Perbandingan Hasil UASBN di SDN 01 Kebak Tahun Sebelumnya :
Tahun IPA Bahasa Indonesia Matematika
2008/2009 8,05 7,50 6,68
2009/2010 7,33 7,53 6,82
Rata-rata 7,69 7,51 6.75
(Sumber : Arsip Nilai UASBN SDN 01 Kebak)
Dari data di atas dapat diperoleh bahwa nilai matematika di
bandingkan dengan nilai IPA dan Bahasa Indonesia lebih rendah. Pelajaran
matematika masih dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan menakutkan bagi
siswa. Oleh karena itu tugas dan peranan guru sangat diperlukan untuk
memotivasi siswa, membangun semangat siswa dan keyakinannya bahwa
ternyata matematika tidak sulit. Justru menyenangkan dan mengasyikkan,
serta banyak bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Untuk melaksanakan
tugasnya guru dituntut kreatif dan inovatif dalam pembelajaran.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) matematika
SD/MI ada beberapa kajian materi yang harus dipahami siswa sekolah dasar
kelas IV. Salah satu bidang kajian tersebut adalah bilangan bulat yang termuat
bulat. Lebih lanjut, standar kompetensi tersebut dijabarkan menjadi 4 (empat)
kompetensi dasar, yaitu: (5.1) Mengurutkan bilangan bulat; (5.2)
Menjumlahkan bilangan bulat; (5.3) Mengurangkan bilangan bulat; dan (5.4)
Melakukan pengerjaan hitung campuran (Depdiknas, 2006: 9).
Ada beberapa masalah yang dihadapi oleh guru dan siswa, maupun
yang dijumpai dalam pembelajaran. Guru sebagai pengajar dan pendidik
masih menggunakan model pembelajaran konvensional yang berpusat pada
guru dan belum menggunakan model pembelajaran yang inovatif. Dan siswa
belum terlibat dalam proses pembelajaran, sehingga seperti botol kosong yang
menunggu dan siap diisi apapun. Sedangkan media belum dimanfaatkan
secara optimal, karena hanya guru yang mendemonstrasikan, sedangkan siswa
hanya memperhatikan demonstrasi yang dilakukan oleh guru. Hal ini
menyebabkan kurangnya pemahaman terhadap konsep matematika dalam
pengurangan bilangan bulat. Disisi lain, penanaman konsep dasar dengan
model pembelajaran inovatif dan model yang relevan sangat penting sebagai
jembatan menuju pemahaman konsep dan pembinaan ketrampilan
menghitung. Untuk meningkatkan pemahaman konsep pengurangan bilangan
bulat, guru harus dapat merancang dan mengelola pembelajaran dengan model
pembelajaran yang inovatif. Salah satu model pembelajaran yang digunakan
adalan model kooperatif tipe struktural teknik missouri mathemathic project
(MMP).
Dalam LPMP (Suminarsih, 2007 : 15 ) Salah satu Model yang secara empiris melalui penelitian adalah model yang dikembangkan dalam
model kooperatif tipe struktural teknik missouri mathemathic project
(MMP). Missouri mathemathic project (MMP ) merupakan salah satu
Secara aplikatif model kooperatif tipe struktural teknik missouri
mathemathic project (MMP), melatih siswa untuk mengingat konsep-konsep
pelajaran yang telah diperolehnya yang diperluas dengan pengetahuan baru
hasil dari penjelasan, diskusi maupun demonstrasi konkret disertai latihan
yang terkontrol yang meliputi respon dan pengamatan guru sehingga
diharapkan siswa mampu berlatih secara individu dan memperluas serta
mengembangkan konsep yang dimilikinya.
Berdasarkan latar belakang ini peneliti mengambil fokus Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dengan judul: ”Peningkatan Penguasaan Konsep
Pengurangan Bilanagn Bulat Melalui Model Kooperatif Tipe Struktural
Teknik Missouri Mathemathic Project (MMP) Pada Siswa Kelas IV SDN
Kebak Jumantono Karanganyar Tahun pelajaran 2010/2011”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas, dapat dirumuskan perumusan
masalah adalah Apakah model kooperatif tipe struktural teknik missouri
mathemathic project (MMP) dapat meningkatkan penguasaan konsep
pengurangan bilangan bulat pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Kebak Tahun
Pelajaran 2010/2011 ?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut di atas, tujuan dari
Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk meningkatkan penguasaan konsep
pengurangan bilangan bulat melalui model kooperatif tipe struktural teknik
missouri mathemathic project (MMP) pada siswa kelas IV SD Negeri 01
Kebak Tahun Pelajaran 2010/2011.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dapat dibedakan atas manfaat teoritis dan praktis.
Manfaat teoritis penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatkan
khasanah para guru untuk menggunakan model Missoury Mathematics
Project (MMP) dalam penyampaian materi pengurangan bilangan bulat
khususnya, dan umumnya untuk mata pelajaran Matematika.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Guru :
1) Bertambah luasnya wawasan dalam penerapan model kooperatif
tipe struktural teknikmissouri mathemathic project(MMP) dengan
tepat sesuai materi pelajaran.
2) Meningkatnya kemampuan guru dalam mengelola kelas
sehingga, tercipta suasana pembelajaran yang aktif, kreatif dan
menyenangkan.
3) Meningkatnya kinerja yang lebih profesional sehingga mempunyai
rasa percaya diri.
b. Bagi Siswa :
1) Dengan Penerapan model kooperatif tipe struktural teknikmissouri
mathemathic project(MMP)
2) meningkatkan motivasi belajar matematika.
3) Bertambahnya keaktifan dan gairah dalam mengikuti proses
pembelajaran di kelas.
4) Meningkatnya hasil belajar matematika.
c. Bagi Sekolah :
1) Meningkatnya kualitas penguasaan konsep pengurangan bilangan
bulat di SD Negeri 01 Kebak Kecamatan Jumantono Kabupaten
Karanganyar.
