PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini untuk :
1. Papa (alm), Pak’e Ose dan Mama, Mbak Eva, Mas Theo, Mbak Yopi, dan
seluruh keluargaku yang tak pernah berhenti memberikan dukungan, doa, dan
bantuan lainnya.
2. Yoel Febriantoro yang selalu ada setiap saat untuk mendengar keluh kesahku.
MOTTO
Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan
menerimanya. (Matius 21 : 22)
Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit
kembali setiap kali kita jatuh. (Confusius)
Belajarlah dari kesalahan orang lain. Anda tak dapat hidup cukup lama untuk
melakukan semua kesalahan itu sendiri. (Martin Vanbee)
Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa bahagia, tetapi
hanya kamu sendiri yang menangis; dan pada kematianmu semua orang menangis
Pernyataan Keaslian Karya
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagia karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, November 2012
Penulis
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Yosefin Fitri Wijayati
Nomor Mahasiswa : 081314004
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul :
PENINGKATAN PRESTASI DAN KEPUASAN BELAJAR SEJARAH
SISWA DENGAN MENGGUNAKAN COOPERATIVE LEARNING TIPE
PICTURE AND PICTURE KELAS XI IPS 1 DI SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpusatakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di Internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya,
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal :...
Yang menyatakan
ABSTRAK
PENINGKATAN PRESTASI DAN KEPUASAN BELAJAR SEJARAH SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE PICTURE AND PICTURE
(Penelitian Dilakukan di Kelas XI IPS-1 di SMA Pangudi Luhur
Yosefin Fitri Wijayati Universitas Sanata Dharma
2012
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan : 1. Peningkatan prestasi belajar sejarah siswa setelah diterapkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture, 2. Peningkatan kepuasan belajar sejarah siswa setelah diterapkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture.
Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Tagart dan Kemmis dengan tahapan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS-1 yang berjumlah 30 siswa. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner, tugas, lembar observasi, dan tes. Analisis data yang digunakan adalah persentase.
ABSTRACT
THE IMPROVEMENT STUDENTS’ ACHIEVMENT AND
SATISFACTION IN STUDYING HISTORY BY USING COOPERATIVE LEARNING MODEL PICTURE AND PICTURE TYPE
(Based on Research Conduted in Class XI IPS 1 of Pangudi Luhur Senior High School)
Yosefin Fitri Wijayati Sanata Dharma University
2012
This research is aimed to describe : (1) the improvement of students’ achievement in studying history by using cooperative learning with picture and picture type in class XI IPS-1 of Pangudi Luhur Senior High School, (2) the improvement of students’ satisfaction in studying history by using cooperative learning with picture and picture type in class XI IPS-1 of Pangudi Luhur Senior High School.
The method used in this research was classroom action research using Taggart and Kemmis model. The research consisted of planning, implemention, observation, and reflection stages. The subject of this research were 30 students of class XI IPS-1 in Pangudi Luhur Senior High School Yogyakarta. Data gathering used questionnaire, task, observation, and test. Data analysis used percentage. The results of the research showed that (1) there was improvement of students’ achievement shown from the improvement of mean value of final score and the number of students achieved Minimum Requirement Criteria after the picture and picture type was implemented in class XI IPS 1 of Pangudi Luhur Senior High School. The data showed students’ mean value 74,65 in the primary stage increased to 82,68 in the first cycle and increased again to 82,819 in second cycle. Moreover, the number of students who achieved Minimum Requitment Criteria also increased. There were 23 students (76,67%) who achieved Minimum Requitment Criteria in the primary stage. This number increased to 30 students (100%) in the first and second cycles. The improvement of the students’ achievement happened in the first cycle was shown by the mean value which increased 8,03% and the number of the students who achieved Minimum Requitment Criteria which increased 23,33%. The improvement of the students’ achievement in the second cycle was shown by the mean value of the test which increased 0,31%. There was no increasing number of students who achieved Minimum Requitment Criteria in this cycle. (2) There was improvement of the student’s satisfaction in studying history after picture and picture type was implemented in the class. It was shown from average of students’ initial satisfaction level that was 221,47 (77,70%) in primary stage and increased to 231,8 (81,33%) after second cycle. The improvement of students’ satisfaction that happened after the picture and picture type was implemented in the class was 3,63%.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Bapa Yang Maha Kudus
atas segala berkat, kasih kurnia dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dari awal hingga akhir.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak mungkin selesai
tanpa bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberi
ijin untuk melakukan penelitian.
2. Ketua Program Studi Pendidikan sejarah yang telah memberikan saran dan
dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Dra. Theresia Sumini, M.Pd dan Yustiana Kameng, S.Pd selaku
pembimbing 1 dan 2 yang telah banyak memberikan masukan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Para Dosen Pendidikan Sejarah, yang telah memberikan bekal
pengetahuan dan bimbingan bagi penulis selama menyelesaikan tugas
belajar di Universitas Sanata Dharma.
5. Henricus Tri Wahyudi, S.Pd selaku guru sejarah SMA Pangudi Luhur
Yogyakarta telah membantu penulis mengumpulkan data-data guna
penulisan skripsi ini.
6. Keluargaku atas doa, semangat, dan dukungan yang diberikan kepada
7. Yoel Febriantoro, Patrick, Lulu, Budi, Miss Marsha, Cahyo, Aji, Ey, Ogut,
dan Kang Endah yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
8. Seluruh teman-teman 2008 atas doa dan dukungannya.
9. Seluruh karyawan Perpustakaan USD yang telah menyediakan buku-buku
yang diperlukan untuk penulisan skripsi ini.
10. Semua pihak yang telah membantu dan tidak disebutkan satu persatu oleh
penulis dalam skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis dengan tangan terbuka akan menerima segala tanggapan, saran,
kritik dari pembaca demi penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap
semoga skripsi ini dapat menjadi salah satu sumbangan yang bermanfaat.
Yogyakarta, November 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...
HALAMAN PENGESAHAN...
HALAMAN PERSEMBAHAN...
HALAMAN MOTTO...
HALAMAN KEASLIAN KARYA...
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS...
ABSTRAK...
BAB I PENDAHULUAN...
A. Latar Belakang...
B. Rumusan Masalah...
C. Tujuan Penelitian...
D. Manfaat Penelitian...
BAB II KAJIAN TEORI...
A. Hal-hal Teoritik dan Informasi Mendasar...
1. Pembelajaran Kooperatif...
2. Metode Picture and Picture...
3. Belajar ...
4. Sejarah...
5. Prestasi Belajar...
6. Kepuasan Belajar...
B. Materi Pokok...
C. Kerangka Berpikir...
D. Hipotesis Penelitian...
BAB III METODE PENELITIAN...
A. Tempat dan Waktu Penelitian...
1. Tempat Penelitian...
2. Waktu Penelitian...
B. Subjek Penelitian...
C. Objek Penelitian...
D. Definisi Operasional Variabel...
E. Jenis Penelitian...
F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data...
1. Metode Pengumpulan Data...
2. Instrumen Pengumpulan Data...
G. Desain Penelitian...
H. Analisis Data...
1. Kuantitatif ...
2. Kualitatif...
3. Komparatif ...
I. Hipotesis Statistik...
J. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Secara Keseluruhan...
1. Tahap Persiapan...
2. Siklus 1...
3. Siklus 2...
K. Indikator Keberhasilan...
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...
A. Hasil Penelitian...
1. Keadaan Awal Belajar Sejarah...
2. Siklus 1...
3. Siklus 2...
B. Komparasi...
1. Prestasi Belajar Siswa...
2. Partisipasi Siswa...
3. Kepuasan Belajar Siswa...
B. Saran...
DAFTAR PUSTAKA...
LAMPIRAN... 96
99
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Perbandingan antara Kelompok Belajar Kooperatif dan Tradisional....
Tabel 2 : Persentase Tingkat Prestasi Siswa Menggunakan PAP I...
Tabel 3 : Persentase Tingkat Kepuasan Belajar Menggunakan PAP I...
Tabel 4 : Indikator Keberhasilan Penelitian...
Tabel 5 : Data Prestasi Belajar Awal Siswa ...
Tabel 6 : Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Awal Siswa ...
Tabel 7 : Data Kepuasan Belajar Awal Siswa ...
