• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan pemangkasan jeruk keprok (citrus sp.) Di kebun blawan, ptpn xii , bondowoso, jawa timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan pemangkasan jeruk keprok (citrus sp.) Di kebun blawan, ptpn xii , bondowoso, jawa timur"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

JERUK KEPROK (

Citrus

sp.) DI KEBUN BLAWAN, PTPN XII,

BONDOWOSO, JAWA TIMUR

CUCUN YULIANA

A24080038

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

The internship programe was conducted at Blawan Estate, PTPN XII, Bondowoso, East Java for three months from February 13th until May 13th 2012. The purpose of this internship program is to improve technical and managerial skill. This internship programe was conducted using direct and indirect method, by followed all of the practices in the field, field plantation observation, and discussion with staf (direct method). The information were collected including primary and secondary data. Pruning criteria, plant condition, labour achievement, pruning time, and bud growing rapidity was collected as primary data. Pruning could decrease the intensity and severity of antracnose. However, management pruning of orange could not implementable as SOP (Standart Operating Prosedure).

(3)

CUCUN YULIANA. Pengelolaan Pemangkasan Jeruk Keprok (Citrus sp.) di Kebun Blawan, PTPN XII, Bondomoso, Jawa Timur. (dibimbing oleh Diny Dinarti dan Winarso D. Widodo).

Kegiatan magang dilaksanakan untuk mempelajari budidaya, teknis dan manajerial dalam suatu kondisi yang nyata dilapangan yang mengembangkan jeruk secara skala perkebunan dengan aspek pendalaman yaitu pengelolaan pemangkasan. Magang dilaksanakan pada tanggal 13 Februari 2012 sampai dengan tanggal 13 Mei 2012 bertempat di PTPN XII Jember, Jawa Timur.

Pelaksanaan magang berlangsung selama tiga bulan yang terdiri atas tiga kegiatan, yaitu sebagai KHL (Karyawan Harian Lepas) selama tiga minggu, sebagai pendamping mandor tiga minggu dan sebagai pendamping asisten selama enam minggu. Kegiatan yang dilakukan selama menjadi KHL yaitu mengikuti seluruh kegiatan yang ada di kebun, diantaranya pemangkasan bentuk, pemangkasan pemeliharaan, pengisian polybag, dan panen. Kegiatan yang dilakukan selama menjadi pendamping mandor adalah penulis membantu dalam pengawasan kegiatan pelaksanaan, membantu dalam membagi pekerjaan dan

membantu menyusun RKO dan ketika menjadi pendamping asisten, penulis mempelajari dan mengikuti kegiatan manajerial, seperti kegiatan administrasi dan inventaris tanaman.

Pemangkasan yang dilakukan di Afdeling Besaran, Kebun Blawan adalah pemangkasan bentuk, pemangkasan pemeliharaan dan wiwil.. Pemangkasan bentuk dilakukan pada TBM (tanaman belum menghasilkan), pemangkasan pemeliharaan dilakukan pada TM (tanaman menghasilkan) serta wiwil dilakukan pada TBM dan TM.

(4)

Varietas Batu 55. Masing-masing tanaman contoh dipilih satu dan dua cabang pangkasan untuk dilakukan pengamatan. Peubah yang diamati meliputi kriteria pemangkasan, kondisi tanaman, waktu pemangkasan, tenaga kerja pemangkasan, serta kecepatan tumbuh tunas.

Pemangkasan TM dan TBM pada tanaman jeruk dapat menurunkan severitas penyakit antraknosa (Colletotrichum gloeosoprioides Penz.). Pemangkasan dapat menurunkan severitas antraknose pada TM sebesar 33%, sedangkan pada TBM sebesar 60%. Pada TM severitas dan intensitas hama dan penyakit ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella), kutu daun (Toxoptera citridus aurantii, Aphis gossypii.), tungau (Tenuipalsus sp.), Eriophyes sheldoni Tetranychus sp.), thrips (Scirtotfrips citri.), lalat buah (Dacus sp.), Ulat daun (Papilio demolion), kutu sisik (Lepidosaphes beckii Unaspis citri.), embun jelaga (Odidium sp.), dan kanker (Xanthomonas campestris Cv. Citri) cenderung meningkat sampai 4 MSP. Pemangkasan pada TBM menurunkan severitas ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella) sebesar 15%, namun intensitas serangan tetap. Severitas dan intensitas ulat daun (Papilio demolion) cenderung meningkat.

Pertumbuhan panjang tunas TM dan TBM berbeda, serta jumlah cabang yang dibuang dalam pemangkasan juga berbeda. Pertumbuhan panjang tunas

(5)

(

Citrus

sp.) di KEBUN BLAWAN, PTPN XII, BONDOWOSO,

JAWA TIMUR

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

CUCUN YULIANA

A24080038

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(6)

KEPROK (

Citrus

sp.) DI KEBUN BLAWAN, PTPN

XII , BONDOWOSO, JAWA TIMUR

Nama :

CUCUN YULIANA

NIM

: A24080038

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Diny Dinarti, M.Si Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS NIP 19660408 199203 2 003 NIP 19620831 198703 1 001

Mengetahui, Ketua Departemen

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr. NIP 19611101 198703 1 003

(7)

Penulis dilahirkan pada tanggal 17 Juli 1990 di Karawang, Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama Bapak Budi Sastro dan Ibu Nurhasanah.

Riwayat pendidikan penulis diawali dengan tahun 1996 lulus dari TK.Raudatul Atfal Masyitah Karawang, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SDN Karawang Wetan VII dan lulus pada tahun 2002. Tahun 2005 penulis lulus dari SLTPN 4 Karawang, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan ke SMAN 3 Karawang dan lulus pada tahun 2008. Tahun 2008 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui USMI dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian tahun 2008.

(8)

Segenap puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi pengetahuan, kemajuan teknologi dan telah memberi kesempatan kepada kami sehingga skripsi magang yang berjudul “Pengelolaan Pemangkasan Jeruk Keprok (Citrus sp.) di Kebun Blawan, PTPN XII, Bondowoso, Jawa Timur

dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir Diny Dinarti, M.Si dan Bapak Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS atas segala dukungan, bimbingan serta saran selama kegiatan magang dan penulisan skripsi ini hingga selesai. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga yang selalu memberikan motivasi, serta terima kasih penulis sampaikan kepada staf dan karyawan Kebun Blawan, teman-teman dan pihak-pihak yang telah memberikan dorongan, semangat dan membantu selama magang sampai selesainya penulisan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu prasayarat untuk menyelesaikan tugas akhir program sarjana Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.Skripsi ini semoga dapat bermanfaat.

(9)

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Botani dan Morfologi ... 3

Syarat Tumbuh... 3

Pemangkasan ... 4

METODE MAGANG ... 6

Tempat dan Waktu ... 6

Metode Pelaksanaan ... 6

Pengamatan ... 7

Pengolahan Data ... 7

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 8

Keadaan umum ... 8

Iklim, tanah dan tanaman... 9

Aspek manajerial ... 11

Asisten tanaman... 12

Mandor besar ... 14

Mandor ... 14

Karyawan harian lepas ... 15

Budidaya jeruk di Kebun Blawan ... 16

Pembibitan ... 16

Perbaikan tanaman ... 19

Penyulaman tanaman ... 20

Pengairan ... 21

Pemupukan ... 22

Jenis pupuk ... 22

Aplikasi pupuk... 22

Dosis pupuk dan waktu pemupukan ... 24

Pemangkasan ... 25

Pemangkasan bentuk ... 25

Pemangkasan pemeliharaan ... 25

Wiwil ... 25

Alat pangkas ... 26

Penjarangan buah ... 26

Pengendalian OPT ... 27

(10)

Panen ... 31

Pengelolaan pemangkasan di Kebun Blawan ... 34

Kriteria pangkasan ... 35

Kondisi tanaman ... 36

Tenaga kerja pemangkasan ... 39

Waktu pemangkasan ... 40

Kecepatan tumbuh tunas ... 40

KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

Kesimpulan ... 44

Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 45

(11)

Nomor Halaman

1. Keadaan iklim Kebun Blawan Bulan Januari-Mei 2007-2011 ... 9

2. Keadaan iklim Kebun Blawan Bulan Januari-Mei 2012 ... 10

3. Populasi tanaman jeruk di Kebun Blawan tahun 2012 ... 10

4. Produksi jeruk Kebun Blawan Tahun 2011-2012 ... 11

5. Populasi tanaman jeruk Afdeling Besaran, Kebun Blawan ... 11

6. Jumlah tenaga kerja Kebun Blawan 2012 ... 15

7. Rekomendasi pemupukan berdasarkan umur tanaman ... 24

8. Aplikasi dan dosis pemupukan di Afdeling Besaran... 24

9. Grade atau kelas jeruk berdasarkan ukuran buah ... 33

10.Jumlah cabang dan ranting yang dibuang dalam pemangkasan .... 36

11.Perkembangan tingkat intensitas hama dan penyakit ... 37

12.Perkembangan tingkat severitas hama dan penyakit ... 37

13.Perkembangan tingkat intensitas hama dan penyakit pada TBM . 38

14.Perkembangan tingkat severitas hama dan penyakit pada TBM ... 39

(12)

Nomor Halaman

1. Struktur organisasi Kebun Blawan, PTPN XII ... 12

2. Prosedur pengadaan bibit ... 16

3. Alat dan bahan stek sambung dan sambung stek ... 17

4. Pembibitan di Afdeling Besaran ... 18

5. Langkah-langkah penyambungan ... 20

6. Kegiatan penyulaman tanaman ... 21

7. Kegiatan penyiraman ... 21

8. Aplikasi pemupukan... 24

9. Pemangkasan ... 26

10.Gunting pangkas tarik ... 26

11.Penjarangan buah ... 27

12.Contoh gejala serangan hama pada jeruk ... 28

13.Contoh gejala serangan penyakit pada jeruk ... 29

14.Kegiatan pengendalian OPT ... 31

15.Kegiatan panen ... 32

(13)

