• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan katekese persiapan komuni pertama terhadap penghayatan ekaristi bagi anak-anak di Paroki Hati Kudus Yesus Laktutus, Atambua-Ntt.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan katekese persiapan komuni pertama terhadap penghayatan ekaristi bagi anak-anak di Paroki Hati Kudus Yesus Laktutus, Atambua-Ntt."

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

viii

ABSTRAK

Judul skripsi “PERANAN KATEKESE PERSIAPAN KOMUNI PERTAMA TERHADAP PENGHAYATAN EKARISTI BAGI ANAK-ANAK DI PAROKI HATI KUDUS YESUS, LAKTUTUS,

ATAMBUA-NTT” dipilih berdasarkan fakta, bahwa pelaksanaan Katekese Persiapan Komuni Pertama di Paroki Hati Kudus Yesus Laktutus secara umum belum diselenggarakan dengan baik. Kenyataannya, belum ada program persiapan Komuni Pertama. Materi, metode, sumber bahan, belum digunakan dengan baik selama persiapan Komuni Pertama. Dampaknya, sebagian anak-anak yang sudah menerima Komuni Pertama belum terlibat aktif mengikuti perayaan Ekaristi di Gereja maupun di lingkungan. Selain itu dampak berikutnya adalah kurangnya penghayatan Ekaristi bagi mereka yang pernah mendapat Persiapan Komuni Pertama, sehingga sebagian anak-anak yang merasa mengikuti perayaan Ekaristi dipandang sebagai suatu kewajiban saja.

Persoalan pokok skripsi ini ialah bagaimana Peranan Katekese Persiapan Komuni Pertama ini membantu anak-anak menghayati imannya baik dalam mengikuti perayaan Ekaristi di Gereja maupun di lingkungan. Selain itu bagaimana membantu para pendamping anak-anak calon penerima Komuni Pertama di Paroki Hati Kudus Yesus Laktutus, agar dapat melaksanakan pendampingan Katekese Persiapan Komuni Pertama dengan baik sehingga calon penerima Komuni Pertama dapat menghayati imannya.

Untuk mengkaji masalah ini diperlukan masukan yang memadai. Oleh karena itu penulis melakukan Studi pustaka untuk memperoleh masukan pemikiran, sehingga diperoleh gagasan-gagasan yang dapat dipergunakan untuk memperkaya penulisan. Untuk memperoleh data yang memadai, penulis mengadakan studi lapangan dengan memberikan angket kepada anak-anak yang sudah menerima Komuni Pertama yakni pada tahun 2014 dan juga wawancara kepada para pendamping Komuni Pertama di Paroki Hati Kudus Yesus Laktutus. Dari data yang terkumpul dapat disimpulkan bahwa pendampingan Katekese Persiapan Komuni Pertama perlu diselenggarahkan dengan sebaik-baiknya.

(2)

ix ABSTRACT

The thesis entitled “CATHECHISM ROLE OF FIRST COMMUNION

PREPARATION ON THE EUCHARISTIC PERCEPTION FOR CHILDREN AT JESUS HOLY HEART PARISH, LAKTUTUS,

ATAMBUA, NTT” was chosen based on the fact, that the implementation of First Communion Preparation Cathechism at Laktutus Jesus Holy Heart Parish in general was not well organized yet. The reality, there was not any First Communion preparation program. The materials, methods, resources, have not well implemented during the First Communion preparation. The impact, was part of children having accepted First Communion have not actively involved in attending Eucharistic Ritual either at Church or Catholic Community. Besides that the further impact was the lack of their Eucharistic perception for whomsoever had gained the First Communion Preparation, so part of those children felt that attended the Eucharistic ritual was simply an obligation.

The fundamental problems of this thesis is how this First Communion Preparation Cathechism participated in helping children strengthen their belief both in attending Eucharistic Ritual either at Church or Catholic Community. In addition how do we help all of the The First Communion Receiving Children candidate assistants at Laktutus Jesus Holy Heart Parish, in order they could give a good assistance for the First Communion Preparation Cathechism so the the First Communion recieving candidates could strengthen their belief .

To invetigate this problems was needed the proper input. Because of that the writer did a library study for gaining the input thoughts, so the obtained ideas was able to be used to enrich this manuscript. To get the proper data, the writer conducted a survey by giving questionnaire to children who had received First Communion namely in the year of 2014 and also an interview to towards The First Communion assistants at Laktutus Jesus Holy Heart Parish. From the collected data could be concluded that a well organized First Communion Preparation Cathechism was needed.

(3)

i

PERANAN KATEKESE PERSIAPAN KOMUNI PERTAMA TERHADAP PENGHAYATAN EKARISTI BAGI ANAK-ANAK DI PAROKI HATI KUDUS YESUS LAKTUTUS, ATAMBUA-NTT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh : Susana Hoar NIM: 101124024

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu menyertaiku, Para donatur,

kedua orang tua, serta kakak dan adik-adikku

(7)

v

MOTTO

“Kerjakanlah pekerjaan yang membawa berkah bagimu dan bagi orang yang

(8)
(9)
(10)

viii

ABSTRAK

Judul skripsi “PERANAN KATEKESE PERSIAPAN KOMUNI

PERTAMA TERHADAP PENGHAYATAN EKARISTI BAGI ANAK-ANAK DI PAROKI HATI KUDUS YESUS, LAKTUTUS,

ATAMBUA-NTT” dipilih berdasarkan fakta, bahwa pelaksanaan Katekese Persiapan Komuni Pertama di Paroki Hati Kudus Yesus Laktutus secara umum belum diselenggarakan dengan baik. Kenyataannya, belum ada program persiapan Komuni Pertama. Materi, metode, sumber bahan, belum digunakan dengan baik selama persiapan Komuni Pertama. Dampaknya, sebagian anak-anak yang sudah menerima Komuni Pertama belum terlibat aktif mengikuti perayaan Ekaristi di Gereja maupun di lingkungan. Selain itu dampak berikutnya adalah kurangnya penghayatan Ekaristi bagi mereka yang pernah mendapat Persiapan Komuni Pertama, sehingga sebagian anak-anak yang merasa mengikuti perayaan Ekaristi dipandang sebagai suatu kewajiban saja.