Tabel 8 : Partisipasi Siswa dalam Mengikuti Pelajaran Sejarah (Siklus 1)...
Tabel 9 : Data Prestasi Belajar Siswa Siklus 1...
Tabel 10 : Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa Siklus 1...
Tabel 11 : Partisipasi Siswa dalam Mengikuti Pelajaran Sejarah (Siklus 2)...
Tabel 12 : Data Prestasi Belajar Siswa Siklus 2...
Tabel 13 : Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa Siklus 2...
Tabel 14 : Data Tingkat Kepuasan Belajar Akhir Siswa...
Tabel 15 : Komparasi Hasil Prestasi Awal Siswa dan Siklus 1...
Tabel 16 : Komparasi Hasil Prestasi Belajar Siklus 1 dan 2...
Tabel 17 : Komparasi Partisipasi Siswa Siklus 1 dan Siklus 2...
Tabel 18 : Komparasi Kepuasan Belajar Awal dan Akhir Siswa... 15
53
53
58
59
61
62
67
69
70
75
77
78
79
82
84
86
DAFTAR GAMBAR
Gambar I : Siklus Rancangan Penelitian...
Gambar II : Diagram Prestasi Balajar Awal Siswa...
Gambar III : Diagram Tingkat Kepuasan Belajar Awal Siswa...
Gambar IV : Diagram Prestasi Siswa Siklus 1...
Gambar V : Diagram Prestasi Siswa Siklus 2...
Gambar VI : Diagram Tingkat Kepuasan Belajar Akhir Siswa...
Gambar VII : Grafik Komparasi Prestasi Belajar Sejarah Siswa...
Gambar VIII: Grafik Komparsi Partisipasi Siswa Mengikuti Pelajaran Sejarah
di Kelas...
50
61
64
71
79
81
85
88
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian...
Lampiran 2 : Bukti Telah Melaksanakan Penelitian...
Lampiran 3 : Silabus...
Lampiran 4 : Rancangan Perencanaan Pembelajaran...
Lampiran 5 : Kisi-Kisi Kuesioner Kepuasan Belajar Siswa...
Lampiran 6 : Kuesioner Kepuasan Belajar Siswa ...
Lampiran 7 : Validitas Kuesioner Kepuasan Belajar Siswa...
Lampiran 8 : Validitas Isi...
Lampiran 9 : Reliabilitas Kuesioner Kepuasan Belajar Siswa...
Lampiran 10 : Data Kepuasan Belajar Awal Siswa ...
Lampiran 11 : Data Kepuasan Belajar Akhir Siswa...
Lampiran 12 : Observasi Guru Mengajar...
Lampiran 13 : Observasi Partisipasi Siswa...
Lampiran 14 : Foto aktivitas Siswa di Kelas... 101
102
103
106
140
142
146
149
152
156
159
162
165
166
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Guru adalah seseorang yang memiliki pekerjaan sebagai pengajar. Pada
masa sekarang, profesi seorang guru cukup diminati oleh banyak orang. Banyak
hal yang menjadi penyebabnya dan itu semua bersifat relatif. Beda orang maka
beda pula alasannya. Ada yang memang terpanggil jiwanya untuk menjadi
pahlawan tanpa tanda jasa dan ada juga yang tergiur dengan isu-isu mengenai gaji
guru yang pada masa sekarang sudah mulai membaik. Alasan pertama seringkali
diketahui melalui televisi, dimana ketika ada liputan sebuah sekolah terpencil
seringkali murid-muridnya ditanya mengenai cita-citanya. Jawaban yang
diberikan oleh murid-murid tersebut rata-rata adalah menjadi seorang guru.
Jawaban tersebut mungkin dikarenakan mereka melihat sekolahnya sangat
kekurangan guru sehingga mereka pun terpanggil untuk mengabdi kepada
daerahnya sama seperti guru-guru yang lain meskipun banyak hambatannya,
seperti tidak tersedia fasilitas yang memadai karena daerah tempat mengajar
sangat terpencil. Alasan yang kedua ini yang sebenarnya paling sering terdengar
di tengah-tengah masyarakat pada masa sekarang. Banyak orang yang tergiur
dengan gaji guru pada masa sekarang sehingga ketika menjadi seorang guru pun
hanya setengah-setengah.
Siapapun yang sudah memilih untuk menjadi seorang guru hendaknya harus
mengajar di dalam kelas maupun ketika sedang menjalani aktifitas lain di luar
kelas karena mengingat peran guru bagi siswa sangatlah besar. Guru bukan hanya
sekedar menjadi sosok yang ditemui oleh siswa saat berada di dalam kelas
melainkan juga ditemui oleh orang tua dari siswa tersebut di saat-saat tertentu.
Orang tua pun sering memberikan penilaian terhadap kualitas guru dan penilaian
tersebut terkadang besar pengaruhnya bagi kepercayaan orang tua terhadap
kualitas sekolah tempat di mana guru tersebut mengajar. Menjadi guru harus
memiliki kecakapan untuk memberi bimbingan.1 Guru haruslah menjadi tokoh
panutan bagi murid-murid. Hal ini bisa menjadi modal bagi usaha guru
mengembangkan sikap positif pada pihak murid.2 Motivasi ketika memilih suatu
pekerjaan akan mempengaruhi orang tersebut saat menjalankan pekerjaannya,
begitu juga menjadi guru. Ketika alasannya karena penghasilan maka dapat
dipastikan saat menjalani pekerjaan tidak akan sebaik guru yang memiliki
motivasi sebagai pendidik yang ingin mengembangkan anak didiknya.
Jika guru hanya memikirkan pendapatan, maka ia memandang pekerjaannya
sebagai sarana guna memperoleh uang. Guru akan menerima siswa baru
berdasarkan kemampuan ekonomi, mencari penghasilan lain dari pelajaran
tambahan sebanyak-banyaknya, dan menjadi pengajar tidak tetap di sekolah lain.
Akibat lebih jauh ialah guru tidak sempat mempersiapkan pelajaran dengan baik,
jangankan memeriksa pekerjaan siswa, membaca literatur profesional pun tidak
pernah sempat, sehingga satu-satunya cara mendorong guru itu untuk
meningkatkan profesionalitasnya ialah mengharuskannya mengikuti penataran.
1
I Gede Widja, Dasar-dasar Pengembangan Strategi serta Metode Pengajaran Sejarah, Jakarta : Depdikbud, 1989, hlm. 14.
2
Hal ini tentu berbeda dengan guru yang murni terpanggil jiwanya. Guru
yang terpanggil jiwanya seringkali mengabdi dengan sepenuh hati guna
membantu murid-muridnya berkembang. Guru yang pertama-tama bercita-cita
menyumbangkan keahliannya demi perkembangan siswa, akan memandang
pekerjaannya sebagai sumber kepuasan pribadi, biarpun tidak lepas dari
tantangan. Dia akan rela untuk mengorbankan waktu dan tenaga lebih banyak
daripada yang dituntut secara formal; sikap ini akan diketahui dan dihargai oleh
siswa.3
Menjadi seorang guru hendaknya janganlah setengah-setengah. Banyak
guru yang frustasi ataupun berhenti dari pekerjaannya setelah tahu dunia
pekerjaannya tidak seperti yang dibayangkan, terutama dialami oleh guru baru.
Guru baru menyerah dengan berbagai alasan, tetapi keluhan yang paling umum
adalah murid yang mengganggu dan tidak memiliki rasa hormat, pegawai
administrasi yang apatis atau tidak efektif, tumpukan kertas kerja berlebihan,
intrik antar gank, tekanan dan gangguan dari para orang tua, serta kelelahan emosi
dan mental.4
Menjadi seorang guru bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Guru akan
menemui banyak siswa beserta orang tuanya yang memiliki beraneka macam
karakter. Di sinilah guru seringkali menemui kendala, terutama saat mengajar di
dalam kelas. Oleh sebab itu, pada masa sekarang diharapkan agar guru harus
pandai untuk menarik perhatian siswanya saat mengajar di dalam kelas agar siswa
mau terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar di kelas tersebut. Salah
3
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, Jakarta : Gramedia, 1987, hal. 111. 4
satu cara yang bisa dilakukan oleh guru adalah menggunakan metode mengajar
yang tepat baik dengan materi yang diajarkan maupun dengan keadaan siswanya.