Nomor Halaman 1. Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas

(KHL) di Afdeling Besaran, Kebun Blawan, PTPN XII,

Bondowoso, Jawa Timur ... 48 2. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di

Afdeling Besaran, Kebun Blawan, PTPN XII , Bondowoso,

Jawa Timur ... 49 3. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten di

Afdeling Besaran, Kebun Blawan, PTPN XII, Bondowoso,

Jawa Timur ... 50 4. Peta Kebun Blawan ... 52 5. Peta Afdeling Besaran ... 52 6. Data curah hujan dan jumlah hari hujan Kebun Blawan tahun

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Buah jeruk umumnya digemari oleh masyarakat dunia, termasuk

Indonesia. Jeruk mengandung vitamin C yang cukup tinggi dan dapat dikonsumsi dalam bentuk segar maupun sebagai olahan (juice). Setiap 100 g bagian jeruk yang dapat dimakan mengandung energi 28.00 kal, protein 0.5 g, lemak 0.1 g, karbohidrat 7.20 g, kalsium 18 mg, phospor 10 mg, serat 0.2 g, besi 0.1 mg, vitamin A 160 RE, vitamin B1 0.06 cg, vitamin B2 0.03 mg, vitamin C 29 mg, dan niacin 0.30 g (Wirakusumah dalam Departemen Pertanian, 2004). Konsumsi buah jeruk pada tahun 2008 sebesar 3.59 kg/kapita/tahun (Kuntarsih, 2012).

Kondisi ini memungkinkan jeruk sebagai komoditias buah yang berpotensi untuk

dikembangkan.

Pada tahun 2010, produksi jeruk nasional sebesar 2,028,904 ton dengan impor buah jeruk segar mencapai 31,344 ton dan ekspornya 2.737 ton (Badan Pusat Statistik, 2010). Kondisi seperti ini mengharuskan kita untuk mengembangkan produksi buah lokal dengan meningkatkan pengelolaan serta budidaya yang baik, sehingga dapat mengimbangi impor.

Jeruk merupakan buah yang bukan berasal dari Indonesia, melainkan berasal dari Cina Selatan, India Timur Laut dan Burma. Secara spesifik jeruk keprok (Citrus nobilis L.) berasal dari timur laut China. Tanaman jeruk dapat tumbuh di daerah subtropis dan tropis, pada daerah tropis seperti di Indonesia jeruk dapat tumbuh dengan baik, tetapi produktivitas dan kualitasnya lebih rendah bila dibandingkan dengan daerah subtropis. Hal ini karena di daerah tropis memiliki suhu dan kelembaban yang tinggi sepanjang tahun (Spiegel-Roy dan

(15)

(Citripestis sagittiferella.), thrips (Scirtotfrips citri.), kutu dompolon (Planococcus citri.), lalat buah (Dacus sp.), kutu sisik (Lepidosaphes beckii Unaspis citri.), Citrus Vein Phloem Degenertaion (Bacterium like organism), tristeza (Citrus tristeza), diplodia (Diplodia natalensis), embun jelaga (Odidium sp.), kudis (jamur Sphaceloma fawcetti), busuk buah (Penicillium spp. Phytophtora citriphora, Botryodiplodia theobromae), ulat penggerek bunga dan puru buah (Prays sp.), busuk akar pangkal batang (Phyrophthoranicotianae), antraknosa (Colletotrichum gloeosoprioides Penz.), jamur upas (Upasia salmonicolor), dan kanker (Xanthomonas campestris Cv. Citri) (Sutopo, 2012). Namun daerah tropis memiliki keunggulan yaitu, waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan dan masaknya buah lebih pendek (Pracaya, 2002).

Pemangkasan diperlukan untuk mengurangi kelembaban yang dapat menurunkan risiko serangan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman). Selain itu pemangkasan dapat merangsang tumbuhnya tunas-tunas produktif, dan menghilangkan tunas-tunas tidak produktif atau tunas-tunas yang mengarah ke dalam, memudahkan pemeliharaan tanaman serta membentuk tajuk pohon (tanaman muda). Sukses usaha budidaya tanaman jeruk salah satunya bergantung pada pemangkasan yang baik (Badan Penelitian dan Perkembangan Pertanian, 2005). Oleh karena itu manajemen atau pengelolaan pemangkasan perlu dipelajari

untuk pengembangan usaha jeruk.

Tujuan

Magang ini dilaksanakan dengan tujuan:

1. Mempelajari aspek manajerial dan teknis budidaya jeruk, termasuk pemangkasan.

2. Mempelajari proses pemangkasan dan hal-hal yang mempengaruhi pemangkasan (jenis, waktu dan umur).

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani dan Morfologi

Jeruk bukan merupakan buah asli Indonesia, melainkan berasal dari Cina Selatan, India Timur Laut dan Burma. Secara spesifik jeruk keprok (Citrus nobilis L.) berasal dari timur laut China. Tanaman jeruk termasuk kedalam family Rutaceae, sub family Aurantioideae, dan genus Citrus. Genus Citrus memiliki dua sub genus yaitu Citrus dan Papeda, yang dapat dibedakan dari daun, bunga dan

karakteristik buah. Sub genus Citrus dibedakan 16 spesies dan salah satunya adalah C. nobilis L (Spiegel-Roy dan Goldschmidt, 2003).

Tanaman jeruk keprok mempunyai batang yang rendah dan tingginya sekitar 2-8 m sedangkan ranting atau batang ada yang berduri dan ada yang tidak berduri. Tajuk jeruk ini berbentuk tidak beraturan, berdahan kecil, bercabang banyak, dan memiliki tajuk yang rindang. Daun berbentuk tunggal dan mempunyai ukuran kecil serta tangkainya pendek. Warna daun pada permukaan atas hijau tua mengkilat sedangkan warna daun pada permukaan bawah yaitu hijau muda. Tanaman ini berbunga majemuk dan bunga keluar pada ketiak daun atau ujung cabang, ukuran bunga kecil dan mempunyai bau yang harum dengan warna bunga putih berbinti-bintik dan berkelenjar. Bakal buah berbentuk seperti bola yang mempunyai garis tengah 0.15-0.2 cm. Buah yang sudah jadi mempunyai warna kulit yang mengkilat, licin, penuh pori-pori dan sedikit berbau harum. Daging buahnya berwarna orange dan mengandung banyak air (Sarwono, 1994).

Syarat tumbuh

(17)

tahun. Tanaman jeruk memerlukan sinar matahari yang penuh, bila terlindung atau ternaungi akan berkurang produksinya. Sinar matahari sangat dibutuhkan dalam proses fotosintesis. Cabang yang kekurangan sinar matahari seringkali mati atau mudah terserang penyakit (Pracaya, 2002).

Tanah yang subur merupakan tanah yang ideal untuk tanaman jeruk, akan tetapi tanaman ini dapat juga diusahakan pada tanah yang kurang subur. Budidaya pada tanah yang kurang subur memerlukan pemupukan dan pemeliharaan tanaman yang lebih intensif (Sarwono, 1994).

Pemangkasan

Pemangkasan adalah suatu tindakan membuang sebagian dari bagian tanaman dengan maksud untuk menunbuhkan atau merangsang pembungaan dan pembuahan ke arah yang dikehendaki (Badan Penelitian dan Perkembangan Pertanian, 2005).

Pemangkasan meliputi pemangkasan bentuk dan pemangkasan pemeliharaan. Pemangkasan bentuk bertujuan untuk mendapatkan bentuk tanaman yang diinginkan dengan maksud untuk membentuk cabang yang ideal sehingga dicapai produktivitas dan mutu buah yang optimal. Selain itu pemangkasan bentuk dilakukan untuk mengatur bentuk tajuk tanaman dan mengurangi kerimbunan, sehingga tanaman tidak terserang hama dan penyakit (Setiawan dan Trisnawati, 1999).

Pemangkasan bentuk atau pembentukan arsitektur pohon dimulai dengan memangkas setinggi 30-40 cm dari pangkal batang dan kemudian tunas-tunas yang tumbuh dipilih, disisakan dan dipertahankan 3 tunas/cabang yang tumbuhnya menyebar merata ke semua arah. Pemangkasan bentuk selanjutnya

dilakukan dengan menyisakan 3 tunas untuk masing-masing cabang yang akan menjadi kerangka kanopi/tajuk tanaman membentuk pola 1-3-9 (Balai Penelitian Jeruk dan Buah Subtropika, 2010).

(18)

pemangkasan pemeliharaan dilakukan untuk mengurangi kerimbunan agar sinar matahari masuk kedalam tajuk pohon dan tidak tumbuh tunas-tunas di bawah okulasi atau sambungan sehingga sinar matahari tidak terdistribusi pada seluruh bagian tanaman, hal ini akan mengakibatkan mutu buah tidak terjaga. Pemangkasan pemeliharaan meliputi pemangkasan tunas air, cabang balik, cabang dan ranting yang kering serta lapuk (Setiawan dan Trisnawati, 1999).

Pemangkasan pemeliharaan ini dapat dilakukan setiap saat jika kondisi menghendaki atau pemangkasan yang dilakukan bersamaan/ setelah panen dengan tujuan untuk menjaga kesehatan tanaman, menjaga kestabilan produksi dan kualitas buah atau untuk peremajaan (Lesmana, 2009).

(19)

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Blawan, PT Perkebunan

Nusantara XII, Bondowoso, Jawa Timur, dengan ketinggian tempat berkisar antara 900–1500 m dari permukaan laut. Magang dilakukan selama tiga bulan mulai dari 13 Februari 2012 sampai 13 Mei 2012.

