• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS PESERTA DIDIK SEBAGAI PENUNJANG KEBERHASILAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR BAHASA ARAB DI KELAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERENCANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS PESERTA DIDIK SEBAGAI PENUNJANG KEBERHASILAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR BAHASA ARAB DI KELAS"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

486

PERENCANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS PESERTA

DIDIK SEBAGAI PENUNJANG KEBERHASILAN KEGIATAN

BELAJAR MENGAJAR BAHASA ARAB DI KELAS

KHOLISNAH MINAL BALWA

Program Pascasarjana Keguruan Bahasa Arab Universitas Negeri Malang lisnafebriani99@yahoo.co.id

Abstrak: Pembelajaran adalah kegiatan yang membutuhkan penataan

yang teratur dan sistematis. Proses perencanaan pembelajaran yang matang akan memberikan pengaruh terhadap implementasi di dalamnya. Perencanaan pembelajaran adalah proses menganalisis, mempertimbangkan, mengambil keputusan tentang apa yang dibutuhkan oleh peserta didik dalam rumusan kualifikasi tentang tindakan-tindakan yang dapat memfasilitasi mereka dalam proses belajar agar dapat dicapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran dengan mempertimbangkan faktor emosional lebih banyak berhasil daripada menonjolkan faktor intelektual, karena pengajar dapat menentukan tindakan yang tepat untuk dilakukan di dalam kelas. Begitu pula dalam pembelajaran bahasa Arab, pengajar harus dapat menentukan metode, materi dan langkah-langkah pengajaran yang sesuai dengan tingkat emosional peserta didik.

Kata kunci: perencanaan pembelajaran, kegiatan belajar mengajar,

penunjang keberhasilan, bahasa Arab.

Kegiatan belajar mengajar merupakan tahap yang dilalui peserta didik dan pengajar dalam proses pembelajaran, yang didalamnya terdapat pentransferan ilmu dari pengajar ke peserta didik dengan memberikan stimulus yang tepat, sehingga mereka dapat merespon dengan baik. Hak dari peserta didik antara lain mendapatkan pengajaran yang layak, dan pengajar hendaknya memberikan layanan yang baik dalam pengajaran tersebut.

Pembelajaran menjadi menyenangkan dan efektif jika pengajar dapat mengelola pembelajaran dengan baik. Memang pembelajaran tidak semudah yang dipikirkan dan diperkirakan, karena pada kenyataannya, pengajar sering kali dihadapkan dengan masalah-masalah yang datang dari dalam maupun luar lingkungan sistem pembelajaran. Maka dari itu dibutuhkanlah sebuah rancangan pembelajaran yang disebut perencanaan pembelajaran. Pengajar yang telah merencanakan pembelajaran sebelum masuk kelas akan terhindar dari improvisasi, hal-hal memalukan dan ketegangan selama proses pembelajaran karena pengajar telah menyiapkan diri, baik materi, mental dan kondisinya untuk melaksanakan pembelajaran (Andriana, 2015). Dalam menyusun perencanaan pembelajaran, pengajar diharapkan mengetahui karakteristik individu peserta didik yang berbeda-beda agar tidak salah konsep yang akhirnya menimbulkan kegagalan dalam pembelajaran.

Dalam makalah ini, akan diuraikan tentang pengertian perencanaan pembelajaran, strategi dalam penyusunannya, model-model perencanaan

(2)

487

pembelajaran dan bagaimana menyusun perencanaan pembelajaran yang baik dengan mempertimbangkan faktor emosional, yaitu perbedaan individu peserta didik agar pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien, terutama dalam pembelajaran bahasa Arab.

Permasalahan

Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah: Apakah perencanaan pembelajaran dapat menunjang keberhasilan kegiatan belajar mengajar bahasa Arab di kelas?

