KAJIAN TEORI
A. Hal-hal Teoritik dan Informasi Mendasar
1. Pembelajaran Kooperatif
Manusia memiliki derajat potensi, latar belakang histories, serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Karena perbedaan, manusia dapat saling asah, asih, dan asuh (saling mencerdaskan). Begitu juga dengan siswa-siswa di sekolah, bisa saling membantu satu sama lain. Dalam pembelajaran kooperatif, seorang siswa diharapkan bisa belajar dari siswa lainnya sehingga siswa tidak hanya memperoleh pelajaran dari gurunya saja. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat.1
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaraan yang sedang dikembangkan di Indonesia, sehingga pada saat ini belum banyak dilakukan di Indonesia ini. Alasan yang utama adalah kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidak belajar jika mereka ditempatkan di grup. Selain itu, terkadang siswa sendiri yang tidak menyukai jika diminta oleh gurunya untuk bekerja sama dengan siswa lainnya. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi yang lain dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu
1
grup dengan siswa yang lebih pandai. Siswa yang tekun juga merasa temannya kurang mampu hanya menumpang saja pada hasil jerih payah mereka.2 Itu semua adalah pandangan negatif orang terhadap kerja sama.
Sebenarnya kerja sama tidak hanya berdampak negatif seperti yang ditakutkan oleh kebanyakan orang. Terkadang kerja sama diharapkan bisa membuat seseorang yang memiliki kemampuan lebih dibanding yang lain bisa membaur dan membantu yang lainnya untuk memahami dari persoalan yang akan dipecahkan dengan jalan bekerja bersama tersebut. Sebenarnya model pembelajaran ini cukup tepat untuk diterapkan di Indonesia mengingat bahwa masyarakat Indonesia menjunjung tinggi nilai-nilai gotong royong.
Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok yang dilakukan asal-asalan.3 Ada perbedaan antara pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran tradisional. Dalam pembelajaran tradisional dikenal pula belajar kelompok, meskipun demikian, ada sejumlah perbedaan esensial antara kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar tradisional, yakni :4
Tabel 1 : Perbandingan antara kelompok belajar kooperatif dan tradisional Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Tradisional
Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu dan saling memberikan motivasi sehingga ada
Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok.
2 Anita Lie, Cooperative Learning : Mempratikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas, Jakarta : Gramedia, 2010, hlm. 28.
3
Ibid., hlm. 29. 4
interaksi promotif.
Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok. Kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan.
Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok, sedangkan anggota kelompok lainnya hanya enak-enak saja di atas keberhasilan temannya yang dianggap “pemborong”
Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.
Kelompok belajar biasanya homogeny
Pemimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok.
Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing.
Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti
kepemimpinan, kemampuan
Keterampilan sosial sering tidak diajarkan secara langsung.
berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola, konflik secara langsung diajarkan.
Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung, guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok.
Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.
Guru memperhatikan secara langsung kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai)
Penekanan sering hanya penyelesaian tugas.
(Sumber : Sugiyanto, Model-Model Pembelajaran Inovatif, Surakarta:Yuma Pustaka, 2010, hlm. 42-43.)
Ada unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan, yakni:5
5
a.Saling ketergantungan positif
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Inilah yang menyebabkan dalam cooperative learning ada unsur saling ketergantungan positif. Tanpa adanya kekompakan dari tiap anggotanya maka suatu kerja sama tidak akan berhasil dengan baik. Tiap anggota kelompok hendaknya memiliki tugas masing-masing agar tugas bisa terselesaikan dengan baik.
b.Tanggung jawab perseorangan
Unsur pertama dari cooperative learning menghendaki agar setiap anggota dari kelompok memiliki tugas. Akibat dari unsur pertama tersebut dapat dilihat di unsur kedua ini, yakni setiap anggota akan memiliki tanggung jawab sendiri-sendiri. Segi positif dari kerja sama salah satunya adalah melatih tanggung jawab.
c. Tatap muka
Dalam kerja sama yang harus diperhatikan adalah bertemu muka antar anggotanya serta melakukan diskusi. Hal ini sangat penting agar terjadi kejelasan mengenai persoalan yang akan dipecahkan dan tugas akan masing-masing anggota. Selain itu, pertemuan ini bisa digunakan oleh para anggota kelompok untuk saling mengenal karakter masing-masing.
