• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan prestasi dan kepuasan belajar sejarah siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture : penelitian dilakukan di kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peningkatan prestasi dan kepuasan belajar sejarah siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture : penelitian dilakukan di kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
184
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini untuk :

1. Papa (alm), Pak’e Ose dan Mama, Mbak Eva, Mas Theo, Mbak Yopi, dan

seluruh keluargaku yang tak pernah berhenti memberikan dukungan, doa, dan

bantuan lainnya.

2. Yoel Febriantoro yang selalu ada setiap saat untuk mendengar keluh kesahku.

(5)

MOTTO

Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan

menerimanya. (Matius 21 : 22)

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit

kembali setiap kali kita jatuh. (Confusius)

Belajarlah dari kesalahan orang lain. Anda tak dapat hidup cukup lama untuk

melakukan semua kesalahan itu sendiri. (Martin Vanbee)

Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa bahagia, tetapi

hanya kamu sendiri yang menangis; dan pada kematianmu semua orang menangis

(6)

Pernyataan Keaslian Karya

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagia karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, November 2012

Penulis

(7)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Yosefin Fitri Wijayati

Nomor Mahasiswa : 081314004

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul :

PENINGKATAN PRESTASI DAN KEPUASAN BELAJAR SEJARAH

SISWA DENGAN MENGGUNAKAN COOPERATIVE LEARNING TIPE

PICTURE AND PICTURE KELAS XI IPS 1 DI SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpusatakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan

data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di Internet atau

media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya

maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya,

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal :...

Yang menyatakan

(8)

ABSTRAK

PENINGKATAN PRESTASI DAN KEPUASAN BELAJAR SEJARAH SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE PICTURE AND PICTURE

(Penelitian Dilakukan di Kelas XI IPS-1 di SMA Pangudi Luhur

Yosefin Fitri Wijayati Universitas Sanata Dharma

2012

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan : 1. Peningkatan prestasi belajar sejarah siswa setelah diterapkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture, 2. Peningkatan kepuasan belajar sejarah siswa setelah diterapkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture.

Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Tagart dan Kemmis dengan tahapan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS-1 yang berjumlah 30 siswa. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner, tugas, lembar observasi, dan tes. Analisis data yang digunakan adalah persentase.

(9)

ABSTRACT

THE IMPROVEMENT STUDENTS’ ACHIEVMENT AND

SATISFACTION IN STUDYING HISTORY BY USING COOPERATIVE LEARNING MODEL PICTURE AND PICTURE TYPE

(Based on Research Conduted in Class XI IPS 1 of Pangudi Luhur Senior High School)

Yosefin Fitri Wijayati Sanata Dharma University

2012

This research is aimed to describe : (1) the improvement of students’ achievement in studying history by using cooperative learning with picture and picture type in class XI IPS-1 of Pangudi Luhur Senior High School, (2) the improvement of students’ satisfaction in studying history by using cooperative learning with picture and picture type in class XI IPS-1 of Pangudi Luhur Senior High School.

The method used in this research was classroom action research using Taggart and Kemmis model. The research consisted of planning, implemention, observation, and reflection stages. The subject of this research were 30 students of class XI IPS-1 in Pangudi Luhur Senior High School Yogyakarta. Data gathering used questionnaire, task, observation, and test. Data analysis used percentage. The results of the research showed that (1) there was improvement of students’ achievement shown from the improvement of mean value of final score and the number of students achieved Minimum Requirement Criteria after the picture and picture type was implemented in class XI IPS 1 of Pangudi Luhur Senior High School. The data showed students’ mean value 74,65 in the primary stage increased to 82,68 in the first cycle and increased again to 82,819 in second cycle. Moreover, the number of students who achieved Minimum Requitment Criteria also increased. There were 23 students (76,67%) who achieved Minimum Requitment Criteria in the primary stage. This number increased to 30 students (100%) in the first and second cycles. The improvement of the students’ achievement happened in the first cycle was shown by the mean value which increased 8,03% and the number of the students who achieved Minimum Requitment Criteria which increased 23,33%. The improvement of the students’ achievement in the second cycle was shown by the mean value of the test which increased 0,31%. There was no increasing number of students who achieved Minimum Requitment Criteria in this cycle. (2) There was improvement of the student’s satisfaction in studying history after picture and picture type was implemented in the class. It was shown from average of students’ initial satisfaction level that was 221,47 (77,70%) in primary stage and increased to 231,8 (81,33%) after second cycle. The improvement of students’ satisfaction that happened after the picture and picture type was implemented in the class was 3,63%.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Bapa Yang Maha Kudus

atas segala berkat, kasih kurnia dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dari awal hingga akhir.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak mungkin selesai

tanpa bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberi

ijin untuk melakukan penelitian.

2. Ketua Program Studi Pendidikan sejarah yang telah memberikan saran dan

dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Dra. Theresia Sumini, M.Pd dan Yustiana Kameng, S.Pd selaku

pembimbing 1 dan 2 yang telah banyak memberikan masukan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

4. Para Dosen Pendidikan Sejarah, yang telah memberikan bekal

pengetahuan dan bimbingan bagi penulis selama menyelesaikan tugas

belajar di Universitas Sanata Dharma.

5. Henricus Tri Wahyudi, S.Pd selaku guru sejarah SMA Pangudi Luhur

Yogyakarta telah membantu penulis mengumpulkan data-data guna

penulisan skripsi ini.

6. Keluargaku atas doa, semangat, dan dukungan yang diberikan kepada

(11)

7. Yoel Febriantoro, Patrick, Lulu, Budi, Miss Marsha, Cahyo, Aji, Ey, Ogut,

dan Kang Endah yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

8. Seluruh teman-teman 2008 atas doa dan dukungannya.

9. Seluruh karyawan Perpustakaan USD yang telah menyediakan buku-buku

yang diperlukan untuk penulisan skripsi ini.

10. Semua pihak yang telah membantu dan tidak disebutkan satu persatu oleh

penulis dalam skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh

karena itu, penulis dengan tangan terbuka akan menerima segala tanggapan, saran,

kritik dari pembaca demi penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap

semoga skripsi ini dapat menjadi salah satu sumbangan yang bermanfaat.

Yogyakarta, November 2012

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...

HALAMAN PENGESAHAN...

HALAMAN PERSEMBAHAN...

HALAMAN MOTTO...

HALAMAN KEASLIAN KARYA...

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS...

ABSTRAK...

BAB I PENDAHULUAN...

A. Latar Belakang...

B. Rumusan Masalah...

C. Tujuan Penelitian...

D. Manfaat Penelitian...

(13)

BAB II KAJIAN TEORI...

A. Hal-hal Teoritik dan Informasi Mendasar...

1. Pembelajaran Kooperatif...

2. Metode Picture and Picture...

3. Belajar ...

4. Sejarah...

5. Prestasi Belajar...

6. Kepuasan Belajar...

B. Materi Pokok...

C. Kerangka Berpikir...

D. Hipotesis Penelitian...

BAB III METODE PENELITIAN...

A. Tempat dan Waktu Penelitian...

1. Tempat Penelitian...

2. Waktu Penelitian...

B. Subjek Penelitian...

C. Objek Penelitian...

D. Definisi Operasional Variabel...

E. Jenis Penelitian...

F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data...

1. Metode Pengumpulan Data...

2. Instrumen Pengumpulan Data...

(14)

G. Desain Penelitian...

H. Analisis Data...

1. Kuantitatif ...

2. Kualitatif...

3. Komparatif ...

I. Hipotesis Statistik...

J. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Secara Keseluruhan...

1. Tahap Persiapan...

2. Siklus 1...

3. Siklus 2...

K. Indikator Keberhasilan...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...

A. Hasil Penelitian...

1. Keadaan Awal Belajar Sejarah...

2. Siklus 1...

3. Siklus 2...

B. Komparasi...

1. Prestasi Belajar Siswa...

2. Partisipasi Siswa...

3. Kepuasan Belajar Siswa...

(15)

B. Saran...

DAFTAR PUSTAKA...

LAMPIRAN... 96

99

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Perbandingan antara Kelompok Belajar Kooperatif dan Tradisional....

Tabel 2 : Persentase Tingkat Prestasi Siswa Menggunakan PAP I...

Tabel 3 : Persentase Tingkat Kepuasan Belajar Menggunakan PAP I...

Tabel 4 : Indikator Keberhasilan Penelitian...

Tabel 5 : Data Prestasi Belajar Awal Siswa ...

Tabel 6 : Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Awal Siswa ...

Tabel 7 : Data Kepuasan Belajar Awal Siswa ...