Persoalan pokok skripsi ini ialah bagaimana Peranan Katekese Persiapan Komuni Pertama ini membantu anak-anak menghayati imannya baik dalam mengikuti perayaan Ekaristi di Gereja maupun di lingkungan. Selain itu bagaimana membantu para pendamping anak-anak calon penerima Komuni Pertama di Paroki Hati Kudus Yesus Laktutus, agar dapat melaksanakan pendampingan Katekese Persiapan Komuni Pertama dengan baik sehingga calon penerima Komuni Pertama dapat menghayati imannya.

Untuk mengkaji masalah ini diperlukan masukan yang memadai. Oleh karena itu penulis melakukan Studi pustaka untuk memperoleh masukan pemikiran, sehingga diperoleh gagasan-gagasan yang dapat dipergunakan untuk memperkaya penulisan. Untuk memperoleh data yang memadai, penulis mengadakan studi lapangan dengan memberikan angket kepada anak-anak yang sudah menerima Komuni Pertama yakni pada tahun 2014 dan juga wawancara kepada para pendamping Komuni Pertama di Paroki Hati Kudus Yesus Laktutus. Dari data yang terkumpul dapat disimpulkan bahwa pendampingan Katekese Persiapan Komuni Pertama perlu diselenggarahkan dengan sebaik-baiknya.

(11)

ix ABSTRACT

The thesis entitled “CATHECHISM ROLE OF FIRST COMMUNION

PREPARATION ON THE EUCHARISTIC PERCEPTION FOR CHILDREN AT JESUS HOLY HEART PARISH, LAKTUTUS,

ATAMBUA, NTT” was chosen based on the fact, that the implementation of First Communion Preparation Cathechism at Laktutus Jesus Holy Heart Parish in general was not well organized yet. The reality, there was not any First Communion preparation program. The materials, methods, resources, have not well implemented during the First Communion preparation. The impact, was part of children having accepted First Communion have not actively involved in attending Eucharistic Ritual either at Church or Catholic Community. Besides that the further impact was the lack of their Eucharistic perception for whomsoever had gained the First Communion Preparation, so part of those children felt that attended the Eucharistic ritual was simply an obligation.

The fundamental problems of this thesis is how this First Communion Preparation Cathechism participated in helping children strengthen their belief both in attending Eucharistic Ritual either at Church or Catholic Community. In addition how do we help all of the The First Communion Receiving Children candidate assistants at Laktutus Jesus Holy Heart Parish, in order they could give a good assistance for the First Communion Preparation Cathechism so the the First Communion recieving candidates could strengthen their belief .

To invetigate this problems was needed the proper input. Because of that the writer did a library study for gaining the input thoughts, so the obtained ideas was able to be used to enrich this manuscript. To get the proper data, the writer conducted a survey by giving questionnaire to children who had received First Communion namely in the year of 2014 and also an interview to towards The First Communion assistants at Laktutus Jesus Holy Heart Parish. From the collected data could be concluded that a well organized First Communion Preparation Cathechism was needed.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Bapa karena kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PERANAN KATEKESE PERSIAPAN KOMUNI PERTAMA TERHADAP PENGHAYATAN EKARISTI BAGI

ANAK-ANAK DI PAROKI HATI KUDUS YESUS LAKTUTUS,

ATAMBUA-NTT.

Skripsi ini ditulis atas dasar niat untuk membantu para pendamping Komuni Pertama di Laktutus, dengan harapan bahwa para pendamping Komuni Pertama dapat memberikan yang terbaik selama pendampingan Katekese Persiapan Komuni Pertama kepada calon penerima Komuni Pertama. Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai karena bantuan dari banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis dengan setulus hati mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Yosef Hendrikus Bintang Nusantara, SFK., M.Hum, selaku dosen

pembimbing utama yang telah memberi perhatian, memberi sumbangan pemikiran bersedia meluangkan waktu, membimbing penulis dengan kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. C. B. Putranto SJ, selaku dosen pembimbing akademik (DPA) yang telah memberikan perhatian dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(13)

xi

4. Segenap Dosen: Romo, Bapak, Ibu dan seluruh Staf Prodi IPPAK-JIP, FKIP-USD, Yogyakarta yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menempuh studi.

5. Para donatur yang dengan tulus dan murah hati membantu membiayai perkuliahanku khususnya untuk Pater Save OFM dan Romo Wiryono SJ, berkat usaha mereka saya bisa kuliah di Universitas Sanata Dharma.

6. Para pendamping Komuni Pertama, siswa-siswa SD, dan semua umat Paroki Hati Kudus Yesus Laktutus yang telah bersedia memberikan seluruh waktu, tempat dan perhatiannya bagi penulis selama penelitian. Terimakasih atas kerjasama, dukungan, saran dan cintanya yang begitu besar bagi penulis selama melaksanakan penelitian di Paroki Hati Kudus Yesus Laktutus. 7. Bapak Silvester Surry, mama Martha serta kakak dan adik-adikku: Ansila,

Ferdy, Loren, Ignas, Dolfi, Yuni yang selalu menyemangatiku selama studi di IPPAK.

