• Tidak ada hasil yang ditemukan

DILAKUKAN PENYITAAN

5. Hal-hal yang Harus Diperhatikan

5.1 Standar Operasional Prosedur tentang SP2HP ini harus menjadi acuan bagi penyidik dalam hal pelayanan kepada masyarakat agar proses penyelidikan dan penyidikan dilaksanakan secara professional dan transparan;

5.2 semua prosedur yang mengatur tentang pelaksanaan pemberian SP2HP di lingkungan Badan Reserse Kriminal Polri yang telah ada sebelumnya, dinyatakan masih berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan ini.

PEMBERHENTIAN PENYIDIKAN (SP3)

NO. DOKUMEN SOP-DIT RESKRIMSUS

NO. REVISI 00

HALAMAN 1/8 TANGGAL TERBIT : MEI 2016

DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DISAHKAN OLEH KASUBDIT I

DIT RESKRIMSUS POLDA NTB

BOYKE KAREL WATTIMENA,SIK AKBP NRP 78120696

DIR RESKRIMSUS POLDA NTB

ANOM WIBOWO, S.I.K., M.Si.

AKBP NRP 72060453

KAPOLDA NTB

Drs. UMAR SEPTONO, S.H., M.H.

BRIGADIR JENDERAL POLISI

1. Tujuan

SOP Penghentian Penyidikan Bertujuan sebagai pe doman standar dalam melakukan langkah-langkah Penghentian Penyidikan yang terukur, jelas, efektif dan efesien sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara yuridis dan prosedur serta terwujudnya pola tindak yang sama bagi penyidik/penyidik pembantu.

2. Persiapan

Perkara-perkara yang akan dihentik an penyidikannya harus memenuhi persyaratan yang memadai dan rasional serta dapat diterima oleh hukum, yaitu antara lain:

2.1 Bukan merupakan Tindak Pidana

Apabila dari hasil penyidikan, penyidik berpendapat bahwa apa yang telah dipersangkakan terhadap tersangka ternyata bukan merupakan perbuatan pidana (pelanggaran ataupun kejahatan), maka penyidik harus membuat suatu keputusan untuk menghentikan penyidikannya.

2.2 Tidak cukup bukti

PEMBERHENTIAN PENYIDIKAN (SP3)

NO. DOKUMEN SOP-DIT RESKRIMSUS

NO. REVISI 00

HALAMAN 2/8 TANGGAL TERBIT : MEI 2016

Bahwa setelah dilakukan upaya penyidikan, ternyata penyidik berpendapat bahwa hasilnya tidak dapat memenuhi persyaratan unsur-unsur perbuatan pidana sebagaimana untuk memenuhi alat-alat bukti yang dimaksud dalam pasal 183 dan 184 KUHAP, misalkan dari 5 (lima) alat bukti yang sah, baru ditemukan 1 (satu) alat bukti.

2.3 Demi hukum

Bahwa perkara-perkara yang termasuk dalam kategori dihentikan demi hukum adalah sebagai berikut:

2.3.1 Tersangka meninggal dunia;

2.3.2 Perkaranya sudah kadaluwarsa;

2.3.3 Perkaranya dicabut, karena perkaranya termasuk dalam klasifikasi delik aduan (Klacht Delict);

2.3.4 Nebis in idem, yaitu terhadap pe rkara tersebut telah disidik dan diputus oleh Pengadilan serta telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap (in kracht van gewijsde).

3. Pelaksanaan

3.1 Pejabat yang dapat menghentikan Penyidikan

3.1.1 Di Tingkat Mabes Polri (Direktorat pada Bareskrim Polri) : Direktur;

3.1.2 Di Tingkat Polda: Dirreskrim Polda;

3.1.3 Di Tingkat Polres: Kasatreskrim atau Kapolres;

3.1.4 Di Tingkat Polsek: Kapolsek.

PEMBERHENTIAN PENYIDIKAN (SP3)