Metode Pelaksanaan

Metode magang yang digunakan terdiri atas tiga tahap yaitu bekerja aktif secara langsung di lapangan, pengumpulan data atau pengamatan, dan pengkajian data. Magang yang dilakukan selama tiga bulan ini terdiri dari tiga macam kegiatan yaitu sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama tiga minggu, sebagai pendamping mandor selama tiga minggu, dan sebagai pendamping asisten selama enam minggu. Kegiatan sebagai KHL meliputi pembibitan, pengendalian OPT, pemangkasan, dan menulis serta menghitung prestasi kerja. Kegiatan sebagai pendamping mandor yaitu mengawasi kegiatan yang dilakukan KHL, membantu membuat laporan pekerjaan harian. Kegiatan sebagai pendamping asisten adalah

membantu mengelola dan mengawasi tenaga kerja. Pengamatan tetap dilakukan disamping mengikuti kegiatan seperti yang terdapat di atas.

Pengumpulan data dilakukan dengan metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung dilakukan dengan cara bekerja langsung di lapangan yang berkaitan dengan teknik budidaya jeruk dan pengamatan yang terkait dengan materi pendalaman yaitu pemangkasan, wawancara dan diskusi dengan staf, karyawan dan pekerja. Hasil dari pengumpulan data dengan metode langsung ini merupakan data primer. Data primer yang diperoleh berupa prestasi kerja, hasil pengamatan yang terkait dengan pemangkasan dan uraian kegiatan.

(20)

tanah dan iklim, luas areal dan tata guna lahan, keadaan tanaman dan produksi, struktur organisasi dan ketenagakerjaan serta peta lokasi.

Pengamatan

Pengamatan pada kegiatan pengelolaan pemangkasan dilakukan dengan

mengambil tanaman contoh secara acak sebanyak ≥ 5 % di tiga blok (Blok

Strawberry, Blawan Ulangan, dan Lorong Anyar). Jumlah tanaman contoh di Blok Strawberry terdiri atas Varietas Terigas sebanyak 15 tanaman, Varietas Pulung sebanyak 10 tanaman dan Varietas Batu 55 sebanyak 10. Tanaman contoh di Blok Blawan dan di Blok Lorong Anyar Ulangan terdiri atas 20 tanaman dengan Varietas Batu 55. Parameter yang diamati pada kegiatan magang

pengelolaan pemangkasan jeruk meliputi: 1. Kriteria pangkasan

Faktor-faktor yang mempengaruhi saat pemangkasan, diantaranya cabang yang mati dan wiwilan.

2. Kondisi tanaman

Kondisi tanaman yang mempengaruhi pemangkasan berupa kesehatan tanaman.

3. Prestasi kerja untuk tenaga kerja pemangkasan

Data diambil melalui wawancara dengan mandor dan pengamatan di lapangan.

4. Waktu pemangkasan

Pengamatan dilakukan dengan membandingkan kesesuaian waktu pelaksanaan pemangkasan dengan SOP.

5. Kecepatan tumbuh tunas

Pengamatan tumbuh tunas dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman setelah pemangkasan.

Pengolahan Data

(21)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umun

Kebun Blawan sejak awal merupakan Perkebunan Kopi Arabika yang

penanaman pertamanya dilaksanakan pada tahun 1894 sebagai milik warga Belanda. Selanjutnya Kebun Blawan mengalami beberapa kali perubahan kepemilikan dan induk perusahaan, antara lain David Birnie Administratie Kantoor (DBAK), Land Bouw Maatschappij Ond Djember (LMOD) tahun 1955, PPN Baru Unit A tahun 1958, Kesatuan Djatim VII tahun 1961, PPN Antan XIII tahun 1963. Pada tahun 1968 berada dalam lingkup P.N.P.XXVI, yang sejak tahun 1972 berubah menjadi PTP XXVI (Persero). Pada tahun 1994 PTP XXVI (Persero) mengalami transisi penggabungan kedalam PTP Kelompok Jawa Timur. Akhirnya sejak tahun 1996 hingga saat ini Kebun Blawan menjadi salah satu unit usaha PTP Nusantara XII (Persero).

PTP Nusantara XII (Persero) merupakan hasil peleburan tiga perusahaan Perkebunan aneka tanaman yaitu PTP XXIII, PTP XXVI, dan PTP XXIX. Pembentukannya didasarkan pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 17/1996 yang dimuat dalam Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 23 tahun 1996. Pendirian Perusahaan disahkan oleh notaris Harun Kamil, SH dengan akte nomor 45 tanggal 11 Maret 1996, yang dikukuhkan oleh Menteri Kehakiman RI melalui keputusan nomor C.22-834 HT.01.

Kebun Blawan berada di kawasan Gunung Ijen yang lokasinya berdekatan dengan Kebun Kopi Arabika PTPN XII (Persero) lainnya, yaitu Kebun Kalisat/Jampit, Kebun Pancur/Angkrek, dan Kebun Kayumas. Lokasi Kebun Blawan berada di wilayah Desa Kalianyar, Kecamatan Sempol, Kabupaten

Bondowoso, Propinsi Jawa Timur. Jarak dari Sempol sekitar 8 km, dari kota Bondowoso 60 km, Banyuwangi 47 km, dan dari Surabaya 298 km. Ketinggian tempat berada pada kisaran 900 – 1,500 m dari permukaan laut.

(22)

dan lain-lain seluas 1,167.56 ha. Seluruh areal tersebut terbagi dalam sembilan wilayah Afdeling, yaitu Besaran, Plalangan, Kalisengon, Kaligedang, Girimulyo, Sumberejo, Gunung Blau, Watu Capil, Gending Waloh. Peta Kebun Blawan dapat dilihat pada Lampiran 4 dan peta Afdeling Besaran dapat dilihat pada Lampiran 5. Pada tahun 2008, Kebun Blawan mulai mengusahakan tanaman jeruk sebagai tanaman sela kopi atau tumpangsari dengan kopi. Luas areal yang digunakan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 yaitu 144.64 ha. Seluruh areal tersebut terbagi ke dalam tujuh Afdeling, yaitu Afdeling Besaran seluas 20.56 ha, Adeling Plalangan seluas 96.54 ha, Afdeling Kali Sengon 1.20 ha, Afdeling Kali Gedang seluas 3.12 ha, Afdeling Giri Mulyo seluas 7.19 ha, Afdeling Gunung Blau 5.20 ha dan Afdeling Sumberejo seluas 10.83 ha.

Iklim, Tanah dan Tanaman

Iklim di Kebun Blawan menurut Schmidt dan Fergusson termasuk D sampai E. Suhu rata-rata maksimum 23 oC dan minimum 10 oC. Curah hujan rata-rata berkisar antara 1,000-2,200 mm/tahun. Kelembaban di Kebun Blawan antara 57-70 %. Jenis tanah umumnya adalah seri Andosol.

Keadaan iklim di Kebun Blawan Bulan Januari-Mei tahun 2007-2011 tersaji dalam Tabel 1. Data curah hujan lima tahun terakhir menunjukan curah

hujan terbesar terjadi di tahun 2010 yaitu 2,186 mm/tahun. Data keadaan iklim Bulan Januari sampai April 2012 dapat dilihat pada Tabel 2 dan data curah hujan untuk sebelas tahun terakhir dapat dilihat pada Lampiran 6.

Tabel 1. Keadaan iklim Kebun Blawan bulan Januari-Mei 2007-2011

Tahun

Unsur Klimatologi Curah Hujan

(mm/tahun) Hari Hujan

Kelembaban

(%) Suhu (

o

C)

2007 1,092 77 66 13

2008 1,608 108 60 19

2009 989 88 61 18

2010 2,186 170 66 13

2011 1,068 105 59 19

(23)

Tabel 2. Keadaan iklim Kebun Blawan bulan Januari-Mei 2012

Bulan Unsur Klimatologi

Curah Hujan Hari Hujan (hari) ...(mm/tahun)... ...(hari)...

Januari 296 22

Februari 278 16

Maret 258 19

April 94 7

Sumber: Kantor Induk Kebun Blawan 2012

Tabel 2 menunjukan adanya penurunan curah hujan dari bulan ke bulan yang menyebabkan adanya perbedaan waktu tumbuh tunas antara pangkas bulan Februari 2012 dan bulan April 2012.

Jeruk merupakan komoditas yang masih dikembangkan. Kultivar dan jenis jeruk yang dikembangkan di Kebun Blawan terdapat pada Tabel 3.

Tabel 3. Populasi tanaman jeruk di Kebun Blawan tahun 2012

Tahun Tanam Afdeling Varietas Populasi

...(pohon)...