BAB II
LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Tentang Penguasaan Konsep Pengurangan Bilangan Bulat a. Pengertian Penguasaan Konsep
Dalam dunia ilmu pengetahuan, pengetahuan mengharuskan adanya
objektivitas yang memiliki tingkat akurasi konsep yang baik agar bisa dipakai
sebagai dasar. Secara umum konsep mengungkapkan abstraksi yang terbentuk
oleh generalisasi dari hal-hal khusus (Kerlinger, 2006: 48). Menurut Woodruff
(dalam Amin, 1987), mendefinisikan konsep sebagai berikut; (1) suatu
gagasan/ide yang relatif sempurna dan bermakna, (2) suatu pengertian tentang
suatu objek, (3) produk subjektif yang berasal dari cara seseorang membuat
pengertian terhadap objek-objek atau benda-benda melalui pengalamannya
(setelah melakukan persepsi terhadap objek/benda). Pada tingkat konkrit,
konsep merupakan suatu gambaran mental dari beberapa objek atau kejadian
yang sesungguhnya. Pada tingkat abstrak dan komplek, konsep merupakan
sintesis sejumlah kesimpulan yang telah ditarik dari pengalaman dengan objek
atau kejadian tertentu.
Dengan menggunakan definisi pembentukan konsep, Woodruff
menyarankan bahwa suatu pernyataan konsepsi dalam suatu bentuk yang
berguna untuk merencanakan suatu unit pengajaran ialah suatu deskripsi
tentang sifat-sifat suatu proses, struktur atau kualitas yang dinyatakan dalam
bentuk yang menunjukkan apa yang harus digambarkan atau dilukiskan
sehingga siswa dapat melakukan persepsi terhadap proses, struktur atau
kualitas bagi dirinya sendiri.
Dalam hal ini, Woodruff (Amin, 1987) telah mengidentifikasi 3 macam konsep yaitu (1) konsep proses: tentang kejadian atau perilaku dan konsekuensi-konsekuensi yang dihasilkan bila terjadi, (2) konsep struktur: tentang objek, hubungan atau struktur dari beberapa macam, dan (3) konsep kualitas: sifat suatu objek atau proses dan tidak mempunyai
eksistensi yang berdiri sendi. (http
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka penguasaan konsep
adalah penguasaan terhadap ide atau gagasan yang sempurna tentang suatu
objek.
b. Pengertian Konsep Pengurangan Bilangan Bulat
Salah satu materi yang memiliki urgensitas dalam matematika di
sekolah dasar adalah bilangan bulat. Dalam bilangan bulat terdapat beberapa
operasi hitung salah satunya adalah pengurangan. Pengurangan merupakan
salah satu dari keempat operasi dasar aritmatika, dan pada prinsipnya
merupakan kebalikan dari operasi penjumlahan (www.wikipedia.matematika.
ensiklopedibebas) diunduh tanggal 28 Maret 2011. Operasi pengurangan
dalam Matematika adalah representasi dari pengambilan sebagian kumpulan
benda (Tim PPPPTK Matematika, 2006: 14).
Menurut Tim Bina Karya Guru (2007 : 135) yang dimaksud dengan
bilangan bulat adalah bilangan bukan pecahan yang terdiri dari: bilangan bulat
positif (1, 2, 3, 4, 5, …), nol (0), dan bilangan bulat negatif (…,-5, -4,-3,-2,-1).
Jika ditulis dalam himpunan bilangan bulat adalah {…-3, -2, -1, 0, 1, 2, 3,…}.
Dalam bentuk himpunan, himpunan bilangan bulat yang dimaksud adalah B =
..., -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3,.... Apabila digambarkan adalah sebagai berikut..
. . . -3 -2 -1 0 1 2 3 . . .
Himpunan semua bilangan bulat dalam matematika dilambangkan
dengan Z, berasal dari Zahlen (bahasa jerman untuk bilangan ).
Bilangan bulat terdiri dari bilangan bulat negatif dan bilangan cacah
(http://p4tkmatematika.org/downloads/ppt/bilanganbulat.ppt diunduh tanggal
07 April 2011). Selain itu, Bilangan bulat terdiri dari bilangan asli : 1, 2, 3,…,
bilangan nol : 0, bilangan negatif : ..., -3, -2, -1, Bilangan Bulat dinotasikan
dengan : B = {..., -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, ...}
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka konsep pengurangan
bilangan bulat merupakan salah satu operasi bilangan yang terdiri dari
bilangan bulat positif dan negatif yang dalam operasi hitungnya, kebalikan
dari penjumlahan.
c. Operasi Pada Bilangan Bulat
Operasi yang akan diterapkan pada bilangan bulat adalah (+, -, x, : )
yakni penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Khusus untuk
pembagian tidak diperlukan atas semua bilangan bulat tetapi hanya
dikhususkan pada bilangan-bilangan tertentu sehingga hasil baginya juga
bilangan bulat. Dalam penelitian ini akan dibahas hanya pada operasi
pengurangan pada bilangan bulat. Adapun pengurangan dan sifatnya adalah
sebagai berikut
1. Untuk sembarang bilangan bulat berlaku :
a–b = a + ( -b )
a–( -b ) = a + b
contoh :
8–5 = 8 + ( -5 ) = 3
7–(-4 ) = 7 + 4 = 11
2. Sifat komutatif dan assosiatif tidak berlaku
a–b≠ b –a
( a–b )–c≠ a –( b–c )
Contoh :
7–3≠ 3 –7→ 4 ≠-4
3. Pengurangan bilangan nol mempunyai sifat :
a–0 = a dan 0–a = - a
4. Bersifat tertutup, yaitu dua buah bilangan bulat dikurangkan
hasilnya adalah bilangan bulat juga.
A dan b€ bilangan bulat maka a- b = c ; c € bilangan bulat
Contoh : 7–8 = -1 ; 7, 8, -1€ bilangan bulat
(www.belajar.matematika.com diunduh tanggal 11 Januari 2011)
Dan cara penyelesaian soal operasi pengurangan bilangan bulat
1. Cara pertama dengan mistar bilangan
Contoh :
a. -3–( -7) = . . .
(Dari nol menghadap ke kanan mundur 3, balik arah , kemudian
mundur 7).