Terutama pada masa sekarang dimana kegiatan belajar mengajar diorientasikan
pada siswa, sehingga peran guru di dalam kelas tidak lagi menjadi aktor utama
melainkan hanyalah sebagai pendamping dan penunjuk arah bagi para siswanya.
Saat ini metode yang hendaknya perlu diminimalisir penggunaannya di saat
mengajar adalah metode ceramah. Metode ceramah adalah sebuah bentuk
interaksi melalui penerangan dan penuturan lisan dan guru kepada peserta didik.5
Saat ini metode ceramah secara penuh saat mengajar di kelas sudah sangat tidak
tepat. Hal ini dikarenakan metode ceramah bisa membuat siswa menjadi siswa
yang pasif, yakni sangat bergantung kepada guru. Hal ini terjadi terutama dalam
mata pelajaran sejarah yang terkenal dengan mata pelajaran yang membosankan
karena hanya menghafal peristiwa-peristiwa yang telah lewat. Seringkali guru
sejarah menggunakan metode yang kurang bisa memancing keaktifan siswa di
kelas melainkan sebaliknya.
Pada saat ini dikenal dengan adanya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) yang mengutamakan kegiatan belajar berorientasi pada siswa. KTSP ini
mengutamakan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. KTSP dibuat
berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam penyusunannya,
KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah mengacu kepada Peraturan
5
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi. 6
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang dirancang dalam KTSP mengikuti
prinsip-prinsip yang edukatif, yaitu kegiatan yang berfokus pada kegiatan aktif
siswa dalam membangun makna atau pemahaman. Dengan demikian, dalam
KBM, guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan
otoritas atau haknya dalam membangun gagasan. Oleh sebab itu, pada masa
sekarang guru dituntut untuk melakukan perubahan dalam KBM dimana yang
dulu guru masih menjadi pusat dari KBM kini mulai berubah yakni siswalah yang
menjadi pusat dari KBM. Tanggung jawab belajar tetap berada pada diri siswa,
dan guru hanya bertanggung jawab untuk menciptakan situasi yang mendorong
prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab siswa untuk belajar secara berkelanjutan
atau sepanjang hayat.7 Hal ini sebenarnya sangat baik karena siswa bisa menjadi
mandiri tidak hanya bergantung pada guru melainkan terbiasa mengusahakan
kebutuhannya sendiri.
Pada masa sekarang muncul berbagai tipe pembelajaran yang bisa
memancing siswa untuk melatih diri terbiasa dengan cara belajar yang mandiri
tanpa harus tergantung pada guru dan bisa memperoleh keberhasilan dengan
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh dirinya. Guru hanyalah orang yang
bertugas sebagai pemandu siswa untuk mencapai tujuan dalam sebuah kegiatan
belajar sedangkan tercapai atau tidaknya tujuan tersebut masih tergantung dari
6
Masnur Muslich, KTSP : Dasar Pemahaman dan Pengembangan, Jakarta : Bumi Aksara, 2007, hlm. 1.
7
siswa yang bersangkutan. Namun, peranan guru juga sangat penting saat di kelas.
Keberhasilan pembelajaran ditentukan banyak faktor diantaranya guru.8
Tercapainya tujuan belajar ini akan menghantarkan siswa kepada keberhasilan.
Salah satu ciri dari keberhasilan siswa tersebut adalah siswa memiliki prestasi
belajar yang tinggi.
Prestasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor yang membuat
siswa memiliki rasa puas terhadap kegiatan belajar mengajar yang telah
dialaminya. Selain prestasi yang tinggi, tipe pembelajaran juga menjadi salah satu
faktor penentu kepuasan siswa. Tipe pembelajaran yang digunakan oleh guru
merupakan salah satu bukti bahwa guru memiliki kualitas. Kualitas dari sang guru
ini turut menentukan mutu dari sekolah tersebut. Pelayanan proses belajar
mengajar yang bermutu ditandai dengan guru membuat perencanaan untuk
melaksanakan proses belajar mengajar, melaksanakan proses belajar mengajar
dimulai dan diakhiri dengan tepat waktu, guru dapat menguasai materi pelajaran
yang disampaikan sehingga siswa mudah untuk memahaminya, guru
menggunakan variasi metode pengajaran, guru dapat menggunakan media belajar
yang tersedia di sekolah, dan dapat memotivasi siswa untuk belajar.9 Kepuasan
siswa adalah sikap positif siswa terhadap pelayanan proses belajar mengajar yang
dilaksanakan oleh guru karena adanya kesesuaian antara apa yang diharapkan dan
dibutuhkan dengan kenyataan yang diterima.10 Siswa mengharapkan banyak
8Isjoni & Hj. Mohd. Arif Ismail,
Model-model Pembelajaran Mutakhir, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, hlm. 146.
9
Popi Sopiatin, Manajemen Berbasis Kepuasan Siswa, Bogor : Dhalia Indonesia, 2010, hlm. 40. 10
sekali dari guru. Bila harapan itu dipenuhi, siswa akan merasa puas; bila tidak, dia
akan merasa kecewa.11
Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di sekolah
mulai dari tingkat sekolah dasar hingga tingkat sekolah menengah atas. Sejarah
merupakan pelajaran penting karena dengan sejarah kita bisa melihat perjalanan
perkembangan bangsa Indonesia disaat kita belum terlahir di dunia ini. Pada masa
sekarang banyak orang tidak tertarik dengan sejarah dan mengganggap sejarah
bukanlah urusan kita karena kurangnya kesadaran akan pentingnya sejarah dalam
diri kita. Padahal sejarah merupakan manyangkut diri kita semua. Kita melupakan
bahwa sejarah adalah dasar bagi terbinanya identitas nasional yang merupakan
salah satu modal utama dalam membangun bangsa kita masa kini maupun masa
yang akan datang.12
Dewasa ini hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah cenderung
menurun. Hal ini disebabkan pelajaran sejarah menurut pandangan siswa
merupakan pengetahuan yang tidak dapat menjamin masa depan mereka. Siswa
cenderung memandang dengan mempelajari sejarah adalah hal yang sia-sia, sebab
mereka hanya dituntut untuk bisa menceritakan masa lalu. Bahkan tak jarang
siswa mengatakan bahwa pelajaran sejarah materinya bersifat hafalan yang sangat
membosankan dan tidak menarik. Siswa sangat kurang terlatih untuk memahami
dan mengerti materi sejarah. Tidak hanya itu, terkadang permasalahan ini juga
muncul dari guru sejarah sendiri.
11
W.S. Winkel, op.cit., hlm. 110. 12
Guru sejarah dalam pembelajaran sejarah seringkali sangat membosankan
sehingga sikap siswa terhadap mata pelajaran rendah.13 Melihat hal ini terlihat
sekali bahwa minat mereka akan pelajaran sejarah menjadi sangat rendah.
Kekurangmenarikan pelajaran sejarah kemungkinan sekali juga bersumber pada
anggapan yang keliru tentang sejarah itu sendiri.14 Hal ini seringkali membuat
tujuan-tujuan pembelajaran yang sudah dirancang guru mengalami
ketidakberhasilan. Walaupun guru sudah mengerahkan energi dan antusiasme
serta melakukan pendekatan pengajaran yang berbasis siswa, kadang-kadang
murid-murid hanya duduk berselonjor di kursi dan menguap di hadapan sang
guru.15
Gagalnya pencapaian tujuan dalam mata pelajaran sejarah ini akan membuat
siswa juga mengalami ketidakberhasilan. Ketidakberhasilan siswa ini bisa dilihat
salah satunya dengan rendahnya prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran yang
bersangkutan. Padahal prestasi belajar yang tinggi merupakan salah satu kunci
kepuasan siswa terhadap sebuah kegiatan belajar mengajar dari sebuah mata
pelajaran. Prestasi belajar yang rendah ini bisa saja membuat siswa menjadi tidak
puas dengan penyelenggaran kegiatan belajar mengajar dari sebuah mata
pelajaran. Strategi dan metode dalam mengajar sejarah haruslah tepat agar dapat
menarik simpati siswa. Strategi dan metode ini akan membantu proses belajar
agar sampai pada tujuan yang diharapkan.