NO. DOKUMEN SOP-DIT RESKRIMSUS

NO. REVISI 00

HALAMAN 3/8 TANGGAL TERBIT : MEI 2016

3.2 Mekanisme Penghentian Penyidikan

3.2.1 Perkara yang akan dihentikan penyidikannya

3.2.1.1 Terhadap perkara-perkara yang sedang dilakukan penyidikan, dan ditengah jalan ternyata mengalami berbagai hambatan/kendala yang sulit dicari solusinya. Sementara itu Penyidik sudah berupaya seoptimal mungkin untuk mengatasi kendala dimaksud, namun demikian tetap saja tidak ada perkembangan yang signifikan dalam penyidikannya, maka Penyidik harus segera menentukan sikap, apakah penyidikannya dapat dilanjutkan sesuai dengan rencana penyidikannya atau penyidik akan merevisi rencana penyidikan sesuai dengan situasi dan perkembangan ataukah penyidik akan menentukan sikap lain berupa penghentian penyidikan.

3.2.1.2 Apabila alternatif ketiga yang diputuskan oleh penyidik, maka sebelum melakukan tindakan kepolisian berupa penghentian penyidikan, penyidik wajib terlebih dahulu melakukan Gelar Perkara tahap akhir.

3.2.1.3 Gelar perkara dimaksud untuk menentukan sikap apakah perkara ini layak untuk dilanjutkan penyidikannya disertai dengan rekomendasi ataukah perkara ini akan dihentikan penyidikannya karena alasan tertentu.

3.2.2 Laporan Kemajuan

PEMBERHENTIAN PENYIDIKAN (SP3)

NO. DOKUMEN SOP-DIT RESKRIMSUS

NO. REVISI 00

HALAMAN 4/8 TANGGAL TERBIT : MEI 2016

3.2.2.1 Penyidik yang menangani perkara wajib membuat Laporan Kemajuan dari perkara yang sedang disidiknya.

3.2.2.2 Dalam Laporan Kemajuan dimaksud menggambarkan tentang perkembangan terakhir pelaksanaan penyidikan yang telah dilakukan yang meliputi:

3.2.2.2.1 Langkah apa saja yang telah dilakukan dalam proses penyidikan;

3.2.2.2.2 Hambatan/kendala dalam proses penyidikan;

3.2.2.2.3 Apa pendapat penyidik terhadap proses penyidikan yang sudah dilaksanakan.

3.2.2.3 Dalam hal penyidik berpendapat sesuai kesimpulan dalam Laporan Kemajuan mengarah pada penghentian penyidikan dengan alasan tertentu, maka Penyidik wajib melakukan kegiatan “Gelar Perkara”.

3.2.2.4 “Gelar Perkara” yang dimaksud disini adalah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat (4) huruf e Perkap Nomor 14 Tahun 2012 tentang Manajemen Penyidikan tindak pidana yang mangatakan “Gelar Perkara pada tahap akhir bertujuan antara lain untuk menentukan layak tidaknya berkas perkara dilimpahkan kepada Penuntut Umum atau dihentikan”.

3.2.3 Gelar Perkara

3.2.3.1 Gelar Perkara sesuai Pasal 69 Perkap Nomor 14 Tahun 2012 tentang Manajemen Penyidikan Polri ada 2 (dua) yaitu Gelar Perkara biasa dan Gelar perkara khusus.

PEMBERHENTIAN PENYIDIKAN (SP3)

NO. DOKUMEN SOP-DIT RESKRIMSUS

NO. REVISI 00

HALAMAN 5/8 TANGGAL TERBIT : MEI 2016

3.2.3.2 Gelar Perkara biasa dilaksanakan pada tahap:

3.2.3.2.1 awal proses penyidikan;

3.2.3.2.2 pertengahan proses penyidikan; dan 3.2.3.2.3 akhir proses penyidikan.

3.2.3.3 Gelar Perkara pada akhir penyidikan bertujuan untuk:

3.2.3.3.1 evaluasi proses penyidikan yang telah dilaksanakan;

3.2.3.3.2 pemecahan masalah atau hambatan penyidikan;

3.2.3.3.3 memastikan kesesuaian antara saksi, tersangka dan bukti;

3.2.3.3.4 penyempurnaan berkas perkara;

3.2.3.3.5 menentukan layak tidaknya berkas perkara dilimpahkan kepada Penuntut Umum atau dihentikan; dan/atau

3.2.3.3.6 pemenuhan petunjuk Jaksa.

