• Tidak ada hasil yang ditemukan

LTM MPKT A BAB 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LTM MPKT A BAB 1"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Pembentukan Karakter dan Kaitannya dengan Pendidikan

oleh Alleya Hanifathariane Nauda, 1406618820 Judul : “Kekuatan dan Keutamaan Karakter”

Pengarang : Bagus Takwin Data Publikasi :

- Judul buku: “Buku Ajar I: Kekuatan dan Keutamaan Karakter, Filsafat, Logika, dan Etika.”

- Pengarang :

1. Bagus Takwin 2. Fristian Hadinata 3. Saraswati Putri - Kota terbit : Depok

- Penerbit : Universitas Indonesia - Tebal buku : 173 halaman

Pendidikan karakter sedang kembali gencar diperbincangkan. Pemerintah memberi penekanan bagi pendidikan karakter dalam Kurikulum 2013. Ki Hadjar Dewantara menegaskan bahwa tujuan pendidikan adalah memerdekaan manusia. Sementara, manusia yang merdeka adalah manusia dengan karakter yang kuat.

Karakter bukan kepribadian meskipun keduanya berkaitan erat. Allport (1937: 48) mendefinisikan kepribadian sebagai “...organisasi dinamis dari keseluruhan sistem psiko-fisik dalam diri individu yang menentukan penyesuaian dirinya yang unik terhadap lingkungannya.” Dari definisi itu dapat dipahami bahwa kepribadian manusia adalah kesatuan yang teratur dengan unsur-unsur yang berkaitan satu sama lain. Allport juga memandang kepribadian manusia sebagai sesuatu yang dinamis.

Allport juga menambahkan beberapa pengertian yang menyangkut kepribadian sebagai berikut. Pertama, kepribadian dapat dipahami sebagai perpaduan dari sifat-sifat mayor dan minor yang masing-masing dapat berdiri sendiri dan dikenali. Kedua, sifat kepribadian

(2)

merupakan suatu mekanisme paduan antara faktor-faktor dalam suatukeadaan yang spesifik. Ketiga, seorang ahli psikologi dapat mengatakan bahwa dirinya ‘memahami’ orang lain hanya jika ia telah meneliti keseluruhan sejarah hidup telah ia teliti. Oleh karena itu, dalam memahami kepribadian seseorang perlu diketahui sejarah hidup, latar belakang budaya, ambisi, cita-cita, karakter, motif, dan sifatnya serta keterkaitan semua itu dalam pembentukan kepribadiannya.

Karakter didefinisikan Allport sebagai kepribadian yang dievaluasi. Karakter diperoleh melalui pengasuhan dan pendidikan meskipun potensialitasnya ada dalam tiap orang. Mengenal karakter berarti mengenal keutamaan tertentu dari diri seseorang. Mengenal keutamaan seseorang dapat dilakukan melalui pengenalan terhadap ciri-ciri keutamaan yang tampil dalam perilaku khusus dan respons secara umum dari orang itu. Peterson dan Seligman mengemukakan tiga level konseptual dari karakter, yaitu keutamaan, kekuatan, dan tema situasional dari karakter. Ketiganya bersifat hierarkis, dengan level atas diisi oleh keutamaan, kekuatan di level tengah, serta tema situasional di level bawah.

Keutamaan merupakan karakteristik utama dari karakter (Peterson & Seligman 2004). Keutamaan dijadikan oleh para filsuf dan agamawan sebagai nilai moral. Enam kategori keutamaan yaitu, (1) kebijaksanaan, (2) courage, (3) kemanusiaan, (4) keadilan, (5) pengendalian atau pengelolaan diri, dan (6) transendensi.

Kekuatan karakter adalah unsur yang mendefinisikan keutamaan. Dengan kata lain, keutamaan dapat dicapai melalui pencapaian keutamaan karakter. Tidak semua keutamaan harus muncul dalam diri seseorang untuk menyebut seseorang berkarakter baik. Munculnya beberapa kekuatan karakter saja sudah dapat menyebut seseorang memiliki sebuah keutamaan.