Tabel 8 : Partisipasi Siswa dalam Mengikuti Pelajaran Sejarah (Siklus 1)...

Tabel 9 : Data Prestasi Belajar Siswa Siklus 1...

Tabel 10 : Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa Siklus 1...

Tabel 11 : Partisipasi Siswa dalam Mengikuti Pelajaran Sejarah (Siklus 2)...

Tabel 12 : Data Prestasi Belajar Siswa Siklus 2...

Tabel 13 : Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa Siklus 2...

Tabel 14 : Data Tingkat Kepuasan Belajar Akhir Siswa...

Tabel 15 : Komparasi Hasil Prestasi Awal Siswa dan Siklus 1...

Tabel 16 : Komparasi Hasil Prestasi Belajar Siklus 1 dan 2...

Tabel 17 : Komparasi Partisipasi Siswa Siklus 1 dan Siklus 2...

Tabel 18 : Komparasi Kepuasan Belajar Awal dan Akhir Siswa... 15

53

53

58

59

61

62

67

69

70

75

77

78

79

82

84

86

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar I : Siklus Rancangan Penelitian...

Gambar II : Diagram Prestasi Balajar Awal Siswa...

Gambar III : Diagram Tingkat Kepuasan Belajar Awal Siswa...

Gambar IV : Diagram Prestasi Siswa Siklus 1...

Gambar V : Diagram Prestasi Siswa Siklus 2...

Gambar VI : Diagram Tingkat Kepuasan Belajar Akhir Siswa...

Gambar VII : Grafik Komparasi Prestasi Belajar Sejarah Siswa...

Gambar VIII: Grafik Komparsi Partisipasi Siswa Mengikuti Pelajaran Sejarah

di Kelas...

50

61

64

71

79

81

85

88

   

 

   

 

   

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian...

Lampiran 2 : Bukti Telah Melaksanakan Penelitian...

Lampiran 3 : Silabus...

Lampiran 4 : Rancangan Perencanaan Pembelajaran...

Lampiran 5 : Kisi-Kisi Kuesioner Kepuasan Belajar Siswa...

Lampiran 6 : Kuesioner Kepuasan Belajar Siswa ...

Lampiran 7 : Validitas Kuesioner Kepuasan Belajar Siswa...

Lampiran 8 : Validitas Isi...

Lampiran 9 : Reliabilitas Kuesioner Kepuasan Belajar Siswa...

Lampiran 10 : Data Kepuasan Belajar Awal Siswa ...

Lampiran 11 : Data Kepuasan Belajar Akhir Siswa...

Lampiran 12 : Observasi Guru Mengajar...

Lampiran 13 : Observasi Partisipasi Siswa...

Lampiran 14 : Foto aktivitas Siswa di Kelas... 101

102

103

106

140

142

146

149

152

156

159

162

165

166

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Guru adalah seseorang yang memiliki pekerjaan sebagai pengajar. Pada

masa sekarang, profesi seorang guru cukup diminati oleh banyak orang. Banyak

hal yang menjadi penyebabnya dan itu semua bersifat relatif. Beda orang maka

beda pula alasannya. Ada yang memang terpanggil jiwanya untuk menjadi

pahlawan tanpa tanda jasa dan ada juga yang tergiur dengan isu-isu mengenai gaji

guru yang pada masa sekarang sudah mulai membaik. Alasan pertama seringkali

diketahui melalui televisi, dimana ketika ada liputan sebuah sekolah terpencil

seringkali murid-muridnya ditanya mengenai cita-citanya. Jawaban yang

diberikan oleh murid-murid tersebut rata-rata adalah menjadi seorang guru.

Jawaban tersebut mungkin dikarenakan mereka melihat sekolahnya sangat

kekurangan guru sehingga mereka pun terpanggil untuk mengabdi kepada

daerahnya sama seperti guru-guru yang lain meskipun banyak hambatannya,

seperti tidak tersedia fasilitas yang memadai karena daerah tempat mengajar

sangat terpencil. Alasan yang kedua ini yang sebenarnya paling sering terdengar

di tengah-tengah masyarakat pada masa sekarang. Banyak orang yang tergiur

dengan gaji guru pada masa sekarang sehingga ketika menjadi seorang guru pun

hanya setengah-setengah.

Siapapun yang sudah memilih untuk menjadi seorang guru hendaknya harus

(20)

mengajar di dalam kelas maupun ketika sedang menjalani aktifitas lain di luar

kelas karena mengingat peran guru bagi siswa sangatlah besar. Guru bukan hanya

sekedar menjadi sosok yang ditemui oleh siswa saat berada di dalam kelas

melainkan juga ditemui oleh orang tua dari siswa tersebut di saat-saat tertentu.

Orang tua pun sering memberikan penilaian terhadap kualitas guru dan penilaian

tersebut terkadang besar pengaruhnya bagi kepercayaan orang tua terhadap

kualitas sekolah tempat di mana guru tersebut mengajar. Menjadi guru harus

memiliki kecakapan untuk memberi bimbingan.1 Guru haruslah menjadi tokoh

panutan bagi murid-murid. Hal ini bisa menjadi modal bagi usaha guru

mengembangkan sikap positif pada pihak murid.2 Motivasi ketika memilih suatu

pekerjaan akan mempengaruhi orang tersebut saat menjalankan pekerjaannya,

begitu juga menjadi guru. Ketika alasannya karena penghasilan maka dapat

dipastikan saat menjalani pekerjaan tidak akan sebaik guru yang memiliki

motivasi sebagai pendidik yang ingin mengembangkan anak didiknya.

Jika guru hanya memikirkan pendapatan, maka ia memandang pekerjaannya

sebagai sarana guna memperoleh uang. Guru akan menerima siswa baru

berdasarkan kemampuan ekonomi, mencari penghasilan lain dari pelajaran

tambahan sebanyak-banyaknya, dan menjadi pengajar tidak tetap di sekolah lain.

Akibat lebih jauh ialah guru tidak sempat mempersiapkan pelajaran dengan baik,

jangankan memeriksa pekerjaan siswa, membaca literatur profesional pun tidak

pernah sempat, sehingga satu-satunya cara mendorong guru itu untuk

meningkatkan profesionalitasnya ialah mengharuskannya mengikuti penataran.       

1

I Gede Widja, Dasar-dasar Pengembangan Strategi serta Metode Pengajaran Sejarah, Jakarta : Depdikbud, 1989, hlm. 14. 

2

(21)

Hal ini tentu berbeda dengan guru yang murni terpanggil jiwanya. Guru

yang terpanggil jiwanya seringkali mengabdi dengan sepenuh hati guna

membantu murid-muridnya berkembang. Guru yang pertama-tama bercita-cita

menyumbangkan keahliannya demi perkembangan siswa, akan memandang

pekerjaannya sebagai sumber kepuasan pribadi, biarpun tidak lepas dari

tantangan. Dia akan rela untuk mengorbankan waktu dan tenaga lebih banyak

daripada yang dituntut secara formal; sikap ini akan diketahui dan dihargai oleh

siswa.3

Menjadi seorang guru hendaknya janganlah setengah-setengah. Banyak

guru yang frustasi ataupun berhenti dari pekerjaannya setelah tahu dunia

pekerjaannya tidak seperti yang dibayangkan, terutama dialami oleh guru baru.

Guru baru menyerah dengan berbagai alasan, tetapi keluhan yang paling umum

adalah murid yang mengganggu dan tidak memiliki rasa hormat, pegawai

administrasi yang apatis atau tidak efektif, tumpukan kertas kerja berlebihan,

intrik antar gank, tekanan dan gangguan dari para orang tua, serta kelelahan emosi

dan mental.4

Menjadi seorang guru bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Guru akan

menemui banyak siswa beserta orang tuanya yang memiliki beraneka macam

karakter. Di sinilah guru seringkali menemui kendala, terutama saat mengajar di

dalam kelas. Oleh sebab itu, pada masa sekarang diharapkan agar guru harus

pandai untuk menarik perhatian siswanya saat mengajar di dalam kelas agar siswa

mau terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar di kelas tersebut. Salah       

3

W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, Jakarta : Gramedia, 1987, hal. 111.  4

(22)

satu cara yang bisa dilakukan oleh guru adalah menggunakan metode mengajar

yang tepat baik dengan materi yang diajarkan maupun dengan keadaan siswanya.

Terutama pada masa sekarang dimana kegiatan belajar mengajar diorientasikan

pada siswa, sehingga peran guru di dalam kelas tidak lagi menjadi aktor utama

melainkan hanyalah sebagai pendamping dan penunjuk arah bagi para siswanya.