Perlu adanya inovasi baru dalam mata pelajaran sejarah di dalam kelas. Saat
ini mulai gencar diperkenalkan berbagai tipe pembelajaran yang berbasis pada
13
Isjoni & Hj. Mohd.Arif Ismail, op.cit., hlm.147. 14
I Gede Widja, op.cit., hlm. 3. 15
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk
bekerja sama dalam memaksialkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan
belajar.16 Pembelajaran kooperatif ini membuat siswa menjadi bisa menerapkan
budaya dari bangsa kita, yakni gotong royong karena dalam kegiatan belajar
mengajar siswa yang satu dengan yang lainnya saling membantu satu sama lain
dalam sebuah kelompok. Selain itu, pembelajaran kooperatif membuat siswa bisa
berbaur dengan teman-temannya karena tidak akan dibiarkan siswa membentuk
kelompok secara monoton. Hal ini membantu siswa untuk bisa belajar dengan
baik karena saling bahu-membahu menyelesaikan tugasnya.
Model pembelajaran kooperatif memiliki banyak tipe, misalnya tipe picture
and picture. Tipe ini sangat sederhana mengingat langkah-langkahnya sangatlah
ringkas. Tipe ini sangat terpusat pada media gambar. Dalam mata pelajaran
sejarah, media gambar merupakan media yang paling sederhana, tetapi seringkali
bisa meningkatkan rasa keingintahuan siswa terhadap pelajaran ini. Gambar
merupakan salah satu media yang paling sering digunakan oleh guru saat
menyampaikan materi di dalam kelas. Oleh sebab itu, tidak heran jika gambar
menjadi media favorit bagi guru. Namun, ada yang berbeda dalam tipe picture
and picture ini dimana siswa tidak hanya disuguhi materi yang diberi dengan
media gambar saja melainkan siswa diminta untuk membangun pemikirannya
sendiri serta menemukan pengetahuannya sendiri mengenai gambar tersebut.
16
Setelah memahami tipe ini maka muncullah keinginan untuk melakukan
penelitian menggunkan tipe ini. Sebelum dilakukannya penelitian ini diadakan
observasi terhadap sebuah sekolah untuk melihat keadaan sekolah tersebut.
Sekolah yang dipilih adalah SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Observasi tidak
dilakukan di semua kelas, melainkan hanya memilih satu kelas saja, yakni kelas
XI IPS-1. Setelah dilakukan observasi, terlihat prestasi siswa di sini cukup baik
meskipun demikian banyak juga siswa yang memiliki nilai kurang memuaskan.
selain itu, terlihat juga partisipasi siswa saat mengikuti pelajaran di kelas sangat
rendah. Hampir sebagian besar siswa melakukan hal-hal yang tidak penting di
dalam kelas bahkan saat diminta mengerjakan tugas sekalipun. Hal ini
menandakan rendahnya partisipasi siswa saat mengikuti pelajaran. Hal ini tidak
bisa diabaikan begitu saja, melaikan perlu diperhatikan secara khusus. Terlebih
lagi hal seperti ini terjadi pada pelajaran sejarah. Pelajaran sejarah yang seringkali
tidak diminati oleh siswa karena adanya anggapan bahwa pelajaran ini sangat
membosankan yang bisa membuat siswa mengantuk dan kurang ada manfaatnya
bagi diri siswa tersebut.
Beberapa indikator kepuasan belajar siswa adalah mencakup tingginya
prestasi siswa, kenyamanan siswa dengan tipe dan metode yang digunakan, siswa
bisa merasakan manfaat belajar sejarah. Selama melakukan observasi ini terlihat
bahwa prestasi siswa baik namun masih ada siswa yang belum berhasil mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimun (KKM), partisipasi siswa di dalam kelas belum
untuk melihat sejauh mana siswa merasakan manfaat belajar sejarah. Hal ini bisa
menunjukkan bahwa ada indikasi kepuasan belajar siswa belum begitu baik.
Setelah melihat keadaan awal sekolah, ketertarikan mencoba untuk
melakukan penelitian semakin besar. Penelitian yang dipilih adalah penelitian
tindakan kelas. Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan tipe picture and
picture di dalam kelas. Penerapan tipe ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi
serta kepuasan belajar siswa dalam mata pelajaran sejarah.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar balakang di atas dapat ditarik suatu rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Sejauh mana peningkatan prestasi belajar siswa setelah pembelajaran
sejarah di kelas dengan menggunakan tipe picture and picture?
2. Sejauh mana peningkatan kepuasan belajar siswa setelah pembelajaran
sejarah di kelas dengan menggunakan tipe picture and picture?
C.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan peningkatan prestasi belajar siswa setelah pembelajaran
sejarah dengan menggunakan tipe picture and picture; dan
2. Mendeskripsikan mengenai peningkatan kepuasan belajar siswa setelah
pembelajaran sejarah di kelas dengan menggunakan tipe picture and
D.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang mengenai peningkatan prestasi dan
kepuasan belajar sejarah siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
picture and picture adalah :
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah pemahaman bagi peneliti mengenai
peningkatan prestasi dan kepuasan siswa dengan menggunakan tipe
picture and picture.
2. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat menjadi motivasi bagi sekolah untuk memberikan
kesempatan kepada guru-gurunya agar mau melakukan penelitian
tindakan kelas dengan menggunakan metode-metode inovatif yang
berbasis pada keaktifan siswa guna meningkatkan prestasi serta kepuasan
siswa.
3. Bagi Guru
Penelitian ini dapat menjadi motivasi bagi guru untuk berani mencoba
metode-metode inovatif yang dianggap sesuai dengan materi yang akan
disampaikan agar siswa bisa berminat mengikuti kegiatan belajar
mengajar di kelas sehingga prestasi bisa meningkat dan merasa puas.
4. Bagi Siswa
Penelitian ini bisa menjadi kesempatan bagi siswa untuk belajar menjadi
kegiatan belajar mengajar di kelas serta meningkatkan prestasi dan
kepuasan belajarnya.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam skripsi ini terdiri atas 5 bab, yaitu :
BAB I : berisi tentang latar belakang dari permasalahan yang diteliti
dalam skripsi ini, rumusan masalah penelitian, tujuan
penelitian, dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : berisi kajian teori yang mendeskripsikan mengenai pengertian
pembelajaran kooperatif, pengertian tipe picture and picture,
pengertian belajar, pengertian sejarah, pengertian prestasi
belajar, pengertian kepuasan belajar, kerangka berpikir, dan
hipotesis.
BAB III : berisi tentang metode penelitian yang mendeskripsikan
mengenai tempat dan waktu penelitian, subjek penelitian,
objek penelitian, definisi operasional variabel, jenis penelitian,
metode pengumpulan data, instrumen pengumpulan data,
desain penelitian, analisis data, prosedur pelaksanaan
penelitian secara keseluruhan, dan indikator keberhasilan.
BAB IV : berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan.
BAB II
KAJIAN TEORI
A.Hal-hal Teoritik dan Informasi Mendasar
1. Pembelajaran Kooperatif
Manusia memiliki derajat potensi, latar belakang histories, serta harapan
masa depan yang berbeda-beda. Karena perbedaan, manusia dapat saling asah,
asih, dan asuh (saling mencerdaskan). Begitu juga dengan siswa-siswa di
sekolah, bisa saling membantu satu sama lain. Dalam pembelajaran kooperatif,
seorang siswa diharapkan bisa belajar dari siswa lainnya sehingga siswa tidak
hanya memperoleh pelajaran dari gurunya saja. Pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang
silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat
menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat.1
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaraan
yang sedang dikembangkan di Indonesia, sehingga pada saat ini belum banyak
dilakukan di Indonesia ini. Alasan yang utama adalah kekhawatiran bahwa
akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidak belajar jika mereka
ditempatkan di grup. Selain itu, terkadang siswa sendiri yang tidak menyukai
jika diminta oleh gurunya untuk bekerja sama dengan siswa lainnya. Siswa
yang tekun merasa harus bekerja melebihi yang lain dalam grup mereka,
sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu
1
grup dengan siswa yang lebih pandai. Siswa yang tekun juga merasa temannya
kurang mampu hanya menumpang saja pada hasil jerih payah mereka.2 Itu
semua adalah pandangan negatif orang terhadap kerja sama.