8. Teman-teman mahasiswa/mahasiswi khususnya angkatan 2010 yang telah memotivasi penulis selama menempuh studi.

9. Teman-teman Asrama Seraphine yang selalu memberikan semangat kepada penulis.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang selama ini dengan tulus telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis.

(14)
(15)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penulisan ... 5

D. Manfaat Penulisan ... 5

E. Metode Penulisan ... 6

F. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II. PERAN KATEKESE PERSIAPAN KOMUNI PERTAMA TERHADAP PENGHAYATAN EKARISTI ... 9

(16)

xiv

1. Pengertian Komuni ... 9

2. Dasar Teologis Komuni Pertama ... 10

3. Buah-buah Komuni ... 11

a. Komuni memperdalam persatuan kita dengan Kristus ... 11

b. Komuni memisahkan kita dari dosa ... 11

c. Kesatuan Tubuh Mistik: Komuni membangun Gereja ... 12

d. Komuni menuntun kita untuk peduli terhadap kaum Miskin ... 12

B. Makna Ekaristi Dalam Hidup Orang Beriman ... 13

1. Pengertian Ekaristi ... 13

2. Ekaristi sebagai santapan kehidupan ... 14

3. Makan bersama untuk membentuk persekutuan ... 15

4. Tuhan sebagai tuan perjamuan sekaligus santapan Gereja ... 16

5. Ekaristi sebagai sumber dan puncak kehidupan Gereja ... 17

C. Permasalahan Penghayatan Ekaristi ... 19

1. Pemahaman umat tentang Ekaristi ... 20

2. Pengalaman akan Allah dalam hidup ... 21

3. Kebiasaan merefleksikan pengalaman hidup ... 23

4. Bertindak dan mengambil sikap dalam budaya ... 24

5. Motivasi umat dalam merayakan Ekaristi ... 25

D. Peran Katekese Persiapan Komuni Pertama ... 27

1. Pengertian Katekese Persiapan Komuni Pertama ... 28

2. Pentingnya Katekese Persiapan Komuni Pertama bagi anak-anak ... 29

3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Persiapan Komuni Pertama ... 32

a. Bagi Katekis (guru agama) ... 32

b. Bagi Peserta ... 33

c. Bagi Orang Tua ... 34

4. Peran Katekese Persiapan Komuni Pertama ... 36

(17)

xv

b. Patner Keluarga ... 36

c. Pokok iman untuk anak ... 37

5. Hal-hal praktis yang perlu diperhatikan dalam Katekese Persiapan Komuni Pertama ... 41

BAB III. PENELITIAN PELAKSANAAN KATEKESE PERSIAPAN KOMUNI PERTAMA DAN PENGHAYATAN EKARISTI BAGI ANAK-ANAK DI PAROKI HATI KUDUS YESUS LAKTUTUS ... 42

A. Latar Belakang Berdirinya Paroki Hati Kudus Yesus Laktutus 42

B. Letak Geografis Paroki Hati Kudus Yesus Laktutus ... 44

1. Berdasarkan Pemerintah ... 44

2. Berdasarkan Gerejani ... 44

C. Keadaan Umat Paroki Hati Kudus Yesus Laktutus ... 44

1. Jumlah Umat ... 44

2. Mata Pencaharian ... 44

3. Pendidikan ... 45

D. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan umat paroki Hati Kudus Yesus Laktutus ... 45

E. Metodologi Penelitian ... 46

1. Tujuan Penelitian ... 46

2. Jenis Penelitian ... 47

3. Populasi dan Sampel ... 48

4. Instrumen pengumpulan data ... 49

5. Tempat dan Waktu Penelitian ... 50

6. Teknik Analisi Data ... 50

7. Variabel Penelitian ... 51

F. Laporan Hasil Penelitian Pelaksanaan Katekese Persiapan Komuni Pertama di Paroki Hati Kudus Yesus Laktutus ... 52

1. Laporan Hasil Penelitian Berdasarkan Angket ... 53

(18)

xvi

b. Proses pelaksanaan Katekese Persiapan Komuni Pertama 54

c. Peran Katekese Persiapan Komuni Pertama ... 59

d. Penghayatan anak-anak tentang Ekaristi ... 61

e. Faktor pendukung dan penghambat serta usulan dan saran responden ... 64

2. Laporan Hasil Penelitian Berdasarkan Wawancara Terhadap Para Pendamping ... 67

a. Identitas Responden ... 67

b. Proses pelaksanaan Katekese Persiapan Komuni Pertama 68

c. Peran Katekese Persiapan Komuni Pertama ... 69

d. Penghayatan anak-anak tentang Ekaristi ... 69

e. Faktor pendukung dan penghambat serta usulan dan saran responden ... 70

f. Usulan dan saran para Pendamping Komuni Pertama ... 72

G. Pembahasan Hasil Penelitian Pelaksanaan Katekese Persiapan Komuni Pertama ... 72

1. Berdasarkan Angket ... 73

2. Berdasarkan Wawancara ... 86

H. Kesimpulan Hasil Penelitian ... 93

BAB IV. USULAN PROGRAM KATEKESE PERSIAPAN KOMUNI PERTAMA DI PAROKI HATI KUDUS YESUS LAKTUTUS 95

A. Latar Belakang Penyusunan Program ... 95

B. Tujuan Program ... 97

1. Bagi Para Pendamping ... 97

2. Bagi Peserta ... 97

3. Bagi Tim Pewarta Paroki Hati Kudus Yesus Laktutus ... 97

C. Manfaat Program ... 98

1. Bagi Para Pendamping ... 98

2. Bagi Peserta ... 98

(19)

xvii

D. Usulan Tema dan Tujuan Program ... 99

1. Tema dan tujuan umum Program ... 99

2. Tema-tema dan Tujuan masing-masing pertemuan ... 99

E. Usulan Program Katekese Persiapan Komuni Pertama ... 103

F. Salah satu Contoh Satuan pertemuan Katekese Persiapan Komuni Pertama... 120

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 126

A. Kesimpulan ... 126

B. Saran ... 128

DAFTAR PUSTAKA ... 130

LAMPIRAN ... 132

Lampiran 1. Surat permohonan izin penelitian ... (1)

