• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. PERAN KATEKESE PERSIAPAN KOMUNI PERTAMA

D. Peran Katekese Persiapan Komuni Pertama

3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Persiapan Komun

Dalam mempersiapkan Katekese Persiapan Komuni Pertama banyak melibatkan dari berbagai pihak yakni: guru agama, peserta, bapak ibu maupun Pastor paroki. Dll. Namun yang paling penting dalam Persiapan Komuni Pertama ini adalah guru Agama (Katekis), peserta (anak) dan orang tua murid. Dari ketiga pokok ini, perlu adanya kerjasama yang terwujud dalam usaha saling memahami baik hal yang pokok maupun dalam hal-hal yang praktis. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh ketiga unsur pokok yang penting itu dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Bagi Katekis (guru agama)

1) Menyajikan Katekese Persiapan Komuni Pertama secara praktis, yang memerlukan kemampuan untuk mengolah lebih lanjut bahan-bahan agar terwujud bentuk penyajian yang menarik.

2) Membantu peserta untuk memperkembangkan pengertian penghayatan cinta kasih.

3) Mengajak peserta untuk mengungkapkan imannya, mendorong untuk senantiasa mewujudkan suasana doa dalam setiap pertemuan. Anak ditolong untuk menghafalkan doa-doa harian agar nantinya mereka terlibat dalam doa lingkungan

4) Mampu menjelaskan tentang sakramen tobat dengan bahasa yang sederhana mungkin, sehingga anak mampu menangkap maknanya.

5) Mengajak anak, mengarahkan anak untuk setiap Minggu menghadiri perayaan Ekaristi digereja, Stasi ataupun di lingkungannya.

6) Memperhatikan hal-hal Praktis, Misalnya: Presensi anak untuk melihat kesinambungan kehadiran mereka dalam persiapan, pengecekan anak untuk kemampuan dan pengecekan surat permandian, penyajian metode, alat peraga, melatih lagu-lagu Komuni Pertama, menjelang akhir, biasanya mengadakan latihan-latihan upacara yang menunjang kelancaran dan hikmahnya perayaan Ekaristi.

b. Bagi peserta (anak).

Mempersiapkan serta membuka hati untuk menerima apa saja yang perlu diketahui selama persiapan atau adanya motivasi dari anak sendiri dengan dorongan dari orang tua serta guru agama.

1) Membaca dan menghafalkan doa-doa

3) Ikut dengan orang tua atau sendiri menghadiri perayaan Ekaristi digereja atau di lingkungannya, juga ikut menghadiri perayaan Ekaristi digereja atau di lingkungannya.

4) Mempersiapkan latihan-latihan bersama orang tua dan guru agama untuk perayaan Ekaristi.

c. Bagi orang tua

1) Menciptakan suasana dan relasi yang baik: orang tua berani menyediakan waktu minimal sekali dalam seminggu untuk mengadakan pembicaraan dengan anak yang akan menyambut Komuni Pertama. Hanya berbincang- bincang sudah cukup apalagi melibatkan seluruh anggota keluarga bukan hanya yang akan mempersiapkan menyambut Komuni Pertama.

2) Mendalami dan mengerti tentang hal-hal pokok yang akan dibicarakan sangat perlu bagi orangtua, setidak-tidaknya mempunyai buku acuan tentang persiapan Komuni Pertama untuk dipelajari khususnya diperuntukkan bagi orang tua, juga bertanya kepada orang lain yang lebih memahami.

3) Membantu anak-anak menghayati doa-doa yang telah diajarkan lewat kesaksian iman orang tua, juga mendorong anak untuk menghafalkan doa-doa harian.

4) Mempersiapkan hal-hal praktis tentang segala sesuatu yang perlu untuk komuni pertama, juga membantu melatih kembali apa-apa yang telah didapat si anak dari guru agama.

