• Tidak ada hasil yang ditemukan

DILAKUKAN PENYITAAN

PENERBITAN DAFTAR PENCARIAN ORANG (DPO)

3. Mekanisme Gelar Perkara

3.1 Gelar perkara biasa dilaksanakan dengan tahap:

3.1.1 awal proses penyidikan;

3.1.2 pertengahan proses penyidikan; dan 3.1.3 akhir proses penyidikan.

3.2 Gelar perkara pada tahap awal Penyidikan bertujuan untuk:

3.2.1 menentukan status perkara pidana atau bukan;

3.2.2 merumuskan rencana penyidikan;

3.2.3 menentukan unsur-unsur pasal yang dipersangkakan;

3.2.4 menentukan saksi, tersangka, dan barang bukti;

3.2.5 menentukan target waktu; dan

3.2.6 penerapan teknik dan taktik Penyidikan.

3.3 Gelar perkara pada tahap pertengahan penyidikan bertujuan untuk:

3.3.1 evaluasi dan pemecahan masalah yang dihadapi dalam Penyidikan;

3.3.2 mengetahui kemajuan penyidikan yang dicapai dan upaya percepatan penyelesaian penyidikan;

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR GELAR PERKARA

NO. DOKUMEN SOP-DIT RESKRIMSUS

NO. REVISI 00

HALAMAN 4/5 TANGGAL TERBIT : MEI 2016

3.3.3 menentukan rencana penindakan lebih lanjut;

3.3.4 memastikan terpenuhinya unsur pasal yang dipersangkakan;

3.3.5 memastikan kesesuaian antara saksi, tersangka, dan barang bukti dengan pasal yang dipersangkakan;

3.3.6 memastikan pelaksanaan Penyidikan telah sesuai dengan target yang ditetapkan; dan/atau

3.3.7 mengembangkan rencana dan sasaran Penyidikan.

3.4 Gelar perkara pada tahap akhir Penyidikan bertujuan untuk:

3.4.1 evaluasi proses penyidikan yang telah dilaksanakan;

3.4.2 pemecahan masalah atau hambatan penyidikan;

3.4.3 memastikan kesesuaian antara saksi, tersangka, dan bukti;

3.4.4 penyempurnaan berkas perkara;

3.4.5 menentukan layak tidaknya berkas perkara dilimpahkan kepada penuntut umum atau dihentikan; dan/atau

3.4.6 pemenuhan petunjuk JPU.

3.5 Tahapan penyelenggaraan gelar perkara biasa meliputi:

3.5.1 persiapan;

3.5.2 pelaksanaan; dan

3.5.3 kelanjutan hasil gelar perkara.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR GELAR PERKARA

NO. DOKUMEN SOP-DIT RESKRIMSUS

NO. REVISI 00

HALAMAN 5/5 TANGGAL TERBIT : MEI 2016

3.6 Tahap persiapan meliputi:

3.6.1 penyiapan bahan paparan gelar perkara oleh tim penyidik;

3.6.2 penyiapan sarana dan prasarana gelar perkara;

3.7 Tahap pelaksanaan gelar meliputi:

3.7.1 pembukaan gelar perkara oleh pimpinan gelar perkara;

3.7.2 paparan tim penyidik tentang pokok perkara, pelaksanaan penyidikan, dan hasil penyidikan yang telah dilaksanakan;

3.7.3 tanggapan para peserta gelar perkara;

3.7.4 diskusi permasalahan yang terkait dalam penyidikan perkara; dan 3.7.5 kesimpulan gelar perkara.

3.8 Tahap akhir dan tindak lanjut hasil gelar perkara meliputi:

3.8.1 pembuatan laporan hasil gelar perkara;

3.8.2 penyampaian laporan kepada pejabat yang berwenang;

3.8.3 arahan dan disposisi pejabat yang berwenang;

3.8.4 tindak lanjut hasil gelar perkara oleh penyidik dan melaporkan perkembangannya kepada atasan penyidik; dan

3.8.5 pengecekan pelaksanaan hasil gelar perkara oleh pengawas penyidikan.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENYELIDIKAN

NO. DOKUMEN SOP-DIT RESKRIMSUS

NO. REVISI 00

HALAMAN 1/16 TANGGAL TERBIT : Mei 2016

DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DISAHKAN OLEH KASUBDIT I

DIT RESKRIMSUS POLDA NTB

BOYKE KAREL WATTIMENA,SIK AKBP NRP 78120696

DIR RESKRIMSUS POLDA NTB

ANOM WIBOWO, S.I.K., M.Si.

AKBP NRP 72060453

KAPOLDA NTB

Drs. UMAR SEPTONO, S.H., M.H.

BRIGADIR JENDERAL POLISI

1. Pengertian

1.1. Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam Undang - Undang.

1.2. Penyelidik adalah setiap pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh KUHAP untuk melakukan penyelidikan.