Permasalahan ini dianggap penting karena akan dapat membantu pengajar dalam memahami peranan dari perencanaan pembelajaran dimana dapat menunjang keberhasilan dalam pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran bahasa Arab. Pembelajaran sebisa mungkin didesain dalam keadaan yang kondusif agar pengajar dan peserta didik merasa nyaman dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Kondusifitas kegiatan belajar mengajar tergantung pada ketersediaan fasilitas dan perencanaan pembelajaran (Nazir, 2013).

Kajian teoritik

Perencanaan menurut Sabirin (dalam Andriana, 2015) merupakan penyusunan langkah-langkah kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan berdasarkan jangka waktu, dan prinsip yang paling utama adalah mudah dilaksanakan dan tepat sasaran. Uno (2012) menyatakan bahwa perencanaan menekankan pada usaha menyeleksi dan menghubungkan sesuatu dengan kepentingan masa yang akan datang serta usaha untuk mencapainya. Jadi perencanaan di sini merupakan penyusunan kerangka kegiatan yang terpikirkan kemudian bermaksud untuk merealisasikannya di waktu yang akan datang.

Nazir (2013) yang mengatakan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh pengajar dalam membimbing, membantu, dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar. Sedang Supriadie dan Darmawan (2012: 9) berpendapat bahwa pembelajaran adalah suatu konsepsi dari dua dimensi (belajar dan mengajar) yang harus direncanakan dan diaktualisasikan, serta diarahkan pada pencapaian tujuan atau penguasaan sejumlah kompetensi dan indikatornya sebagai sebuah gambaran hasil belajar. Agar peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar yang optimal dan dapat mencapai tujuan tersebut atau penguasaan kompetensi, maka dibuatlah suatu perencanaan pembelajaran.

Perencanaan pembelajaran adalah sebuah konsep atau rancangan kegiatan belajar dan mengajar yang bersifat praktis demi dicapainya tujuan pembelajaran atau dikuasainya kompetensi. Hal ini sesuai dengan pendapatnya Andriana (2015) bahwa perencanaan pembelajaran ialah penyusunan langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran oleh pengajar sebelum masuk kelas. Sedangkan menurut Milkova (2012) perencanaan pembelajaran adalah kerangka peta konsep tentang apa yang akan dipelajari oleh peserta didik dan bagaiamana pembelajaran dapat terlaksana secara efektif selama jam pelajaran. Jadi dalam perencanaan pembelajaran juga dibahas tentang topik atau materi apa yang akan disampaikan.

Perencanaan pembelajaran di sekolah di indonesia dimulai dengan penyusunan program pembelajaran yang dibedakan menjadi program tahunan,

(3)

488

program semester, program mingguan dan program harian. Namun, kurikulum dan silabus mata pelajaran harus tetap dijadikan acuan utama dalam penyusunan perencanaan program pengajaran mulai dari analisis terhadap standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi pokok sampai pada rencana pemberian pengalaman belajar dan kecakapan hidup, indikator dan hasil belajar yang akan dicapai dengan memperhatikan kondisi sekolah, lingkungan sekitar dan kondisi peserta didik maupun pengajar. Dalam perencanaan pembelajaran, untuk pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran (Tamalene, tanpa tahun).

Mempersiapkan pembelajaran dengan perencanaan pembelajaran

Pembelajaran harus diarahkan agar berfokus pada peserta didik, sedang pengajar sebagai pendamping atau fasilitator. Pengajar memilih pendekatan, metode, materi, pengalaman belajar dan interaksi belajar mengajar yang mana harus memungkinkan peserta didik berinteraksi dengan aktif dan pengajar memfasilitasi dan membimbingnya. Menurut Andriana (2012), dengan perencanaan yang baik maka setiap unsur dalam pembelajaran yang meliputi peserta didik dan pengajar mampu memahami perannya dengan baik, serta pembelajaran dapat berjalan dalam alur yang telah ditentukan di dalamnya.

Berikut fungsi dan prinsip dari perencanaan pembelajaran yang diungkapkan oleh Tamalene (tanpa tahun). Fungsi perencanaan pembelajaran itu sendiri antara lain.