d.Komunikasi antar anggota
Dalam kerja sama, hal yang juga tak kalah penting adalah kemampan mendengarkan dan mengutarakan pendapat. Hal ini sering dijadikan bahan pertimbangan untuk penilaian oleh guru. Hal ini sangat penting mengingat
bahwa dalam kerja sama berbeda dengan kerja individu dimana dalam kerja sama ada banyak anggota yang tentu memiliki pemikiran-pemikiran yang berbeda yang wajib diutarakan dan didengar.
e. Evaluasi proses kelompok
Evaluasi seringkali digunakan agar dalam kegiatan sama yang akan datang bisa memperoleh hasil yang lebih baik. Evaluasi setelah kerja sama ini diperlukan untuk melihat kekurangan-kekurangan apa saja yang perlu diperbaiki selama melakukan kerja bersama tersebut.
Keuntungan yang diperoleh dari penggunaan pembelajaran kooperatif adalah :6
a. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial;
b. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan;
c. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial;
d. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen;
e. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois;
f. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa;
g. Berbagai keterampilan sosial diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan;
h. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia;
6
i. Menigkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif;
j. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan baik; k. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan
kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama, dan orientasi tugas.
2. Tipe Picture and Picture
Tipe dan metode pembelajaran yang menarik di kelas akan menumbuhkan rasa keinginan untuk belajar dalam diri masing-masing siswa. Metode mengajar adalah cara atau teknik yang merupakan perangkat sarana untuk menunjang pelaksanaan strategi mengajar. Metode mempunyai peranan yang sangat besar dalam proses belajar mengajar. Metode mengajar menunjukkan pada cara-cara khusus bagaimana model mengajar bisa diselenggarakan sebaik-baiknya agar tercapai tujuan yang diharapkan.7 Pada masa sekarang banyak sekali bermunculan tipe-tipe pembelajaran yang baru dan bertujuan untuk terjadinya proses belajar mengajar yang aktif.
Tipe pembelajaran inovatif yang bermunculan pada masa sekarang sangat bermanfaat bagi dunia pendidikan. Tipe-tipe seperti ini bisa membantu guru ketika mengajar di dalam kelas. Hal ini dikarenakan pada masa sekarang, guru benar-benar dituntut untuk mampu meninggalkan cara-cara mengajar yang lama. Seringkali guru enggan mengganti tipe dan metode mengajar
7
I Gede Widja, Dasar-dasar Pengembangan Strategi serta Metode Pengajaran Sejarah, Depdikbud : Jakarta, 1989, hlm. 2.
mereka dengan alasan sudah nyaman, meskipun tipe dan metode tersebut sama sekali tidak membuat siswa menjadi pusat kegiatan belajar mengajar.
Salah satu tipe yang ada pada masa sekarang adalah tipe picture and picture adalah suatu tipe dengan menggunakan gambar dan dipasangkan/diurutkan menjadi urutan yang logis. Dengan menggunakan tipe ini, guru berusaha untuk mengajak siswa berpikir secara logis dan sistematis. Begitu halnya dalam belajar sejarah, akan menarik jika disampaikan dengan tipe ini, mengingat bahwa pelajaran sejarah selalu terkait dengan waktu. Adapun langkah-langkah dalam tipe picture and picture adalah :8
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai; b. Menyajikan materi sebagai pengantar;
c. Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi;
d. Guru membagi siswa dalam kelompok kecil dan tiap kelompok diberi gambar terkait dengan materi;
e. Guru menunjuk / memanggil wakil siswa dari tiap kelompok secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan logis; f. Guru menanyakan alasan / dasar pemikiran urutan gambar tersebut;
g. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamakan konsep / materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai; dan
h. Kesimpulan / rangkuman.