2008 Besaran Keprok Trigas 258

Keprok Pulung 141

Keprok Batu 55 264

Jumlah 663

2009 Plalangan Keprok Batu 55 3,024

Kali Sengon Keprok Pulung 300

Jumlah 3,324

2010 Besaran Keprok Batu 55 2,220

Plalangan Keprok Batu 55 9,761

Soe 3,370

Gayo 2,498

Gommun 186

Ponkam 1,979

Garut 2,216

Koleksi 84

Kali Gedang Keprok Batu 55 780

Giri Mulyo Keprok Batu 55 1,300 Gunung Blau Keprok Batu 55 1,300

Jumlah 25,694

2012 Besaran Garut 5,000

Giri Mulyo Garut 1,050

Sumberejo Garut 4,600

Trigas 1,400

Jumlah 12,050

Total Populasi 41,731

(24)

Tanaman jeruk yang dikembangkan di Kebun Blawan sebagian besar belum menghasilkan, tanaman jeruk yang sudah menghasilkan baru terdapat di Afdeling Besaran. Data produksi jeruk dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Produksi jeruk Kebun Blawan tahun 2011-2012

Tahun Panen

Panen per

bulan Luas areal (ha) Produksi (kg) Produktivitas (kg)

2011 Juni 0.53 164 309.4

Juli 0.53 10 18.9 Oktober 0.53 10 18.9

Desember 0.53 176 332.1

2012 Februari 0.53 162 305.7

April 0.53 332.2 626.8

Mei 0.53 1255.6 2,369.6

Total Produksi 1777.6 3,353.9

Sumber: Kantor Induk Kebun Blawan 2012

Areal pertanaman jeruk di Afdeling Besaran, Kebun Blawan, terbagi ke dalam enam blok, yaitu Blok Strawberi, Blok C, Blok Blawan Ulangan, Blok Manager, Blok Lorong Anyar 1, dan Blok Lorong Anyar 2. Data inventaris tanaman jeruk Afdeling Besaran dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Populasi tanaman jeruk Afdeling Besaran, Kebun Blawan

Tahun Tanam Blok Kultivar Populasi (pohon)

2010 C Keprok Batu 55 448

2010 Blawan Ulangan Keprok Batu 55 488

2010 Lorong Anyar 1 Keprok Batu 55 714

2010 Lorong Anyar 2 Keprok Batu 55 174

2008 Strawberry Trigas (TM) 267

Pulung 186

Pulung-Trigas 22 Japanese Citrus 19 X (belum teridentifikasi) 4

Komun 1

2010 Strawberry Keprok Batu 55 236

2012 Garut 171

2012 Trigas 14

2010 Manajer Keprok Batu 55 146

(25)

Aspek Manajerial

Kebun Blawan, PTPN XII dipimpin oleh seorang manajer kebun. Manajer mengelola kebun berdasarkan rencana yang terdiri dari sembilan afdeling, kebijakan dan peraturan yang ditetapkan direksi manajer kebun dalam menjalankan tugasnya merupakan sistem organisasi yang membagi wewenang dan tanggung jawab di dalam setiap tingkat. Wewenang dan tanggung jawab tersebut menjadi tanggung jawab dan sekaligus memberi wewenang untuk menentukan kebijakan mengenai tugas yang dilaksanakan.

Manajer kebun dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh asisten tanaman. Asisten tanaman dibantu oleh mandor besar dan mandor dalam melaksanakan tugasnya di lapangan. Struktur organisasi Kebun Blawan dapat

dilihat pada Gambar 1.

Manajer

Wakil Manajer

PJS Asisten Asisten

Tanaman

Asisten Teknologi

dan pengolahan

pabrik

Asisten Akuntansi

Juru Tulis Mandor

Besar Staf

Mandor

Gambar 1. Struktur organisasi Kebun Blawan, PTPN XII

(26)

dalam mengelola afdelingnya mencakup POACE (Planning, Organizing, Actuating, Controlling, dan Evaluating).

Perencanaan (planning) dilakukan oleh asisten tanaman dengan membuat Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP). Rencana kerja ini dibuat oleh asisten tanaman dan dibantu mandor besar serta disetujui oleh manajer kebun. RKAP berupa rancangan kegiatan yang akan dilakukan satu tahun, waktu pelaksanaan, jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan, volume bahan ( misalnya banyaknya pupuk dan pestisida), dan volume bahan. RKAP kemudian akan diringkas menjadi PPAP (Program Permintaan Anggaran Perusahaan) yang merupakan rancangan kegiatan yang akan dilakukan serta dana yang dibutuhkan selama 3 bulan. PPAP akan diringkas kembali menjadi otorisasi, yaitu kegiatan serta dana yang akan dialokasikan selama 1 bulan kedepan.

Asisten tanaman dalam menjalankan tugasnya berkewajiban untuk mengatur (organizing) kegiatan yang akan dilakukan agar sesuai dengan otoritas. Namun dalam pelaksanaannya di lapangan, asisten tanaman tidak selamanya harus mengikuti otoritas jika dalam keadaan darurat. Asisten tanaman harus mengutamakan atau memprioritaskan pekerjaan yang lebih penting, meskipun pekerjaan tersebut tidak termasuk ke dalam otoritas. Misalkan pada saat kunjungan Balitjestro ke kebun, Balitjestro menyarankan agar segera dilakukan

penjarangan buah dikarenakan buah yang dihasilkan terlalu kecil, maka pekerjaan pada hari berikutnya akan dilakukan penjarangan buah (prioritas pekerjaan).

Pelaksana kegiatan (actuating) di lapangan, asisten tanaman mendelegasikan kepada bawahanya untuk melaksanakan kegiatan yang akan dilakukan. Asisten tanaman juga harus melakukan pengawasan (controlling) kepada para bawahannya mengenai pekerjaan yang dilakukan, agar kegiatan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Tugas yang terakhir yaitu asisten tanaman melakukan evaluasi (evaluating). Kegiatan evaluasi dilakukan terhadap kegiatan yang telah dilakukan agar kegiatan selanjutnya dapat berjalan dengan lancar dan lebih baik dari kegiatan sebelumnya.

(27)

afdeling bermacam-macam. Namun penulis tetap mempelajari dan mengikuti kegiatan manajerial, seperti kegiatan administrasi dan inventaris tanaman. Kegiatan menjadi pendamping asisten dilakukan selama 6 minggu.

Mandor Besar. Mandor besar merupakan mandor kepala yang bertugas membantu asisten tanaman dalam menjalankan kewajibannya. Mandor besar dibantu oleh mandor-mandor dan bertanggung jawab atas pekerjaannya kepada asisten tanaman. Mandor besar juga bertugas mengkoordinasikan pengawasan pekerjaan yang dilakukan oleh para mandor serta mengurus pengajuan permintaan pupuk dan pestisida yang dibutuhkan oleh mandor.

Mandor besar dalam pelaksaan kegiatan di lapangan bertugas untuk menginstruksikan kepada para mandor mengenai pekerjaan yang akan dilakukan. Jenis pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan otoritas, namun dapat berubah sesuai dengan kondisi kebun (prioritas pekerjaan). Selain itu mandor besar juga bertugas mengatur dan mengawasi jalannya pekerjaan, seperti menghentikan, meneruskan atau mengalihkan jenis pekerjaan atau lokasi (blok dan nomor kebun) sesuai dengan kondisi kebun. Setelah pekerjaan di lapangan selesai, mandor besar melanjutkan pekerjaannya di kantor afdeling, seperti bertukar informasi dengan pekerja yang lain serta mengadakan evaluasi terhadap hasil kerja.

Mandor besar bertugas membuat laporan harian yang dibuat setiap hari

pada saat apel pagi. Laporan ini berisi tentang jenis pekerjaan yang dilakukan serta jumlah tenaga kerja yang diperlukan. Laporan ini diserahkan kepada juru tulis afdeling untuk direkapitulasi. Penulis tidak menjadi pendamping mandor besar selama mengikuti kegiatan magang, namun penulis sewaktu-waktu membantu mandor besar dalam melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan.

Mandor. Pelaksanaan kegiatan di lapangan akan berjalan dengan lancar sesuai yang diharapkan jika sumber daya manusia (SDM) yang ada dilapangan bekerja dengan baik. Oleh karena itu pengawasan terhadap tenaga kerja lapangan perlu untuk dilakukan.

(28)

Laporan mandor diisi setiap hari, laporan ini berisi jenis pekerjaan yang dilakukan, hasil pekerjaan yang didapat pada hari itu, prestasi kerja, jumlah tenaga kerja, dan absensi pekerja. Laporan tersebut diserahkan kepada jutu tulis afdeling untuk direkap dalam buku asisten dan sebagai bahan pembuatan laporan harian di kantor induk kebun.

Kegiatan pemangkasan dilakukan sesuai dengan otoritas yang telah dibuat, namun dalam pelaksanaannya kegiatan pemangkasan yang dilakukan tidak dilakukan secara tuntas. Hal ini dikarenakan keadaan kebun dan adanya pekerjaan yang diprioritaskan oleh kebun (pekerjaan darurat).

Kegiatan yang dilakukan selama menjadi pendamping mandor adalah membantu dalam pengawasan kegiatan pelaksanaan, membantu dalam membagi pekerjaan dan membantu menyusun rencana kerja operasional (RKO).

Karyawan Harian Lepas (KHL). Kegiatan pengelolaan yang dilakukan oleh KHL antara lain perbaikan tanaman, pemupukan, pemangkasan, pengendalian OPT, pengairan, dan panen. Upah 1 HOK sebesar Rp. 19,000. Upah tambahan diberikan bila diadakan jam kerja tambahan atau lembur, dan diberikan upah sebesar Rp. 9,500 per 4 jam. Gaji KHL diberikan setiap dua minggu sekali.

Penulis selama menjadi KHL mengerjakan pekerjaan yang ada di lapangan, seperti pemangkasan bentuk, pemangkasan pemeliharaan, pengisian

polybag, dan panen.

Tenaga kerja di Kebun Blawan terbagi kedalam dua jenis yaitu karyawan tetap dan karyawan harian lepas atau KHL. Karyawan harian tetap terbagi kedalam empat golongan yaitugolongan A, B, C, dan D. Jumlah tenaga kerja Kebun Blawan dapa dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah tenaga kerja Kebun Blawan 2012

Golongan Jumlah

IA 40

ID-IID 65

IIIA-IVD 10

(29)

Jumlah jam kerja yang berlaku di lapangan (Kebun Blawan), yaitu 6 jam kerja setiap harinya, kecuali hari Jumat jam kerja hanya 4,5 jam. Asisten dan para mandor melakukan pra roll pukul 05.15 di kantor afdeling untuk merencanakan atau menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan. Setelah pra roll selesai, karyawan diharuskan untuk mengikuti roll pagi. Kegiatan yang dilakukan selama roll pagi adalah mengecek kehadiran tenaga kerja dan penjelasan kegiatan yang akan dilakukan dikebun.