Lampiran 2. Daftar pertanyaan Kuisioner ... (2)

Lampiran 3. Daftar pertanyaan Wawancara ... (6)

Lampiran 5. Teks Lagu ... (7)

(20)

xviii

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Alkitab Perjanjian Lama dan Baru dalam terjemahan baru yang diselenggarakan

oleh Lembaga Alkitab Indonesia, LAI, 2008.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

GE : Gravissimum Educationis. Pernyataan tentang Pendidikan Kristen, 28 Oktober 1965

KGK : Katekismus Gereja Katolik. 1995.

KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex luris Canonici), diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II tanggal 25 Januari 1983

LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Gereja, 21 November 1964.

SC : Sacrosanctum Concilium, Konstitusi Konsili Vatikan II tentang Liturgi Suci, 4 Desember 1963.

C.Singkatan Lain

Art : Artikel

BKSN : Bulan Kitab Suci GE : Gravisium Educationis

(21)

xix

KAS : Keuskupan Agung Semarang KWI : Komisi Waligereja Indonesia

No : Nomor

PPA : Putra Putri Altar Pr : Projo

PUMR : Pedoman Umum Misale Romawi SD : Sekolah Dasar

(22)

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Ekaristi merupakan ungkapan syukur yang diwujudkan dalam doa atau perjamuan bersama. Ekaristi merupakan kenangan perjamuan Kristus yang menjadi sumber dan puncak kehidupan Kristiani yang menandakan kesatuan umat Allah, serta menyempurnakan pembangunan Tubuh Kristus. Melalui Ekaristi inilah ada persatuan kehidupan ilahi dan kesatuan dengan seluruh umat terlaksana dan terungkap secara sempurna.Kehadiran Yesus berarti hadirnya misteri Paskah yaitu “Misteri Kristus yang selalu hadir dan berkarya di tengah kita tetapi

teristimewa dalam perayaan Liturgi” (SC, art 35). Sakramen yang terluhur ialah Ekaristi Maha Kudus di mana Tuhan sendiri dihadirkan, dikurbankan dan disantap yang berupa Roti dan Anggur dalam Gereja selalu hidup berkembang. Kurban Ekaristi, kenangan wafat serta kebangkitan Tuhan Yesus, dimana kurban salib diabadikan sepanjang masa adalah seluruh puncak seluruh ibadat dan kehidupan Kristiani serta sumber yang menandakan dan menghasilkan kesatuan umat Allah serta menyempurnakan pembangunan Tubuh Kristus. Adapun sakramen-sakramen lainnya dan segala karya kerasulan Gerejawi berhubungan erat dengan Ekaristi Maha Kudus serta diarahkan kepada-Nya (KHK, kan 897).

(23)

syukur, kewajiban. dll. Dalam mengikuti perayaan Ekaristi umat perlu menghayati imannya akan Yesus Kristus, tetapi berdasarkan pengalaman masih sebagian anak yang sudah menerima Komuni Pertama kurang menghayati imannya. Ekaristi merupakan sakramen yang menjadi sumber dan puncak dari seluruh ibadat Kristiani. Oleh karena itu pelaksanaan Katekese Persiapan Komuni Pertama perlu dipersiapkan dengan baik dalam arti penggunaan sumber bahan, metode, media yang tepat serta penyampaian yang jelas sesuai dengan pemahaman anak-anak. Sehingga para calon Komuni Pertama dapat mengenal, memahami pengalaman imannya akan Kristus dalam mengikuti perayaan Ekaristi maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam pelaksanaan Katekese Persiapan Komuni Pertama kiranya tidak membicarakan semua unsur pokok mengenai Ekaristi secara luas dan mendalam, melainkan pada beberapa unsur pokok Ekaristi saja mengingat kemampuan dan daya tangkap peserta yang tidak memungkinkan untuk membicarakan mengenai Ekaristi secara lebih mendalam karena pendidikan mengenai ajaran Kristiani tidak hanya sebatas pada penerimaan Komuni saja tetapi berlangsung seumur hidup (Sumarno, 2009: 39).

(24)

termasuk juga kesatuan dengan orang lain yang seiman perlu mendapatkan perhatian secukupnya (Sumarno, 2009:40).

Masih banyak orang tua yang kurang menyadari tanggungjawab atas pemahaman dan penghayatan iman anak mereka, pada hal merekalah yang bertanggungjawab mengembangkan iman anaknya, tidak hanya menyerahkan anaknya kepada guru agama (katekis). Para calon Komuni Pertama harus mendapatkan bimbingan untuk mengetahui, mempercayai dan mengalami kehadiran Kristus lewat doa untuk bersyukur, memuji memohon anugerah serta memohon pengampunan atas dosa-dosanya. Mereka juga perlu diperkenalkan mengenai Roh Kudus untuk dapat mengenal Allah yang hidup, yang selalu berkarya di dunia dan dalam diri manusia serta mengenal Yesus Kristus yang diutus untuk menyelamatkan umat manusia. Dengan demikian para calon penerima Komuni Pertama membuka hati kepada Kristus dan mengikuti-Nya baik dalam Gereja maupun dimasyarakat sesuai dengan ajaran Yesus Kristus sendiri.