8
Suyatno, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, Masmedia Buana Pustaka : Sidoardjo, 2009, hlm.116
3. Belajar
Banyak pengertian mengenai belajar, seperti menurut Winkel9, belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap, perubahan ini bersifat relatif konstan. Belajar merupakan kegiatan mental yang tidak bisa disaksikan dari luar. Apa yang sedang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar, tidak dapat diketahui secara langsung hanya dengan mengamati orang itu. Bahkan, hasil belajar orang itu tidak langsung kelihatan, tanpa orang itu melakukan sesuatu yang menampakkan kemampuan yang telah diperoleh melalui belajar.10
Sardiman memberikan beberapa pengertian belajar adalah sebagai berikut:11
a) Belajar merupakan perubahan tingkah laku, perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan perubahan ilmu pengetahuan tapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap pengertian, harga diri, minat, watak dan penyesuaian diri.
b) Belajar dalam arti luas merupakan kegiatan psiko-fisik menuju perkembangan pribadi seutuhnya.
c) Belajar dalam arti sempit adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.
9
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, PT. Gramedia:Jakarta, 1987, hlm. 36. 10
Ibid., hlm. 35. 11
d) Belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa, karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Menurut Skinner, belajar merupakan hubungan antara stimulus dan respons yang tercipta melalui proses tingkah laku.12 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar didefinisikan berusaha supaya beroleh kepandaian.13 Belajar dapat juga didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.14 Istilah pengalaman membatasi macam-macam perubahan perilaku yang dapat dianggap mewakili belajar. Biasanya batasan ini dilakukan dengan memperhatikan penyebab-penyebab perubahan dalam perilaku yang tidak dapat dianggap sebagai hasil pengalaman. Perubahan perilaku yang disebabkan oleh kelelahan, adaptasi indra, obat-obatan, dan kekuatan mekanis, tidak dianggap sebagai perubahan yang disebabkan oleh pengalaman. Sehingga tidak dapat dianggap bahwa belajar telah terjadi. Perubahan-perubahan dalam perilaku yang disebabkan oleh alkohol atau obat-obatan lainnya tidak dianggap sebagai belajar sebab perubahan-perubahan ini pun bersifat fisiologis.15 Oleh sebab itu, tidak semua perubahan merupakan akibat dari belajar.
Dapat dipersoalkan pula, apakah proses belajar harus disertai kesadaran subyek, bahwa dia sedang belajar. Ini tidak mutlak perlu, sebab orangnya mungkin sedang belajar sesuatu tanpa menyadari sepenuhnya, bahwa dia
12 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta,1999, hlm. 9. 13
W.J.S. Poerwadarminta;Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1966, hlm. 22. 14
Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Erlangga, 2011, hlm. 2. 15
sedang belajar. Tentu saja kita seringkali mengalami hal seperti. Tanpa kita sadari kita sudah mengalami suatu perubahan dikarenakan belajar. Terutama dalam bidang belajar sikap dan nilai, banyak terjadi perubahan positif yang menjadi milik untuk seumur hidup, namun diperoleh pada waktu masih muda tanpa menyadari hal itu.16
Menurut A. De Block, sistematika bentuk belajar adalah :17 a. Bentuk-bentuk belajar menurut fungsi psikis :
1) Belajar dinamik
Ciri khasnya terletak dalam belajar menghendaki sesuatu secara wajar, sehingga orang tidak menyerah pada sembarang menghendaki dan juga tidak menghendaki sembarang hal. Berkehendak adalah suatu aktivitas psikis , yang terarah pada pemenuhan suatu kebutuhan yang disadari dan dihayati. Kebutuhan itu dapat merupakan kebutuhan biologis, dan psikologis.
2) Belajar afektif
Ciri khasnya terletak dalam belajar menghayati nilai dari obyek-obyek yang dihadapi melalui alam perasaan, entah obyek itu berupa orang, benda tau kejadian/peristiwa; ciri yang lain terletak dalam belajar mengungkapkan perasaan dalam bentuk ekspresi yang wajar. Fungsi dinamik dan afektif berkaitan satu sama lain, karena setiap kehendak dan kemauan disertai perasaan dan setiap perasaan mengandung dorongan untuk berkehendak dan berkemauan. 16 W.S. Winkel, op.cit., hlm. 37. 17 Ibid., hlm 39-50.
3) Belajar kognitif
Ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakiliobyek-obyek yang dihadapi, entah obyek itu orang, benda atau kejadian/peristiwa. Obyek-obyek itu direpresentasikan atau dihadirkan dalam diri melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental.