Budidaya Jeruk di Kebun Blawan

Pembibitan

Pembibitan yang dilakukan masih berskala kecil. Bibit yang digunakan pada awal tanam adalah bibit bersertifikat atau berlabel yang berasal dari Balitjestro (Balai Penelitian Jeruk dan Buah Subtropika). Penggunaan bibit bersertifikat dari Balitjestro merupakan salah satu prosedur pengadaan bibit jeruk PTPN XII. Prosedur pengadaan bibit terdapat pada Gambar 2.

Gambar 2. Prosedur pengadaan bibit Sumber: PTPN XII, 2010

Direksi

Kebun Balitjestro

Untuk Kesesuaian Lahan

Jenis Jeruk

Bibit Jeruk Bebas Penyakit

Balitjestro

Bibit Jeruk diterima Kebun

Pembuatan Bibit

(30)

Bibit yang digunakan meskipun masih berasal dari Balitjestro, namun pembibitan tetap dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bibit sulaman. Bibit yang dihasilkan ini akan digunakan untuk penyulaman. Metode yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman adalah dengan metode stek sambung dan sambung stek. Batang atas yang digunakan untuk perbanyakan Keprok Madu Terigas karena varietas ini memiliki permintaan pasar yang cukup besar dan untuk batang bawah menggunakan Japanese citrus (JC) karena memiliki perakaran yang kuat serta tahan terhadap hama penyakit yang ada dalam tanah.

Perbanyakan dengan metode stek sambung menggunakan beberapa alat dan bahan, diantaranya adalah pisau okulasi, gunting pangkas, dan plastik polyetheylene. Perbanyakan dengan metode sambung stek menggunakan bahan tambahan disamping plastik yaitu Rooton F. Gambar alat dan bahan yang digunakan dalam stek sambung dan sambung stek dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Alat dan bahan stek sambung dan sambung stek : a) Pisau okulasi, b) Gunting pangkas, c) Plastik polyethilen, d)Rooton F

Pelaksanaan di lapangan penstrerilan peralatan tidak dilakukan dengan pertimbangan efisiensi biaya dan waktu. Menurut SOP PTPN XII menyatakan bahwa alat-alat ini sebelum digunakan harus disterilkan terlebih dahulu karena sterilisasi alat merupakan salah satu pengendalian penyakit pada pembibitan

a

b

[image:30.595.102.508.92.794.2]
(31)

secara preventif. Pisau dan gunting sebelum dan sesudah digunakan pada kegiatan okulasi harus dicelup atau dibasahi dengan alkohol 70 % atau klorox 10 %.

Langkah-langkah stek sambung adalah penyiapan batang bawah, penyiapan batang atas, pembelahan batang bawah, penempelan dan pengikatan. Batang bawah dipilih dengan batang yang lebih besar dari batang atas. Pemilihan batang atas yang baik yaitu dengan melihat mata tunas yang tumbuh diketiak daun, mata tunas yang baik yaitu mata tunas yang masih hijau dan terbelah, sedangkan mata tunas yang berwarna coklat dan tertutup merupakan mata tunas tidur. Mata tunas tidur tidak akan tumbuh meskipun kondisi memungkinkan untuk terjadinya pertumbuhan tunas. Batang atas yang sudah disediakan kemudian disambungkan dengan batang bawah, setelah itu dilakukan pengikatan dari bawah ke atas dengan rapat, untuk mencegah air masuk ke dalam sambungan tersebut, jika air masuk ke dalam sambungan, maka sambungan akan busuk. Pembibitan yang dilakukan di Afdeling Besaran dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Pembibitan di Afdeling Besaran, a) Hasil stek sambung, b) Penyungkupan hasil stek

Perbedaan pembibitan metode stek sambung dan sambung stek terletak pada ada atau tidaknya akar pada batang bawah. Batang bawah yang digunakan

dalam metode stek sambung memiliki akar, sedangkan pada metode sambung stek batang bawah tidak memiliki akar, oleh karena itu untuk merangsang

pertumbuhan akar, maka diberikan rooton F pada batang bawah dengan cara dicelupkan. Presentase tumbuh dengan metode stek sambung adalah 80% dan dengan metode sambung stek 60%. Persentase tumbuh dengan menggunakan metode stek sambung lebih besar bila dibandingkan dengan menggunakan

(32)

sambung stek. Hal ini dikarenakan perbanyakan dengan metode sambung, batang bawah sudah memiliki akar, sehingga translokasi hara lebih baik.

Tenaga kerja untuk melakukan kegiatan perbanyakan tanaman secara vegetatif ini memerlukan keahlian yang khusus. Pekerja mampu melakukan stek sambung sebanyak 50 bibit dan sambung stek sebanyak 100 bibit per hari, tidak ada standar kerja untuk kegiatan ini dikarenakan pembibitan yang dilakukan masih berskala kecil.

Perbaikan Tanaman

Perbaikan tanaman dalam budidaya jeruk dilakukan karena beberapa faktor, diantaranya adalah kemampuan tumbuh dan produksi yang kurang baik

serta adanya permintaan pasar yang berbeda terhadap varietas jeruk tertentu. Penggantian Varietas Pulung menjadi Keprok Madu Terigas merupakan perbaikan tanaman yang dilakukan di Afdeling Besaran. Perbaikan tanaman ini didasarkan atas permintaan pasar Keprok Madu Terigas yang lebih besar. Teknik perbaikan tanaman ini menggunakan teknik “Top Working” dengan metode sambung tusuk.

Top Working adalah teknologi perbanyakan yang dilakukan pada tanaman/pohon dewasa yang sudah mempunyai perakaran yang cukup kuat. Teknik ini dapat dilakukan secara grafting (penyambungan) dan okulasi (penempelan) (PTPN XII, 2010). Metode yang digunakan di Afdeling Besaran adalah metode okulasi. Batang dari tanaman jeruk varietas pulung disambung dengan Keprok Madu Terigas dengan tanpa memotong tajuk Pulung. Alat-alat yang digunakan adalah pisau okulasi, gunting dan plastik.

(33)

Gambar 5. Langkah-langkah penyambungan, a) Pembuatan torehan, b) Penempelan batang atas, c) Pengikatan

Kegiatan top working ini merupakan kegiatan yang memerlukan keahlian. Kegiatan perbaikan tanaman perusahaan tidak memiliki standar prestasi kerja,

dalam kegiatan di lapangan satu orang tenaga kerja dapat menyambung 25 tanaman, hal ini dikarenakan dalam satu pohon semua batang sekunder harus disambung atau disesuaikan dengan keadaan tanaman.

Penyulaman Tanaman

Penyulaman tanaman harus dilakukan untuk menjaga populasi agar tetap sama. Penyulaman dilakukan jika terdapat tanaman yang mati ataupun tanaman yang terserang hama penyakit yang berbahaya, misalnya penyakit Phytopthora.

Prosedur penyulaman sama seperti penanaman, yaitu pembuatan lubang tanam dengan ukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm, penyiapan bibit dan penyiapan pupuk kandang ± 30 kg. Tanah galian dicampur dengan sebagian pupuk kandang, sebagian pupuk kandang yang tersisa dimasukkan ke dalam lubang tanam. Saat penanaman bibit jeruk dasar polybag dipotong ± 1 cm dengan menggunakan sabit atau pisau agar akar jeruk yang melingkar pada dasar polybag terpotong.

Penanaman dilakukan dengan cara setengah bagian polybag berada dibawah permukaan tanah dan setengah lainnya diatas permukaan tanah. Polybag ditarik keatas setelah ditempatkan pada lubang tanam diikuti penimbunan tanah sampai menutup media tanam sehingga membentuk bumbunan. Penimbunan tanah tidak dilakukan melebihi bidang pertautan batang bawah dengan batang atas karena untuk menghindari serangan Phytopthora pada batang atas. Kegiatan penyulaman

[image:33.595.109.508.81.293.2]
(34)
[image:34.595.107.492.104.833.2]

tanaman dapat dilihat pada Gambar 6. Prestasi kerja berdasarkan SOP, 1 HOK mampu menyulam sebanyak 25 tanaman.

Gambar 6. Kegiatan penyulaman tanaman, a) Penanaman, b) Pembumbunan tanah

Pengairan

Pengairan diperlukan jika kebutuhan air tanaman tidak tercukupi oleh air hujan atau curah hujan rendah (musim kemarau). Pengairan di Afdeling Besaran dilakukan secara manual menggunakan selang dengan menyiram satu per satu tanaman. Air yang digunakan berasal dari sumber mata air. Disekitar petakan blok terdapat saluran air yang dimaksudkan untuk membuang kelebihan air. Gambar 7 merupakan kegiatan penyiraman yang dilakukan di Kebun Blawan.

Gambar 7. Kegiatan penyiraman tanaman jeruk

Kegiatan menyiram dalam SOP hanya diterapkan pada TBM, namun dalam praktik di lapangan, pada TM juga dilakukan penyiraman. Berdasarkan SOP, 1 HOK mampu menyiram 100 pohon untuk TBM, pada realisasi di lapangan pekerja mampu menyiram sebanyak 103 pohon. Prestasi kerja untuk kegiatan

(35)

penyiraman sudah tercapai, hal ini karena air untuk menyiram tersedia, sehingga memudahkan untuk melakukan kegiatan tersebut.

Pemupukan

Persiapan pemupukan. Kegiatan yang dilakukan sebelum pemupukan adalah persiapan pemupukan (persipu), yaitu pembersihan areal piringan pohon atau kesrik serta pembuatan alur pupuk disekeliling pohon. Alur pupuk yang dibuat di Afdeling Besaran, Kebun Blawan berbentuk lingkaran dan persegi. Berdasarkan SOP 1 HOK pekerja mampu melakukan kesrik 100 pohon, namun pada kegiatan di lapangan kegiatan kesrik dan pembuatan alur pupuk dilakukan bersamaan sehingga 1 HOK mampu melakukan persipu sebanyak 50 tanaman.