(25)

Berdasarkan pengalaman dan keprihatinan sehubungan dengan persiapan Komuni Pertama di beberapa tempat khususnya di Paroki Hati Kudus Yesus Laktutus, Atambua-NTT seringkali Persiapan Komuni Pertama kurang dipersiapkan dengan baik. Kadang anak-anak berkumpul hanya bermain, bernyanyi, menghafal doa harian. Materi yang dipersiapkan setiap tahun sama saja dan peserta hanya dituntut untuk menghafal doa-doa dari buku Doa Harian, sedangkan meteri tentang Katekese Persiapan Komuni Pertama kadang kurang didalami dan pendamping yang memberikan materi mengenai Komuni Pertama orang yang sama saja setiap tahun dan kurangnya persiapan dari para pendamping.

Bertolak dari pengalaman dan keprihatinan mengenai situasi Katekese Persiapan Komuni dan penghayatan anak-anak dalam Ekaristi penulis merumuskan judul skripsi sebagai berikut “PERANAN KATEKESE PERSIAPAN KOMUNI PERTAMA TERHADAP PENGHAYATAN

EKARISTI BAGI ANAK-ANAK DI PAROKI HATI KUDUS YESUS,

LAKTUTUS, ATAMBUA- NTT.”

B. RUMUSAN MASALAH

Mengingat latar belakang tersebut diatas, maka permasalahan yang mau diangkat dalam skripsi ini adalah:

1. Apa peranan Katekese Persiapan Komuni Pertama terhadap penghayatan Ekaristi?

(26)

3. Bagaimana Katekese Persiapan Komuni Pertama membantu anak-anak untuk menghayati iman dalam liturgi Ekaristi di Paroki Hati Kudus Yesus, Laktutus, Atambua-NTT?

C.TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Membantu penulis untuk mendalami pengetahuan tentang Katekese Persiapan Komuni Pertama di Paroki Hati Kudus Yesus Laktutus, Atambua-NTT.

2. Untuk mengetahui sejauh mana Pelaksanaan Katekese Persiapan Komuni Pertamatelah membantu anak-anak untuk menghayati iman dalam liturgi Ekaristi di Paroki Hati Kudus Yesus, Laktutus, Atambua-NTT.

3. Menemukan faktor-faktor mana yang kiranya mendukung dan menghambat pendampingan Katekese Persiapan Komuni Pertamadi Paroki Hati Kudus Yesus Laktutus, Atambua-NTT.

4. Upaya untuk meningkatkan Katekese Persiapan Komuni Pertama di Paroki Hati Kudus Yesus Laktutus, Atambua-NTT.

5. Penulisan skripsi ini sebagai salah satu persiapan sarjana Strata 1 (S1) Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

D. MANFAAT PENULISAN

(27)

1. Menambah pengetahuan dan wawasan baru bagi penulis dan pembaca mengenai Katekese Persiapan Komuni Pertama dan manfaat Katekese Persiapan Komuni Pertama untuk penghayatan iman anak dalam Ekaristi di Paroki Hati Kudus Yesus Laktutus, Atambua-NTT.

2. Sebagai upaya untuk menggali lebih mendalam Katekese Persiapan Komuni Pertama sebagai salah satu jalan dalam membantu membangun kesadaran anak-anak untuk terlibat mewujudkan iman di Paroki Hati Kudus Yesus Laktutus, Atambua-NTT.

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat Pelaksanaan Katekese Persiapan Komuni Pertama di Paroki Hati Kudus Yesus Laktutus, Atambua-NTT.

4. Memberi sumbangan bagi para pendamping Komuni Pertama dalam rangka meningkatkan Katekese Persiapan Komuni Pertama untuk membantu penghayatan iman anak-anak sehingga dapat diterapkan dalam tindakan konkret terutama di Paroki Hati Kudus Yesus Laktutus, Atambua-NTT.

E. METODE PENULISAN

(28)

wawancara kepada para Pendamping Komuni Pertama. Maksud dari penelitian ini supaya dapat menganalisis seberapa besar Peranan Katekese Persiapan Komuni Pertama terhadap penghayatan Ekaristi bagi anak-anak di Paroki Hati Kudus Yesus Laktutus, Atambua-NTT.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Judul skripsi yang diajukan mengenai “PERANAN KATEKESE PERSIAPAN KOMUNI PERTAMA TERHADAP PENGHAYATAN

EKARISTI BAGI ANAK-ANAK DI PAROKI HATI KUDUS YESUS,

LAKTUTUS, ATAMBUA-NTT”. Untuk menguraikan judul tersebut, maka skripsi ini dipaparkan oleh penulis menjadi lima bab sebagai berikut:

Bab 1 berupa pendahuluan yang meliputi latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II membahas tentang peranan Katekese Persiapan Komuni Pertama terhadap penghayatan Ekaristi yang dibagi dalam empat bagian diantaranya: tentang Komuni Pertama, Makna Ekaristi dalam hidup orang beriman, Permasalahan penghayatan Ekaristi, Peran Katekese Persiapan Komuni Pertama.

(29)

berisi persiapan penelitian dan yang terakhir adalah laporan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan.