4) Belajar sensi-motorik : mengamati, bergerak, berketerampilan
Ciri khasnya terletak dalam belajar menghadapi dan menangani obyek-obyek secara fisik, termasuk kejasmanian manusia sendiri. Dalam belajar ini, baik aktivitas mengamati melalui alat-alat dria (sensorik) maupun bergerak dan menggerakan (motorik), memegang peranan penting.
b. Bentuk-bentuk belajar menurut materi yang dipelajari : 1) Belajar teoretis
Bentuk belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta (pengetahuan) dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat dipahami dan digunakan untuk memecahkan problem, seperti terjadi dalam bidang-bidang studi ilmiah.
2) Belajar teknis
Bentuk belajar ini bertujuan mengembangkan keterampilan-keterampilan, dalam menangani, dalam menangani dan memegang benda-benda serta menyusun bagian-bagian materi menjadi suatu keseluruhan, misalnya belajar mengetik dan membuat suatu mesin tik.
3) Belajar sosial
Bentuk belajar ini bertujuan mengekang dorongan dan kecenderungan spontan, demi kehidupan bersama dan memberikan kelonggaran kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhannya.
4) Belajar estetis
Bentuk belajar ini bertujuan membentuk kemampuan menciptakan dan menghayati keindahan di berbagai bidang kesenian.
c. Bentuk-bentuk belajar yang tidak sebegitu disadari : 1) Belajar insidental
2) Belajar dengan mencoba-coba 3) Belajar tersembunyi
4. Sejarah
Kata sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu syajarotun yang berarti pohon, keturunan, asal-usul, yang kemudian menjadi kata sejarah dalam bahasa Indonesia. Kata sejarah sama dengan kata history dalam bahasa Inggris, yang berasal dari istoria dalam bahasa Yunani yang berarti ilmu.18 Dalam perkembangannya kata istoria diperuntukkan bagi pengkajian terhadap segala sesuatu mengenai manusia secara kronologis. Dalam bahasa Jerman kata sejarah disebut dengan geschichte, yang berarti sesuatu yang telah terjadi.19 Banyak sekali pengertian sejarah. Sejarah adalah gambaran tentang masa lalu manusia dan sekitarnya sebagai makhluk sosial yang disusun secara ilmiah dan
18
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, Terjemahan Nugroho Noto Susanto, Jakarta:UI Press, 1975, hlm.103.
19
lengkap. Meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan yang memberikan pengertian pemahaman tentang apa yang telah berlalu.20 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sejarah dapat diartikan sebagai berikut:
a. Kejadian yang benar-benar terjadi pada masa lampau.
b. Pengetahuan atau uraian tentang kejadian yang benar-benar terjadi pada masa lampau.21
Menurut R.Moh.Ali, kata sejarah mengandung arti sebagai berikut :22 a. Sejumlah perubahan-perubahan, kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa
dalam kenyataan sekitar kita.
b. Cerita tentang perubahan-perubahan, kejadian-kejadian, dan peristiwa-peristiwa yang merupakan realitas tersebut.
c. Ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan-perubahan, kejadian-kejadian dan peristiwa yang merupakan realitas tersebut.
Menurut Gilbert J.Garraghan, S.J., sejarah dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:23
a. kejadian masa lampau manusia, aktualitas masa lampau; b. catatan aktualisasi masa lampau; dan
c. proses dan teknik pembuatan catatan.
20
Sartono Kartodirjo. Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia. Jakarta : PT Gramedia, 1982, hlm. 12
21W.J.S. Poerwadarminta;Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1966, hal. 208-209.
22
M.Habib Mustopo, op.cit.,hlm 3. 23
Sejarah salah satu hal yang penting untuk dipelajari oleh semua orang. Namun, pada masa sekarang banyak orang kurang sadar akan pentingnya mempelajari sejarah. Mempelajari sejarah akan membantu kita untuk mengetahui perjalanan bangsa Indonesia dan akan membantu kita untuk membangun bangsa kita ini pada masa kini maupun masa yang akan datang. Kesadaran akan sejarah sangatlah diperlukan agar nilai-nilai sejarah bisa tercermin dalam kehidupan kita sehari-hari.