-3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8
-3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8
-3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8
Ternyata hasil akhirnya 4 . jadi -3–( -7) = 4
Dari nol menghadap ke kanan, kemudian mundur 3
b. 4–( -2 ) = . . . , dari nol menghadap ke kanan empat langkah
-3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8
-3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8
-3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8
Ternyata hasil akhirnya 6 . Jadi 4–( -2) = 6
2. Cara kedua dengan menggunakan tabel pola bilangan
Contoh : 2–( -3) = . . .
Tabel 3. Pola Bilangan ( Tim PPPPTK Matematika, 2007 : 63-64)
Soal Pola yang diciptakan Pengamatan pola
2 - ( -3 ) = … 2 - 3 = . . . 2 - 3 = -1
2 - 2 = . . . 2 - 2 = 0
2 - 1 = . . . 2 - 1 = 1
Amati
polanya 2 - 0 = . . . 2 - 0 = 2
2 - ( - 1) = . . . 2 - ( - 1) = 3
2 - ( - 2) = . . . 2 - ( - 2) = 4
2 - ( - 3) = . . . 2 - ( - 3) = 5
Dengan demikian maka : 2 - ( -3 ) = 5
d. Pengertian Matematika
Sebagaimana disiplin ilmu yang lain, matematika pun memiliki konsep
tersendiri. Matematika menurut Rustam Effendi dalam Heruman (2007: 1 )
adalah bahasa symbol ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara
induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai
dari unsure yang tidak didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya
ke dalil.
Menurut Johnson dan Myklebust (1967:244) matematika adalah
bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengeksperesikan hubungan –
hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk
memudahkan berpikir. Lerner (1988:430) mengemukakan bahwa matematika
disamping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang
memungkinkna manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide
mengenai elemen dan kuantitas. Definisi kontemporer matematika lebih
ditekankan pada metode dari pada pokok persoalan matematika itu sendiri
(Abdurrahman 2003 : 252).
Berdasarkan pendapat diatas, maka matematika adalah bahasa symbol
yang berhubungan dengan struktur, objek, proses serta konsekwensi dari apa
yang dihasilkan dalam proses pemikiran, pencatatan dan pengkomunikasian
ide mengenai elemen dan kuantitas.
e. Konsep Pengurangan Bilangan Bulat Dalam Pembelajaran Matematika di SD
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang dipelajari di semua
jenjang pendidikan, agar dalam penyampaian materi matematika dapat mudah
diterima dan dipahami oleh siswa, guru harus memahami tentang karakteristik
matematika sekolah.
Memperhatikan semesta pembicaraan, dan (6) Konsisten dalam sistemnya. Sedang menurut Depdikbud (1993:1) matematika memiliki ciri-ciri, yaitu (1) Memiliki obyek yang abstrak, (2) Memiliki pola piker deduktif dan konsisten, dan (3) tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Oleh karena itu dalam pembelajaran matematika tidak dapat dilakukan
secara melompat-lompat tetapi harus tahap demi tahap, dimulai dengan
pemahaman ide dan konsep yang sederhana sampai kejenjang yang lebih
kompleks. Seseorang tidak mungkin mempelajari konsep lebih tinggi sebelum
ia menguasai atau memahami konsep yang lebih rendah. Berdasarkan hal
tersebut mengakibatkan pembelajaran berkembang dari yang mudah ke yang
sukar, sehingga dalam memberikan contoh guru juga harus memperhatikan
tentang tingkat kesukaran dari materi yang disampaikan, dengan demikian
dalam pembelajaran matematika contoh-contoh yang diberikan harus
bervariasi dan tidak cukup hanya satu contoh.
Disamping itu pembelajaran matematika hendaknya bermakna, yaitu
pembelajaran yang mengutamakan pengertian atau pemahaman konsep dan
penerapannya dalam kehidupan. Agar suatu kegiatan belajar mengajar menjadi
suatu pembelajaran yang bermakna maka kegiatan belajar mengajar harus
bertumpu pada cara belajar siswa aktif. Menurut Chickering dan Gamson
(Bonwell dan Eison, 1991:1) dalam belajar aktif siswa harus melakukan
sesuatu yang lebih dari sekedar mendengarkan, untuk bisa terlibat aktif para
siswa itu harus terlibat dalam tugas yang perlu pemikiran tingkat tinggi seperti
tugas analisis, sintesis, dan evaluasi. Oleh karena itu dalam rangka
mewujudkan siswa yang aktif guru harus berusaha mencari metode mengajar
yang dapat menyebabkan siswa aktif belajar.
Pembelajaran matematika hendaknya menganut kebenaran konsistensi
yang didasarkan kepada kebenaran-kebenaran terdahulu yang telah diterima,
atau setiap struktur dalam matematika tidak boleh terdapat kontradiksi.
kemampuan berpikir siswa SD, penerapan pola deduktif tidak dilakukan
secara ketat. Hal itu sesuai dengan yang dikemukakan oleh Soedjadi (1995:1)
bahwa struktur sajian matematika tidak harus menggunakan pola pikir
deduktif semata, tetapi dapat juga digunakan pola pikir induktif.
(http://muttaqinhasyim.wordpress.com/2009/06/14/tujuan
pembelajaran-matematika/diakses 20 januari 2011).
Dan pola pikir matematika menggunakan pola pikir deduktif dan pola
pikir induktif. Pola pikir deduktif merupakan kebenaran pernyataannya
diturunkan dari unsur - unsur yang tak didefinisikan (titik, garis, bidang,
bilangan), definisi (aturan main/batasan/kesepakatan), dan aksioma/postulat
(kebenaran/pangkal/kebenaran yang diterima tanpa bukti). Sedangkan pola
pikir deduktif merupakan pola pikir dari khusus ke umum, yakni dari
contoh-contoh, kemudian diamati polanya, dan terakhir ditarik kesimpulannya secara
umum (diadakan generalisasi). Konsep pola pikir deduktif dan pola pikir
induktif diterapakan dalam operasi hitung matematika.