Bab IV memaparkan usulan program kepada para pendamping untuk meningkatkan Katekese Persiapan Komuni Pertama bagi anak-anak di Paroki Hati Kudus Yesus Laktutus, Atambua-NTT. Pada bab ini meliputi: latar belakang program, tujuan program, manfaat program dan usulan program katekese persiapan komuni pertama di Paroki Laktutus-Atambua, dan pada bagian terakhir berisi contoh satuan Katekese Persiapan Komuni Pertama.

(30)

BAB II

PERAN KATEKESE PERSIAPAN KOMUNI PERTAMA TERHADAP PENGHAYATAN EKARISTI

Pada bagian ini penulis akan menguraikan tentang peranan Katekese Persiapan Komuni Pertama terhadap penghayatan Ekaristi yang dibagi dalam empat bagian yaitu: tentang Komuni Pertama, makna Ekaristi dalam hidup orang beriman, permasalahan penghayatan Ekaristi dan Peranan Katekese Persiapan Komuni Pertama.

A. Komuni Pertama

1. Pengertian Komuni

Komuni berasal dari bahasa latin “Communio” yang berarti persekutuan

atau kesatuan. Adapun arti komuni ialah, menjadi satu dengan Kristus melalui Roti dan Anggur yang sudah dikonsekrasikan dan yang disantap dalam perayaan Ekaristi. Komuni merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari perayaan Ekaristi. Dalam Doa Syukur Agung, Gereja mengenang kembali karya keselamatan Allah yang memuncak pada misteri Paskah Kristus. Gereja memohon agar persembahan diterima oleh Kristus lewat persembahan Putra-Nya yakni Tubuh dan Darah Kristus. Komuni merupakan sakramen yang menyatukan diri orang beriman dengan Kristus, yang mengundang orang beriman ambil bagian dalam Paskah-Nya guna membentuk satu tubuh.

(31)

persatuan umat dengan Kristus membuat mereka semakin bersatu dengan sesama. Komuni juga disebut perjamuan, umat menyambut Tubuh dan Darah Kristus dalam rupa makanan dan minuman berupa Roti dan Anggur yang sudah didoakan oleh imam lewat Doa Syukur Agung (Komkat KAS, 1997 : 92).

Komuni merupakan partisipasi umat beriman dalam peristiwa penebusan Tuhan yang dikenangkan dan dihadirkan dalam Doa Syukur Agung pada saat misa. Dengan menerima Komuni kita berjumpa dengan Tuhan sendiri yang mengampuni dan menyucikan manusia. Komuni berarti menyambut Tuhan, karena bersatu dengan Tuhan maka sebagai umat beriman dapat bersatu, bersahabat dengan sesama yang lain (Martasudjita, 2006 : 20).

2. Dasar Teologis Komuni Pertama

Penerimaan Komuni selalu dalam kesatuan dengan Ekaristi atau Komuni sebenarnya tidak boleh dipisahkan dari perayaan Ekaristi. Perayaan Ekaristi merupakan kenangan wafat dan kebangkitan Tuhan Yesus dan juga merupakan sumber dan puncak seluruh ibadat kehidupan Kristiani, sekaligus menjadi sumber kesatuan umat beriman dengan Kristus dan dengan sesama. Titik pangkal Perayaan Ekaristi adalah perjamuan terakhir. Kekhasan perjamuan terakhir di dalam Kitab Suci I Korintus 11:22-26 dikatakan:

(32)

Kutipan diatas merupakan inti dari perayaan Ekaristi yang terdapat dalam Doa Syukur Agung. Dengan penuh syukur kita mengenang karya keselamatan Allah. Kita mengenangkan kembali peristiwa malam terakhir, “Yesus mengambil

Roti mengucap syukur dan memecah-mecahkannya memberikan kepada para murid-Nya seraya berkata “Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku”. Perkataan Yesus ini yang menjadi dasar terselenggaranya perayaan Ekaristi sampai saat ini. Maka Doa Syukur Agung merupakan Puncak perayaan misa dan inti iman kita dan merupakan suatu doa syukur, pengudusan untuk mengingat perjamuan malam terakhir.

3. Buah-buah Komuni

a. Komuni memperdalam persatuan kita dengan Kristus

Buah utama dari penerimaan komuni di dalam Ekaristi adalah persatuan atau kesatuan yang merupakan hubungan yang erat dengan Yesus Kristus. “Barangsiapa yang makan Daging-Ku dan minum Darah-Ku, ia akan tinggal di dalam Aku dan Aku didalam dia.” (Yoh 6:56) Kehidupan didalam Kristus

mempunyai dasarnya di dalam perjamuan Ekaristi. “Sama seperti Bapa yang telah mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa memakan Aku, akan hidup oleh Aku” (Yoh 6:57). Dengan menerima Tubuh dan Darah

Yesus yang berupa Roti dan Anggur dalam perayaan Ekaristi umat mengalami persatuannya dengan Yesus Kristus.

b. Komuni memisahkan kita dari dosa

(33)

Ekaristi tidak dapat menyatukan kita dengan Kristus tanpa membersihkan kita dari dosa yang telah kita lakukan dan melindungi kita terhadap dosa-dosa baru. Ekaristi menyingkirkan dosa-dosa kecil atau ringan dan menolong orang menghindari dari dosa-dosa berat. Oleh karena itu Ekaristi dapat dipersembahkan kepada Tuhan untuk mendoakan semua orang. Oleh cinta Yesus pada kita, Ia menjauhkan kita dari dosa berat. Semakin kita ambil bagian dalam hidup Yesus Kristus dan semakin menyatu dalam persahabatan dengan-Nya, bahaya semakin

menjauh dari kita. Kematian Kristus adalah Kurban Paska, dimana “Anak Domba

Allah yang menghapus dosa dunia” (Yoh 1 : 29). Sekaligus Yesus Kristus adalah

Kurban Perjanjian Baru yang menempatkan kembali persekutuan dengan Allah dengan mendamaikan manusia dengan Allah oleh “inilah Darah-Ku yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk penghapusan Dosa” (Mat 26 : 28).