1.3. Penyidik adalah pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan Penyidikan.

1.4. Penyidik Pembantu adalah pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang karena diberi wewenang tertentu dapat melakukan tugas penyidikan yang diatur dalam Undang-Undang ini

2. Pedoman/Acuan

2.1. Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

2.2 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang KUHAP.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENYELIDIKAN

NO. DOKUMEN SOP-DIT RESKRIMSUS

NO. REVISI 00

HALAMAN 2/16 TANGGAL TERBIT : Mei 2016

2.3 Undang-Undang lain di luar KUHP dan KUHAP.

2.4 Peraturan Kapolri Nomor 14 tahun 2012 tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana.

2.5 Himpunan Juklak dan juknis administrasi penyidikan No. Pol : SKEP/1205/IX/2000 Tanggal 11 September 2000.

2.6 Standart Internasional ISO 9001:2008 . 3. Tujuan

SOP Penyelidikan Tindak Pidana Bertujuan sebagai pedoman standar dalam melakukan langkah-langkah Penyelidikan Polisi yang terukur, jelas, efektif dan efesien sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara yuridis dan prosedur serta terwujudnya pola tindak yang sama bagi penyidik/penyidik pembantu.

4. Persiapan

4.1 Kelengkapan Formil

4.1.1 Laporan Informasi dan atau Laporan Polisi;

4.1.2 Surat Perintah Tugas;

4.1.3 Surat Perintah Penyelidikan.

4.2 Kelengkapan Materil

4.2.1 Hasil analisa Laporan Polisi;

4.2.2 Rencana penyelidikan;

4.2.3 Laporan hasil gelar perkara awal untuk yang sudah terbit Laporan Polisi.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENYELIDIKAN

NO. DOKUMEN SOP-DIT RESKRIMSUS

NO. REVISI 00

HALAMAN 3/16 TANGGAL TERBIT : Mei 2016

4.3 Perlengkapan dan peralatan

4.3.1 membawa indentitas diri yang jelas (kartu tanda anggota, tanda kewenangan) disesuaikan dengan teknis penyelidikan;

4.3.2 kendaraan Roda 2 dan Roda 4 atau alat transportasi lainnya;

4.3.3 handphone/handytalky;

4.3.4 kamera/ handycam;

4.3.5 Alut dan Alsus(sesuai dengan keperluan penyelidikan) 5. Urutan Tindakan Penyelidikan

5.1 Penyelidikan yang dilakukan sebelum dibuat Laporan Polisi:

5.1.1. penyelidik menerima laporan informasi dari atasan penyelidik kemudian dipelajari/didiskusikan dengan anggota tim penyelidik dan atau atasan penyelidik untuk menentukan objek sasaran penyelidikan antara lain:

5.1.1.1 peristiwa tindak pidana apa yang terjadi;

5.1.1.2 bagaimana terjadinya tindak pidana;

5.1.1.3 mengapa terjadi tindak pidana;

5.1.1.4 apa dan bagaimana modus operandi tindak pidana;

5.1.1.5 dimana tempat-tempat atau lokasi yang berhubungan dengan tindak pidana yang terjadi;

5.1.1.6 benda apa saja yang terkait dengan dugaan tindak pidana yang terjadi;

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENYELIDIKAN

NO. DOKUMEN SOP-DIT RESKRIMSUS

NO. REVISI 00

HALAMAN 4/16 TANGGAL TERBIT : Mei 2016

5.1.1.7 siapa pelaku, korban dan saksi yang terkait dengan tindak pidana yang terjadi;

5.1.1.8 kapan peristiwa tindak pidana terjadi;

5.1.2 atasan dan anggota penyelidik menentukan objek sasaran penyelidikan;

5.1.3 atasan Penyelidik menerbitkan surat perintah penyelidikan yang berisi penunjukan personel pelaksana, sasaran serta batas waktu penyelidikan;

5.1.4 setelah surat perintah penyelidikan diterima oleh penyelidik selanjutnya penyelidik membuat dan mengajukan rencana kegiatan penyelidikan disertai kebutuhan anggaran kepada atasan;

5.1.5 atasan penyelidik mengevaluasi rencana kegiatan dan anggaran penyelidikan untuk direvisi atau disetujui;

5.1.6 menyiapkan sarana dan prasarana/alat bantu yang diperlukan sesuai rencana kegiatan penyelidikan;

5.1.7 apabila dipandang perlu, mengajukan permintaan bantuan teknis investigasi kepolisian.

5.2 Penyelidikan yang dilakukan setelah dibuatkan Laporan Polisi

5.2.1 penyelidik dan atau penyidik/penyidik pembantu menerima laporan Polisi dari atasan penyelidik kemudian dilakukan pembahasan/penggelaran bersama tim dengan atasan untuk menentukan sasaran penyelidikan sesuai dengan materi laporan Polisi.