Saat ini metode yang hendaknya perlu diminimalisir penggunaannya di saat

mengajar adalah metode ceramah. Metode ceramah adalah sebuah bentuk

interaksi melalui penerangan dan penuturan lisan dan guru kepada peserta didik.5

Saat ini metode ceramah secara penuh saat mengajar di kelas sudah sangat tidak

tepat. Hal ini dikarenakan metode ceramah bisa membuat siswa menjadi siswa

yang pasif, yakni sangat bergantung kepada guru. Hal ini terjadi terutama dalam

mata pelajaran sejarah yang terkenal dengan mata pelajaran yang membosankan

karena hanya menghafal peristiwa-peristiwa yang telah lewat. Seringkali guru

sejarah menggunakan metode yang kurang bisa memancing keaktifan siswa di

kelas melainkan sebaliknya.

Pada saat ini dikenal dengan adanya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) yang mengutamakan kegiatan belajar berorientasi pada siswa. KTSP ini

mengutamakan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. KTSP dibuat

berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam penyusunannya,

KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah mengacu kepada Peraturan

       5

(23)

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk

Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi. 6

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang dirancang dalam KTSP mengikuti

prinsip-prinsip yang edukatif, yaitu kegiatan yang berfokus pada kegiatan aktif

siswa dalam membangun makna atau pemahaman. Dengan demikian, dalam

KBM, guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan

otoritas atau haknya dalam membangun gagasan. Oleh sebab itu, pada masa

sekarang guru dituntut untuk melakukan perubahan dalam KBM dimana yang

dulu guru masih menjadi pusat dari KBM kini mulai berubah yakni siswalah yang

menjadi pusat dari KBM. Tanggung jawab belajar tetap berada pada diri siswa,

dan guru hanya bertanggung jawab untuk menciptakan situasi yang mendorong

prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab siswa untuk belajar secara berkelanjutan

atau sepanjang hayat.7 Hal ini sebenarnya sangat baik karena siswa bisa menjadi

mandiri tidak hanya bergantung pada guru melainkan terbiasa mengusahakan

kebutuhannya sendiri.

Pada masa sekarang muncul berbagai tipe pembelajaran yang bisa

memancing siswa untuk melatih diri terbiasa dengan cara belajar yang mandiri

tanpa harus tergantung pada guru dan bisa memperoleh keberhasilan dengan

mengembangkan potensi yang dimiliki oleh dirinya. Guru hanyalah orang yang

bertugas sebagai pemandu siswa untuk mencapai tujuan dalam sebuah kegiatan

belajar sedangkan tercapai atau tidaknya tujuan tersebut masih tergantung dari       

6

Masnur Muslich, KTSP : Dasar Pemahaman dan Pengembangan, Jakarta : Bumi Aksara, 2007, hlm. 1. 

7

(24)

siswa yang bersangkutan. Namun, peranan guru juga sangat penting saat di kelas.

Keberhasilan pembelajaran ditentukan banyak faktor diantaranya guru.8

Tercapainya tujuan belajar ini akan menghantarkan siswa kepada keberhasilan.

Salah satu ciri dari keberhasilan siswa tersebut adalah siswa memiliki prestasi

belajar yang tinggi.

Prestasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor yang membuat

siswa memiliki rasa puas terhadap kegiatan belajar mengajar yang telah

dialaminya. Selain prestasi yang tinggi, tipe pembelajaran juga menjadi salah satu

faktor penentu kepuasan siswa. Tipe pembelajaran yang digunakan oleh guru

merupakan salah satu bukti bahwa guru memiliki kualitas. Kualitas dari sang guru

ini turut menentukan mutu dari sekolah tersebut. Pelayanan proses belajar

mengajar yang bermutu ditandai dengan guru membuat perencanaan untuk

melaksanakan proses belajar mengajar, melaksanakan proses belajar mengajar

dimulai dan diakhiri dengan tepat waktu, guru dapat menguasai materi pelajaran

yang disampaikan sehingga siswa mudah untuk memahaminya, guru

menggunakan variasi metode pengajaran, guru dapat menggunakan media belajar

yang tersedia di sekolah, dan dapat memotivasi siswa untuk belajar.9 Kepuasan

siswa adalah sikap positif siswa terhadap pelayanan proses belajar mengajar yang

dilaksanakan oleh guru karena adanya kesesuaian antara apa yang diharapkan dan

dibutuhkan dengan kenyataan yang diterima.10 Siswa mengharapkan banyak

       8Isjoni & Hj. Mohd. Arif Ismail,

Model-model Pembelajaran Mutakhir, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, hlm. 146. 

9

Popi Sopiatin, Manajemen Berbasis Kepuasan Siswa, Bogor : Dhalia Indonesia, 2010, hlm. 40.  10

(25)

sekali dari guru. Bila harapan itu dipenuhi, siswa akan merasa puas; bila tidak, dia

akan merasa kecewa.11

Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di sekolah

mulai dari tingkat sekolah dasar hingga tingkat sekolah menengah atas. Sejarah

merupakan pelajaran penting karena dengan sejarah kita bisa melihat perjalanan

perkembangan bangsa Indonesia disaat kita belum terlahir di dunia ini. Pada masa

sekarang banyak orang tidak tertarik dengan sejarah dan mengganggap sejarah

bukanlah urusan kita karena kurangnya kesadaran akan pentingnya sejarah dalam

diri kita. Padahal sejarah merupakan manyangkut diri kita semua. Kita melupakan

bahwa sejarah adalah dasar bagi terbinanya identitas nasional yang merupakan

salah satu modal utama dalam membangun bangsa kita masa kini maupun masa

yang akan datang.12

Dewasa ini hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah cenderung

menurun. Hal ini disebabkan pelajaran sejarah menurut pandangan siswa

merupakan pengetahuan yang tidak dapat menjamin masa depan mereka. Siswa

cenderung memandang dengan mempelajari sejarah adalah hal yang sia-sia, sebab

mereka hanya dituntut untuk bisa menceritakan masa lalu. Bahkan tak jarang

siswa mengatakan bahwa pelajaran sejarah materinya bersifat hafalan yang sangat

membosankan dan tidak menarik. Siswa sangat kurang terlatih untuk memahami

dan mengerti materi sejarah. Tidak hanya itu, terkadang permasalahan ini juga

muncul dari guru sejarah sendiri.

       11

W.S. Winkel, op.cit., hlm. 110.  12

(26)

Guru sejarah dalam pembelajaran sejarah seringkali sangat membosankan

sehingga sikap siswa terhadap mata pelajaran rendah.13 Melihat hal ini terlihat

sekali bahwa minat mereka akan pelajaran sejarah menjadi sangat rendah.

Kekurangmenarikan pelajaran sejarah kemungkinan sekali juga bersumber pada

anggapan yang keliru tentang sejarah itu sendiri.14 Hal ini seringkali membuat

tujuan-tujuan pembelajaran yang sudah dirancang guru mengalami

ketidakberhasilan. Walaupun guru sudah mengerahkan energi dan antusiasme

serta melakukan pendekatan pengajaran yang berbasis siswa, kadang-kadang

murid-murid hanya duduk berselonjor di kursi dan menguap di hadapan sang

guru.15

Gagalnya pencapaian tujuan dalam mata pelajaran sejarah ini akan membuat

siswa juga mengalami ketidakberhasilan. Ketidakberhasilan siswa ini bisa dilihat

salah satunya dengan rendahnya prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran yang

bersangkutan. Padahal prestasi belajar yang tinggi merupakan salah satu kunci

kepuasan siswa terhadap sebuah kegiatan belajar mengajar dari sebuah mata

pelajaran. Prestasi belajar yang rendah ini bisa saja membuat siswa menjadi tidak

puas dengan penyelenggaran kegiatan belajar mengajar dari sebuah mata

pelajaran. Strategi dan metode dalam mengajar sejarah haruslah tepat agar dapat

menarik simpati siswa. Strategi dan metode ini akan membantu proses belajar

agar sampai pada tujuan yang diharapkan.

Perlu adanya inovasi baru dalam mata pelajaran sejarah di dalam kelas. Saat

ini mulai gencar diperkenalkan berbagai tipe pembelajaran yang berbasis pada       

13

Isjoni & Hj. Mohd.Arif Ismail, op.cit., hlm.147.  14

I Gede Widja, op.cit., hlm. 3.  15

(27)

pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan

pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk

bekerja sama dalam memaksialkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan

belajar.16 Pembelajaran kooperatif ini membuat siswa menjadi bisa menerapkan

budaya dari bangsa kita, yakni gotong royong karena dalam kegiatan belajar

mengajar siswa yang satu dengan yang lainnya saling membantu satu sama lain

dalam sebuah kelompok. Selain itu, pembelajaran kooperatif membuat siswa bisa

berbaur dengan teman-temannya karena tidak akan dibiarkan siswa membentuk

kelompok secara monoton. Hal ini membantu siswa untuk bisa belajar dengan

baik karena saling bahu-membahu menyelesaikan tugasnya.