c. Kesatuan Tubuh Mistik: Komuni membangun Gereja

Dengan menerima Komuni dalam perayaan Ekaristi kita disatukan dengan Kristus. Kristus menyatukan diri dengan semua umat beriman yang menjadi tubuh Gereja. Komuni memperbaharui, memperkuat dan memperdalam persatuan ke dalam Gereja yang telah dimulai dengan pembaptisan. Dalam pembaptisan kita dipanggil untuk membentuk satu tubuh dengan Kristus.

d.Komuni menuntun kita untuk peduli terhadap kaum miskin

(34)

tidak henti-hentinya akan ada di negeri itu. Itulah sebabnya aku memberi perintah kepadamu, untuk menerima saudara-saudaramu yang tertindas dan miskin” (Ul 15:11). Yesus sendiri menegaskan kata-kata ini “orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu” (Yoh 12 : 8). Melayani orang

miskin dan orang sakit kita melayani Tuhan Yesus, karena dalam diri mereka kita melayani Yesus. Maka menerima Komuni dalam Perayaan Ekaristi menuntun kita untuk peduli pada sesama yang miskin.

B.Makna Ekaristi Dalam Hidup Orang Beriman

Ekaristi merupakan sakramen paling utama dalam Gereja kita, karena dalam Ekaristi kita merayakan misteri sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus. Dalam mengikuti perayaan Ekaristi umat perlu mengetahui tata perayaan yang ada. Dengan mengenal tata Perayaan Ekaristi dapat menumbuhkan penghayatan iman umat dan keterlibat aktif dalam Ekaristi. Oleh karena itu pada bagian ini akan dijelaskan mengenai, pengertian penghayatan Ekaristi dan mengenal tata perayaan yang ada dalam Ekaristi yakni dari Pembuka sampai Penutup.

1. Pengertian Ekaristi

(35)

dari itu dalam perayaan Ekaristi harus menekankan segi isi dari apa yang hendak dirayakan, yaitu pujian dan syukur atas karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus dalam diri kita. Segala ungkapan syukur selalu kita tujukan kepada Allah karena pada dasarnya Dia sendirilah yang telah mengutus Putra-Nya untuk datang kedunia demi menyelamatkan kita.

2. Ekaristi sebagai santapan kehidupan

Dalam kehidupan ini yang paling dibutuhkan manusia adalah untuk dapat bertahan hidup adalah makanan. Makanan merupakan kebutuhan paling dasar dari umat manusia, namun dilain pihak dapat menjadi pemersatu atau pemecah suatu komunitas masyarakat. Makanan memiliki makna dan peranan dalam kehidupan umat manusia pada umumnya yakni makanan dan minuman (Martasudjita, 2003 :263-265). Roti yang menjadi unsur pokok bagi kehidupan manusia dijadikan simbol yang menjamin kehidupan ilahi. Dalam kisah Manna di padang gurun

yang melambangkan “Roti yang turun dari surga dan memberi hidup yang sejati

kepada manusia” (Kel 16:14-36; Yoh 6:33). Roti tak beragi dikisahkan dalam

peristiwa perjamuan Paskah (Kel 23:15) merupakan simbol dalam Ekaristi. Roti dijadikan sebagai lambang utama yang dipakai untuk menyakinkan para pendengar mengenai ajaran Yesus Kristus bahwa, Ia sendiri adalah makanan yang utama bagi manusia dalam perjalanan-Nya untuk menuju tanah air surgawi “Akulah roti hidup yang telah turun dari Surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-Nya dan roti yang Aku berikan itu ialah Daging-Ku, yang akan Aku berikan untuk hidup dunia” (Yoh 6:51).

(36)

orang bersusah payah untuk mencari makan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhannya. Gambaran yang paling dekat adalah orang tua yang bersusah payah untuk dapat memberi makan keluarganya. Dapat juga mengenal orang yang sungguh miskin bahkan cacat juga masih tetap berusaha tidak menyerah pada panas matahari untuk selalu mencari makan demi kelangsungan hidupnya.

3. Makan bersama untuk membentuk persekutuan

Ekaristi sebagai peringatan akan wafat dan kebangkitan Yesus membentuk Gereja sebagai persekutuan, karena semua makan dan minum dari santapan yang satu dan sama, berarti menyatukan diri dengan satu karya keselamatan yang sama yang dilaksanakan Yesus dalam misteri Paskah. Dalam pengalaman banyak orang, hidup bersama dengan orang-orang yang dikasihi dan dicintai merupakan kebahagiaan dan kerinduan yang didambakan oleh setiap orang. Demikian halnya hidup bersama dengan Allah dan sesama merupakan kerinduan seluruh umat manusia. Didalam perayaan Ekaristi kebersamaan dengan Allah dan sesama terwujud dalam diri Yesus.