3.2.3.4 Peserta Gelar Perkara biasa tahap akhir dalam rangka Penghentian Penyidik an dihadiri oleh:

3.2.3.4.1 atasan penyidik;

3.2.3.4.2 penyidik beserta tim;

3.2.3.4.3 ahli atau pihak lain bila diperlukan.

3.2.4 Rekomendasi peserta Gelar Perkara

PEMBERHENTIAN PENYIDIKAN (SP3)

NO. DOKUMEN SOP-DIT RESKRIMSUS

NO. REVISI 00

HALAMAN 6/8 TANGGAL TERBIT : MEI 2016

3.2.4.1 Gelar perkara untuk menentukan apakah perkara dimaksud dapat dilanjutkan penyidikannya ataukah tidak, akan menjadi bahan pertimbangan penyidik dalam memutuskan kelanjutan penanganan perkara tersebut.

3.2.4.2 Dalam hal rekomendasi dari para peserta Gelar Perkara menyatakan perkara tersebut mengarah pada dihentikan penyidikannya, maka penyidik dapat mempertimbangkan hal tersebut dan merumuskannya.

3.2.4.3 Rumusan rekomendasi tersebut selanjutnya dianalisis dan evaluasi oleh Penyidik untuk dijadikan kesimpulan tentang alasan yang paling sesuai atas dihentikannya perkara dimaksud, yaitu apakah perkara pidana tersebut dihentikan karena:

3.2.4.3.1 Bukan merupakan Tindak Pidana; atau 3.2.4.3.2 Tidak cukup bukti; atau

3.2.4.3.3 Demi hukum.

3.2.4.4 Alasan penghentian penyidikan tersebut tentunya harus dilengkapi oleh dokumen pendukung dan fakta-fakta dilapangan maupun fakta hukum.

3.2.5 Menerbitkan Surat Ketetapan Penghentian Penyidikan

PEMBERHENTIAN PENYIDIKAN (SP3)

NO. DOKUMEN SOP-DIT RESKRIMSUS

NO. REVISI 00

HALAMAN 7/8 TANGGAL TERBIT : MEI 2016

3.2.5.1 Rekomendasi dari hasil Gelar Perkara tahap Akhir yang menyimpulkan bahwa perkara tersebut dihentikan penyidikannya, maka Penyidik segera menindaklanjuti rekomendasi dimaksud dengan membuat Surat Ketetapan Penghentian Penyidikan.

3.2.5.2 Alasan dihentikannya penyidikan tersebut harus jelas disebutkan dalam Surat Ketetapan Penghentian Penyidikan, yaitu apakah perkara tersebut bukan merupakan tindak pidana atau tidak cukup bukti atau perkara tersebut dihentikan demi hukum.

3.2.5.3 Surat Ketetapan Penghentian Penyidikan (SP3) dibuat rangkap 6 (enam) sebagaimana format Reserse dengan perincian:

3.2.5.3.1 4 (empat) lembar untuk bekas perkara;

3.2.5.3.2 1 (satu) lembar untuk penyidik/penyidik pembantu;

3.2.5.3.3 1 (satu) lembar untuk arsip.

3.2.5.4 Surat Ketetapan Penghentian Penyidikan ditandatangani oleh Atasan Penyidik atau oleh Kasatker selaku penyidik.

3.2.5.5 Surat Ketetapan Penghentian Penyidikan diberi nomor urut dan cap stempel kesatuan sesuai aturan dalam administrasi penyidikan dan dicatat dalam buku register.

3.2.6 Membuat Surat Pemberitahuan Penghentian Penyidikan:

PEMBERHENTIAN PENYIDIKAN (SP3)

NO. DOKUMEN SOP-DIT RESKRIMSUS

NO. REVISI 00

HALAMAN 8/8 TANGGAL TERBIT : MEI 2016

3.2.6.1 Setelah penyidik menerbitkan Surat Ketetapan Penghentian Penyidikan, selanjutnya penyidik membuat Surat Pemberitahuan Penghentian Penyidikan.

3.2.6.2 Surat Pemberitahuan Penghentian Penyidikan dibuat dan ditandatangani oleh Kasatker atau atasan penyidik yang menghentikan penyidikan perkaranya.