Tema situasional dari karakter adalah kebiasaan khusus yang mengarahkan orang untuk mewujudkan kekutan karakter dalam situasi tertentu. Munculnya tema situasional bergantung pada karakteristik beradanya seseorang. Semakin banyak dan sering tema situasional ditampilkan, semakin terbentuk pula kekuatan karakter.

(3)

Pertama, kebijaksanaan dan pengetahuan. Ini merupakan keutamaan yang berkaitan dengan fungsi kognitif. Kekuatan yang tercakup di kategori ini adalah (1) kreativitas, orisinalitas dan kecerdasan praktis, (2) rasa ingin tahu, (3) cinta akan pembelajaran, (4) pikiran yang kritis dan terbuka, dan (5) kemampuan memahami beragam perspektif yang berbeda dan memadukannya secra sinergis untuk pencapaian hidup yang baik.

Kedua, kemanusiaan dan cinta. Kemanusiaan dan cinta merupakan keutamaan yang mencakup kemmapuan interpersonal dan bagaimana menjalin pertemanan dengan orang lain. Kekuatan yang tercakup di dalamnya adalah (1) baik dan murah hati, (2) selalu memiliki waktu dan tenaga untuk membantu orang lain, menintai dan membolehkan diri untuk dicintai, serta (3) kecerdasan sosial dan kecerdasan emosional.

Ketiga, kesatriaan (courage) merupakan kekuatan emosional yang melibatkan kemauan kuat untuk mencapia suatu tujuan meskipun mendapat halangan atau tantangan, baik internal maupun eksternal. Keutamana ini mencakup empat kekuatan, yaitu (1) untuk menyatakan kebenaran dan mengakui kesalahan, (2) ketabahan atau kegigihan, tegas dan keras hati, (3) integritas, kejujuran, dan penampilan diri dengan wajar, serta (4) vitalitas, bersemangat, dan atusias.

Keempat, keutamaan keadilan yang mendasari kehidupan yang sehat dalam suatu masyarakat. Kekuatan yang tercakup di sini, yakni (1) kewarganegaraan atau kemampuan mengemban tugas, dedikasi dan kesetiaan demi keberhasilan bersama, (2) kesetaraan perlakuan terhadap rang lain atau tidak membeda-bedakan perlakuan yang diberikan kepada satu ornag dengan yang diberikan kepada orang lain, dan (3) kepemimpinan.

Kelima, pengelolaan diri (temperence) adalah keutamaan untuk melindungi diri dari segala akibat buruk yang mungkin terjadi di kemudian hari karena perbuatan sendiri. Di sini tercakup kekuatan (1) pemaaf dan pengampun, (2) pengendalian diri, (3) kerendahan hati, dan (4) kehati-hatian.

Keenam, transendensi. Transendensi merupakan keutamaan yang menghubungkan kehidupan manusia dengan seluruh alam semesta dan memberi makna kehidupan. Keutamaan ini mencakup (1) penghargaan terhadap keindahan dan kesempurnaan, (2) kebersyukuran atas segala hal yang baik, (3) penuh harapan, optimis, dan berorientasi ke masa depan, semangat dan gairah besar untuk menyongsong hari demi hari, (4) spiritualitas:

(4)

memiliki tujuan yang menuntun kepada kebersatuan dengan alam semesta, serta (5) menikmati hidup dan selera humor yang memadai.

Dalam karakter transendensi terdapat kekuatan-kekuatan yang memungkinkan manusia memahami keterkaitan dirinya dengan seluruh alam semesta. Kekuatan dalam keutamaan transendensi ditandai oleh kemampuan untuk membayangkan apa yang mungkin di luar situasi yang dialami kini dan disini. Pembayangan itu dapat menggerakkan manusia untuk melampaui situasi kini dan di sini yang mana mensyaratkan adanya kemampuan memahami keterkaitan sema unsur alam semesta. Daya yang memungkinkan manusia untuk melakukan itu semua disebut spiritualitas.