Salah satu materi yang dipelajari dalam matematika adalah Konsep
pengurangan yang menurut (Tim PPPPTK Matematika 2007:14) adalah
representasi dari kumpulan benda. Sisa yang tak terambil merupakan hasil
pengurangan yang dimaksud. Untuk operasi pengurangan dikelompokkan
menjadi dua macam yaitu pengurangan yang bersifat dasar dan pengurangan
yang bersifat lanjut. Pengurangan dasar dimaksudkan sebagai penanaman
konsep yang secara nyata dan mudah dapat dipahami siswa sebagai
pengambilan sebagian dari sebuah kumpulan benda. Sedangkan pengurangan
lanjut adalah pengurangan yang hasilnya dicari menggunakan teknik-teknik
tertentu. Teknik yang dimaksud adalah tanpa teknik meminjam dan dengan
teknik meminjam.
Dalam konteks pembelajaran matematika perlu disesuaikan dengan
perkembangan kognitif siswa, dimulai dari yang konkrit menuju abstrak.
tetapi mengingat kemampuan berpikir siswa Sekolah Dasar yang masih dalam
tahap operasional konkrit, maka untuk memahami konsep dan prinsip masih
diperlukan pengalaman melalui obyek konkrit (Soedjadi, 1995:1). Anak-anak
juga telah ditemukan mampu menambah dan mengurangkan angka-angka
kecil, meskipun penelitian belum membuktikan apakah mereka memahami
bahwa kedua operasi hitungan itu inverse atau berkebalikan (Muijs dan
Renolds, 2008: 335).
Sehingga dalam pembelajaran matematika khususnya dalam materi
pengurangan bilangan bulat disesuaikan dengan tingkat perkembangan
kognitif siswa. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih mudah menguasai kon
sep yang diberikan oleh guru.
2. Model Pembelajaran Kooperatif (MMP) a. Pengertian Model Pembelajaran
Salah satu sarana untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu dengan
pembelajaran. Menurut UUSPN No. 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sedangkan menurut Suprijono
(2009 :13) Pembelajaran adalah dialog interaktif. Pembelajaran pada
hakekatnya merupakan suatu proses memberikan pengalaman belajar kepada
siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, dimana tujuan menjadi acuan
dalam penyelenggaraan proses pembelajaran (Joice dan Weil dalam sumiti,
2007 : 3).
Sedangkan pengertian model adalah bentuk representasi akurat sebagai
proses aktual yang memungkinkan seseorang atau kelompok orang mencoba
bertindak berdasarkan model itu. Model merupakan interpretasi terhadap hasil
observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem (Mills dalam
Suprijono, 2010: 48). Model juga merupakan abstraksi dari sistem sebenarnya
yang bersifat menyeluruh (www.damandiri.or.id/file/
abdwahidchairulahunairbab2. pdf) diunduh tanggal 29 April 2011.
Dalam proses pembelajaran, agar berjalan dengan baik dan
menghasilkan perubahan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, maka
proses pembelajaran memerlukan pendekatan-pendekatan yang sesuai.
Sedangkan model pembelajaran adalah sesuatu rencana atau pola yang dapat
digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan
pembelajaran dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain (Joyce
dan Well dalam Rusman, 2010: 133). Selain itu, model pembelajaran pada
dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai
akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran.(http://www.psb-
psma.org/content/blog/pengertian-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran, diunduh tanggal 07 April 2011).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, maka model
pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang memungkinkan
seseorang atau kelompok untuk menginterpretasikan rancangannya sehingga
diperoleh hasil observasi dan pengukuran.
b. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Dalam pembelajaran terdapat berbagai model yang dikembangkan oleh
para ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa , diantaranya adalah
Model pembelajaran Konstektual, Model Pembelajaran Kooperatif, Model
Pembelajaran Quantum, Model Pembelajaran Berbasis Sekolah (PBL)
(Sugiyanto, 2009 : 3 ). Dari beberapa model diatas, maka salah satunya adalah
model pembelajaran kooperatif yang merupakan salah satu model
pembelajaran yang tepat digunakan dalam pembelajaran matematika. Model
Pembelajaran kooperatif merupakan konsep yang lebih luas meliputi semua
atau diarahkan oleh guru (Suprijono, 2009: 54). Selain itu model pembelajaran
kooperatif da[at diartikan sebagai pendekatan pembelajaran yang berfokus
pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto,
2009:37).
Adapun model pembelajaran Kooperatif ini bercirikan (1) berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar para ahli tertentu (2) mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu (3) dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas (4) memiliki bagian-bagian model yang dinamakan (a) urutan langkah-langkah pembelajaran atau syntax (b) adanya prinsip-prinsip reaksi (c) sistem sosial (d) sistem pendukung (5) memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran yaitu dampak pembelajarand dan pengiring (6) membuat persiapan mengajar atau desain instruksional dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya (Rusman, 2010: 136).
Sebagai model pembelajaran kooperatif dengan sistematis yang
mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran
yang efektif, model pembelajaran kooperatif mengintegrasikan ketrampilan
sosial yang bermuatan akademis.
Selain itu, Davidson dan Warsham mengemukakan, model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil. Siswa belajar dan bekerjasama untuk sampai kepada pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Karena itu model pembelajaran kooperatif didasarkan kepada teori-teori perkembangan kognitif, perlakuan dan persandaran sosial (Isjoni, 2009: 45).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan oleh guru dan murid yang saling mengintegrasikan baik kegiatan
antar kelompok maupun individu. Selain itu dapat memberikan pengalaman
sosial dan mampu meningkatkan kognitif individu yang terlibat didalamnya.
c. Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif
tournamens (TGT) (4) group investigation (GI) (5) rotating trio exchange dan
(6) group resume(Isjoni, 2009 : 73-74) dan (7) struktural (Sugiyanto 2009:48).
Adapun dalam model pembelajaran kooperatif memiliki tipologi metode yaitu (1) tujuan kelompok (2) tanggung jawab individual yang dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menjumlah skor kelompok atau nilai rata-rata kusi individual atau penilaian lainya dan spesialisasi tugas (3) kesempatan sukses yang sama (4) kompetisi tim (5) spesialisasi tugas (6) adaptasi terhadap kebutuhankelompok (Slavin, 2010: 27-28).