3.2.6.3 Surat Pemberitahuan Penghentian Penyidikan dikirimkan kepada:

3.2.6.3.1 Jaksa Penuntut Umum;

3.2.6.3.2 Tersangka atau keluarganya.

3.2.6.4 Penyidik agar memastikan bahwa Surat Pemberitahuan Penghentian Penyidikan tersebut sampai ke alamat yang dituju.

3.2.6.5 Surat Pemberitahuan Penghentian Penyidikan diberi nomor urut dan cap stempel kesatuan sesuai aturan dalam administrasi penyidikan dan dicatat dalam buku register.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENERIMAAN LAPORAN POLISI NOMOR DOKUMEN TANGGAL TERBIT : MEI 2016

DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DISAHKAN OLEH KASUBDIT I

DIT RESKRIMSUS POLDA NTB

BOYKE KAREL WATTIMENA,SIK AKBP NRP 78120696

DIR RESKRIMSUS POLDA NTB

ANOM WIBOWO, S.I.K., M.Si.

AKBP NRP 72060453

KAPOLDA NTB

Drs. UMAR SEPTONO, S.H., M.H.

BRIGADIR JENDERAL POLISI

1. Pengertian

1.1 Laporan Polisi adalah laporan tertulis yang dibuat oleh petugas Polri tentang adanya pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang karena hak atau kewajiban berdasarkan undang-undang, bahwa telah atau sedang terjadi peristiwa pidana.

1.2 SPK adalah Sentra Pelayanan Kepolisian pada Polda NTB.

1.3 Subbag Renmin adalah Sub bagian perencanaan dan administrasi pada Ditreskrimsus Polda NTB.

1.4 Min Subdit I adalah Unit kerja dibidang penata usahaan administrasi pada Subdit I Ditreskrimus Polda NTB.

1.5 Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.

1.6 Penyidik pembantu adalah pejabat kepolisian negara Republik Indonesia yang karena diberi wewenang tertentu dapat melakukan tugas penyidikan yang diatur dalam undang-undang ini.

1.7 Penyelidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penyelidikan.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENERIMAAN LAPORAN POLISI NOMOR DOKUMEN

SOP-DIT RESKRIMSUS

NOMOR REVISI 00

HALAMAN 2/11 TANGGAL TERBIT : MEI 2016

2. Pedoman/Acuan

2.1 Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

2.2 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang KUHAP.

2.3 Peraturan Kapolri Nomor 14 tahun 2012 tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana.

2.4 Juklak dan juknis administrasi penyidikan No. Pol.: Skep/1205/IX/2000, tanggal 11 September 2000.

2.5 Standart Internasional ISO 9001:2016.

3. Tujuan

SOP Penerimaan Laporan Polisi Bertujuan sebagai pedoman standar dalam melakukan langkah-langkah Penerimaan Laporan Polisi yang terukur, jelas, efektif dan efesien sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara yuridis dan prosedur serta terwujudnya pola tindak yang sama bagi penyidik/penyidik pembantu.

4. Persiapan

4.1 Petugas

4.1.1 anggota Polri;

4.1.2 memiliki mentalitas yang baik;

4.1.3 berpenampilan simpatik;

4.1.4 menguasai perundang-undangan dan pengetahuan lainnya;

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENERIMAAN LAPORAN POLISI NOMOR DOKUMEN

SOP-DIT RESKRIMSUS

NOMOR REVISI 00

HALAMAN 3/11 TANGGAL TERBIT : MEI 2016

4.1.5 memiliki kemampuan komunikasi sosial yang efektif.

4.1.6 memiliki sifat humanis;

4.1.7 memiliki keterampilan mengoperasionalkan komputer;

4.1.8 memiliki pemahaman tentang prosedur penerimaan laporan Polisi.

4.2 Sarana dan Prasarana

4.2.1 ruangan yang nyaman dan aman;

4.2.2 meja dan kursi;

4.2.3 komputer dan printer;

4.2.4 alat tulis kantor (ATK);

4.2.5 Alkom, telepon/faksimile; dan

4.2.6 buku register dan formulir penerimaan laporan.

Dokumen terkait