1. Memberi guru pemahaman yang jelas tentang tujuan pendidikan

2. Membantu guru memperjelas pemikirannya terhadap tujuan pendidikan 3. Menambah keyakinan guru atas nilai-nilai dan prosedur yang digunakan 4. Membantu guru dalam mengenal kebutuhan peserta didik

5. Mengurangi kegiatan yang bersifat trial dan error dalam mengajar 6. Murid akan menghormati guru yang telah mempersiapkan diri

7. Memberikan kesempatan pada guru untuk mengembangkan profesionalitasnya 8. Membantu guru memiliki perasaan percaya diri

9. Membantu guru memelihara kegairahan mengajar dan memberikan bahan ajar yang up to date.

Sedang prinsipnya ialah sebagai berikut.

1. Pembelajaran yang disiapkan secara cermat dan sistematis akan membantu perkembangan siswa secara maksimal

2. Perencanaan yang cermat dan sistematis dikembangkan dengan mempertimbangkan berbagai aspek seperti teori belajar dan karakteristik siswa 3. Hendaknya diarahkan untuk membantu proses belajar siswa secara individual 4. Hendaknya dikembangkan dengan pendekatan sistem dengan menggunakan

langkah-langkah dalam proses pengembangan.

5. Harus mempertimbangkan pemanfaatan berbagai sumber dan alat bantu belajar Milkova (2012) menyatakan bahwa dalam merancang suatu pembelajaran dibutuhkan beberapa srategi yaitu antara lain: (1) membuat outline tentang materi yang akan disampaikan pada peserta didik, (2) menyamakan presepsi tentang materi yang akan dibahas, (3) menyusun langkah-langkah kegiatan inti dari

(4)

489

pembelajaran, (4) memeriksa pemahaman peserta didik dengan sebuah pertanyaan, (5) meminta peserta didik membuat kesimpulan dan preview, dan (6) menentukan alokasi waktu yang akan digunakan dalam pembelajaran. Dengan strategi di atas, diharapkan pengajar dapat membuat perencanaan pembelajaran yang matang. Mempertimbangkan faktor emosional dan gaya belajar peserta didik dalam merancang pembelajaran

Kegiatan pembelajaran hendaknya dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Manusia tumbuh dan berkembang ditentukan oleh apa yang dibawa sejak lahir dan dipengaruhi oleh pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Manusia memiliki kesamaan dan perbedaan-perbedaan misalnya dalam hal emosional, bakat, minat bahkan perhatian (Ichsan, 2009). Sudah sewajarnya pengajar memperhatikan cara-cara belajar peserta didik disamping memperhatikan bahan ajar dan kegiatan-kegiatan belajar. Diharapkan pula untuk memperhatikan keadaan-keadaan individu peserta didik seperti minat, motivasi, kemampuan bahkan latar belakang mereka sehingga bahan ajar yang disiapkan tidak mematikan motivasi siswa secara perorangan.

Ketika pengajar berdiri di depan kelas, mereka akan menyadari keberagaman peserta didiknya, baik dari segi emosional, fisik, kecakapan, gaya belajar, komunikasi, pola kepemimpinan, dan penyesuaian sosial. Selama ini asumsi yang sering kita dengar adalah peserta didik dengan tingkat kecerdasan (IQ) tinggi, maka keberhasilan belajarnya tinggi, sedang peserta didik dengan tingkat kecerdasan (IQ) rendah, keberhasilan belajarnya rendah. Padahal setiap peserta didik memiliki hak yang sama yaitu mendapatkan pengajaran yang layak dan ketuntasan belajar. Terdapa juga asumsi yang menyatakan bahwasanya kecerdasan seseorang hanya diukur dari IQ saja, akan tetapi saat ini telah muncul kecerdasan emosional dan sosial yang juga tidak kalah pentingnya dalam membentuk karakter individual yang sukses.