Sedangkan dalam Tipe Struktural terdiri dari berbagai Teknik
pembelajaran diantaranya (1) Mencari Pasangan, (2) Bertukar pasangan. (3)
berkirim salam dan soal (4) dua tinggal dua tamu (5) keliling kelompok (6)
kancing gemerincing (7) tebak pelajaran (8) team quis (TQ), (9) missouri
mathemathic project (MMP) (Suminarsih, 2007 : 15).
Dari beberapa tehnik pembelajaran tersebut, bahwa peneliti akan
memfokuskan dalam model pembelajaran koopertif tipe struktural dengan
tehnik missouri mathemathic project (MMP). Karena dengan menerapkan
model kooperatif tipe struktural teknik missouri mathemathic project (MMP)
sesuai dengan mata pelajaran yang akan diteliti yaitu matemmatika. Selain itu,
model kooperatif tipe struktural teknik missouri mathemathic project (MMP)
dapat mengaktifkan siswa dengan kegiatan belajar kelompok.
d. Pengertian Missouri Mathemathic Project (MMP)
Missouri mathemathic project merupakan salah satu teknik dari tipe
struktural dalam model pembelajaran kooperatif yang mengimplementasikan
lima langkah dalam pembelajaran matematika.
Sebagaimana dalam penelitian Good, Grouws dan Ebmeier dan lebih lanjut Confrey dalam Setiawan ( 2008 : 37) dan Suminarsih (2007: 15),
memperoleh temuan bahwa guru yang merencanakan dan
mengimplementasikan lima langkah pembelajaran matematikanya, akan lebih sukses dibanding dengan mereka yang menggunakan pendekatan
tradisional. Kelima langkah inilah yang biasa kita kenal sebagaiMissouri
Mathematics Project (MMP) yang terbukti lebih berhasil. Format lima
langkah MMP ini adalah sebagai berikut (1) Langkah I : Review yang
membahas PR (2) Langkah II :Pengembanganyang terdiri dari penyajian ide baru atau perluasan konsep matematika yang terdahulu dan penjelasan, diskusi, demonstrasi dengan contoh konkret yang sifatnya piktoral dan
simbolik (3) Langkah III : Latihan Terkontrol dimana siswa merespon
soal, guru mengamati dan belajar kooperatif (4) Langkah IV : Seatwork
dimana siswa bekerja sendiri untuk latihan atau perluasan konsep (5)
Langkah V :PRyaitu pemberian pekerjaan rumah (PR)
Berdasarkan pendapat Good, Grouws dan Ebmeier dan lebih lanjut
Confrey dalam Setiawan (2008 : 37) diatas, Missouri Mathemathic Subject
(MMP) guru mengajar dengan melibatkan siswa untuk beralih dari metode
pengajaran secara tradisional dan beralih kepada model pembelajaran
kooperatif (MMP). Siswa akan diajak untuk mereview pokok bahasan yang
telah disampaikan pertemuan yang telah lalu sehingga sebelum menempuh
pokok bahasan berikutnya siswa di ingatkan akan pokok bahasan yang telah
lampau, sekaligus membahas PR jika diberikan oleh guru pengampu apabila
diberikan. Kemudian setelah itu barulah pokok bahasan berikutnya dibahas
oleh guru pengampu dan pembahasan materi tidaklah cukup berkutat pada
pokok bahasan itu akan tetapi harus memperluas konsep yang di ajarkan
dengan mengkaitkan contoh yang bersifat konkret.
Setelah langkah tersebut di jalankan maka selanjutnya adalah
merespon siswa dengan bentuk latihan-latihan soal yang telah disiapkan oleh
guru pengampu dengan bentuk belajar kooperatif. Dan guru pengampu juga
mengamati dan membimbing siwa yang sedang mengerjakan soal-soal latihan
yang telah diberikan sehingga dapat mengetahui apakah siswa-siswanya
memahami materi yang disampaikan. Langkah ke empat yang harus dilakukan
pada Teknik MMP ini adalah Seatwork yaitu siswa belajar sendiri untuk
latihan dan perluasaan konsep yang telah di berikan. Dengan begitu siswa
tidak terpaku dengan rumus yang telah di berikan guru pengampu akan tetapi
mampu merealisaikannya pada kegiatan sehari-hari. Dan yang terakhir adalah
pemberian PR kepada siswa.
Model Kooperatif tipe struktural teknik missouri mathemathic
Widdiarto, 2004 : 29 mengemukakan kelebihan dari model pembelajaran kooperatif (MMP) sebagai berikut :
1. Banyak materi yang tersampaikan kepada siswa karena tidak terlalu
memakan banyak waktu. Artinya, penggunaan waktu dapat diatur relatif ketat.
2. Banyak latihan sehingga mudah terampil dengan beragam soal
Sedangkan kekurangannya meliputi :
1. Kurangnya menempatkan siswa pada posisi aktif terlebih saat langkah
pengembangan.
2. Mungkin siswa cepat bosan karena banyak mendengar.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
missouri mathemathic project (MMP) merupakan teknik pembelajaran yang
menerapkan lima langkah yang terdiri dari review, pengembangan, latihan
terkontrol, seatwork dan penugasan dengan melibatkan keaktifan siswa secara
pribadi dan kelompok.
e. Konsep Dasar Model Kooperatif Tipe Struktural TeknikMissouri Mathemathic Project(MMP)
Dalam setiap pembelajaran memilih konsep dasar yang berbeda yang
membedakannya dengan yang lain. Demikian pula dengan model pembelajarn
kooperatif yang mempunyai beberapa konsep dasar.
,dimana setiap anggota kelompok dapat meraih tujuan pribadi jika kelompok bisa sukses (Sugiyanto, 2009 : 37-39).
Dari keempat konsep dasar di atas, konsep dasar model kooperatif tipe
struktural teknik missouri mathemathic project (MMP) yang secara empiris
melalui penelitian, (Winarno, 2000) yaitu (1) Review (2) Pengembangan (4)
Latihan Terkontrol (5) Seatwork (6) PR.