Model pembelajaran kooperatif memiliki banyak tipe, misalnya tipe picture

and picture. Tipe ini sangat sederhana mengingat langkah-langkahnya sangatlah

ringkas. Tipe ini sangat terpusat pada media gambar. Dalam mata pelajaran

sejarah, media gambar merupakan media yang paling sederhana, tetapi seringkali

bisa meningkatkan rasa keingintahuan siswa terhadap pelajaran ini. Gambar

merupakan salah satu media yang paling sering digunakan oleh guru saat

menyampaikan materi di dalam kelas. Oleh sebab itu, tidak heran jika gambar

menjadi media favorit bagi guru. Namun, ada yang berbeda dalam tipe picture

and picture ini dimana siswa tidak hanya disuguhi materi yang diberi dengan

media gambar saja melainkan siswa diminta untuk membangun pemikirannya

sendiri serta menemukan pengetahuannya sendiri mengenai gambar tersebut.

       16

(28)

Setelah memahami tipe ini maka muncullah keinginan untuk melakukan

penelitian menggunkan tipe ini. Sebelum dilakukannya penelitian ini diadakan

observasi terhadap sebuah sekolah untuk melihat keadaan sekolah tersebut.

Sekolah yang dipilih adalah SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Observasi tidak

dilakukan di semua kelas, melainkan hanya memilih satu kelas saja, yakni kelas

XI IPS-1. Setelah dilakukan observasi, terlihat prestasi siswa di sini cukup baik

meskipun demikian banyak juga siswa yang memiliki nilai kurang memuaskan.

selain itu, terlihat juga partisipasi siswa saat mengikuti pelajaran di kelas sangat

rendah. Hampir sebagian besar siswa melakukan hal-hal yang tidak penting di

dalam kelas bahkan saat diminta mengerjakan tugas sekalipun. Hal ini

menandakan rendahnya partisipasi siswa saat mengikuti pelajaran. Hal ini tidak

bisa diabaikan begitu saja, melaikan perlu diperhatikan secara khusus. Terlebih

lagi hal seperti ini terjadi pada pelajaran sejarah. Pelajaran sejarah yang seringkali

tidak diminati oleh siswa karena adanya anggapan bahwa pelajaran ini sangat

membosankan yang bisa membuat siswa mengantuk dan kurang ada manfaatnya

bagi diri siswa tersebut.

Beberapa indikator kepuasan belajar siswa adalah mencakup tingginya

prestasi siswa, kenyamanan siswa dengan tipe dan metode yang digunakan, siswa

bisa merasakan manfaat belajar sejarah. Selama melakukan observasi ini terlihat

bahwa prestasi siswa baik namun masih ada siswa yang belum berhasil mencapai

Kriteria Ketuntasan Minimun (KKM), partisipasi siswa di dalam kelas belum

(29)

untuk melihat sejauh mana siswa merasakan manfaat belajar sejarah. Hal ini bisa

menunjukkan bahwa ada indikasi kepuasan belajar siswa belum begitu baik.

Setelah melihat keadaan awal sekolah, ketertarikan mencoba untuk

melakukan penelitian semakin besar. Penelitian yang dipilih adalah penelitian

tindakan kelas. Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan tipe picture and

picture di dalam kelas. Penerapan tipe ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi

serta kepuasan belajar siswa dalam mata pelajaran sejarah.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar balakang di atas dapat ditarik suatu rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Sejauh mana peningkatan prestasi belajar siswa setelah pembelajaran

sejarah di kelas dengan menggunakan tipe picture and picture?

2. Sejauh mana peningkatan kepuasan belajar siswa setelah pembelajaran

sejarah di kelas dengan menggunakan tipe picture and picture?

C.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan peningkatan prestasi belajar siswa setelah pembelajaran

sejarah dengan menggunakan tipe picture and picture; dan

2. Mendeskripsikan mengenai peningkatan kepuasan belajar siswa setelah

pembelajaran sejarah di kelas dengan menggunakan tipe picture and

(30)

D.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang mengenai peningkatan prestasi dan

kepuasan belajar sejarah siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

picture and picture adalah :

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah pemahaman bagi peneliti mengenai

peningkatan prestasi dan kepuasan siswa dengan menggunakan tipe

picture and picture.

2. Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat menjadi motivasi bagi sekolah untuk memberikan

kesempatan kepada guru-gurunya agar mau melakukan penelitian

tindakan kelas dengan menggunakan metode-metode inovatif yang

berbasis pada keaktifan siswa guna meningkatkan prestasi serta kepuasan

siswa.

3. Bagi Guru

Penelitian ini dapat menjadi motivasi bagi guru untuk berani mencoba

metode-metode inovatif yang dianggap sesuai dengan materi yang akan

disampaikan agar siswa bisa berminat mengikuti kegiatan belajar

mengajar di kelas sehingga prestasi bisa meningkat dan merasa puas.

4. Bagi Siswa

Penelitian ini bisa menjadi kesempatan bagi siswa untuk belajar menjadi

(31)

kegiatan belajar mengajar di kelas serta meningkatkan prestasi dan

kepuasan belajarnya.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam skripsi ini terdiri atas 5 bab, yaitu :

BAB I : berisi tentang latar belakang dari permasalahan yang diteliti

dalam skripsi ini, rumusan masalah penelitian, tujuan

penelitian, dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : berisi kajian teori yang mendeskripsikan mengenai pengertian

pembelajaran kooperatif, pengertian tipe picture and picture,

pengertian belajar, pengertian sejarah, pengertian prestasi

belajar, pengertian kepuasan belajar, kerangka berpikir, dan

hipotesis.

BAB III : berisi tentang metode penelitian yang mendeskripsikan

mengenai tempat dan waktu penelitian, subjek penelitian,

objek penelitian, definisi operasional variabel, jenis penelitian,

metode pengumpulan data, instrumen pengumpulan data,

desain penelitian, analisis data, prosedur pelaksanaan

penelitian secara keseluruhan, dan indikator keberhasilan.

BAB IV : berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan.

(32)

BAB II

KAJIAN TEORI

A.Hal-hal Teoritik dan Informasi Mendasar

1. Pembelajaran Kooperatif

Manusia memiliki derajat potensi, latar belakang histories, serta harapan

masa depan yang berbeda-beda. Karena perbedaan, manusia dapat saling asah,

asih, dan asuh (saling mencerdaskan). Begitu juga dengan siswa-siswa di

sekolah, bisa saling membantu satu sama lain. Dalam pembelajaran kooperatif,

seorang siswa diharapkan bisa belajar dari siswa lainnya sehingga siswa tidak

hanya memperoleh pelajaran dari gurunya saja. Pembelajaran kooperatif adalah

pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang

silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat

menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat.1

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaraan

yang sedang dikembangkan di Indonesia, sehingga pada saat ini belum banyak

dilakukan di Indonesia ini. Alasan yang utama adalah kekhawatiran bahwa

akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidak belajar jika mereka

ditempatkan di grup. Selain itu, terkadang siswa sendiri yang tidak menyukai

jika diminta oleh gurunya untuk bekerja sama dengan siswa lainnya. Siswa

yang tekun merasa harus bekerja melebihi yang lain dalam grup mereka,

sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu

       1

(33)

grup dengan siswa yang lebih pandai. Siswa yang tekun juga merasa temannya

kurang mampu hanya menumpang saja pada hasil jerih payah mereka.2 Itu

semua adalah pandangan negatif orang terhadap kerja sama.

Sebenarnya kerja sama tidak hanya berdampak negatif seperti yang

ditakutkan oleh kebanyakan orang. Terkadang kerja sama diharapkan bisa

membuat seseorang yang memiliki kemampuan lebih dibanding yang lain bisa

membaur dan membantu yang lainnya untuk memahami dari persoalan yang

akan dipecahkan dengan jalan bekerja bersama tersebut. Sebenarnya model

pembelajaran ini cukup tepat untuk diterapkan di Indonesia mengingat bahwa

masyarakat Indonesia menjunjung tinggi nilai-nilai gotong royong.

Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam

kelompok yang dilakukan asal-asalan.3 Ada perbedaan antara pembelajaran

kooperatif dengan pembelajaran tradisional. Dalam pembelajaran tradisional

dikenal pula belajar kelompok, meskipun demikian, ada sejumlah perbedaan

esensial antara kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar

tradisional, yakni :4

Tabel 1 : Perbandingan antara kelompok belajar kooperatif dan tradisional

Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Tradisional

Adanya saling ketergantungan

positif, saling membantu dan saling

memberikan motivasi sehingga ada

Guru sering membiarkan adanya siswa

yang mendominasi kelompok atau

menggantungkan diri pada kelompok.

       2 Anita Lie,

Cooperative Learning : Mempratikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas, Jakarta : Gramedia, 2010, hlm. 28.

3

Ibid., hlm. 29. 4

(34)

interaksi promotif.

Adanya akuntabilitas individual yang

mengukur penguasaan materi

pelajaran tiap anggota kelompok.

Kelompok diberi umpan balik

tentang hasil belajar para anggotanya

sehingga dapat saling mengetahui

siapa yang memerlukan bantuan dan

siapa yang memberikan bantuan.

Akuntabilitas individual sering

diabaikan sehingga tugas-tugas sering

diborong oleh salah seorang anggota

kelompok, sedangkan anggota

kelompok lainnya hanya enak-enak saja

di atas keberhasilan temannya yang

dianggap “pemborong”

Kelompok belajar heterogen, baik

dalam kemampuan akademik, jenis

kelamin, ras, etnik, dan sebagainya

sehingga dapat saling mengetahui

siapa yang memerlukan bantuan dan

siapa yang dapat memberikan

bantuan.

Kelompok belajar biasanya homogeny

Pemimpinan kelompok dipilih secara

demokratis atau bergilir untuk

memberikan pengalaman memimpin

bagi para anggota kelompok.

Pemimpin kelompok sering ditentukan

oleh guru atau kelompok dibiarkan

untuk memilih pemimpinnya dengan

cara masing-masing.

Keterampilan sosial yang diperlukan

dalam kerja gotong royong seperti

kepemimpinan, kemampuan

Keterampilan sosial sering tidak

(35)

berkomunikasi, mempercayai orang

lain, dan mengelola, konflik secara

langsung diajarkan.

Pada saat belajar kooperatif sedang

berlangsung, guru terus melakukan

pemantauan melalui observasi dan

melakukan intervensi jika terjadi

masalah dalam kerja sama antar

anggota kelompok.

Pemantauan melalui observasi dan

intervensi sering dilakukan oleh guru

pada saat belajar kelompok sedang

berlangsung.

Guru memperhatikan secara

langsung kelompok yang terjadi

dalam kelompok-kelompok belajar.

Guru sering tidak memperhatikan

proses kelompok yang terjadi dalam

kelompok-kelompok belajar.

Penekanan tidak hanya pada

penyelesaian tugas tetapi juga

hubungan interpersonal (hubungan

antar pribadi yang saling

menghargai)

Penekanan sering hanya penyelesaian

tugas.

(Sumber : Sugiyanto, Model-Model Pembelajaran Inovatif, Surakarta:Yuma Pustaka, 2010, hlm. 42-43.)

Ada unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang

membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan,

yakni:5

       5

(36)

a.Saling ketergantungan positif

Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya.

Inilah yang menyebabkan dalam cooperative learning ada unsur saling

ketergantungan positif. Tanpa adanya kekompakan dari tiap anggotanya

maka suatu kerja sama tidak akan berhasil dengan baik. Tiap anggota

kelompok hendaknya memiliki tugas masing-masing agar tugas bisa

terselesaikan dengan baik.

b.Tanggung jawab perseorangan

Unsur pertama dari cooperative learning menghendaki agar setiap anggota

dari kelompok memiliki tugas. Akibat dari unsur pertama tersebut dapat

dilihat di unsur kedua ini, yakni setiap anggota akan memiliki tanggung

jawab sendiri-sendiri. Segi positif dari kerja sama salah satunya adalah

melatih tanggung jawab.

c. Tatap muka

Dalam kerja sama yang harus diperhatikan adalah bertemu muka antar

anggotanya serta melakukan diskusi. Hal ini sangat penting agar terjadi

kejelasan mengenai persoalan yang akan dipecahkan dan tugas akan

masing-masing anggota. Selain itu, pertemuan ini bisa digunakan oleh para

anggota kelompok untuk saling mengenal karakter masing-masing.

d.Komunikasi antar anggota

Dalam kerja sama, hal yang juga tak kalah penting adalah kemampan

mendengarkan dan mengutarakan pendapat. Hal ini sering dijadikan bahan

(37)

bahwa dalam kerja sama berbeda dengan kerja individu dimana dalam kerja

sama ada banyak anggota yang tentu memiliki pemikiran-pemikiran yang

berbeda yang wajib diutarakan dan didengar.

e. Evaluasi proses kelompok

Evaluasi seringkali digunakan agar dalam kegiatan sama yang akan datang

bisa memperoleh hasil yang lebih baik. Evaluasi setelah kerja sama ini

diperlukan untuk melihat kekurangan-kekurangan apa saja yang perlu

diperbaiki selama melakukan kerja bersama tersebut.

Keuntungan yang diperoleh dari penggunaan pembelajaran kooperatif

adalah :6

a. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial;

b. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan,

informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan;

c. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial;

d. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan

komitmen;

e. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois;

f. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa;

g. Berbagai keterampilan sosial diperlukan untuk memelihara hubungan saling

membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan;

h. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia;

       6

(38)

i. Menigkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai

perspektif;

j. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan baik;

k. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan

kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama,

dan orientasi tugas.

2. Tipe Picture and Picture

Tipe dan metode pembelajaran yang menarik di kelas akan

menumbuhkan rasa keinginan untuk belajar dalam diri masing-masing siswa.

Metode mengajar adalah cara atau teknik yang merupakan perangkat sarana

untuk menunjang pelaksanaan strategi mengajar. Metode mempunyai peranan

yang sangat besar dalam proses belajar mengajar. Metode mengajar

menunjukkan pada cara-cara khusus bagaimana model mengajar bisa

diselenggarakan sebaik-baiknya agar tercapai tujuan yang diharapkan.7 Pada

masa sekarang banyak sekali bermunculan tipe-tipe pembelajaran yang baru

dan bertujuan untuk terjadinya proses belajar mengajar yang aktif.

Tipe pembelajaran inovatif yang bermunculan pada masa sekarang

sangat bermanfaat bagi dunia pendidikan. Tipe-tipe seperti ini bisa membantu

guru ketika mengajar di dalam kelas. Hal ini dikarenakan pada masa sekarang,

guru benar-benar dituntut untuk mampu meninggalkan cara-cara mengajar

yang lama. Seringkali guru enggan mengganti tipe dan metode mengajar

       7

(39)

mereka dengan alasan sudah nyaman, meskipun tipe dan metode tersebut sama

sekali tidak membuat siswa menjadi pusat kegiatan belajar mengajar.

Salah satu tipe yang ada pada masa sekarang adalah tipe picture and

picture adalah suatu tipe dengan menggunakan gambar dan

dipasangkan/diurutkan menjadi urutan yang logis. Dengan menggunakan tipe

ini, guru berusaha untuk mengajak siswa berpikir secara logis dan sistematis.

Begitu halnya dalam belajar sejarah, akan menarik jika disampaikan dengan

tipe ini, mengingat bahwa pelajaran sejarah selalu terkait dengan waktu.

Adapun langkah-langkah dalam tipe picture and picture adalah :8

a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai;

b. Menyajikan materi sebagai pengantar;

c. Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan

dengan materi;

d. Guru membagi siswa dalam kelompok kecil dan tiap kelompok diberi

gambar terkait dengan materi;

e. Guru menunjuk / memanggil wakil siswa dari tiap kelompok secara

bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan logis;

f. Guru menanyakan alasan / dasar pemikiran urutan gambar tersebut;

g. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamakan konsep /

materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai; dan

h. Kesimpulan / rangkuman.

       8

(40)

3. Belajar

Banyak pengertian mengenai belajar, seperti menurut Winkel9, belajar

adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif

dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

pengetahuan-pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap, perubahan ini bersifat

relatif konstan. Belajar merupakan kegiatan mental yang tidak bisa disaksikan

dari luar. Apa yang sedang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar,

tidak dapat diketahui secara langsung hanya dengan mengamati orang itu.