Kita dapat mengetahui masa lampau dari peninggalan berupa tulisan (history as record) dan benda-benda peninggalan (history as remain).24 Catatan dan benda-benda peninggalan sejarah inilah yang membantu para sejarawan untuk bisa merekonstruksi peristiwa sejarah yang telah terjadi di masa lampau. Keunikan merupakan ciri dari sejarah. Karena waktu dan ruang (time and space) selalu membedakan dan itu yang membuat aktivitas sosial manusia menjadi unik.25
Pelajaran sejarah sangatlah penting diberikan di sekolah. Pelajaran sejarah yang diberikan dengan tepat oleh guru dan adanya kesadaran dalam diri siswa akan pentingnya mempelajari sejarah akan menghantarkan siswa memiliki rasa menghargai akan kepentingan/kegunaan dari pengalaman masa lampau kehidupan masa sekarang. Dengan ini mempelajari sejarah maka akan membuat kehidupan kita menjadi lebih baik.
Ada kemungkinan terjadi kesalahpahaman mengenai pengertian sejarah karena pengajaran sejarah yang kurang tepat dan kurang komprehensif. Ada
24
Ibid., hlm. 3. 25
kemungkinan pengajaran sejarah konvensional menyebabkan pengajaran sejarah tidak memberi arti bagi kehidupan manusia. Pengajaran seperti itu menyebabkan pelajaran sejarah sebagai pelajaran yang tidak bermakna. Lebih-lebih orang mengatakan sejarah hanya penyebutan fakta-fakta dan angka tahun saja.26
5. Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Prestasi belajar merupakan suatu hal yang sangat penting bagi siswa karena merupakan hasil perjuangannya mengikuti kegiatan belajar. Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.27 Hasil belajar siswa sangatlah tergantung dengan siswa itu sendiri. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan.28
a) Faktor yang berasal dari dalam diri siswa, misalnya:
1) Faktor Psikologis yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan kejiwaan 2) Faktor biologis yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan fisik. b) Faktor yang berasal dari luar siswa, misalnya :
26
Ibid.,hlm.1 27
W.S. Winkel, Pengantar Psikologi Pendidikan, Jakarta : PT. Gramedia,1983, hlm. 162. 28
Faktor ekstern meliputi faktor lingkungan yang ada di sekitar individu tersebut, baik itu lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat sekitar. Faktor-faktor tersebut ada pengaruhnya dalam membantu peningkatan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar siswa terkait dengan mata pelajaran sejarah seringkali rendah. Rendahnya prestasi belajar siswa ini salah satunya dipengaruhi oleh metode mengajar dari guru yang seringkali monoton.
6. Kepuasan Belajar Siswa
Istilah kepuasan belajar siswa jarang sekali terdengar. Kepuasan siswa merupakan sikap positif siswa terhadap pelayanan proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru karena adanya kesesuaian antara yang diharapkan dan dibutuhkan dengan kenyataan yang diterimanya.29 Kepuasan siswa sangat relatif sifatnya. Antara siswa yang satu dengan yang lainnya akan berbeda. Di sinilah tantangan bagi para guru untuk bisa membuat siswa merasakan kepuasan dengan kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan karena guru harus memilih metode yang tepat dengan keadaan para siswa yang ada di dalam kelas. Namun, hal ini tetap harus dilakukan oleh seorang guru karena sudah menjadi kewajibannya. Tercapainya kepuasan seluruh siswa ini sungguh bukanlah hal yang mudah. Ketercapaian itu dapat diperoleh dengan cara memotivasi siswa dan memberikan memberikan harapan yang berkaitan dengan budaya ruang kelas dan sekolah, untuk itu diperlukan strategi dan pendekatan-pendekatan pengajaran yang dapat memenuhi
kebutuhan- 29
kebutuhan siswa sehingga mereka dapat melakukan kegiatan belajar, mengetahui kemajuan belajar, dan dapat memantau kemajuan belajarnya.30
Kepuasan belajar siswa bukanlah suatu hal yang bisa diabaikan. Kepuasan belajar siswa sangat besar pengaruhnya bagi kegiatan belajar