Sebenarnya kerja sama tidak hanya berdampak negatif seperti yang
ditakutkan oleh kebanyakan orang. Terkadang kerja sama diharapkan bisa
membuat seseorang yang memiliki kemampuan lebih dibanding yang lain bisa
membaur dan membantu yang lainnya untuk memahami dari persoalan yang
akan dipecahkan dengan jalan bekerja bersama tersebut. Sebenarnya model
pembelajaran ini cukup tepat untuk diterapkan di Indonesia mengingat bahwa
masyarakat Indonesia menjunjung tinggi nilai-nilai gotong royong.
Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam
kelompok yang dilakukan asal-asalan.3 Ada perbedaan antara pembelajaran
kooperatif dengan pembelajaran tradisional. Dalam pembelajaran tradisional
dikenal pula belajar kelompok, meskipun demikian, ada sejumlah perbedaan
esensial antara kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar
tradisional, yakni :4
Tabel 1 : Perbandingan antara kelompok belajar kooperatif dan tradisional
Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Tradisional
Adanya saling ketergantungan
positif, saling membantu dan saling
memberikan motivasi sehingga ada
Guru sering membiarkan adanya siswa
yang mendominasi kelompok atau
menggantungkan diri pada kelompok.
2 Anita Lie,
Cooperative Learning : Mempratikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas, Jakarta : Gramedia, 2010, hlm. 28.
3
Ibid., hlm. 29. 4
interaksi promotif.
Adanya akuntabilitas individual yang
mengukur penguasaan materi
pelajaran tiap anggota kelompok.
Kelompok diberi umpan balik
tentang hasil belajar para anggotanya
sehingga dapat saling mengetahui
siapa yang memerlukan bantuan dan
siapa yang memberikan bantuan.
Akuntabilitas individual sering
diabaikan sehingga tugas-tugas sering
diborong oleh salah seorang anggota
kelompok, sedangkan anggota
kelompok lainnya hanya enak-enak saja
di atas keberhasilan temannya yang
dianggap “pemborong”
Kelompok belajar heterogen, baik
dalam kemampuan akademik, jenis
kelamin, ras, etnik, dan sebagainya
sehingga dapat saling mengetahui
siapa yang memerlukan bantuan dan
siapa yang dapat memberikan
bantuan.
Kelompok belajar biasanya homogeny
Pemimpinan kelompok dipilih secara
demokratis atau bergilir untuk
memberikan pengalaman memimpin
bagi para anggota kelompok.
Pemimpin kelompok sering ditentukan
oleh guru atau kelompok dibiarkan
untuk memilih pemimpinnya dengan
cara masing-masing.
Keterampilan sosial yang diperlukan
dalam kerja gotong royong seperti
kepemimpinan, kemampuan
Keterampilan sosial sering tidak
berkomunikasi, mempercayai orang
lain, dan mengelola, konflik secara
langsung diajarkan.
Pada saat belajar kooperatif sedang
berlangsung, guru terus melakukan
pemantauan melalui observasi dan
melakukan intervensi jika terjadi
masalah dalam kerja sama antar
anggota kelompok.
Pemantauan melalui observasi dan
intervensi sering dilakukan oleh guru
pada saat belajar kelompok sedang
berlangsung.
Guru memperhatikan secara
langsung kelompok yang terjadi
dalam kelompok-kelompok belajar.
Guru sering tidak memperhatikan
proses kelompok yang terjadi dalam
kelompok-kelompok belajar.
Penekanan tidak hanya pada
penyelesaian tugas tetapi juga
hubungan interpersonal (hubungan
antar pribadi yang saling
menghargai)
Penekanan sering hanya penyelesaian
tugas.
(Sumber : Sugiyanto, Model-Model Pembelajaran Inovatif, Surakarta:Yuma Pustaka, 2010, hlm. 42-43.)
Ada unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang
membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan,
yakni:5
5
a.Saling ketergantungan positif
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya.
Inilah yang menyebabkan dalam cooperative learning ada unsur saling
ketergantungan positif. Tanpa adanya kekompakan dari tiap anggotanya
maka suatu kerja sama tidak akan berhasil dengan baik. Tiap anggota
kelompok hendaknya memiliki tugas masing-masing agar tugas bisa
terselesaikan dengan baik.
b.Tanggung jawab perseorangan
Unsur pertama dari cooperative learning menghendaki agar setiap anggota
dari kelompok memiliki tugas. Akibat dari unsur pertama tersebut dapat
dilihat di unsur kedua ini, yakni setiap anggota akan memiliki tanggung
jawab sendiri-sendiri. Segi positif dari kerja sama salah satunya adalah
melatih tanggung jawab.
c. Tatap muka
Dalam kerja sama yang harus diperhatikan adalah bertemu muka antar
anggotanya serta melakukan diskusi. Hal ini sangat penting agar terjadi
kejelasan mengenai persoalan yang akan dipecahkan dan tugas akan
masing-masing anggota. Selain itu, pertemuan ini bisa digunakan oleh para
anggota kelompok untuk saling mengenal karakter masing-masing.
d.Komunikasi antar anggota
Dalam kerja sama, hal yang juga tak kalah penting adalah kemampan
mendengarkan dan mengutarakan pendapat. Hal ini sering dijadikan bahan
bahwa dalam kerja sama berbeda dengan kerja individu dimana dalam kerja
sama ada banyak anggota yang tentu memiliki pemikiran-pemikiran yang
berbeda yang wajib diutarakan dan didengar.
e. Evaluasi proses kelompok
Evaluasi seringkali digunakan agar dalam kegiatan sama yang akan datang
bisa memperoleh hasil yang lebih baik. Evaluasi setelah kerja sama ini
diperlukan untuk melihat kekurangan-kekurangan apa saja yang perlu
diperbaiki selama melakukan kerja bersama tersebut.
Keuntungan yang diperoleh dari penggunaan pembelajaran kooperatif
adalah :6
a. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial;
b. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan,
informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan;
c. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial;
d. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan
komitmen;
e. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois;
f. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa;
g. Berbagai keterampilan sosial diperlukan untuk memelihara hubungan saling
membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan;
h. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia;
6
i. Menigkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai
perspektif;
j. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan baik;
k. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan
kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama,
dan orientasi tugas.
2. Tipe Picture and Picture
Tipe dan metode pembelajaran yang menarik di kelas akan
menumbuhkan rasa keinginan untuk belajar dalam diri masing-masing siswa.
Metode mengajar adalah cara atau teknik yang merupakan perangkat sarana
untuk menunjang pelaksanaan strategi mengajar. Metode mempunyai peranan
yang sangat besar dalam proses belajar mengajar. Metode mengajar
menunjukkan pada cara-cara khusus bagaimana model mengajar bisa
diselenggarakan sebaik-baiknya agar tercapai tujuan yang diharapkan.7 Pada
masa sekarang banyak sekali bermunculan tipe-tipe pembelajaran yang baru
dan bertujuan untuk terjadinya proses belajar mengajar yang aktif.
Tipe pembelajaran inovatif yang bermunculan pada masa sekarang
sangat bermanfaat bagi dunia pendidikan. Tipe-tipe seperti ini bisa membantu
guru ketika mengajar di dalam kelas. Hal ini dikarenakan pada masa sekarang,
guru benar-benar dituntut untuk mampu meninggalkan cara-cara mengajar
yang lama. Seringkali guru enggan mengganti tipe dan metode mengajar
7
mereka dengan alasan sudah nyaman, meskipun tipe dan metode tersebut sama
sekali tidak membuat siswa menjadi pusat kegiatan belajar mengajar.
Salah satu tipe yang ada pada masa sekarang adalah tipe picture and
picture adalah suatu tipe dengan menggunakan gambar dan
dipasangkan/diurutkan menjadi urutan yang logis. Dengan menggunakan tipe
ini, guru berusaha untuk mengajak siswa berpikir secara logis dan sistematis.
Begitu halnya dalam belajar sejarah, akan menarik jika disampaikan dengan
tipe ini, mengingat bahwa pelajaran sejarah selalu terkait dengan waktu.