5.2.2 atasan bersama-sama anggota tim penyelidik dan penyidik/penyidik pembantu menetapkan objek sasaran penyelidikan;

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENYELIDIKAN

NO. DOKUMEN SOP-DIT RESKRIMSUS

NO. REVISI 00

HALAMAN 5/16 TANGGAL TERBIT : Mei 2016

5.2.3 atasan Penyelidik menerbitkan surat perintah penyelidikan yang berisi penunjukan personel pelaksana, objek sasaran serta batas waktu penyelidikan;

5.2.4 setelah surat perintah penyelidikan diterima selanjutnya penyelidik menyusun rencana kegiatan dan kebutuhan anggaran penyelidikan untuk diajukan kepada atasan;

5.2.5 atasan penyelidik mengevaluasi rencana kegiatan dan anggaran untuk direvisi atau disetujui;

5.2.6 menyiapkan sarana prasarana/alat bantu yang dibutuhkan sesuai rencana kegiatan penyelidikan;

5.2.7 apabila dipandang perlu, mengajukan permintaan bantuan teknis investigasi kepolisian (Labfor, Inafis, Dokpol, Jihandak, Cyber, Psikologi dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan);

5.2.8 apabila dipandang perlu, menyiapkan dan membawa surat perintah untuk melakukan tindakan kepolisian (penggeledahan, penyitaan, penangkapan).

5.3 Bentuk-bentuk kegiatan penyelidikan.

5.3.1 Pengolahan TKP

Pengolahan TKP dilakukan oleh bagian Olah TKP yang tergabung dalam Tim penyelidikan dengan cara mengolah TKP untuk mencari dan menemukan keterangan dan barang bukti yang berhubungan dengan tindak pidana yang terjadi yang diakhiri dengan Laporan hasil pengolahan TKP sebagai lampiran dari proses penyelidikan (sesuai format Laporan Hasil Penyelidikan);

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENYELIDIKAN

NO. DOKUMEN SOP-DIT RESKRIMSUS

NO. REVISI 00

HALAMAN 6/16 TANGGAL TERBIT : Mei 2016

5.3.2. Pengamatan (Observasi)

Observasi/pengamatan ditujukan kepada orang, benda, tempat, kejadian/situasi untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif yang berkaitan dengan peristiwa tindak pidana, dan dilakukan dengan cara sebagai berikut:

5.3.2.1 menetapkan obyek pengamatan terhadap sasaran penyelidikan;

5.3.2.2 mendalami karakter target pengamatan;

5.3.2.3 memilih taktik dan teknik pengamatan sesuai karakter target;

5.3.2.4 menyiapkan alat bantu pengamatan yang disesuaikan dengan target;

5.3.2.5 melakukan pengamatan dari hal-hal umum ke khusus secara detail dan terus-menerus, sistematis terhadap target;

5.3.2.6 melakukan pengamatan dari berbagai sudut dan untuk memperjelas objek dapat menggunakan alat bantu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

5.3.2.7 melakukan pengamatan terhadap objek manusia sedapat mungkin tidak melakukan komunikasi langsung dan harus didokumentasikan baik suara, gambar maupun catatan tertulis;

5.3.2.8 melakukan pencatatan terhadap seluruh kegiatan pengamatan untuk dimasukkan dalam laporan hasil penyelidikan.

5.3.3 Wawancara (Interviu)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENYELIDIKAN

NO. DOKUMEN SOP-DIT RESKRIMSUS

NO. REVISI 00

HALAMAN 7/16 TANGGAL TERBIT : Mei 2016

Wawancara/Interview dilakukan terhadap korban, saksi-saksi, yang diduga tersangka untuk mendapatkan keterangan/informasi yang berkaitan dengan peristiwa tindak pidana, dalam pelaksanaannya dilakukan dengan cara sebagai berikut:

5.3.3.1 menentukan objek orang yang akan diwawancarai;

5.3.3.2 mendalami karakter objek;

5.3.3.3 memilih teknik wawancara yang disesuaikan dengan objek dan situasi;

5.3.3.4 menyusun daftar pertanyaan panduan wawancara;

5.3.3.5 menyiapkan alat bantu wawancara yang diperlukan sesuai situasi dan kondisi objek;

5.3.3.6 melakukan wawancara dengan teknik/metode dan panduan pertanyaan yang disiapkan;

5.3.3.7 dalam proses wawancara penyelidik harus mampu membangun suasana yang memungkinkan objek dapat memberikan informasi yang maksimal sesuai dengan tujuan wawancara;

5.3.3.8 seluruh kegiatan wawancara yang dilakukan penyelidik harus dicatat dan dimasukkan dalam laporan hasil penyelidikan.

5.3.4 Pembuntutan (surveilance)

Pembuntutan/surveilance adalah serangkaian tindakan penyelidik yang dilakukan secara sistematis untuk untuk mengikuti kegiatan seseorang/kelompok orang yang diduga berkaitan dengan peristiwa pidana yang sedang diselidiki, dan dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Dokumen terkait