Joyce, weil dan Showes (dalam ichsan, 2009) menyatakan bahwa hakikat mengajar adalah membantu peserta didik memperoleh informasi, ide, keterampilan nilai, cara berpikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya dan cara-cara belajar bagaimana belajar efektif. Bagi pengajar sangat penting untuk memahami keberagaman peserta didiknya. Ada dua faktor yang menyebabkan adanya perbedaan individual peserta didik yakni faktor warisan karena kelahirannya dan faktor perkembangan serta pengalamannya. Mungkin faktor warisan kelahiran lebih dominan, ada juga yang faktor lingkungan yang lebih dominan.

Berikut ini akan dijelaskan berbagai jenis perbedaan individu peserta didik. 1. Kecapakan

Kecapakan individu bukan hanya karena warisan turunan semata, tapi juga karena perkembangan dan pengalamannya. Kecakapan individu dapat berupa kecakapan dasar (potensial ability) maupun kecakapan nyata (actual ability).

Intelegensi dan bakat (kecakapan potensial) dapat dideteksi dengan mengidentifikasi indikator-indikatornya yang dimanifestasikan dalam kualifikasi

(5)

490

perilaku. Whitherington (dalam ichsan, 2009) menunjukkan lebih rinci manifestasi dari indikator-indikator perilaku intelegen itu antara lain.

a. Kemudahan dalam menggunakan bilangan (facility in the use of the numbers) b. Efisiensi dalam berbahasa (language efficiency)

c. Kecepatan dalam pengamatan (speed of perception) d. Kemudahan dalam mengingat (facility in memorizing)

e. Kemudahan dalam memahami hubungan (facility in comprehending relationships) f. Imajinasi (imagination)

Menurut Goleman (dalam ichsan, 2009), faktor emosi sangat penting dan banyak memberikan warna yang kaya dalam kecerdasan antar pribadi. Ada lima wilayah kecerdasan yang membentuk kecerdasan emosional, yaitu kemampuan mengenali emosi diri, kemampuan mengelola emosi, kemampuan memotivasi diri sendiri, kemampuan mengenali emosi orang lain, dan kemampuan membina hubungan.

Kecakapan emosi yang sering mengantarkan sukses pada seseorang antara lain: inisiatif, semangat juang, kemampuan menyesuaikan diri, kemampuan memimpin tim, kesadaran politis-empati, percaya diri dan kemampuan mengembangkan orang lain. Dua pembawaan yang sering dijumpai dari mereka yang gagal yaitu bersikap kaku dan hubungan yang buruk.

Lawrence E. Shapiro (dalam ichsan, 2009) menyatakan bahwa kecapakan emosional dan ketrampilan sosial yang membentuk karakter lebih penting bagi keberhasilan seseorang dibandingkan kecakapan kognisi yang diukur melalui IQ. Kecakapan emosional anak dapat dilihat pada (a) keuletan, (b) optimisme, (c) percaya diri, dan (d) antusiasme.

Kecakapan emosional bukanlah lawan dari kecakapan kognisi atau IQ, namun keduanya saling berinteraksi secara dinamis, baik dalam tataran konseptual maupun dalam dunia nyata. Seseorang akan seimbang jika dapat menguasai kecakapan koginisi sekaligus kecakapan emosional dan sosial.

2. Perbedaan kepribadian

Kepribadian menurut Allport (dalam ichsan, 2009) adalah sebuah oraganisasi dinamis di dalam sistem psikis dan fisik individu yang menentukan karakteristik perilaku dan pikirannya. Sedangkan menurut Adler adalah gaya hidup individu atau cara yang khas dari individu tersebut dalam memberikan respon terhadap masalah-masalah hidup.

Kepribadian merupakan karakteristik atau keunikan individu yang terdiri dari pola-pola pikiran, perasaan, perilaku dan cara merespon masalah yang dihadapi. Setiap peserta didik memiliki keunikan, dengan demikian pengajar hendaknya memahami keunikan tersebut sehingga dapat menyusun perencanaan pembelajaran yang matang agar pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

Kepribadian menurut Hippocrates dibagi menjadi empat, antara lain.