Adapun langkah-langkah dalam tipe picture and picture adalah :8
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai;
b. Menyajikan materi sebagai pengantar;
c. Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan
dengan materi;
d. Guru membagi siswa dalam kelompok kecil dan tiap kelompok diberi
gambar terkait dengan materi;
e. Guru menunjuk / memanggil wakil siswa dari tiap kelompok secara
bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan logis;
f. Guru menanyakan alasan / dasar pemikiran urutan gambar tersebut;
g. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamakan konsep /
materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai; dan
h. Kesimpulan / rangkuman.
8
3. Belajar
Banyak pengertian mengenai belajar, seperti menurut Winkel9, belajar
adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan-pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap, perubahan ini bersifat
relatif konstan. Belajar merupakan kegiatan mental yang tidak bisa disaksikan
dari luar. Apa yang sedang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar,
tidak dapat diketahui secara langsung hanya dengan mengamati orang itu.
Bahkan, hasil belajar orang itu tidak langsung kelihatan, tanpa orang itu
melakukan sesuatu yang menampakkan kemampuan yang telah diperoleh
melalui belajar.10
Sardiman memberikan beberapa pengertian belajar adalah sebagai
berikut:11
a) Belajar merupakan perubahan tingkah laku, perubahan itu tidak hanya
berkaitan dengan perubahan ilmu pengetahuan tapi juga berbentuk
kecakapan, keterampilan, sikap pengertian, harga diri, minat, watak dan
penyesuaian diri.
b) Belajar dalam arti luas merupakan kegiatan psiko-fisik menuju
perkembangan pribadi seutuhnya.
c) Belajar dalam arti sempit adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan
yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian
seutuhnya.
9
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, PT. Gramedia:Jakarta, 1987, hlm. 36. 10
Ibid., hlm. 35. 11
d) Belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju
perkembangan pribadi manusia seutuhnya yang berarti menyangkut unsur
cipta, rasa, karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Menurut Skinner, belajar merupakan hubungan antara stimulus dan
respons yang tercipta melalui proses tingkah laku.12 Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, belajar didefinisikan berusaha supaya beroleh kepandaian.13
Belajar dapat juga didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisasi
berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.14 Istilah pengalaman
membatasi macam-macam perubahan perilaku yang dapat dianggap mewakili
belajar. Biasanya batasan ini dilakukan dengan memperhatikan
penyebab-penyebab perubahan dalam perilaku yang tidak dapat dianggap sebagai hasil
pengalaman. Perubahan perilaku yang disebabkan oleh kelelahan, adaptasi
indra, obat-obatan, dan kekuatan mekanis, tidak dianggap sebagai perubahan
yang disebabkan oleh pengalaman. Sehingga tidak dapat dianggap bahwa
belajar telah terjadi. Perubahan-perubahan dalam perilaku yang disebabkan
oleh alkohol atau obat-obatan lainnya tidak dianggap sebagai belajar sebab
perubahan-perubahan ini pun bersifat fisiologis.15 Oleh sebab itu, tidak semua
perubahan merupakan akibat dari belajar.
Dapat dipersoalkan pula, apakah proses belajar harus disertai kesadaran
subyek, bahwa dia sedang belajar. Ini tidak mutlak perlu, sebab orangnya
mungkin sedang belajar sesuatu tanpa menyadari sepenuhnya, bahwa dia
12 Dimyati dan Mudjiono,
Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta,1999, hlm. 9. 13
W.J.S. Poerwadarminta;Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1966, hlm. 22. 14
Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Erlangga, 2011, hlm. 2. 15
sedang belajar. Tentu saja kita seringkali mengalami hal seperti. Tanpa kita
sadari kita sudah mengalami suatu perubahan dikarenakan belajar. Terutama
dalam bidang belajar sikap dan nilai, banyak terjadi perubahan positif yang
menjadi milik untuk seumur hidup, namun diperoleh pada waktu masih muda
tanpa menyadari hal itu.16
Menurut A. De Block, sistematika bentuk belajar adalah :17
a. Bentuk-bentuk belajar menurut fungsi psikis :
1) Belajar dinamik
Ciri khasnya terletak dalam belajar menghendaki sesuatu secara wajar,
sehingga orang tidak menyerah pada sembarang menghendaki dan juga
tidak menghendaki sembarang hal. Berkehendak adalah suatu aktivitas
psikis , yang terarah pada pemenuhan suatu kebutuhan yang disadari dan
dihayati. Kebutuhan itu dapat merupakan kebutuhan biologis, dan
psikologis.
2) Belajar afektif
Ciri khasnya terletak dalam belajar menghayati nilai dari obyek-obyek yang
dihadapi melalui alam perasaan, entah obyek itu berupa orang, benda tau
kejadian/peristiwa; ciri yang lain terletak dalam belajar mengungkapkan
perasaan dalam bentuk ekspresi yang wajar. Fungsi dinamik dan afektif
berkaitan satu sama lain, karena setiap kehendak dan kemauan disertai
perasaan dan setiap perasaan mengandung dorongan untuk berkehendak dan
berkemauan.
16
W.S. Winkel, op.cit., hlm. 37. 17
3) Belajar kognitif
Ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan menggunakan
bentuk-bentuk representasi yang mewakiliobyek-obyek yang dihadapi, entah obyek
itu orang, benda atau kejadian/peristiwa. Obyek-obyek itu direpresentasikan
atau dihadirkan dalam diri melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang
semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental.
4) Belajar sensi-motorik : mengamati, bergerak, berketerampilan
Ciri khasnya terletak dalam belajar menghadapi dan menangani
obyek-obyek secara fisik, termasuk kejasmanian manusia sendiri. Dalam belajar
ini, baik aktivitas mengamati melalui alat-alat dria (sensorik) maupun
bergerak dan menggerakan (motorik), memegang peranan penting.
b. Bentuk-bentuk belajar menurut materi yang dipelajari :
1) Belajar teoretis
Bentuk belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta
(pengetahuan) dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat
dipahami dan digunakan untuk memecahkan problem, seperti terjadi dalam
bidang-bidang studi ilmiah.
2) Belajar teknis
Bentuk belajar ini bertujuan mengembangkan keterampilan-keterampilan,
dalam menangani, dalam menangani dan memegang benda-benda serta
menyusun bagian-bagian materi menjadi suatu keseluruhan, misalnya
3) Belajar sosial
Bentuk belajar ini bertujuan mengekang dorongan dan kecenderungan
spontan, demi kehidupan bersama dan memberikan kelonggaran kepada
orang lain untuk memenuhi kebutuhannya.
4) Belajar estetis
Bentuk belajar ini bertujuan membentuk kemampuan menciptakan dan
menghayati keindahan di berbagai bidang kesenian.
c. Bentuk-bentuk belajar yang tidak sebegitu disadari :
1) Belajar insidental
2) Belajar dengan mencoba-coba
3) Belajar tersembunyi
4. Sejarah
Kata sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu syajarotun yang berarti
pohon, keturunan, asal-usul, yang kemudian menjadi kata sejarah dalam bahasa
Indonesia. Kata sejarah sama dengan kata history dalam bahasa Inggris, yang
berasal dari istoria dalam bahasa Yunani yang berarti ilmu.18 Dalam
perkembangannya kata istoria diperuntukkan bagi pengkajian terhadap segala
sesuatu mengenai manusia secara kronologis. Dalam bahasa Jerman kata
sejarah disebut dengan geschichte, yang berarti sesuatu yang telah terjadi.19
Banyak sekali pengertian sejarah. Sejarah adalah gambaran tentang masa lalu
manusia dan sekitarnya sebagai makhluk sosial yang disusun secara ilmiah dan
18
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, Terjemahan Nugroho Noto Susanto, Jakarta:UI Press, 1975, hlm.103.
19
lengkap. Meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan
yang memberikan pengertian pemahaman tentang apa yang telah berlalu.20
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sejarah dapat diartikan sebagai
berikut:
a. Kejadian yang benar-benar terjadi pada masa lampau.
b. Pengetahuan atau uraian tentang kejadian yang benar-benar terjadi pada
masa lampau.21
Menurut R.Moh.Ali, kata sejarah mengandung arti sebagai berikut :22
a. Sejumlah perubahan-perubahan, kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa
dalam kenyataan sekitar kita.
b. Cerita tentang perubahan-perubahan, kejadian-kejadian, dan
peristiwa-peristiwa yang merupakan realitas tersebut.
c. Ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan-perubahan, kejadian-kejadian
dan peristiwa yang merupakan realitas tersebut.