Bahkan, hasil belajar orang itu tidak langsung kelihatan, tanpa orang itu

melakukan sesuatu yang menampakkan kemampuan yang telah diperoleh

melalui belajar.10

Sardiman memberikan beberapa pengertian belajar adalah sebagai

berikut:11

a) Belajar merupakan perubahan tingkah laku, perubahan itu tidak hanya

berkaitan dengan perubahan ilmu pengetahuan tapi juga berbentuk

kecakapan, keterampilan, sikap pengertian, harga diri, minat, watak dan

penyesuaian diri.

b) Belajar dalam arti luas merupakan kegiatan psiko-fisik menuju

perkembangan pribadi seutuhnya.

c) Belajar dalam arti sempit adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan

yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian

seutuhnya.

       9

W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, PT. Gramedia:Jakarta, 1987, hlm. 36. 10

Ibid., hlm. 35. 11

(41)

d) Belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju

perkembangan pribadi manusia seutuhnya yang berarti menyangkut unsur

cipta, rasa, karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

Menurut Skinner, belajar merupakan hubungan antara stimulus dan

respons yang tercipta melalui proses tingkah laku.12 Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia, belajar didefinisikan berusaha supaya beroleh kepandaian.13

Belajar dapat juga didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisasi

berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.14 Istilah pengalaman

membatasi macam-macam perubahan perilaku yang dapat dianggap mewakili

belajar. Biasanya batasan ini dilakukan dengan memperhatikan

penyebab-penyebab perubahan dalam perilaku yang tidak dapat dianggap sebagai hasil

pengalaman. Perubahan perilaku yang disebabkan oleh kelelahan, adaptasi

indra, obat-obatan, dan kekuatan mekanis, tidak dianggap sebagai perubahan

yang disebabkan oleh pengalaman. Sehingga tidak dapat dianggap bahwa

belajar telah terjadi. Perubahan-perubahan dalam perilaku yang disebabkan

oleh alkohol atau obat-obatan lainnya tidak dianggap sebagai belajar sebab

perubahan-perubahan ini pun bersifat fisiologis.15 Oleh sebab itu, tidak semua

perubahan merupakan akibat dari belajar.

Dapat dipersoalkan pula, apakah proses belajar harus disertai kesadaran

subyek, bahwa dia sedang belajar. Ini tidak mutlak perlu, sebab orangnya

mungkin sedang belajar sesuatu tanpa menyadari sepenuhnya, bahwa dia

       12 Dimyati dan Mudjiono,

Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta,1999, hlm. 9. 13

W.J.S. Poerwadarminta;Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1966, hlm. 22. 14

Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Erlangga, 2011, hlm. 2. 15

(42)

sedang belajar. Tentu saja kita seringkali mengalami hal seperti. Tanpa kita

sadari kita sudah mengalami suatu perubahan dikarenakan belajar. Terutama

dalam bidang belajar sikap dan nilai, banyak terjadi perubahan positif yang

menjadi milik untuk seumur hidup, namun diperoleh pada waktu masih muda

tanpa menyadari hal itu.16

Menurut A. De Block, sistematika bentuk belajar adalah :17

a. Bentuk-bentuk belajar menurut fungsi psikis :

1) Belajar dinamik

Ciri khasnya terletak dalam belajar menghendaki sesuatu secara wajar,

sehingga orang tidak menyerah pada sembarang menghendaki dan juga

tidak menghendaki sembarang hal. Berkehendak adalah suatu aktivitas

psikis , yang terarah pada pemenuhan suatu kebutuhan yang disadari dan

dihayati. Kebutuhan itu dapat merupakan kebutuhan biologis, dan

psikologis.

2) Belajar afektif

Ciri khasnya terletak dalam belajar menghayati nilai dari obyek-obyek yang

dihadapi melalui alam perasaan, entah obyek itu berupa orang, benda tau

kejadian/peristiwa; ciri yang lain terletak dalam belajar mengungkapkan

perasaan dalam bentuk ekspresi yang wajar. Fungsi dinamik dan afektif

berkaitan satu sama lain, karena setiap kehendak dan kemauan disertai

perasaan dan setiap perasaan mengandung dorongan untuk berkehendak dan

berkemauan.

       16

W.S. Winkel, op.cit., hlm. 37. 17

(43)

3) Belajar kognitif

Ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan menggunakan

bentuk-bentuk representasi yang mewakiliobyek-obyek yang dihadapi, entah obyek

itu orang, benda atau kejadian/peristiwa. Obyek-obyek itu direpresentasikan

atau dihadirkan dalam diri melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang

semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental.

4) Belajar sensi-motorik : mengamati, bergerak, berketerampilan

Ciri khasnya terletak dalam belajar menghadapi dan menangani

obyek-obyek secara fisik, termasuk kejasmanian manusia sendiri. Dalam belajar

ini, baik aktivitas mengamati melalui alat-alat dria (sensorik) maupun

bergerak dan menggerakan (motorik), memegang peranan penting.

b. Bentuk-bentuk belajar menurut materi yang dipelajari :

1) Belajar teoretis

Bentuk belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta

(pengetahuan) dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat

dipahami dan digunakan untuk memecahkan problem, seperti terjadi dalam

bidang-bidang studi ilmiah.

2) Belajar teknis

Bentuk belajar ini bertujuan mengembangkan keterampilan-keterampilan,

dalam menangani, dalam menangani dan memegang benda-benda serta

menyusun bagian-bagian materi menjadi suatu keseluruhan, misalnya

(44)

3) Belajar sosial

Bentuk belajar ini bertujuan mengekang dorongan dan kecenderungan

spontan, demi kehidupan bersama dan memberikan kelonggaran kepada

orang lain untuk memenuhi kebutuhannya.

4) Belajar estetis

Bentuk belajar ini bertujuan membentuk kemampuan menciptakan dan

menghayati keindahan di berbagai bidang kesenian.

c. Bentuk-bentuk belajar yang tidak sebegitu disadari :

1) Belajar insidental

2) Belajar dengan mencoba-coba

3) Belajar tersembunyi

4. Sejarah

Kata sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu syajarotun yang berarti

pohon, keturunan, asal-usul, yang kemudian menjadi kata sejarah dalam bahasa

Indonesia. Kata sejarah sama dengan kata history dalam bahasa Inggris, yang

berasal dari istoria dalam bahasa Yunani yang berarti ilmu.18 Dalam

perkembangannya kata istoria diperuntukkan bagi pengkajian terhadap segala

sesuatu mengenai manusia secara kronologis. Dalam bahasa Jerman kata

sejarah disebut dengan geschichte, yang berarti sesuatu yang telah terjadi.19

Banyak sekali pengertian sejarah. Sejarah adalah gambaran tentang masa lalu

manusia dan sekitarnya sebagai makhluk sosial yang disusun secara ilmiah dan

       18

Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, Terjemahan Nugroho Noto Susanto, Jakarta:UI Press, 1975, hlm.103.

19

(45)

lengkap. Meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan

yang memberikan pengertian pemahaman tentang apa yang telah berlalu.20

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sejarah dapat diartikan sebagai

berikut:

a. Kejadian yang benar-benar terjadi pada masa lampau.

b. Pengetahuan atau uraian tentang kejadian yang benar-benar terjadi pada

masa lampau.21

Menurut R.Moh.Ali, kata sejarah mengandung arti sebagai berikut :22

a. Sejumlah perubahan-perubahan, kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa

dalam kenyataan sekitar kita.

b. Cerita tentang perubahan-perubahan, kejadian-kejadian, dan

peristiwa-peristiwa yang merupakan realitas tersebut.

c. Ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan-perubahan, kejadian-kejadian

dan peristiwa yang merupakan realitas tersebut.

Menurut Gilbert J.Garraghan, S.J., sejarah dapat dibedakan menjadi 3,

yaitu:23

a. kejadian masa lampau manusia, aktualitas masa lampau;

b. catatan aktualisasi masa lampau; dan

c. proses dan teknik pembuatan catatan.

       20

Sartono Kartodirjo. Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia. Jakarta : PT Gramedia, 1982, hlm. 12

21W.J.S. Poerwadarminta;

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1966, hal. 208-209.

22

M.Habib Mustopo, op.cit.,hlm 3. 23

(46)

Sejarah salah satu hal yang penting untuk dipelajari oleh semua orang.

Namun, pada masa sekarang banyak orang kurang sadar akan pentingnya

mempelajari sejarah. Mempelajari sejarah akan membantu kita untuk

mengetahui perjalanan bangsa Indonesia dan akan membantu kita untuk

membangun bangsa kita ini pada masa kini maupun masa yang akan datang.

Kesadaran akan sejarah sangatlah diperlukan agar nilai-nilai sejarah bisa

tercermin dalam kehidupan kita sehari-hari.