Murray dan Zentner (1989, dalam McSherry, 1998) mengusulkan definisi spiritualitas harus ditempakan dalam konteks keseluruhan alam semesta dan keterkaitan isi dunia ini. Spiritualitas juga melampaui afiliasi terhadap agama tertentu. Spiritualitas merupakan uatu kualitas yang juga dapat dicapai bahkan oleh ereka yang tidak percaya kepada Tuhan. Pada intinya, dimensi spiritual manusia selalu berusaha melakukan penyelarasan dengan alam semesta dan menjawab petanyaan tentang yang tak terbatas. Definisi ini menunjukkan spiritualitas sebagai hal yang kompleks dan memiliki kaitan dengan banyak variabel. Segala hal yang ada di alam semesta ini terkait dengan spiritualitas. Sehingga dapat diapahami bahwa spiritualitas adalah dasar kekuatan dan keutamaan karakter manusia.

Spiritualitas selalu mendasari karakter karena daya-daya spiritual menjadi kekuatan kita untuk bertahan menuju satu tujuan, menghindarkan kita dari godaan dan menguatkan kita pada situasi yang sulit. Dengan daya-daya spiritual, manusia dapat melampaui dirinya dan terus berkembang sebagai makhluk yang selalu mampu melampaui dirinya.

Pembentukan karakter erat kaitannya dengan pencapaian kebahagiaan. Pada akhirnya, orang dengan karakter yang kuat adalah orang yang berbahagia, mandiri, dan memberi sumbangan positif pada masyarakatnya. Seligman menyebutkan tiga kebahgiaan, yaitu memiliki makna dari semua tindakan yang dilakukan, mengetahui kekuatan tertinggi, dan mengguankan kekuatan tertinggi itu untuk melayani sesuatu yang dipercayai sebagai hal yang lebih besar dari diri sendiri. Menurutnya, tidak ada jalan pintas untuk mempersingkat pencapian kebahagiaan. Kebahagiaan hanya dapat dicapai dengan memandang hidup

(5)

sebagai hal yang bermakna dan berharga, mengenali diri sendiri menemukan kekuatan-kekutan kita, lalu memanfaatkan kekuatan-kekuatan itu untuk kepentingan yang lebih besar. Pendidikan harus diarahkan kepada ketiga kebahagiaan itu. Perpaduan dari tiga kebahagiaan dan keutamaan-keutamaan karakter merupakan bahan dari pendidikan karakter. Pembentukan karakter bukanlah bagian terpisah dari pendidikan. Setiap pendidikan seharusnya adalah pemebentukan karakter.

Melihat pembahasan di atas, jelas sudah kaitan pembentukan karakter dengan pendidikan. Keduanya saling menguatkan satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan. Namun, pada praktiknya institusi penyelenggara pendidikan, terutama dasar hingga menengah atas, justru mengabaikan hal tersebut dan menghalalkan hal-hal tidak mendidik seperti menyontek dan plagiarisme. Pembahasan Bagus Takwin di atas dapat menjadi cerminan apa yang seharusnya didapatkan setiap manusia lewat pendidikan, yaitu karakter yang kuat.

Referensi

Dokumen terkait

hasil kerja yang dicapai oleh individu yang disesuaikan dengan peran atau.. tugas individu tersebut dalam suatu organisasi yang dihubungkan

Individu dengan tipe kepribadian A lebih mudah mengalami gangguan akibat kecemasan daripada orang dengan tipe kepribadian B. Misalnya dengan orang tipe A adalah

citra diri dari kepribadian individu serta merefleksikan suatu koneksi fundamental, harmoni, atau kesatuan dengan orang lain dan dunia” (Saphiro et al, 2002, hlm. Transendensi

Penyesuaian diri yang baik bagi individu yang akan pensiun tidak bisa lepas dari dukungan sosial terutama dari kerabat penting dalam kehidupan individu tersebut.. Berikut

Menurut Schneider (dalam Agustiani, 2006) penyesuaian diri sebagai satu proses yang mencakup respon-respon mental dan tingkah laku, yang merupakan usaha individu

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan strategi penyesuaian sosial adalah sejauh mana individu bereaksi secara sehat dan efektif

psychophysical yang menentukan karakteristik perilaku dan pikiran individu. Dalam usaha mempelajari kepribadian manusia muncul pertanyaan mengenai perbandingan antara

Dampak dukungan sosial Bagaimana dukungan sosial dapat memberikan kenyamanan fisik dalam psikologis dalam individu dapat dilihat dari bagaimana dukungan sosial mempengaruhi kejadian