Menurut Gilbert J.Garraghan, S.J., sejarah dapat dibedakan menjadi 3,
yaitu:23
a. kejadian masa lampau manusia, aktualitas masa lampau;
b. catatan aktualisasi masa lampau; dan
c. proses dan teknik pembuatan catatan.
20
Sartono Kartodirjo. Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia. Jakarta : PT Gramedia, 1982, hlm. 12
21W.J.S. Poerwadarminta;
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1966, hal. 208-209.
22
M.Habib Mustopo, op.cit.,hlm 3. 23
Sejarah salah satu hal yang penting untuk dipelajari oleh semua orang.
Namun, pada masa sekarang banyak orang kurang sadar akan pentingnya
mempelajari sejarah. Mempelajari sejarah akan membantu kita untuk
mengetahui perjalanan bangsa Indonesia dan akan membantu kita untuk
membangun bangsa kita ini pada masa kini maupun masa yang akan datang.
Kesadaran akan sejarah sangatlah diperlukan agar nilai-nilai sejarah bisa
tercermin dalam kehidupan kita sehari-hari.
Kita dapat mengetahui masa lampau dari peninggalan berupa tulisan
(history as record) dan benda-benda peninggalan (history as remain).24 Catatan
dan benda-benda peninggalan sejarah inilah yang membantu para sejarawan
untuk bisa merekonstruksi peristiwa sejarah yang telah terjadi di masa lampau.
Keunikan merupakan ciri dari sejarah. Karena waktu dan ruang (time and
space) selalu membedakan dan itu yang membuat aktivitas sosial manusia
menjadi unik.25
Pelajaran sejarah sangatlah penting diberikan di sekolah. Pelajaran
sejarah yang diberikan dengan tepat oleh guru dan adanya kesadaran dalam diri
siswa akan pentingnya mempelajari sejarah akan menghantarkan siswa
memiliki rasa menghargai akan kepentingan/kegunaan dari pengalaman masa
lampau kehidupan masa sekarang. Dengan ini mempelajari sejarah maka akan
membuat kehidupan kita menjadi lebih baik.
Ada kemungkinan terjadi kesalahpahaman mengenai pengertian sejarah
karena pengajaran sejarah yang kurang tepat dan kurang komprehensif. Ada
24
Ibid., hlm. 3. 25
kemungkinan pengajaran sejarah konvensional menyebabkan pengajaran
sejarah tidak memberi arti bagi kehidupan manusia. Pengajaran seperti itu
menyebabkan pelajaran sejarah sebagai pelajaran yang tidak bermakna.
Lebih-lebih orang mengatakan sejarah hanya penyebutan fakta-fakta dan angka tahun
saja.26
5. Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi
merupakan hasil dari proses belajar. Prestasi belajar merupakan suatu hal yang
sangat penting bagi siswa karena merupakan hasil perjuangannya mengikuti
kegiatan belajar. Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau
kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai
dengan bobot yang dicapainya.27 Hasil belajar siswa sangatlah tergantung
dengan siswa itu sendiri. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama
yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa
atau faktor lingkungan.28
a) Faktor yang berasal dari dalam diri siswa, misalnya:
1) Faktor Psikologis yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan kejiwaan
2) Faktor biologis yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan fisik.
b) Faktor yang berasal dari luar siswa, misalnya :
26
Ibid.,hlm.1 27
W.S. Winkel, Pengantar Psikologi Pendidikan, Jakarta : PT. Gramedia,1983, hlm. 162. 28
Faktor ekstern meliputi faktor lingkungan yang ada di sekitar individu
tersebut, baik itu lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat sekitar.
Faktor-faktor tersebut ada pengaruhnya dalam membantu peningkatan prestasi
belajar siswa. Prestasi belajar siswa terkait dengan mata pelajaran sejarah
seringkali rendah. Rendahnya prestasi belajar siswa ini salah satunya
dipengaruhi oleh metode mengajar dari guru yang seringkali monoton.
6. Kepuasan Belajar Siswa
Istilah kepuasan belajar siswa jarang sekali terdengar. Kepuasan siswa
merupakan sikap positif siswa terhadap pelayanan proses belajar mengajar
yang dilaksanakan oleh guru karena adanya kesesuaian antara yang diharapkan
dan dibutuhkan dengan kenyataan yang diterimanya.29 Kepuasan siswa sangat
relatif sifatnya. Antara siswa yang satu dengan yang lainnya akan berbeda. Di
sinilah tantangan bagi para guru untuk bisa membuat siswa merasakan
kepuasan dengan kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan karena guru
harus memilih metode yang tepat dengan keadaan para siswa yang ada di
dalam kelas. Namun, hal ini tetap harus dilakukan oleh seorang guru karena
sudah menjadi kewajibannya. Tercapainya kepuasan seluruh siswa ini sungguh
bukanlah hal yang mudah. Ketercapaian itu dapat diperoleh dengan cara
memotivasi siswa dan memberikan memberikan harapan yang berkaitan
dengan budaya ruang kelas dan sekolah, untuk itu diperlukan strategi dan
pendekatan-pendekatan pengajaran yang dapat memenuhi
kebutuhan- 29
kebutuhan siswa sehingga mereka dapat melakukan kegiatan belajar,
mengetahui kemajuan belajar, dan dapat memantau kemajuan belajarnya.30
Kepuasan belajar siswa bukanlah suatu hal yang bisa diabaikan.
Kepuasan belajar siswa sangat besar pengaruhnya bagi kegiatan belajar
mengajar. seringkali siswa yang merasa tidak puas dengan kegiatan belajar
mengajar yang diselengarakan akan menciptakan persepsi negatif baik
mengenai guru maupun mata pelajaran itu sendiri. Hal-hal seperti ini sungguh
tidak diinginkan oleh guru. Seringkali siswa yang telah memiliki persepsi
negatif akibat kekecewaan terhadap kegiatan belajar mengajar yang tidak
sesuai harapannya akan sulit dikembalikan ke posisi semula. Siswa cenderung
kurang kooperatif saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, seperti membuat
kekacauan, mulai dari tidur di kelas, ribut dengan teman semejanya, bahkan
mengganggu teman-teman lainnya. Beberapa cara dapat dipergunakan untuk
mengurangi adanya tingkat kepuasan siswa terhadap proses belajar mengajar
yang disebabkan oleh perbedaan yang ada pada diri siswa, antara lain adalah
sebagai berikut :31
a. Mengembangkan lingkungan belajar yang dapat memfasilitasi kegiatan
dalam kelompok dan perorangan.
b. Memodifikasi isi bahan ajar sehingga dapat menantang untuk berpikir dan
memenuhi keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa.
c. Memodifikasi proses belajar dengan memberikan kesempatan kepada
seluruh siswa untuk belajar sesuai dengan kecepatan belajarnya.
30
Ibid., hlm 53. 31
d. Memodifikasi hasil belajar dengan memberikan tantangan yang sesuai
dengan hasil-hasil kegiatan belajar.
Oleh sebab itu, guru hendaknya pandai membaca situasi siswa-siswanya
yang membuat mereka kurang nyaman karena dengan demikian guru bisa
mencoba untuk menerapkan hal-hal baru yang bisa membantu siswa-siswanya
keluar dari situasi tersebut, misalnya dengan menggunakan metode-metode
mengajar inovatif yang bisa membuat siswanya terlibat aktif dalam proses
belajar mengajar serta tetap merasa nyaman. Kenyamanan siswa dalam
mengikuti pelajaran bisa membuat siswa memahami materi yang disampaikan
dengan baik. Apabila hal ini terjadi maka kesempatan bagi siswa mencapai
prestasi yang tinggi semakin besar. Indikator kepuasan siswa mengikuti
pelajaran antara lain prestasi yang tinggi, metode mengajar yang sesuai dengan
keadaan siswa, dan siswa bisa merasakan manfaat mengikuti pelajaran
tersebut. Kepuasan siswa dari setiap siswa ini nantinya dapat menunjukkan
bahwa guru yang bersangkutan telah berhasil dalam mengelola kelas ketika
proses belajar mengajar.