Kita dapat mengetahui masa lampau dari peninggalan berupa tulisan

(history as record) dan benda-benda peninggalan (history as remain).24 Catatan

dan benda-benda peninggalan sejarah inilah yang membantu para sejarawan

untuk bisa merekonstruksi peristiwa sejarah yang telah terjadi di masa lampau.

Keunikan merupakan ciri dari sejarah. Karena waktu dan ruang (time and

space) selalu membedakan dan itu yang membuat aktivitas sosial manusia

menjadi unik.25

Pelajaran sejarah sangatlah penting diberikan di sekolah. Pelajaran

sejarah yang diberikan dengan tepat oleh guru dan adanya kesadaran dalam diri

siswa akan pentingnya mempelajari sejarah akan menghantarkan siswa

memiliki rasa menghargai akan kepentingan/kegunaan dari pengalaman masa

lampau kehidupan masa sekarang. Dengan ini mempelajari sejarah maka akan

membuat kehidupan kita menjadi lebih baik.

Ada kemungkinan terjadi kesalahpahaman mengenai pengertian sejarah

karena pengajaran sejarah yang kurang tepat dan kurang komprehensif. Ada

       24

Ibid., hlm. 3. 25

(47)

kemungkinan pengajaran sejarah konvensional menyebabkan pengajaran

sejarah tidak memberi arti bagi kehidupan manusia. Pengajaran seperti itu

menyebabkan pelajaran sejarah sebagai pelajaran yang tidak bermakna.

Lebih-lebih orang mengatakan sejarah hanya penyebutan fakta-fakta dan angka tahun

saja.26

5. Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan

belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi

merupakan hasil dari proses belajar. Prestasi belajar merupakan suatu hal yang

sangat penting bagi siswa karena merupakan hasil perjuangannya mengikuti

kegiatan belajar. Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau

kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai

dengan bobot yang dicapainya.27 Hasil belajar siswa sangatlah tergantung

dengan siswa itu sendiri. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama

yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa

atau faktor lingkungan.28

a) Faktor yang berasal dari dalam diri siswa, misalnya:

1) Faktor Psikologis yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan kejiwaan

2) Faktor biologis yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan fisik.

b) Faktor yang berasal dari luar siswa, misalnya :

       26

Ibid.,hlm.1 27

W.S. Winkel, Pengantar Psikologi Pendidikan, Jakarta : PT. Gramedia,1983, hlm. 162. 28

(48)

Faktor ekstern meliputi faktor lingkungan yang ada di sekitar individu

tersebut, baik itu lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat sekitar.

Faktor-faktor tersebut ada pengaruhnya dalam membantu peningkatan prestasi

belajar siswa. Prestasi belajar siswa terkait dengan mata pelajaran sejarah

seringkali rendah. Rendahnya prestasi belajar siswa ini salah satunya

dipengaruhi oleh metode mengajar dari guru yang seringkali monoton.

6. Kepuasan Belajar Siswa

Istilah kepuasan belajar siswa jarang sekali terdengar. Kepuasan siswa

merupakan sikap positif siswa terhadap pelayanan proses belajar mengajar

yang dilaksanakan oleh guru karena adanya kesesuaian antara yang diharapkan

dan dibutuhkan dengan kenyataan yang diterimanya.29 Kepuasan siswa sangat

relatif sifatnya. Antara siswa yang satu dengan yang lainnya akan berbeda. Di

sinilah tantangan bagi para guru untuk bisa membuat siswa merasakan

kepuasan dengan kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan karena guru

harus memilih metode yang tepat dengan keadaan para siswa yang ada di

dalam kelas. Namun, hal ini tetap harus dilakukan oleh seorang guru karena

sudah menjadi kewajibannya. Tercapainya kepuasan seluruh siswa ini sungguh

bukanlah hal yang mudah. Ketercapaian itu dapat diperoleh dengan cara

memotivasi siswa dan memberikan memberikan harapan yang berkaitan

dengan budaya ruang kelas dan sekolah, untuk itu diperlukan strategi dan

pendekatan-pendekatan pengajaran yang dapat memenuhi

kebutuhan-       29

(49)

kebutuhan siswa sehingga mereka dapat melakukan kegiatan belajar,

mengetahui kemajuan belajar, dan dapat memantau kemajuan belajarnya.30

Kepuasan belajar siswa bukanlah suatu hal yang bisa diabaikan.

Kepuasan belajar siswa sangat besar pengaruhnya bagi kegiatan belajar

mengajar. seringkali siswa yang merasa tidak puas dengan kegiatan belajar

mengajar yang diselengarakan akan menciptakan persepsi negatif baik

mengenai guru maupun mata pelajaran itu sendiri. Hal-hal seperti ini sungguh

tidak diinginkan oleh guru. Seringkali siswa yang telah memiliki persepsi

negatif akibat kekecewaan terhadap kegiatan belajar mengajar yang tidak

sesuai harapannya akan sulit dikembalikan ke posisi semula. Siswa cenderung

kurang kooperatif saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, seperti membuat

kekacauan, mulai dari tidur di kelas, ribut dengan teman semejanya, bahkan

mengganggu teman-teman lainnya. Beberapa cara dapat dipergunakan untuk

mengurangi adanya tingkat kepuasan siswa terhadap proses belajar mengajar

yang disebabkan oleh perbedaan yang ada pada diri siswa, antara lain adalah

sebagai berikut :31

a. Mengembangkan lingkungan belajar yang dapat memfasilitasi kegiatan

dalam kelompok dan perorangan.

b. Memodifikasi isi bahan ajar sehingga dapat menantang untuk berpikir dan

memenuhi keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa.

c. Memodifikasi proses belajar dengan memberikan kesempatan kepada

seluruh siswa untuk belajar sesuai dengan kecepatan belajarnya.

       30

Ibid., hlm 53. 31

(50)

d. Memodifikasi hasil belajar dengan memberikan tantangan yang sesuai

dengan hasil-hasil kegiatan belajar.

Oleh sebab itu, guru hendaknya pandai membaca situasi siswa-siswanya

yang membuat mereka kurang nyaman karena dengan demikian guru bisa

mencoba untuk menerapkan hal-hal baru yang bisa membantu siswa-siswanya

keluar dari situasi tersebut, misalnya dengan menggunakan metode-metode

mengajar inovatif yang bisa membuat siswanya terlibat aktif dalam proses

belajar mengajar serta tetap merasa nyaman. Kenyamanan siswa dalam

mengikuti pelajaran bisa membuat siswa memahami materi yang disampaikan

dengan baik. Apabila hal ini terjadi maka kesempatan bagi siswa mencapai

prestasi yang tinggi semakin besar. Indikator kepuasan siswa mengikuti

pelajaran antara lain prestasi yang tinggi, metode mengajar yang sesuai dengan

keadaan siswa, dan siswa bisa merasakan manfaat mengikuti pelajaran

tersebut. Kepuasan siswa dari setiap siswa ini nantinya dapat menunjukkan

bahwa guru yang bersangkutan telah berhasil dalam mengelola kelas ketika

proses belajar mengajar.

B.Materi Pokok

1. Kerajaan Kutai

Kerajaan tertua di Indonesia adalah Kerajaan Kutai yang terletak di Pulau

Kalimantan dan merupakan kerajaan yang bercorak Hindu. Kerajaan ini berdiri

sekitar abad ke-4. Salah satu sumber yang menyatakan tentang keberadaan

Kerajaan Kutai adalah 7 Yupa. Yupa adalah tugu batu yang berfungsi sebagai

(51)

sering kali disebut ketika membahas Kerajaan Kutai, yakni Raja Kudungga,

Asmawarman, dan Mulawarman.

2. Kerajaan Tarumanegara

Tarumanegara adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah

barat pulau Jawa pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M. Lebih tepatnya lagi

terletak di daerah Bogor. Sumber sejarah Kerajaan Tarumanegara ada banyak

seperti berita asing berasal dari China, prasasti, dan naskah Wangsakerta.

Berita dari China ini antara lain, berita Fa HienSe, berita dari Dinasti Sui, dan

berita dari Dinasti Tang, Selain berita asing, sumber berita dari Kerajaan

Tarumanegara adalah prasasti. Ada banyak prasasti yang ditemukan sebagai

sumber sejarah kerajaan ini, yaitu Prasasti Ciaruteun (Ciampea, Bogor),

Prasasti Kebon Kopi (Bogor), Prasasti Jambu (Bogor), Prasasti Muara Cianten

(Bogor), Prasasti Tugu (Jakarta Utara), Prasasti Pasir Awi (Leuwiliang),

Prasasti Munjul (Banten). Raja yang terkenal dari Kerajaan Tarumanegara

adalah Raja Purnawarman.