1) Choleris, sifat khasnya adalah besar semangat, keras, daya juang tinggi, hatinya mudah terbakar dan optimis.

2) Melankolis, sifat khasnya adalah mudah kecewa, daya juang kecil, muram dan pesimistik.

3) Phlegmatic, sifat khasnya adalah tidak suka terburu (tenang), tidak mudah dipengaruhi dan setia.

(6)

491

4) Sanuinis, sifat khas yang muncul adalah mudah berganti haluan, ramah, lekas bertindak tapi juga lekas berhenti.

Perkembangan kepribadian peserta didik ditentukan oleh keturunan, lingkungan dan diri. Faktor keturunan, setiap individu mewarisi sifat-sifat induknya. Faktor lingkungan seperti cuaca, suhu, letak geografis dan lain-lain. Faktor lingkungan sosial dan budaya seperti sikap atau norma-norma yang berlaku d masyarakat, bahasa, cara berpakaian, cara berkomunikasi dan lain-lain. Untuk faktor diri seperti sifat, perasaan, cara berpikir, pandangan, keyakinan yang mana hal ini dapat mempengaruhi keputusan yang diambil oleh individu tersebut sehari-hari.

3. Perbedaan gaya belajar

Setiap peserta didik memiliki cara sendiri-sendiri dalam belajar. Cara belajar ini juga bisa disebut gaya belajar (learning style) yang diartikan sebagai karakteristik atau pilihan individu mengenai cara mengumpulkan informasi, menafsirkan, mengorganisasi, merespon dan memikirkan informasi tersebut.

Gaya belajar dibedakan menjadi tiga, antara lain.

1) Gaya belajar visual, yaitu gaya belajar yang lebih banyak menggunakan indera penglihat sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan. Karakteristik peserta didik yang memiliki gaya ini ialah mudah memperoleh pengetahuan terhadap apa yang dilihatnya, suka membaca, teliti, menyukai metode demonstrasi dan kurang menyukai metode ceramah.

2) Gaya belajar auditorial, yaitu gaya belajar yang lebih banyak mengunakan indera pendengaran untuk memperoleh pengetahuan. Karakteristik peserta didik yang memiliki gaya ini ialah mudah memperoleh pengetahuan terhadap apa yang didengarnya, sulit menulis tapi mudah bercerita, sering bersuara keras ketika membaca, lebih suka bergurau daripada membaca buku, dan menyukai metode ceramah.

3) Gaya belajar kinestetik, yaitu gaya belajar yang menekankan pada gerak atau praktik langsung apa yang sedang dipelajari. Karakteristik peserta didik yang memiliki gaya ini ialah suka mengerjakan sendiri atau praktik langsung, suka bergerak, ketika membaca suka menggunakan jari sebagai petunjuk, menyukai permainan yang menyibukkan, dan ingin selalu melakukan sesuatu.

Pengajar dapat mengidentifikasi gaya belajar masing-masing peserta didik sehingga dapat memberikan layanan belajar yang sesuai dan peserta didik dapat belajar dengan optimal. Dengan mengenali gaya belajar peserta didik, pengajar dapat menentukan metode, strategi pembelajaran dan media yang sesuai, sehingga dengan demikian mereka dapat belajar secara efektif dan menyenangkan. Menurut Wijaya Kusumah (dalam HR, tanpa tahun), untuk mengetahui gaya belajar peserta didik ada beberapa yang bisa dilakukan oleh pengajar.