Praktek di lapangan pekerja hanya mampu melakukan persipu sebanyak 34 tanaman, hal ini dikarenakan pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan yang cukup berat karena membutuhkan tenaga yang cukup banyak.

Jenis pupuk. Pemupukan efektif mengikuti konsep „Empat T‟, yaitu Tepat jenis, Tepat dosis, Tepat cara, dan Tepat waktu. Unsur hara yang dibutuhkan tanaman terbagi kedalam dua jenis, yaitu unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro dibutuhkan oleh tanaman dalam dosis yang banyak, contohnya adalah unsur N, P, dan K, dan unsur hara mikro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang kecil, misalnya Cu, Mn, dan Zn.

Pemupukan yang dilakukan di Afdeling Besaran, Kebun Blawan terdiri atas pemupukan unsur hara makro dan mikro, yang meliputi pemupukan unsur N, P, K, Cu, Mn dan Zn. Jenis pupuk yang diaplikasikan merupakan pupuk organik dan anorganik, pupuk organik berupa pupuk kandang yang berasal dari kotoran kambing dan pupuk anorganik berupa pupuk tunggal (N, P, K, Cu, Mn, dan Zn) dan pupuk daun serta costombio. Pupuk daun merupakan pupuk dengan kandungan N, P2O5, K2O, MgO, Ca, Mn, Zn, S, Fe, Cu, B, Mo, dan Co.

Aplikasi pupuk. Sebelum melakukan aplikasi pemupukan dilakukan terlebih dahulu pencampuran pupuk atau bland. Pencampuran pupuk dilakukan dengan mencampurkan semua pupuk yang akan diaplikasikan menjadi satu

(36)

mencampur pupuk sebanyak 500 kg/HOK, dalam SOP tidak terdapat prestasi kerja untuk bland atau pencampuran pupuk.

Aplikasi pupuk dapat dilakukan melalui tanah, daun dan batang. Pupuk kandang, urea, SP-36 dan KCl diaplikasikan melalui tanah dengan cara dibenamkan dialur pupuk yang telah dibuat sebelumnya dan ditutup dengan tanah kembali. Penutupan pupuk dengan tanah dilakukan dengan membuat lubang baru disamping alur pupuk, lubang ini akan menjadi alur pupuk pada saat pemupukan berikutnya. Kegiatan tersebut bertujuan agar daerah serapan hara meluas, sehingga akan meningkatkan efisiensi penyerapan unsur hara.

Pupuk Cu, Mn dan Zn dapat diaplikasikan melalui tanah dengan cara dibenamkan (dicampur dengan NPK), melalui daun dengan cara disemprotkan atau diaplikasikan dengan cara mencampur pupuk tersebut dengan bubur kalifornia. Aplikasi pupuk daun, pupuk hayati, dan pupuk tunggal mikro (Cu, Mn, dan Zn) yang diaplikasikan melalui daun, dilakukan dengan cara mencampurkan pupuk tersebut dengan air kemudian disemprotkan dengan menggunakan alat semprot.

Prestasi kerja untuk aplikasi pupuk kandang tidak terdapat pada SOP, 1 HOK mampu melaksanakan pemupukan sebanyak 16-20 pohon/HOK. Sedangkan prestasi kerja untuk memupuk daun dan hayati 1 HOK mampu menyemprot 1 ha,

namun praktik di lapangan dalam 1 HOK mampu melaksanakan 0.75 ha. Kemampuan pekerja dibawah prestasi kerja dikarenakan luas areal seluas 1,5 ha dikerjakan oleh dua pekerja, jadi masing-masing tenaga kerja mengerjakan atau menyemprot 0,75 ha. Aplikasi pupuk dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Aplikasi pemupukan, a) Pupuk kandang, b) Pupuk Cu, c) Pupuk daun dan costombio

(37)

Dosis pupuk dan waktu pemupukan. Pedoman pemupukan dalam teknik budidaya ada dua yaitu pemupukan dengan rekomendasi berdasarkan umur tanaman dan berdasarkan produksi (SOP PTPN XII, 2010). Rekomendasi pemupukan berdasarkan umur tanaman dapat dilihat pada Tabel 7. Namun dalam aplikasinya pemupukan yang dilakukan tersaji ke dalam Tabel 8.

Tabel 7. Rekomendasi pemupukan berdasarkan umur tanaman

Umur (tahun)

Pupuk

Aplikasi/tahun Pupuk Kandang

Urea SP-18 ZK

...(g/pohon)... ...(kg/phn)...

0-1 20 20 10 6 20

1-2 60 50 20 4 20

2-3 100 75 30 3 30

3-4 150-200 100-150 50 2 40

4-5 200-300 150-200 75-100 2 40

>5 Berdasarkan jumlah produksi 2 40-60

Sumber: SOP Budidaya Jeruk PTPN XII

Tabel 8. Aplikasi dan dosis pemupukan di Afdeling Besaran

Umur (tahun)

Pupuk

Aplikasi/tahun Pupuk Kandang

Urea SP-18 ZK

...(g/pohon)... ...(kg/phn)...

0-1 60 50 20 3 20

1-2 60 50 20 3 20

2-3 150-200 100-150 50 2 40

Sumber: SOP Budidaya Jeruk PTPN XII

Berdasarkan SOP kebun, waktu pemupukan anorganik pada TM dan TBM dilakukan pada bulan April, namun pemupukan di Afdeling Besaran baru bisa terlaksana pada bulan Mei. Ketidaktepatan waktu pemupukan dikarenakan tidak tersedianya pupuk pada bulan April.

Dosis pupuk Cu, Mn dan Zn yang digunakan sebesar 5 g/pohon yang diaplikasikan setiap empat bulan sekali untuk TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) dan 10 g/pohon untuk TM (Tanaman Menghasilkan) yang diaplikasikan setiap enam bulan.

Konsentrasi pupuk daun dan hayati yaitu 1 g/l air., dengan dosis yang digunakan 72 g/ha. Aplikasi pupuk daun dan costombio dilakukan satu bulan

(38)

Alat yang digunakan dalam menentukan takaran memupuk per tanaman yaitu dengan menggunakan ember atau karung untuk pupuk organik dan sendok takar berukuran 5 g.

Pemangkasan

Pemangkasan di Afdeling Besaran mencakup pemangkasan bentuk dan pemangkasan pemeliharaan serta wiwil. Pemangkasan bentuk dilakukan pada TBM (Tanaman Belum Menghasilkan), pemangkasan pemeliharaan dilakukan pada TM (Tanaman Menghasilkan) serta wiwil dilakukan pada TBM dan TM.

Pemangkasan bentuk. Pemangkasan bentuk mulai diterapkan pada tanaman tahun pertama yang tingginya sudah melebihi 75 cm. Pucuk akan

dipangkas menjadi setinggi ± 60cm yang kemudian akan dipelihara 4-5 tunas. Tunas yang dipelihara tersebut akan menjadi cabang yang kemudian akan dipilih 3 cabang utama baik yang akan dipertahankan. Kegiatan pemangkasan dapat dilihat pada Gambar 9. Hasil dari pemangkasan bentuk di Afdeling Besaran (pada tanaman TM) tidak semua tanaman mengikuti pola (1-3-9), hal ini disesuaikan dengan keadaan dan kondisi tanaman.

Pemangkasan pemeliharaan. Pemangkasan pemeliharaan hanya dilakukan pada pohon produktif. Pemangkasan pemeliharaan pohon jeruk produktif bertujuan untuk menyeimbangkan pertumbuhan vegetatif tanaman dan untuk melaksanakan sanitasi kebun. Dalam pemangkasan pemeliharaan bagian tanaman yang dibuang adalah cabang yang tidak produktif, seperti cabang balik, tangkai bekas buah, dan cabang atau ranting yang sakit. Pemangkasan pemeliharaan dilakukan setelah panen.

Wiwil. Pemangkasan wiwilan atau wiwil dilakukan juga pada TBM selain dari pemangkasan bentuk. Wiwil dilakukan untuk membuang tunas-tunas air yang tumbuh di batang bawah, karena petumbuhan tunas batang bawah lebih cepat dari pada batang atas. Wiwil juga dilakukan untuk menghindari cabang batang bawah lebih besar dari pada batang atas, yang dikhawatirkan akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya. Untuk itu wiwil dilakukan dua bulan sekali.

(39)
[image:39.595.94.503.79.839.2] [image:39.595.113.503.136.288.2]

tumbuh pada 4 MSP. Kegiatan pemangkasan yang dilakukan disajikan pada Gambar 9.

Gambar 9. Pemangkasan, a) Bentuk dan wiwil, b) Pemeliharaan, c) Tunas yang baru tumbuh setelah pemangkasan.

Alat pangkas. Pemangkasan pemeliharaan, bentuk, maupun wiwil memerlukan alat. Alat-alat yang digunakan dalam pemangkasan yaitu gunting pangkas, tangga dan gunting pangkas tarik yang dapat digunakan untuk mempermudah pemangkasan pohon yang sudah tinggi. Gunting pangkas tarik dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Gunting pangkas tarik

Penjarangan Buah

Pada pohon jeruk yang berbuah lebat, perlu dilakukan penjarangan agar pohon mampu mendukung pertumbuhan dan bobot buah serta kualitas buah terjaga (SOP PTPN XII). Penjarangan buah dilakukan pada buah saat berukuran seperti kelereng, namun jika buah masih terlalu lebat maka dipilih buah sekitar umur 4 bulan dari pembungaan. Kegiatan penjarangan buah, 1 HOK mampu

(40)

menjarangkan sebanyak 25 pohon, tidak ada standar prestasi kerja berdasarkan SOP untuk kegiatan ini. Kegiatan penjarangan buah terdapat pada Gambar 11.