B.Materi Pokok
1. Kerajaan Kutai
Kerajaan tertua di Indonesia adalah Kerajaan Kutai yang terletak di Pulau
Kalimantan dan merupakan kerajaan yang bercorak Hindu. Kerajaan ini berdiri
sekitar abad ke-4. Salah satu sumber yang menyatakan tentang keberadaan
Kerajaan Kutai adalah 7 Yupa. Yupa adalah tugu batu yang berfungsi sebagai
sering kali disebut ketika membahas Kerajaan Kutai, yakni Raja Kudungga,
Asmawarman, dan Mulawarman.
2. Kerajaan Tarumanegara
Tarumanegara adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah
barat pulau Jawa pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M. Lebih tepatnya lagi
terletak di daerah Bogor. Sumber sejarah Kerajaan Tarumanegara ada banyak
seperti berita asing berasal dari China, prasasti, dan naskah Wangsakerta.
Berita dari China ini antara lain, berita Fa HienSe, berita dari Dinasti Sui, dan
berita dari Dinasti Tang, Selain berita asing, sumber berita dari Kerajaan
Tarumanegara adalah prasasti. Ada banyak prasasti yang ditemukan sebagai
sumber sejarah kerajaan ini, yaitu Prasasti Ciaruteun (Ciampea, Bogor),
Prasasti Kebon Kopi (Bogor), Prasasti Jambu (Bogor), Prasasti Muara Cianten
(Bogor), Prasasti Tugu (Jakarta Utara), Prasasti Pasir Awi (Leuwiliang),
Prasasti Munjul (Banten). Raja yang terkenal dari Kerajaan Tarumanegara
adalah Raja Purnawarman.
3. Kerajaan Ho-Ling/Kalingga
Kalingga adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu di Jawa Tengah. Letak
pusat kerajaan ini belumlah jelas, kemungkinan berada di suatu tempat antara
Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Jepara sekarang. Sumber sejarah
tentang keberadaan kerajaan ini berasal dari China yakni dari pendeta
I-tsing.Kerajaan Ho-Ling ini diperintah oleh seorang ratu, yakni Putri Maharani
bernama Mandiminyak, yang kemudian menjadi raja kedua dari Kerajaan
Galuh.
4. Kerajaan Melayu
Kerajaan Melayu adalah salah kerajaan yang ada di Pulau Sumatera.
Kerajaan ini diperkirakan terletak di Provinsi Jambi. Tidak diketahui secara
jelas agama yang dianut oleh kerajaan ini karena tidak ada sumber yang jelas
mengenai hal ini. Berita tentang kerajaan Melayu antara lain diketahui dari dua
buah buku karya Pendeta I Tsing. Selain itu, sumber keberadaan kerajaan ini
dapat diketahui dari alas arca Amoghapasa yang ditemukan di Padangroco.
5. Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan yang cukup kuat di Pulau
Sumatera. Kerajaan ini mendapat julukan sebagai kerajaan maritim
dikarenakan armada lautnya kuat sehingga perdagangan kerajaan ini pun
berkembang pesat.Sumber sejarah mengenai keberadaan kerajaan ini ada dua,
yaitu sumber berita asing dan sumber dalam negeri. Sumber berita asing ada 3,
yakni : berita dari Arab, India, dan China. Berita dalam negeri bersumber pada
prasasti Kedukan Bukit, Telaga Batu, Talang Tuwo, Kota Kapur, Karang
Brahi, Ligor, Nalanda.
6. Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan ini berpusat di Jawa Tengah. Di Kerajaan Mataram ada dua
a. Dinasti Sanjaya
Sumber sejarah berdirinya Dinasti Sanjaya ada 3, yakni prasasti Canggal
(732 M) yang berisi mengenai pendirian Lingga sebagai lambang dari Dewa
Siwa; prasasti Bitung atau Mantyasih (907 M) yang memuat nama-nama raja
dari Kerajaan Sriwijaya sebelum Raja Balitung; dan Kitab Carita Parahyangan
yang berisi tentang hal ikwal raja-raja Sriwijaya. Wilayah Kerajaan Mataram
sangat sulit berkembang karena letaknya tertutup dari dari dunia luar. Pada
masa Rakai Kayuwangi, sektor pertanian cukup diperhatikan untuk menunjang
kehidupan. Lalu pada masa raja Balitung, sektor perdagangan mulai
berkembang dengan membangun beberapa pusat perdagangan. Masayarakat
dari Dinasti Sanjaya ini menganut agama Hindu.
b. Dinasti Syailendra
Sumber sejarah dari Dinasti Syailendra Prasasti Kalasan (778 M) berisi
mengenai seorang Raja Dinasti Syailendra yang berhasil menunjuk Rakai
Panangkaran untuk mendirikan sebuah bangunan suci bagi Dewi Tara dan
sebuah biara untuk para pendeta; prasasti Kelurak (782 M) tentang
didirikannya sebuah bangunan suci untuk arca Manjusri atas perintah Raja
Indra yang bergelar Sri Sanggramadhananjaya; prasasti Ratu Boko (856 M)
yang menceritakan mengenai kekalahan Balaputera Dewa melawan kakaknya;
Prasasti Nalanda (860 M) berisi tentang asal usul Balaputera Dewa. Ada
sumber yang mengatakan bahwa pada masa Rakai Panangkaran, kekuasaan
7. Kerajaan Medang Kamulan
Kerajaan Medang Kamulan ini terletak provinsi Jawa Timur. Tepatnya
di muara Sungai Brantas, dengan ibu kotanya adalah Watan Mas. Kerajaan ini
diperkirakan didirikan oleh Mpu Sendok. Kerajaan ini merupakan bekas
Kerajaan Mataram Kuno yang ada di Jawa Tengah. Sumber berita mengenai
kerajaan ini ada 2, yaitu asing (Cina dan India) dan dalam negeri (Mpu Sendok
dari Desa Tangeran, Mpu Sindok dari Lor, Mpu Sendok dari daerah Bangil,
dan Calcuta )
8. Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri merupakan pecahan dari Kerajaan Medang Kamulan.
Kerajaan ini berpusat di Daha. Kerajaan ini diperintah oleh Jayawarsa.
Sedangkan Kerajaan Jenggala berpusat di Kahuripan yang diperintah oleh
Jayanegara. Namun, Kerajaan Jenggala kalah berkembang dibanding dengan
Kerajaan Kediri. Sumber berita Kerajaan Kediri ada dua, yakni berita asing dan
dalam negeri (prasasti). Berita asing diperoleh dari Cina dan berita dalam
negeri adalah Prasasti Sirah Keting, Ngantang, Jaring, dan Kamulan.
9. Kerajaan Singasari
Kerajaan Tumampel adalah cikal bakal dari Kerajaan Singasari. Setelah
Kerajaan Tumampel berhasil mengalahkan Kerajaan Kediri, kerajaan ini pun
berkembang menjadi besar. Letak kerajaan ini adalah di Malang. Sumber
sejarah mengenai kerajaan ini dapat diketahui dari Kitab Pararaton, Kitab
10. Kerjaan Bali
Kerajaan Bali terletak di sebuah pulau kecil yang tidak jauh dari Jawa
Timur. Namun, kerajaan ini memiliki hubungan dekat dengan Pulau jawa
karena letaknya berdekatan. Adapun sumber sejarah kerajaan ini adalah
Prasasti Sanur dan Calcuta.
11. Kerajaan Pajajaran
Kerajaan ini terletak di Jawa Barat. Adapun sumber-sumber sejarah dari
Kerajaan Pajajaran dapat diketahui melalui sumber-sumber, yaitu Prasasti
Rakryan Juru Pengambat (923 M) yang ditemukan di Bogor, Horen, Citasih,
Astanagede.
12. Kerajaan Majapahit
Sumber sejarah dari kerajaan ini adalah : prasasti Butak yang dikeluarkan
oleh Raden Wijaya setelah ia naik tahta dan Cerita Kitab (Kidung Harsawijaya
dan Panji Wijayakrama yang menceritakan Raden Wijaya ketika menghadapi
musuh dari Kediri dan awal perkembangan Majapahit, Pararaton yang
mneceritakan pemerintahan Kerajaan Singasari dan Majapahit, dan
Negarakertagama yang menceritakan tentang perjalanan Hayam Wuruk ke
Jawa Timur). Keadaan ekonomi Majapahit banyak ditopang oleh kegiatan
perdagangan. Peran yang dipegang Majapahit dalam dunia perdagangan adalah