1. Melakukan observasi secara mendetail terhadap setiap peserta didik melalui penggunaan berbagai metode pembelajaran di kelas. Mula-mula gunakan metode ceramah, kemudian catat peserta didik yang betah mendengarkan dengan tekun dan diakhir pengajar hendaknya memeriksa pemahaman mereka. Pertemuan berikutnya pembelajaran menggunakan media bergambar atau metode demonstrasi untuk mengetahui peserta didik yang memiliki gaya belajar

(7)

492

visual, lalu melakukan hal yang sama yaitu mencatat dan memeriksa. Pada pertemuan yang lain, gunakan metode pembelajaran simulasi atau praktek untuk mengetahui peserta didik yang memiliki gaya kinestetik, lalu melakukan hal sama yaitu mencatat peserta didik yang lebih tertarik dengan metode ini dan memeriksa pemahaman mereka. Begitu seterusnya sampai pengajar dirasa sudah mengetahui kecenderungan gaya belajar peserta didiknya.

2. Dengan memberikan tugas kepada peserta didik untuk melakukan pekerjaan yang memerlukan proses penyatuan bagian-bagian yang terpisah, misalnya menyatukan model rumah yang bagiannya terpisah dengan memberikan tiga pilihan cara penyelesaiannya yaitu (1) praktek langsung dengan mencoba menyatukan bagian tersebut, hal ini menunjukkan bahwa peserta didik yang memilih cara ini cenderung memiliki gaya belajar kinestetik, (2) melihat terlebih dahulu desain rumah lalu menyatukan bagian tersebut, peserta didik yang memilih cara ini cenderung memiliki gaya belajar visual, (3) membaca petunjuk tertulis langkah-langkah untuk membangun rumah dari awal hingga akhir, peserta didik yang memilih cara ini cenderung memiliki gaya belajar auditory. 3. Melakukan survey atau tes gaya belajar, tes gaya belajar ini biasanya

menggunakan jasa konsultan atau psikolog tertentu. Survei atau tes gaya belajar memiliki hasil akurasi yang akurasi sehingga dapat membantu pengajar untuk mengetahui gaya belajar peserta didik lebih cepat. Jika tidak memungkinkan menggunakan jasa konsultan atau psikolog, sekolah ataupun pengajar dapat menggunakan tes sederhana terkait dengan ciri-ciri gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik yang harus dijawab dengan jujur oleh peserta didik. Setelah itu pengajar dapat menganalisis hasil dari tes menggunakan instrument tersebut dan mengambil kesimpulan.

Beberapa strategi atau metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk masing-masing gaya belajar yang dijelaskan oleh Wijaya Kusumah (2013) antara lain.

1. Untuk pembelajar visual, dimana menyerap informasi lebih banyak dengan mata, hal-hal yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar mereka.

a. Biarkan mereka duduk di bangku paling depan, sehingga mereka dapat melihat secara jelas apa yang dituliskan atau digambar pengajar di papan tulis.

b. Buatlah lebih banyak bagan-bagan, diagram, flow-chart dalam menjelaskan sesuatu.

c. Putarkan film

d. Minta mereka untuk menuliskan poin-poin penting yang harus dihafalkan. e. Gunakan berbagai ilustrasi dan gambar

f. Menyuruh peserta didik untuk menulis ulang apa yang ditulis di papan tulis g. Gunakan warna-warni dalam menulis di papan tulis.

2. Untuk pembelajar auditorial, dimana mereka lebih banyak menyerap informasi melalui pendengaran, hal-hal yang bisa dilakukan pengajar untuk memaksimalkan kemampuan belajar mereka antara lain.

a. Gunakan audio untuk pembelajaran (music, radio dan lain-lain) b. Saat belajar, biarkan mereka membaca dengan nyaring dan keras.

(8)

493

c. Seringlah memberi pertanyaan pada mereka d. Membuat diskusi kelas

e. Menggunakan rekaman

f. Biarkan mereka menjelaskan dengan kata-kata

g. Biarkan mereka menuliskan apa yang mereka pahami tentang satu mata pelajaran

h. Belajar berkelompok

3. Untuk pembelajar kinestetik, dimana mereka lebih banyak menyerap informasi melalui gerakan fisik. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar mereka antara lain.

a. Perbanyak praktik lapangan

b. Melakukan demonstrasi atau pertunjukan langsung suatu proses. c. Membuat model atau contoh-contoh

d. Belajar tidak harus duduk secara formal e. Perbanyak praktik di laboratorium

f. Boleh menghafal sesuatu sambil bergerak, misalnya berjalan atau mondar mandir.

g. Perbanyak simulasi dan role playing

h. Biarkan peserta didik berdiri saat menjelaskan sesuatu.