(http://techonly13.wordpress.com/2009/07/03/metodedalampembelajaran-matematika/, diunduh tanggal 07 April 2011).
Dari uraian di atas, lebih lanjut diambil konsep dasar model kooperatif
tipe struktural teknik missouri matgemathic project (MMP) yaitu lima langkah
pembelajaran matematika yaitu (a) review yang terdiri dari peninjau ulang
pelajaran yang telah lalu dan membahas PR (b) pengembangan yaitu
penyajian ide baru atau perluasan konsep matematika yang terdahulu dan
penjelasan, diskusi, demonstrasi dengan contoh konkret yang sifatnya piktoral
dan simbolik (c) Latihan Terkontrol yang terdiri dari respon siswa terhadap
soal, pengamatan guru dan belajar kooperatif (d) Seatwork yaitu siswa bekerja
sendiri untuk latihan atau perluasan konsep dan (e) PR yaitu pemberian tugas
PR.
f. Karakteristik Model Kooperatif Tipe Struktural TeknikMissouri Mathemathic Project(MMP)
Adapun karakteristik atau ciri pembelajaran kooperatif dapat
dijelaskan sebagai berikut (1) pembelajaran secara tim untuk mencapai tujuan,
oleh karena itu tim harus mampu membuat setiap siswa belajar dan setiap
anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran (2)
didasarkan pada manejemen kooperatif (3) kemampuan untuk bekerja sama,
karena keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan
secara kelompok dan (4) keterampilan bekerja sama yang dipraktekan melalui
aktivitas dan melalui kegiatan pembelajaran secara berkelompok. (Rusman,
Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan
pembelajaran yang efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan (1)
memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat, seperti, fakta,
ketrampilan, nilai, konsep, dan bagaiman hidup serasi dengan sesama (2)
pengetahuan, nilai dan ketrampilan diakui oleh mereka yang berkompeten
menilai (Suprijono, 2009: 58).
Pembelajaran kooperatif juga dapat diartikan sebagai struktur tugas
bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok.
Disamping itu, pembelajaran kooperatif juga sering diartikan sebagai suatu
motif kerjasama yang setiap individunya dihadapkan pada preposisi dan
pilihan yang harus diikuti apakah memilih bekerja sama-sama, berkompetisi
atau individualistis. Penggunaan model pembelajaran kooperatif adalah suatu
proses yang membutuhkan partisi pasi dan kerjasama dalam kelompok.
Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa menuju belajar
yang lebih baik, sikap tolong-menolong dalam beberapa perilaku sosial (Stahl
dalam Isjoni, 2009: 62).
Berdasarkan karakteristik di atas, maka missouri mathemathic
project memiliki ciri–ciri yaitu (a) review materi pembelajaran yang lalu
(b) pengembangan konsep materi terdahulu dan penyajian konsep baru (c ) pembelajaran berbasis kerja kooperatif (4) belajar mandiri (5) Penugasan (Krismanto , 2003 : 11).
Dengan model kooperatif tipe struktural teknik missouri mathemathic
project (MMP), kepekaan sosial, empati, kerjasama dan kepedulian sosial serta kemandirian dilatih dan dikembangkan dalam setting pembelajaran
bersama untuk berinteraksi dengan individu yang lain. Sehingga siswa dapat
berkembang baik dari sisi peningkatan pembelajaran maupun dalam sosial
g. Prinsip–Prinsip Model Kooperatif Tipe Struktural TeknikMissouri Mathemathic Project(MMP)
Prinsip merupakan hal pokok yang mendasari segala sesuatu.
Demikian pula dalam penerapan model pembelajaran kooperatif terdapat
beberapa prinsip yaitu :
Menurut Roger dan David Johnson ada lima unsur dasar pembelajaran kooperatif (1) prinsip ketergantungan positif atau positive interdependence (2) tanggungjawab perseorangan atau individual accountability (3) interaksi tatap muka atau face to face promotion interaction (4) partisipasi dan komunikasi atau participation communication dan (5) evaluasi proses kelompok (Rusman, 2010: 212).
Perspektif interdependensi sosial berasumsi bahwa cara
interdependensi sosial distrukturkan akan menentukan bagaimana setiap
individu berinteraksi yang pada gilannya akan menentukan keluarannya
(Johnson dan Johnson, 2010 : 23 ).
Interdependensi positif ( kerjasama) akan menghasilkan interaksi yang promotif (bersifat meningkatkan) ketika masing-masing individu saling mendukung dan menfasilitasi usaha satu sama lain. Interdependensi negatif (persaingan) biasanya akan menghasilkan interaksi yang sifatnya oposisional (menentang) dimana masing_masing individu saling menjatuhkan dan mematahkan usaha atau sama lain untuk mencapai sesuatu. Dan ketiadakkan interpedensi (usaha individualistik) maka tidak ada interaksi karena setiap indi vidu bekerja secara sendiri-sendiri (Johnson, Johnson dan Holubec, 2010 : 23-24).
Berdasarkan teori perkembangan kognitif piaget mengabdopsi bahwa
setiap individu bekerja sama dengan lingkungannya maka akan muncul
konflik-konflik sosio-kognitif yang menciptakan ketidakseimbangan kognitif
yang pada gilirannya akan memicu kemampuan pengambilan perspektif dan
perkembangan kognitif mereka (Piaget dalam Johnson, 2010 : 24). Para
penganut peagetian (orang-orang yang menganut konsep piaget) berpendapat
bahwa selama melakukan usaha kooperatif partisipannya akan terlibat dalam
berbagai diskusi, dimana konflik-konflik kognitif akan terjadi dan diselesaikan
Dalam perpektif motivasional pada model pembelaran kooperatif
terutama memfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan diman para
siswa bekerja (Slavin, 2010 : 34). Deutsh mengidentifikasikan tiga struktur
tujuan : kooperatif, dimana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu
memberi kontribusi pada pencapaian tujuan anggota lain; dan kompetitif
dimana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu menghalangi pencapaian
tujuan anggota lain; danindividualistikdimana usaha berorientasi tujuan dsari
tiap individu tidak memiliki konsekuensi apapun bagi pencapaian tujuan
anggota lain. Dari perpektif ini, struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah
situasi dimana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi
mereka adalah jika kelompok mereka bisa sukses.