3. Kerajaan Ho-Ling/Kalingga

Kalingga adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu di Jawa Tengah. Letak

pusat kerajaan ini belumlah jelas, kemungkinan berada di suatu tempat antara

Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Jepara sekarang. Sumber sejarah

tentang keberadaan kerajaan ini berasal dari China yakni dari pendeta

I-tsing.Kerajaan Ho-Ling ini diperintah oleh seorang ratu, yakni Putri Maharani

(52)

bernama Mandiminyak, yang kemudian menjadi raja kedua dari Kerajaan

Galuh.

4. Kerajaan Melayu

Kerajaan Melayu adalah salah kerajaan yang ada di Pulau Sumatera.

Kerajaan ini diperkirakan terletak di Provinsi Jambi. Tidak diketahui secara

jelas agama yang dianut oleh kerajaan ini karena tidak ada sumber yang jelas

mengenai hal ini. Berita tentang kerajaan Melayu antara lain diketahui dari dua

buah buku karya Pendeta I Tsing. Selain itu, sumber keberadaan kerajaan ini

dapat diketahui dari alas arca Amoghapasa yang ditemukan di Padangroco.

5. Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan yang cukup kuat di Pulau

Sumatera. Kerajaan ini mendapat julukan sebagai kerajaan maritim

dikarenakan armada lautnya kuat sehingga perdagangan kerajaan ini pun

berkembang pesat.Sumber sejarah mengenai keberadaan kerajaan ini ada dua,

yaitu sumber berita asing dan sumber dalam negeri. Sumber berita asing ada 3,

yakni : berita dari Arab, India, dan China. Berita dalam negeri bersumber pada

prasasti Kedukan Bukit, Telaga Batu, Talang Tuwo, Kota Kapur, Karang

Brahi, Ligor, Nalanda.

6. Kerajaan Mataram Kuno

Kerajaan ini berpusat di Jawa Tengah. Di Kerajaan Mataram ada dua

(53)

a. Dinasti Sanjaya

Sumber sejarah berdirinya Dinasti Sanjaya ada 3, yakni prasasti Canggal

(732 M) yang berisi mengenai pendirian Lingga sebagai lambang dari Dewa

Siwa; prasasti Bitung atau Mantyasih (907 M) yang memuat nama-nama raja

dari Kerajaan Sriwijaya sebelum Raja Balitung; dan Kitab Carita Parahyangan

yang berisi tentang hal ikwal raja-raja Sriwijaya. Wilayah Kerajaan Mataram

sangat sulit berkembang karena letaknya tertutup dari dari dunia luar. Pada

masa Rakai Kayuwangi, sektor pertanian cukup diperhatikan untuk menunjang

kehidupan. Lalu pada masa raja Balitung, sektor perdagangan mulai

berkembang dengan membangun beberapa pusat perdagangan. Masayarakat

dari Dinasti Sanjaya ini menganut agama Hindu.

b. Dinasti Syailendra

Sumber sejarah dari Dinasti Syailendra Prasasti Kalasan (778 M) berisi

mengenai seorang Raja Dinasti Syailendra yang berhasil menunjuk Rakai

Panangkaran untuk mendirikan sebuah bangunan suci bagi Dewi Tara dan

sebuah biara untuk para pendeta; prasasti Kelurak (782 M) tentang

didirikannya sebuah bangunan suci untuk arca Manjusri atas perintah Raja

Indra yang bergelar Sri Sanggramadhananjaya; prasasti Ratu Boko (856 M)

yang menceritakan mengenai kekalahan Balaputera Dewa melawan kakaknya;

Prasasti Nalanda (860 M) berisi tentang asal usul Balaputera Dewa. Ada

sumber yang mengatakan bahwa pada masa Rakai Panangkaran, kekuasaan

(54)

7. Kerajaan Medang Kamulan

Kerajaan Medang Kamulan ini terletak provinsi Jawa Timur. Tepatnya

di muara Sungai Brantas, dengan ibu kotanya adalah Watan Mas. Kerajaan ini

diperkirakan didirikan oleh Mpu Sendok. Kerajaan ini merupakan bekas

Kerajaan Mataram Kuno yang ada di Jawa Tengah. Sumber berita mengenai

kerajaan ini ada 2, yaitu asing (Cina dan India) dan dalam negeri (Mpu Sendok

dari Desa Tangeran, Mpu Sindok dari Lor, Mpu Sendok dari daerah Bangil,

dan Calcuta )

8. Kerajaan Kediri

Kerajaan Kediri merupakan pecahan dari Kerajaan Medang Kamulan.

Kerajaan ini berpusat di Daha. Kerajaan ini diperintah oleh Jayawarsa.

Sedangkan Kerajaan Jenggala berpusat di Kahuripan yang diperintah oleh

Jayanegara. Namun, Kerajaan Jenggala kalah berkembang dibanding dengan

Kerajaan Kediri. Sumber berita Kerajaan Kediri ada dua, yakni berita asing dan

dalam negeri (prasasti). Berita asing diperoleh dari Cina dan berita dalam

negeri adalah Prasasti Sirah Keting, Ngantang, Jaring, dan Kamulan.

9. Kerajaan Singasari

Kerajaan Tumampel adalah cikal bakal dari Kerajaan Singasari. Setelah

Kerajaan Tumampel berhasil mengalahkan Kerajaan Kediri, kerajaan ini pun

berkembang menjadi besar. Letak kerajaan ini adalah di Malang. Sumber

sejarah mengenai kerajaan ini dapat diketahui dari Kitab Pararaton, Kitab

(55)

10. Kerjaan Bali

Kerajaan Bali terletak di sebuah pulau kecil yang tidak jauh dari Jawa

Timur. Namun, kerajaan ini memiliki hubungan dekat dengan Pulau jawa

karena letaknya berdekatan. Adapun sumber sejarah kerajaan ini adalah

Prasasti Sanur dan Calcuta.

11. Kerajaan Pajajaran

Kerajaan ini terletak di Jawa Barat. Adapun sumber-sumber sejarah dari

Kerajaan Pajajaran dapat diketahui melalui sumber-sumber, yaitu Prasasti

Rakryan Juru Pengambat (923 M) yang ditemukan di Bogor, Horen, Citasih,

Astanagede.

12. Kerajaan Majapahit

Sumber sejarah dari kerajaan ini adalah : prasasti Butak yang dikeluarkan

oleh Raden Wijaya setelah ia naik tahta dan Cerita Kitab (Kidung Harsawijaya

dan Panji Wijayakrama yang menceritakan Raden Wijaya ketika menghadapi

musuh dari Kediri dan awal perkembangan Majapahit, Pararaton yang

mneceritakan pemerintahan Kerajaan Singasari dan Majapahit, dan

Negarakertagama yang menceritakan tentang perjalanan Hayam Wuruk ke

Jawa Timur). Keadaan ekonomi Majapahit banyak ditopang oleh kegiatan

perdagangan. Peran yang dipegang Majapahit dalam dunia perdagangan adalah

Gambar

Gambar I      : Siklus Rancangan Penelitian.......................................................
Tabel 1 : Perbandingan antara kelompok belajar kooperatif dan tradisional
gambar terkait dengan materi;
Tabel 5 : Data Prestasi Belajar Awal Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Disamping itu juga dibutuhkan kerjasama antara guru, orang tua, masyarakat sekolah, dan siswa agar saling membantu dalam proses pembelajaran, agar setiap individu dapat diterima

Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah dan Kemampuan Konsentrasi Belajar Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau.. Jurnal Online Mahasiswa

Berdasarkan hasil gambaran dan analisis system yang telah berjalan di atas, yang ditinjau melalui use case dan Activity diagram dapat digambarkan beberapa

In 2014, operating income of Guarantee Institution reached Rp2,098 billion, an increase of 9.2% from previous year. Meanwhile, operating expenses decreased by 2.6% from 2013. The

Kebijakan sebagian besar BUMN yang tidak meng-upload semua informasi wajib itu menyulitkan publik sebagai ultimate shareholders BUMN untuk mengetahui keadaan BUMN

Pentingnya program S.T.A.B.L.E dalam upaya menurunkan angka kesa kitan dan kematian bayi serta masih terbatasnya penelitian tentang stabilisasi bayi pasca resusitasi

Kelebihan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah melakukan analisis terhadap sistem informasi akuntansi pemberian kredit untuk meningkatkan perkreditan

Pengambilan perusahaan batubara karena didasari pada berbagai hal yaitu pertama perusahaan batu bara memiliki kurang lebih 25 perusahaan yang telah go publik dan