Hal-hal yang telah dijelaskan di atas diharapkan dapat membantu kemampuan peserta didik dalam belajar. Ketika pengajar menggunakan satu metode saja yang berlaku untuk semua kelas, misalnya metode ceramah yang cenderung diminati peserta didik yang mempunyai gaya belajar auditorial, maka peserta didik yang mempunyai gaya belajar visual dan kinestetik akan merasa bosan sehingga mereka akan mencari perhatian dengan membuat kegaduhan, atau mengganggu yang lain, yang mana hal ini membuat kelas tidak kondusif dan tidak efektif.

Pembahasan

Dalam penyusunan perencanaan pembelajar, selain memperhatikan lingkungan sekolah, hendaknya pengajar juga memperhatikan berbedaan individual yang terdiri dari kecakapan, kecerdasan emosional dan gaya belajar dari peserta didik.

Ketika seorang pengajar telah mengetahui perbedaan individual dari peserta didiknya, pula mengetahui gaya belajar mereka, hal ini dapat memudahkan pengajar dalam menyusun perencanaan pembelajaran, agar pembelajaran menjadi efektif dan efisien. Pembelajaran bahasa Arab terdiri dari empat keterampilan, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis.

Untuk peserta didik yang memiliki gaya belajar visual, ketika pembelajaran bahasa Arab keterampilan istima’, pengajar dapat memberikan video bergambar. Dalam keterampilan berbicara, pengajar dapat menggunakan kartu kata. Dalam keterampilan membaca, pengajar dapat menggunakan cerita bergambar, serta dalam keterampilan menulis, pengajar lebih menekankan pada tarkib dan tata bahasa.

Untuk peserta didik yang memiliki gaya belajar auditorial, ketika pembelajaran bahasa Arab keterampilan istima’, pengajar dapat menggunakan musik, dalam keterampilan kalam dapat menggunakan metode komunikatif, dalam keterampilan

(9)

494

membaca dapat menggunakan metode membaca nyaring, dan untuk keterampilan menulis, pengajar dapat meminta peserta didik menulis secara bebas.

Serta untuk peserta didik yang memiliki gaya belajar kinestetik, pengajar dapat menggunakan metode untuk keterampilan istima’, metode role playing untuk keterampilan kalam, metode jig saw untuk keterampilan membaca dan untuk keterampilan menulis dapat menggunakan permainan.

Jadi dalam penyusunan perencanaan peserta didik, dapat mencantumkan metode yang sesuai dengan gaya belajar peserta didiknya. Berikut ini adalah rambu-rambu merancang RPP bahasa Arab yang mudah, praktis dan berkualitas oleh Murtadho (2015) .

1. Memanfaatkan standar kompetensi terdiri atas empat keterampilan yakni menyimak, berbicara, membaca dan menulis (Depag RI 2004a; 2004b; 2005)

2. Masing-masing topik yang terdapat dalam standar kompetensi perlu dikaitkan dengan keempat keterampilan bahasa

3. Kegiatan pembelajaran dirancang berdasarkan teknik pembelajaran empat keterampilan bahasa

4. RPP dibuat 1 buah untuk satu bulan (4x pertemuanx 45 menit). Ini berarti apabila dalam satu semester jam efektif sekolah 5 bulan, maka hanya ada 5 RPP dalam satu semester

5. Setiap bulan ada 3 kali pertemuan untuk penyajian materi dan satu kali untuk mereview materi yang sudah diberikan.

6. Empat keterampilan berbahasa: menyimak, berbicara, membaca dan menulis dapat disajikan dalam satu bulan secara bergantian atau bersama-sama