Gambar 11. Penjarangan buah, a) Sebelum dijarangkan, b) Setelah dijarangkan

Buah yang dibuang meliputi buah yang sakit, yang tidak terkena sinar matahari (di dalam kerimbunan daun), yang paling kecil dan kelebihan buah di dalam satu tangkai. Dalam satu tangkai utama buah yang ditinggalkan hanya 2-3 buah atau disesuaikan dengan kondisi tanaman. Penjarangan buah menggunakan alat yang sama dengan pemangkasan yaitu gunting pangkas (Gambar 1b).

Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman)

Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan segala sesuatu yang dapat menggangu pertumbuhan dan perkembangan tanaman. OPT meliputi hama, penyakit, dan gulma.

Pengendalian gulma. Pengendalian gulma terdiri dari dua jenis, yaitu pengendalian gulma secara manual dan secara kimiawi. Pengendalian gulma yang dilakukan di Afdeling Besaran dilakukan secara manual. Gulma yang terdapat di Afdeling Besaran seperti Ageratum conyzoides, Cyperus roduntus, dan lain-lain.

Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah parang serta cangkul. Pengendalian tidak dilakukan secara kimiawi karena dikhawatirkan akan merusak akar serta akan berbahaya bagi kesehatan manusia, dikarenakan varietas jeruk yang dikembangkan merupakan varietas jeruk dengan periode berbuah bertahap. Prestasi kerja untuk kegiatan pengendalian gulma secara manual berdasarkan SOP adalah 0.2 ha, namun pada kegiatan di lapangan, 1 HOK mampu melaksanakan 0.19 ha. Prestasi kerja untuk kegiatan ini hampir mendekati standar kebun.

[image:40.595.118.490.138.303.2]
(41)

Pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit di dilakukan secara berkala dan tidak berdasarkan ambang batas. Serangan hama (Gambar 12) dan penyakit (Gambar 13) diantaranya adalah ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella), kutu daun (Toxoptera citridus aurantii, Aphis gossypii.), tungau (Tenuipalsus sp.), Eriophyes sheldoni Tetranychus sp.), thrips (Scirtotfrips citri.), lalat buah (Dacus sp.), Ulat daun (Papilio demolion), kutu sisik (Lepidosaphes beckii Unaspis citri.), embun jelaga (Odidium sp.), antraknosa (Colletotrichum gloeosoprioides Penz.), dan kanker (Xanthomonas campestris Cv. Citri)

Gambar 12. Contoh gejala serangan hama pada jeruk, a) Lalat buah (Dacus sp.), b) Trips (Scirtotfrips citri.), c) Tungau (Tenuipalsus sp.), d) Kutu sisik (Lepidosaphes beckii Unaspis citri.), e) Ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella), f) Ulat daun (Papilio demolion), f) Kutu daun (Toxoptera citridus aurantii, Aphis gossypii.)

a

b

c

d

e

f

[image:41.595.106.512.87.763.2]
(42)

Gambar 13. Contoh gejala serangan penyakit pada jeruk, a) Antraknosa (Colletotrichum gloeosoprioides Penz.),b) Kanker (Xanthomonas campestris Cv. Citri), c) Embun jelaga (Odidium sp.)

Jadwal pengendalian OPT minggu pertama dilakukan penyemprotan dengan deterjen. Deterjen yang digunakan berupa sabun cream. Deterjen ini merupakan bahan untuk mengendalikan hama (kutu sisik) serta penyakit (embun jelaga).

Minggu kedua dilakukan aplikasi bubur kalifornia. Bubur kalifornia merupakan bubur dengan campuran kapur sebanyak 4 kg untuk TM dan 2 kg untuk TBM, belerang sebanyak 2 kg untuk TM dan 1 kg untuk TBM, serta Cu

sebanyak 20 g. Bubur kalifornia dapat ditambah pupuk Cu atau tidak. Bubur kalifornia ini digunakan untuk mengendalikan hama kutu sisik.

Minggu ketiga dilakukan pengendalian hama menggunakan insektisida dengan bahan aktif alfametrin konsentrasi 15 g/l dengan dosis 150 cc/ha, profenofos konsentrasi bahan aktif 500 g/l dengan dosis 150 cc/ha atau imidacloprid konsentrasi 200 g/l dengan dosis 150 cc/ha. Pengendalian hama ini dilakukan dengan cara menyemprot dengan alat penyemprotan berupa sprayer punggung. Insektisida dengan bahan aktif alfametrin digunakan untuk mengendalikan kutu daun, profenofos merupakan bahan aktif untuk mengendalikan ulat peliang daun dan bahan aktif imidacloprid digunakan untuk mengendalikan ulat peliang daun, kutu daun, trips, dan kutu sisik.

Kegiatan pengendalian penyakit dilakukan pada minggu ke empat dengan menggunakan fungisida propineb konsentrasi 700 g/l dengan dosis 75 g/ha. Bahan aktif ini digunakan untuk mengendalikan penyakit jamur. Selain dilakukan

[image:42.595.109.508.87.593.2]
(43)

pengendalian secara kimia, pengendalian hama juga dilakukan secara mekanis seperti pemangkasan cabang yang sakit.

Kegiatan pengendalian OPT yang lain yaitu penegendalian lalat buah, apid dan tungau. Pengendalian lalat buah dilakukan dengan cara membuat perangkap yang terbuat dari botol bekas air mineral. Di dalam perangkap diberi cairan petrogenol, petrogenol ini merupakan cairan yang mirip dengan cairan yang dikeluarkan oleh lalat betina. Prinsip pengendalian menggunakan petrogenol yaitu lalat jantan dikelabui dengan adanya cairan petrogenol sehingga lalat jantan masuk ke dalam perangkap. Cairan petrogenol ini disuntikan ke kapas yang berada di dalam perangkap sebanyak ±1 ml.

Monitoring hama dan penyakit dilakukan di Afdeling Blawan dengan sebutan EWS (Early Warning System) yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui perkembangan hama dan penyakit. Setelah diketahui pola perkembangan penyakit, kegiatan EWS akan dilakukan sesuai dengan pola perkembangan hama dan penyakit. Kegiatan EWS ini dilakukan dengan mengambil contoh tanaman.

Hama penting yang perlu dikendalikan adalah apid. Apid ini dianggap hama yang penting karena apid merupakan vektor penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration). Penyakit CVPD merupakan penyakit yang sampai saat ini

belum diketahui cara pengendaliannya. Monitoring apid dilakukan dengan cara membuat perangkap yellow trap. Perangkap yellow trap dibuat dengan bahan pipa, plastik mika, lem tikus, dan kertas kuning. Pipa dibalut dengan kertas kuning kemudian dibalut kembali dengan plastik mika bening yang sudah diolesi dengan lem tikus secara merata, setelah itu diberikan label yang berisi tanggal pemasangan perangkap dan yang terakhir perangkap digantung. Prinsip perangkap ini yaitu mengelabui apid, karena perangkap berwarna kuning (apid suka pada warna yang terang).

(44)

jeruk diakibatkan oleh kerusakan jaringan tanaman pada lapisan sel epidermis rusak. Di lapangan populasinya dapat dikendalikan secara alami oleh musuh alami seperti predator Phytoseidae, Chrysopidae (Endarto, 2004). Namun di Afdeling Besaran dilakukan pengendalian tungau secara kimiawi dengan menggunakan cairan belerang yang ditambahkan dengan air dan diaplikasikan menggunakan alat semprot punggung. Aplikasi penyemprotan belerang ini dilakukan dengan konsentrasi 200 cc/l air . Gambar pengendalian OPT dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Kegiatan pengendalian OPT, a) Pengendalian gulma secara manual, b) Penyemprotan pestisida, c) Aplikasi bubur kalifornia, d) Pengendalian lalat buah, e) Pemasangan yellow trap

Panen

Kegiatan yang dilakukan sebelum panen adalah taksasi penen. Taksasi panen dilakukan untuk memperkirakan hasil panen yang akan didapat. Taksasi panen dilakukan 1-2 minggu sebelum panen.

Buah jeruk dipanen pada saat masak optimal. Dipanen saat optimal karena tingkat kemasakan saat panen berpengaruh terhadap mutu buah. Buah yang waktu

a

b

c

[image:44.595.98.510.120.802.2]
(45)

panennya terlalu muda rasanya asam, kulit buah mudah keriput, dan kurang tahan simpan, jika dipanen terlalu masak maka buah akan cepat busuk.

Kriteria panen yang ditetapkan PTPN XII yaitu kulit buah sudah menguning sekitar 50 %, buah tidak terlalu keras, bagian bawah tidak terlalu keras bila ditekan dengan jari dan nilai brix sari buah telah mencapai 10 %. Tujuannnya adalah memperoleh buah jeruk dengan mutu yang baik sesuai dengan keinginan konsumen, memiliki tingkat kerusakan yang rendah dan tidak mudah rusak pada saat proses transportasi/ distribusi. Penerapan kriteria panen di Afdeling Besaran sama seperti yang ditetapkan SOP, namun tidak menggunakan parameter nilai brix sari buah yang akan dipanen.

[image:45.595.103.513.94.823.2]

Aplikasi pestisida dihentikan satu minggu sebelum panen. Panen dilakukan dengan memangkas tangkai buah sedekat mungkin dengan buah, agar tangkai buah tidak akan merusak buah yang lain pada saat pengumpulan buah atau mengurangi kerusakan akibat gesekan antara tangkai buah dengan kulit buah yang lain. Alat panen yang digunakan adalah gunting pangkas (Gambar 1b).

Gambar 15. Kegiatan panen, a) Pemetikan buah, b) Pengumpulan buah, c) Grading, d) Pengelompokan buah, e) Pembersihan buah, f) Pengepakan

b

c

d

e

f

(46)

Buah yang sudah dipetik lalu dikumpulkan untuk dilakukan grading berdasarkan ukuran buah dengan menggunakan alat grade, kemudian dilakukan pembersihan kulit buah dengan menggunakan sikat dan lap, pengemasan berdasarkan ukuran/ grade menggunakan kotak kayu dan kegiatan yang terakhir adalah penimbangan. Kegiatan panen dapat dilihat pada Gambar 15.