5) Bersedia menghadiri pertemuan yang membicarakan tentang kemajuan, hal- hal pokok yang berhubungan dengan putra-putrinya yang akan menyambut

Komuni Pertama. Usahakan setiap pembicaraan mempunyai tujuan yang jelas, arah yang jelas pula: orang tua harus mampu membaca arah dan tujuan dengan kritis dan cermat dan orang tua harus cermat memperhatikan cara yang diusulkan misalnya peneguhan dan pemantapan anak lewat iman orang tuanya. Semua itu demi kemajuan dan perkembangan iman anaknya.

Dari kutipan di atas yakni, Guru agama, anak (peserta ), dan orang tua mempunyai Peranan yang sangat penting dalam Katekese Persiapan Komuni Pertama. Dalam menyampaikan materi perlu dipersiapkan dengan baik dan menarik dengan menggunakan bahasa yang sederhana sehingga anak mampu menangkap maknanya dan membantu anak memperkembangkan pengertian penghayatan cinta kasih serta serta mengungkapkan imannya. Mengarahkan anak untuk terlibat aktif pada setiap hari minggu menghadiri perayaan Ekaristi digereja, Stasi ataupun di lingkungannya.

Sebagai peserta (anak) mempersiapkan serta membuka hati untuk menerima apa saja yang perlu diketahui selama persiapan atau adanya motivasi dari anak sendiri dengan dorongan dari orang tua serta guru agama. Setiap hari Minggu mengikuti perayaan Ekaristi digereja.

Sebagai orang tua menciptakan relasi yang baik dan menyediakan waktu untuk mengajak anak mengikuti perayaan Ekaristi pada hari Minggu dan menyediakan waktu minimal sekali dalam seminggu untuk mengadakan pembicaraan dengan anak yang akan menyambut Komuni Pertama. Orang tua perlu membantu anak untuk menghayati doa-doa yang diajarkan orang tua lewat kesaksian iman mereka, dan mendorong anak untuk menghafal doa-doa. Dalam

Persiapan Komuni Pertama orang tua bersedia menghadiri pertemuan yang membicarakan tentang kemajuan, hal-hal pokok yang berhubungan dengan putra- putrinya yang akan menyambut Komuni Pertama.

4. Peran katekese persiapan komuni pertama

a. Katekese Awal

Katekese Persiapan Komuni Pertama merupakan katekese yang diberikan bagi mereka yang baptis bayi, karena mereka belum mendapatkan katekese yang memadai. Melalui katekese awal mereka mengenalkan tentang nilai-nilai Kristiani dan nilai-nilai dasar-dasar Kristiani. Dalam Katekese Persiapan Komuni Pertama tidak dibicarakan semua tentang Ekaristi secara lebih mendalam karena mengingat waktu Persiapan Komuni Pertama yang relatif singkat, dan sesuai dengan daya tanggkap mereka.

b. Partner Keluarga

Katekese Persiapan Komuni Pertama baik di paroki maupun disekolah bertujuan untuk membantu anak-anak mereka agar semakin pantas menerima Sakramen Ekaristi dan penguatan. Karena di dalam keluarga orang tua merupakan orang pertama dan utama yang bertanggungjawab dalam mendidik anak, maka dalam Katekese Persiapan Komuni Pertama ini, baik dari Paroki maupun di sekolah hanya membantu untuk mendalami iman yang sudah tumbuh dalam keluarga sejak dini, tetapi dalam Persiapan Komuni Pertama orang tua juga bekerjasama dengan Katekis maupun Pastor Paroki untuk mempersiapkan anak- anak mereka dalam menerima Komuni Pertama. Dalam (FC art 39) yang menyatakan bahwa orang tualah yang pertama-tama menjadi pelaku

pendampingan bagi anak-anaknya. Maka Pendidikan iman bagi anak tidak hanya terlaksana dengan kata-kata intruksional saja melainkan melalui kesaksian hidup keagamaan, ibu dan ayahnya. Gereja mengatakan dengan tegas mengenai hak dan kewajiban orang tua, seperti yang tampak dalam kutipan berikut:

“Karena orang tua telah menyalurkan kehidupan kepada anak-anak, terikat kewajiban amat berat untuk mendidik mereka.Maka orangtualah yang harus yang diakui sebagai pendidik mereka yang pertama dan utama.Begitu pentinglah tugas mendidik itu, sehingga bila diabaikan, sangat sukar pula dapat dilengkapi. Sebab merupakan kewajiban orangtua: menciptakan lingkup keluarga, yang diliputi semangat bakti kepada Allah dan kasih sayang terhadap sesama sedemikian rupa, sehingga menunjang keutuhan pendidikan pribadi dan sosial anak-anak mereka” (GE, art. 3)

Orang tua hendaknya dapat menjadi saksi dan teladan bagi anak dalam segala tindakan. Anak dididik di dalam keluarga untuk kebiasaan religius seperti: kebiasaan berdoa, etika sopan santun, tata susila dan sikap hormat kepada Allah, orangtua, serta lingkungan tempat tinggalnya. Oleh karena itu peranan kesaksian kehidupan iman orang tua bagi perkembangan iman anak-anaknya sangat penting. Maka dalam Persiapan Komuni Pertama, para pendamping Komuni Pertama bertugas untuk hanya membantu anak-anak mereka untuk lebih mendalami iman yang sudah tumbuh dalam keluarga.

c. Pokok Iman untuk anak

Ekaristi berasal dari bahasa Yunani synaxis yang berarti “perkumpulan atau pertemuan”. Oleh karena itu calon penerima Komuni Pertama perlu diperkenalkan bahwa Ekaristi merupakan perayaan umat yang didalamnya ada pertemuan, ada berkumpulan dan persatuan.Ekaristi juga berasal dari bahasa Yunani “Eucharistia” yang diterjemahkan dari bahasa Yahudi “Birkat yang berarti

doa syukur dan permohonan atas karya keselamatan Allah. Dalam perayaan Ekaristi umat sungguh dihayati iman dan kesatuannya dengan Tuhan. Jadi dalam Ekaristi terungkap dua dimensi yaitu segi ilahi dan segi insani atau Gerejawi. Ekaristi tidak hanya menghubungkan masing-masing orang secara pribadi dengan Allah, tetapi juga ada ikatan antara umat sendiri. Sebuah perjamuan yang sifatnya persaudaraan menjadi jawaban iman, tanggapan manusia atas Allah yang terlebih dahulu menawarkan keselamatan. Maka dalam Katekese Persiapan Komuni Pertama calon penerima pertama perlu diperkenalkan bahwa:

Ekaristi dalam bahasa Yunani berarti “Syukur”. Dipakai untuk menyebut seluruh upacara misa, khususnya bagian kedua (sesudah perayaan Sabda), yang mencapai puncaknya pada konsekrasi roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus yang berakhir dengan menerima Komuni. Ekaristi juga menunjukan kehadiran nyata oleh Kristus dalm rupa Roti dan Anggur (Collins,1999:67).

“Perayaan Ekaristi adalah tindakan Kristus sendiri bersama umat Allah yang tersusun secara hirarkis. Baik bagi Gereja universal dan Gereja partikular, maupun bagi setiap orang beriman, Ekaristi terletak puncak karya Allah menguduskan dunia, dan puncak karya manusia memuliakan Bapa lewat Kristus, Putra Allah karya manusia memuliakan Bapa lewat Kristus, Putra Allah dalam Roh Kudus” ( PUMR 2000 : 16).

Berdasarkan pernyataan diatas Ekaristi merupakan sakramen paling utama dalam Gereja kita, karena dalam Ekaristi kita merayakan misteri sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus dalam Rupa Roti dan Anggur. Gereja lahir, berpusat dan bersumber dari misteri Paskah Kristus. Dalam Perayaan Ekaristi, Gereja merayakan Misteri Paskah Kristus, Misteri pembebasan dari belenggu dosa, misteri penyelamat umat manusia. Ajaran Konsili Vatikan II tentang Ekaristi dapat diamati dalam SC artikel 47:

Pada perjamuan terakhir, pada malam Ia diserahkan, penyelamat kita mengadakan Korban Salib Ekaristi Tubuh dan Darah-Nya. Dengan demikian Ia mengabdikan Korban Salib selamanya, dan mempercayakan kepada Gereja Mempelai-Nya yang terkasih kenangan wafat dan kebangkitan-Nya: sakramen cinta kasih, lambang kesatuan, ikatan cinta kasih, perjamuan Paskah. Dalam perjamuan itu Kristus disambut, jiwa dipenuhi rahmat dan kita dikurniai jaminan kemuliaan yang akan datang. Dalam artikel diatas diungkapkan mengenai Ekaristi dihayati sebagai korban.Yesus Kristus mengabdikan korban salib-Nya sekali untuk selamanya di dalam, melalui dan dengan Gereja (Ibr 7:27).Yesus mengorbankan diriNya bagi manusia. Maka Ekaristi merupakan sakramen cinta kasih Allah yaitu hidupNya sendiri, hidup Allah diserahkan untuk keselamatan manusia melalui peristiwa wafat dan kebangkitan Yesus Kristus. Ekaristi juga merupakan tanda dan sarana artinya “Sakramen” persatuan dengan Allah dan kesatuan antar manusia. Ekaristi juga disebut sebagai perayaan umat yaitu perayaan yang mempertandakan kehadiran Tuhan dalam umat dan umat juga sungguh menghayati dalam iman. Sesuai dengan ajaran Gereja khususnya dalam lima perintah Gereja, bahwa orang Katolik wajib mengikuti perayaan Ekaristi pada hari Minggu dan hari raya yang diwajibkan.

Melalui Ekaristi Kristus memenuhi manusia dengan Karunia rahmat- Nya.Karya dan pewartaan Yesus diarahkan bagi keselamatan manusia.Allah menyatukan diri dengan manusia, Allah mengambil peran untuk menyelamatkan manusia. Karya penyelamatan Allah terlaksana dalam diri Yesus, melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Allah rela mengorbankan hidup-Nya agar manusia memiliki hidup. Sebagai umat yang peracaya kepada Kristus, Gereja perdana selalu mengarahkan diri kepada Kristus dan mengungkapkannya dengan

berdoa dan memecahkan roti serta berbagi dengan sesama. Ekaristi menjadi sumber puncak hidup orang beriman. Dari Ekaristi mereka menimbah kekuatan dan semangat baru untuk melaksanakan kehendak Tuhan kemudian bertobat dan menggabungkan diri dalam persekutuan tersebut.

Melalui Ekaristi, Allah berkehendak untuk menyatukan diri dengan manusia, Allah ingin membagikan hidupNya, menyelamatkan dan mengundang manusia untuk hidup dalam ikatan kesatuan yang bersumber dan berpusat pada Allah. Dalam Konsili Vatikan II dan KHK, dikatakan bahwa Ekaristi merupakan sumber dan puncak hidup Kristiani. Yesus sendiri memberikan perintah “Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku” (Luk 22:19). Dalam Ekaristi dikenangkan wafat dan kebangkitan Kristus yang adalah jalan keselamatan manusia.

Dalam perayaan Ekaristi dapat ditemukan penyertaan Allah dalam Yesus Kristus. Ekaristi merupakan tanda bahwa Allah bersama manusia. Allah tinggal bersama dan ada dalam diri manusia. Membangun persatuan dengan Allah dan sesama disekitar. Setiap umat diharapkan menjadikan Ekaristi sebagai jiwa yang menghidupkan kehidupan umat. Membangun kebersatuan yang erat dengan sesama, satu hati satu jiwa merupakan salah satu usaha untuk menjawab panggilan Tuhan demi terwujudnya kehendak Allah. Cara hidup jemaat perdana perlu menjadi cermin bagi umat beriman bagaimana membangun persatuan: “Mereka bertekun dalam pengajaran dan dalam persekutuan, mereka selalu berkumpul untuk memecahkan Roti dan berdoa bersama” (Kis 2:42). Menerima Ekaristi berarti menerima sesama dalam kesatuan. Melalui perayaan Ekaristi Allah

menghendaki persatuan/Komuni. Ekaristi adalah pemberian diri Allah yang utuh, Allah mau menjadi satu dengan kita.

Dokumen terkait