7. Materi pembelajaran dan materi untuk review perlu disajikan dalam lampiran. Kesimpulan

Perencanaan pembelajaran merupakan langkah awal sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, dalam bentuk kerangka kegiatan pembelajaran dengan alokasi waktu dengan mengikuti strategi penyusunannya. Ketika diawal pertemuan, pengajar hendaknya dapat mengenali peserta didik yang akan diajar baik dari segi emosional, kecakapan, kepimpinan dan lain sebagainya, juga diharapkan untuk mengetahui bagaimana peserta didik apakah senang atau tidak diajak belajar. Untuk mengetahui cara belajar peserta didik, pengajar melakukan salah satu teknik yaitu observasi, pemberian tugas ataupun survey, dengan begitu pengajar dapat menyusun perencanaan pembelajaran yang baik dan efesien dalam praktiknya.

Rekomendasi

1. Hendaknya sekolah membagi kelas sesuai dengan minat dan gaya belajar peserta didik.

2. Hendaknya pengajar tidak hanya menggunakan satu metode saja yang cenderung pada peserta didik yang memiliki gaya belajar tertentu jika kelas heterogen.

(10)

495 Daftar Pustaka

Andriana, Karmila. 2015. Urgensi Perencanaan Pembelajaran Bahasa Arab dalam Pendidikan di Sekolah. Konferensi Nasional Bahasa Arab I: 188-197.

HR, Mansur. Tanpa tahun. Mengenal Gaya Belajar Peserta Didik.

Ichsan. 2009. Pembelajaran Berbasis Perbedaan Individual. Mukaddimah, 15(26):31-42. Milkova, Stiliana. 2012. Strategies for Effective Lesson Planning.

Murtadho, Nurul. 2015. Model RPP dalam Bahasa Arab dan Inggris serta Rambu-Rambu Merancang RPP Bahasa Arab yang Mudah, Praktis dan Berkualitas. Konferensi Nasional Bahasa Arab I:24-36.

Nadzir, M. 2013. Perencanaan Pembelajaran Berbasis Karakter. Jurnal Pendidikan Agama Islam, 2(2): 338-352.

Supriadie, D. & Darmawan, D. 2012. Komunikasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tamalene, M. Nasir. Tanpa tahun. Konsep Dasar Perencanaan Pembelajaran. Uno, B. Hamzah. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Referensi

Dokumen terkait

Dan buat kamu yang kebingungan mencari produk obat disfungsi ereksi di apotik yang manjur dengan kualitas terbaik, aman tanpa menyebabkan efek samping serta harganya

PESERTA BIDANG STUDI TEMPAT TUGAS KABUPATEN KELAS 1 SUKHIMIN 14030402820636 Guru Kelas MI MIS MUHAMMADIYAH.. BANDINGAN

Penggunaan bahasa Sasak sebagai bahasa lontar “Tutur Monyeh” merupakan salah satu tanda bahwa Cepung merupakan produk budaya masyarakat Sasak, yang pada awalnya merupakan

Deteksi secara langsung di lapangan dapat dilakukan berdasarkan pengamatan gejala penyakit layu bakteri di bagian luar maupun di bagian dalam tanaman jahe serta berdasarkan

Rencana Aksi adalah tindak lanjut rencana pengelolaan terumbu karang yang memuat tujuan, sasaran, anggaran dan jadwal untuk satu atau beberapa tahun ke depan

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan untuk meningkatkan sikap toleransi dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan

Pengantar karya Tugas Akhir ini berjudul “Perancangan Buku Ilustrasi Ensiklopedia Jajanan Tradisional Kota Solo untuk Anak Usia Kelas 3-5 SD”. Adapun permasalahan yang

Pad a suatu hari ada sekelompok burung yang terdiri atas beberapa jenis, tinggal di hutan belantara. Burung itu jumlah- nya sangat banyak. Kehidupan burung ini boleh dikatakan