Berdasarkan bobot buah, jeruk keprok digolongkan dalam empat ukuran yaitu kelas A, B, C, dan D, sedangkan berdasarkan diameter buah dilakukan dengan menggunakan alat pengkelasan buah. Pengkelasan atau penggredan berdasarkan bobot buah dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Grade atau kelas jeruk keprok berdasarkan diameter dan bobot buah

Kelas Diameter buah (cm) Bobot per buah (g)

A > 7,1 > 151

B 6,1–7 101 – 150

C 5,1–6 51 – 100

D 4 – 5 50

Sumber : Direktorat tanaman buah (2002)

Direktorat Tanaman Buah (2010) menyatakan bahwa target pencapaian presentase grade A 25 %, B 40 % dan C 25 %. Berdasarkan pengkelasan, Kebun Blawan menghasilkan jeruk dengan grade A sebanyak 2 %, grade B 23 %, grade C 68 %, dan D 7 %. Hasil yang tidak sesuai ini diduga karena Kebun Blawan

belum tepat dalam kegiatan penjarangan buah, yang menyebabkan presentase buah grade C tinggi.

(47)

Produktivitas jeruk keprok madu terigas di Kebun Blawan mencapai 4.7 kg/pohon/tahun, namun produktivitas jeruk madu terigas yang dicapai oleh petani di Kabupaten Sambas yaitu 20 kg/pohon/ha (Wiguna, 2009). Perbedaan produktivitas ini diduga karena kedua daerah tersebut memiliki ketinggian yang berbeda, sehingga menghasilkan produktivitas yang berbeda. Kebun Blawan merupakan daratan tinggi dengan ketinggian 900-1500 mdpl dan Kabupaten Sambas termasuk dataran rendah dengan ketinggian tempat <400 mdpl. Menurut Sutopo (2012), dalam perencanaan usahatani jeruk, pemilihan lingkungan kebun yang sesuai dengan kebutuhan tanaman merupakan kunci masuk untuk meraih sukses. Faktor lingkungan yang menentukan dalam usahatani jeruk terutama adalah ketinggian tempat, suhu, curah hujan, intensitas cahaya matahari, kelembaban udara, dan kesuburan tanah. Ketinggian daerah yang tepat untuk jeruk keprok madu terigas adalah ≤ 400 mdpl.

Analisis usaha tani perlu dilakukan untuk mengetahui kelayakan sebuah usaha. Biaya yang dikeluarkan untuk usaha tani jeruk terdiri atas biaya tetap dan operasional (Lampiran 7). Berdasarkan analisis usaha tani budidaya jeruk (Lampiran 8) yang dilakukan Kebun Blawan saat ini belum memilki keuntungan, dikarenakan jeruk merupakan varietas yang baru dikembangkan pada tahun 2008 dan baru berproduksi satu tahun. Hasil analisis usaha tani yang dilakukan per

hektar untuk Varietas Jeruk Keprok Terigas sampai tahun ke 4 memiliki B/C rasio -0.6, artinya kebun masih merugi. Nilai PP (payback periode) Kebun Blawan adalah 3.7, berarti kebun dapat mengembalikan biaya infestasi setelah 3.7 tahun. Analisis usaha tani menunjukan bahwa budidaya jeruk dengan masa produktif ± 15 tahun memiliki B/C rasio 9.7, ini menunjukan bahwa usaha tani yang dijalankan Kebun Blawan layak untuk dikembangkan.

Pengelolaan Pemangkasan di Kebun Blawan PTPN XII

Pemangkasan diartikan membuang sebagian bagian tanaman untuk maksud tertentu. Pemangkasan didalam budidaya jeruk mempunyai dua tujuan utama, yaitu pemangkasan bentuk dan pemangkasan pemeliharaan. Pemangkasan

(48)

dilakukan untuk memelihara keseimbangan fase vegetatif generatif tanaman sehingga selain meningkatkan produksi dan mutu buah sesuai potensinya, menghindari terjadinya fluktuasi pembuahan tahunan, dan juga sekaligus melaksanakan sanitasi kebun (Supriyanto, 2003). Namun kegiatan pemangkasan di Afdeling Besaran, Kebun Blawan mencakup kegiatan pemangkasan bentuk, pemeliharaan, dan wiwil.

Kriteria Pangkasan

Pemangkasan dilakukan jika keadaan pohon sudah terlihat rimbun. Pada kegiatan pemangkasan bentuk, pemangkasan dilakukan agar diperoleh tajuk yang kuat serta mempunyai bentuk yang baik. Arsitektura pohon atau bentuk tajuk atau

kanopi pohon sangat menentukan produktivitas tanaman jeruk maupun mutu buahnya. Bentuk tajuk pohon yang baik mampu menampung sebaran cahaya matahari dan menjaga sirkulasi udara disekitar pohon sehingga memberikan iklim mikro yang optimal (Supriyanto, 2003). Pelaksanaan kegiatan pemangkasan bentuk yaitu cabang pertama akan dipotong dan dibiarkan tumbuh cabang baru, cabang baru yang tumbuh kemudian dipilih 3 cabang yang paling bagus, cabang ini kemudian akan dipelihara.

Pemangkasan pemeliharaan merupakan kegiatan membuang tunas-tunas yang tidak produktif, seperti tunas air atau tunas liar yang tumbuhnya tegak lurus ke atas dan ke dalam, cabang atau ranting yang sakit, tangkai bekas pendukung buah, dan cabang/ ranting yang terlalu rimbun. Pemangkasan pemeliharaan dilakukan setelah panen ataupun pada kondisi yang memungkinkan untuk pemangkasan, seperti tanaman yang serangan hama atau penyakitnya tinggi, agar mencegah menyebarnya penyakit atau hama tersebut (Supriyanto, 2003). Aplikasi kegiatan di lapangan, pemangkasan bentuk dilakukan tidak hanya pada tanaman menghasilkan, TBM III juga dilakukan pemangkasan pemeliharaan.

Wiwil merupakan kegiatan membuang tunas air. Pemangkasan tunas air yang terlambat menyebabkan dominasi pertumbuhan yang kuat. Tunas air akan membentuk cabang kipas, lambat berbunga, tetapi pada saat berbunga akan

(49)

masuk ke dalam tajuk akan terhalang (Balai Penelitian dan Pengembangan pertanian, 2005). Setiap pohon memiliki tingkat kriteria pangkasan yang berbeda, data jumlah cabang dan ranting yang dibuang dalam pemangkasan terdapat pada Tabel 10.

Tabel 10. Jumlah cabang dan ranting yang dibuang dalam pemangkasan

No. Jenis

pangkasan Varietas Tahun tanam

Jumlah cabang dan ranting yang

dibuang

Lokasi

1 Bentuk dan wiwil

Batu 55 2010 10 Blawan

ulangan 2 Pemeliharaan

dan wiwil

Pulung 2008 26 Strawberry

3 Bentuk dan wiwil

Batu 55 2010 26 Strawberry

4 Pemeliharaan dan wiwil

Terigas 2008 32 Strawberry

Sumber: Hasil pengamatan penulis

Varietas Terigas memiliki jumlah cabang dan ranting yang dibuang lebih banyak dari Varietas Pulung, hal ini diduga karena spesies keduanya berbeda sehingga memiliki ukuran tajuk yang berbeda. Sedangkan Varietas Batu 55 di Blok Blawan Ulangan lebih banyak daripada di Blok strawbery, hal ini diduga karena pertanaman di Blok Strawberry dipupuk secara teratur dengan menggunakan pupuk daun komplit dan costombio setiap satu bulan sekali. Pupuk daun yang diaplikasikan mengandung unsur N, P2O5, K2O, MgO, Ca, Mn, Zn, S,

Fe, Cu, B, Mo, dan Co yang berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sehingga pertumbuhan tunas lebih baik.

Kondisi Tanaman

Pemangkasan diperlukan untuk mengurangi kelembaban mikro (kelembaban dalam pohon).

Gambar

Gambar 3. Alat dan bahan stek sambung dan sambung stek : a) Pisau
Gambar 5. Langkah-langkah penyambungan, a) Pembuatan torehan, b)
Gambar 6. Kegiatan penyulaman tanaman, a) Penanaman,
Gambar 9. Pemangkasan, a) Bentuk dan wiwil, b) Pemeliharaan, c) Tunas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan umum pembelajaran mata kuliah chokai III yaitu agar mahasiswa mampu dalam mendengarkan informasi dalam bahasa Jepang dan mampu menjawab pertanyaan-

Akan tetapi dalam prakteknya pada pembagian hasil tidak dilakukan sesuai dengan aturan syirkah.Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

Allport (1937: 48) mendefinisikan kepribadian sebagai “...organisasi dinamis dari keseluruhan sistem psiko- fisik dalam diri individu yang menentukan penyesuaian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa diantara faktor risiko sindrom metabolik yang lain, asupan serat pada remaja obesitas memiliki hubungan bermakna dengan kadar

Semakin baiknya kualitas pelayanan ( tangible, empathy, reliability, responsiveness, dan assurance ) secara parsial dapat meningkatkan kepuasan nasabah Bank Papua Cabang

Perubahan sosial ekonomi masyarakat Nagari Talang Kubu Kecamatan Ranah Ampek Hulu Tapan tahun 1995 – 2014 mengalami perubahan yang berarti, hal ini dapat dilihat

Pelaksanaan pendidikan dan pengajaran dipondok pesantren Iqra‟ pada tahun 2007 yang menjadi guru untuk mata pelajaran pondok adalah Azwar Munaf sendiri beserta

agritecture yang diterapkan pada fasad bangunan SMK pertanian dilakukan dengan meletakkan media tanam pada selubung bangunan yaitu dinding, dengan mempertimbangkan