Oleh karena itu untuk meraih tujuan personal mereka anggota
kelompok harus membantu teman satu timnya untuk melakukan apapun guna
membuat kelompok mereka berhasil dan mungkin yang lebih penting
mendorong anggota satu kelompoknya untuk melakukan usaha maksimal
(Slavin, 2010 : 34).
Maka dapat disimpulkan bahwa model kooperatif tipe struktural teknik
missouri mathemathic project (MMP) menekankan pada pengembangan
sumber daya individu dan kerjasama kelompok dalam proses pembelajaran
matematika. Berdasarkan hal itu, maka kemampuan individu menjadi
teraktifkan dan terarahkan serta memiliki konsistensi dalam aktivitas belajar.
Sedangkan kemampuan sosial berupa kerjasama dapat melatih siswa untuk
bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan secara kelompok dan
melatih keaktifan siswa dalam kelompok belajar.
h. Prosedur Model Kooperatif Tipe Struktural TeknikMissouri Mathemathic project(MMP)
Model pembelajaran kooperatif (MMP) merupakan salah satu model
beberapa prosedur dalam penerapan pembelajaran. Dalam model
pembelajaran kooperatif, terdapat beberapa prosedur yang perlu diketahui
yaitu empat tahapan yang prinsipil dalam pembelajaran kooperatif berupa (1)
penjelasan materi (2) belajar kelompok (3) penilaian (4) pengakuan tim
(Rusman, 2010: 212-213).
Sedangkan tahapan model pembelajaran koopertaif (MMP) adalah (1) guru dan siswa meninjau ulang apa yang telah tercakup pada pelajaran yang telah lalu. Yang ditinjau ulang adalah PR, mencongak dan membuat perkiraan (2) guru menyajikan ide baru dan perluasan konsep matematika terdahulu. Siswa diberi tahu tujuan pelajaran yang memiliki antisipasi tentang sasaran pembelajaran. Penjelasan dan diskusi interaktif antara guru dan siswa harus disajikan termasuk demontrasi kongkrit yang sifatnya priktorial atau simbolik. Guru merekomendasikan 50 % waktu pelajaran untuk pengembangan. Pengembangan akan lebih bijaksana apabila dikombinasikan dengan kontrol latihanuntuk meyakinkan bahwa siswa mengikuti penyajian materi baru (3) siswa diminta merespon satu rangkaian soal sambil guru mengamati jika terjadi miskonsepsi. Pada latihan terkontrol ini respon setiap siswa sangat menguntungkan bagi guru dan siswa. Pengembangan dan latihan terkontrol dapat saling mengisi dalam belajar mandiri maupun kelompok (4) siswa melakukan latihan secara mandiri, guna mengetahui sejauhmana pencapaian konsep suatu materi (5) siswa diberikan penugasan berupa PR untuk melatih dan memperkuat penanaman konsep yang telah diberika oleh guru (Krismanto, 2003 : 11 ).
Dari ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa prosedur model
pembelajaran kooperatif (MMP) terdiri dari lima langkah yaitu peninjauan
ulang pelajaran yang telah lalu, penyajian ide baru, pengembangan dengan
latihan terkontrol, latihan mandiri dan penugasan. Sehingga model
pembelajaran kooperatif (MMP) sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran
matematika, karena model pembelajaran kooperatif (MMP) memberikan
banyak keunggulan diantaranya yaitu banyak materi yang tersampaikan
kepada siswa, dengan banyaknya latihan soal membuat siswa terampil dalam
menyelesaikan berbagai ragam soal. Selain itu, model pembelajaran kooperatif
(MMP) lebih memusatkan pada pengembangan kemampuan siswa dalam
kognitif dan keaktifan melalui belajar kooperatif dan latihan terkontrol.
diharapkan dapat membantu siswa dalam menguasai konsep pengurangan
bilangan bulat .
i. Perbedaan Model Kooperatif Tipe Struktural TeknikMissouri
Mathemathic Project(MMP) dengan Model Pembelajaran Tradisional Dalam pembelajaran tradisional dikenal pula belajar kelompok,
meskipun demikian, ada sejumlah perbedaan esensial antara kelomok belajar
kooperatif dengan kelomok belajar tradisional. Perbedaan antara model
pembelajaran kooperatif (MMP) dan pembelajaran tradisional pada tabel 4
adalah sebagai berikut :
Kelompok Belajar Model Kooperatif tipe
struktural teknikmissouri mathemathic
project (MMP)
Kelompok Belajar Tradisional
Adanya saling ketergantungan positif,
saling membantu dan saling memberikan
motivasi sehingga ada interaksi
antarindividu dalam suatu kelompok
belajar.
Guru sering membiarkan adanya
siswa yang mendominasi kelompok
atau mengantungkan diri pada
kelompok
Adanya akuntabilitas individual yang
mengukur penguasaan materi pelajaran
tiap anggota kelompok. Kelompok diberi
umpan balik tentang hasil belajar para
anggotanya sehingga dapat saling
mengetahui siapa yang memerlukan
bantuan dan siapa yang dapat
memberikan bantuan.
Akuntabilitas individual sering
diabaikan sehingga tugas-tugas
sering didorong oleh salah seorang
anggota kelompok sedangkan
anggota kelompok lain hanya
enak-enakan saja atas keberhasilan
temanya yang dianggap pemborong
Kelompok belajar heterogen baik dalam
kemampuan akademik, jenis kelamin,
ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat
saling mengetahui siapa yang
Kelompok belajar biasanya
memerlukan bantuan dan siapa yang
dapat memberikan bantuan
Pada saat belajar dalam penerapan model
pembelajaran kooperatif (MMP) sedang
berlangsung guru terus menerus
melakukan pengawasan melalui
observasi dan melakukan intervensi jika
terjadi masalah dalam kerja sama antar
anggota kelompok
Pemantauan melalui observasi dan
intervensi sering dilakukan oleh
guru pada saat belajar kelompok
berlangsung
Guru memperhatikan secara langsung
proses kelompok yang terjadi dalam
kelompok-kelompok belajar
Guru sering tidak memperhatikan
proses kelompok yang terjadi dalam
kelompok-kelompok belajar
Sehingga dari perbedaan antara model kooperatif tipe struktural teknik
missouri mathemathic project (MMP) dengan model pembelajaran tradisional
di atas, dapat disimpulkan bahwa model kooperatif tipe struktural teknik
missouri mathemathic project (MMP) lebih memotivasi siswa dalam belajar
yang didukung dengan suasana belajar lebih menyenangkan. Selain itu, siswa
lebih aktif dalam pembelajaran dibandingkan dengan penerapan model
pembelajaran tradisional.
3. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar a. Pengertian Siswa Sekolah Dasar
Siswa sekolah dasar adalah siswa yang berada pada akhir fase
kanak-kanak yang ditandai oleh kondisi yang sangat mempengaruhi penyesuaian
pribadi dan penyesuaiaan sosial anak. Dan diharapkan memperoleh
pada kehidupan dewasa dan mempelajari berbagai ketrampilan penting
tertentu (Hurlock, 1980: 146).
b. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Karakter berasal dari kata Yunani Charas Sein yang berarti coretan,
pribadi oleh stempel itu (Ahmadi, 2003: 250) dan sedangkan Karakter
(characteristic) adalah kualitas unik seseorang yang mencakup atribut-atribut
seperti tempramen, fisik, dan inteligensia (Feist, 2008: 4).
Mengenai karakteristik anak sekolah dasar ini, Hurlock (Hurlock, 1980: 149- 163) menyebutkan sebagai berikut;
1. Perkembangan fisik
Akhir masa kanak-kanak merupakan periode pertumbuhan yang lambat dan relatif seragam sampai mulai terjadi perubahan-perubahan pubertas. Pertumbuhan fisik mengikuti pola yang dapat diramalkan meskipun jumlah perbedaan dapat terjadi.
2. Ketrampilan anak Sekolah Dasar
Kategori ketrampilan akhir masa kanak-kanak, terdiri dari (a) ketrampilan menolong diri sendiri (b) ketrampilan menolong orang lain (c) ketrampilan sekolah (d) ketrampilan bermain.
3. Kemajuan Berbicara
Adapun bidang-bidang yang mengalami kemajuan adalah (a) penambahan kosa kata umum yang tidak teratur (b) pengucapan yang terkadang terjadi kesalahan, namun lebih sedikit pada usia ini daripada sebelumnya (c) isi pembicaraan yang lebih bersifat sosial daripada egosentris (d) banyak bicara atau tahapan mengobrol yang berganti oleh pembicaraan yang lebih terkendali dan lebih terseleksi.
4. Emosi
Emosi pada masa ini mengalami keadaan yang hebat, sehingga menjadikan periode ini ketidak setimbangan yaitu dimana anak sulit dihadapi. Adapun emosi yang umum pada awal masa kanak-kanak adalah (a) amarah (b) takut (c) cemburu (d) ingin tahu (e) iri hati (f) gembira karena sehat (g) sedih (h) kasih sayang.
5. Pengelompokan dan Perilaku sosial
Pada masa ini disebut sebagai usia berkelompok karena ditandai dengan adanya minat terhadap aktivitas teman-teman dan meningkatnya keinginan kuat untuk diterima sebagi anggota suatu kelompok dan merasa tidak puas bila tidak bersama-sama temanya. Hal ini juga ditandai dengan muncul geng anak-anak yang lebih kearah kelompok bermain yang dibentuk sendiri dengan tujuan utama memperoleh kesenangan.
2. Perkembangan moral dan sosial
keadaan-keadaan khusus disekitar pelanggaran moral. Kode moral berkembang dari konsep-konsep moral yang umum. Pada masa ini dipengaruhi oleh standar moral dari kelompok dimana anak mengidentifikasikan diri. Pada konsep moral ini terdapat peran penting dari sebuah kedisiplinan.
c. Perkembangan Kognitif dan Pembelajaran Matematika Anak SD Salah satu aspek perkembangan anak adalah aspek kognitif atau
pengetahuan. Sebagaimana konsep teori piaget bahwa anak sekolah dasar
telah sampai pada taraf operasional konkrit yang sangat berguna sebagai dasar
dalam pembelajaran matematika.
Piaget (William Crain, 2007:173-199) mengidentifikasikan tahapan
perkembangan intelektual yang dilalui anak yaitu: (a) periode kepandaian sensori-motorik usia lahir-2 tahun, (b) periode II adalah pikiran pra operasional usia 2-7 tahun, (c) periode III adalah operasi-operasi berfikir formal usia 7-11 (d) periode IV operasi-operasi berfikir formal usia 11 tahun ke atas.
Dan Piaget (Santrock, 2007: 260) juga menekankan bahwa anak-anak
belajar dengan baik ketika mereka aktif dan mencari solusi secara mandiri.
Piaget melawan metode-metode pengajaran yang memperlakukan anak
sebagai penerima yang pasif. Implikasinya dalam edukasional dari pandangan
Piaget bahwa dalam semua pelajaran, semua murid akan belajar baik dengan
eksperimen, berdiskusi, ketimbang hanya membabi buta meniru guru atau
melakukan sesuatu secara hafalan. Pada masa kanak-kanak, kita akan
mengamati tipe-tipe proses berfikir yaitu (1) berfikir kritis yang melibatkan
cara berfikir instropektif dan produktif serta mengevaluasi kejadian (2)
berfikir ilmiah dan (3) pemecahan masalah (Santrok, 2007; 295-298).
Berdasarkan uraian di atas, siswa sekolah dasar berada pada tahap
operasional kongkrit, pada tahap ini anak mengembangkan pemikiran logis,
masih sangat terikat pada fakta-fakta perseptual, artinya anak mampu berfikir
logis, tetapi masih terbatas pada objek-objek kongkrit, dan mampu melakukan
konservasi (
http://xpresiriau.com/artikel-tulisan-pendidikan/karakteristik-siswa-sekolah-dasar/ diakses 7 Februaru 2011). Pada tahapan ini, pemikiran