Yesus hadir bagi dunia melalui Gereja. Gereja secara khusus menghadirkan Yesus Kristus dan karya keselamatan dalam Ekaristi Kudus. Seluruh misteri kehidupan bersama dengan Kristus dan manusia mengalami kepenuhannya dalam diri Kristus dirayakan dan dihadirkan bagi umat beriman di dalam perayaan Ekaristi. Maka perayaan Ekaristi dapat dipandang sumber dan puncak seluruh kehidupan umat Kristiani (LG, art. 11) “Dalam perayaan Ekaristi,

(37)

Dalam perayaan Ekaristi kebersamaan dengan Allah dan sesama dialami oleh setiap umat. Dalam acara makan bersama yang mempersatukan dan bahkan menjadi puncak pertemuan seluruh anggota keluarga dan komunitas.

4. Tuhan sebagai tuan perjamuan sekaligus santapan Gereja

Perayaan Ekaristi secara khusus dipercayakan oleh Yesus Kristus kepada Gereja. Di dalam kristus, Gereja mendapat cara dan jalan untuk masuk kedalam misteri penyelamatan Allah dengan Ekaristi. Sebab melalui Liturgi, terutama dalam kurban Ilahi Ekaristi, terlaksanalah karya penebusan kita” (SC. art. 2)

Pada perjamuan terakhir, pada malam Ia diserahkan, penyelamat kita mengadakan korban Ekaristi Tubuh dan DarahNya. Dengan demikian Ia mengabadikan korban salib untuk selamanya, dan mempercayakan kepada Gereja Mempelai-Nya yang terkasih kenangan wafat dan kebangkitan-Nya : Sakramen cinta kasih, lambang kesatuan, ikatan cinta kasih, perjamuan paskah. Dalam perjamuan itu Kristus disambut, jiwa dipenuhi rahmat, dan kita dikaruniai jaminan kemuliaan yang akan datang. (SC, art. 47).

(38)

Upacara-upacara liturgi bukanlah tindakan perorangan, melainkan perayaan Gereja sebagai sakramen kesatuan, yakni umat Kudus yang berhimpun dan diatus dibawah para Uskup. Maka upacara-upacara itu menyangkut seluruh tubuh Gereja dan menampakkan serta mempengaruhinya, sedangkan masing-masing anggota disentuhnya secara berlainan, menurut keaneka tingkatan, tugas, serta keikutsertaan aktual mereka (SC, art. 26)

Artikel ini mengungkapkan bahwa Ekaristi adalah perayaan seluruh Gereja bukan suatu perayaan pribadi. Berapapun jumlah peserta yang hadir dalam sebuah perayaan Ekaristi tetap merupakan perayaan Ekaristi yang sah, apabila telah dirayakan sesuai dengan kehendak Gereja, maka Ekaristi merupakan perayaan seluruh Gereja. Melalui perayaan Ekaristi ini, umat diajak untuk menyadari bahwa dirinya adalah anggota Gereja. Demikian juga kesadaran ini diharapkan dimiliki anak-anak, sehingga dapat menyadari bahwa perayaan Ekaristi merupakan perayaan seluruh Gereja dan dirinya merupakan bagian dari Gereja tersebut, maka kehadirannya sangat dirindukan oleh Gereja. Dengan demikian kerinduan untuk selalu hadir dalam perayaan Ekaristi akan tumbuh dengan sendirinya dalam diri anak.

5. Ekaristi sebagai Sumber dan Puncak Kehidupan Gereja

(39)

:401) ajaran tersebut sesuai dengan ajaran Konsili Vatikan II yang menyatakan bahwa, Ekaristi sebagai sumber dan puncak kehidupan Kristiani hal ini dijelaskan dalam LG, art. 11 yang berbunyi sebagai berikut :

Dengan ikut serta dalam kurban Ekaristi, sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani, mereka mempersembahkan Anak Domba ilahi dan diri sendiri bersama dengan-Nya kepada Allah; demikianlah semua menjalankan peranannya sendiri dalam perayaan liturgis, baik dalam persembahan maupun dalam Komuni Suci, bukan dengan campur baur, melainkan masing-masing dengan caranya sendiri. Kemudian, sesuda memperoleh kekuatan dari tubuh kristus dalam perjamuan Suci, mereka secara konkret menampilkan kesatuan Umat Allah, yang oleh sakramen maka luhur itu dilambangkan dengan tepat dan diwujudkan secara mengagumkan.

Konsili Vatikan II mengacu pada, sebutan “Ekaristi sebagai sumber dan

puncak seluruh hidup Kristiani” yang tidak dapat memisahkan Ekaristi dengan

khidupan sehari-hari. Ekaristi menjadi sumber hidup, karena dalam Ekaristi semua sakramen pengudusan ditanamkan dalam diri manusia supaya berakar dan tumbuh dalam kerukunan dan cinta kasih manusia. Namun Ekaristi juga sebagai pusat dan puncak hidup Gereja karena pada akhirnya tujuan kegiatan kerasulan Gereja adalah persatuannya dengan Kristus. Semua bidang kehidupan yang dijalani umat Kristiani tertuju dan mengarah kepada Ekaristi sebagai puncaknya. Dengan demikian dalam Ekaristi manusia memperoleh kekuatan hidup dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan menggereja bersama.

(40)

sebagai tuan rumah sekaligus hidangannya, sehingga semua umat beriman yang hadir dapat mengalami kebersamaan hidup yang penuh dan utuh dengan Allah dan sesamanya (Martasudjita, 2003 : 267).

C. Permasalahan Penghayatan Ekaristi

Penghayatan” berarti pengalaman batin. Sedangkan kata “Ekaristi”

berasal dari kata“eucharistia” yang berarti Pujian (Martasudjita, 2009:26). Menghayati Ekaristi artinyamelalui rahmat Allah kita dipersatukan dengan pribadi Yesus Kristus dan untuk mengambil bagian dalam Tubuh dan Darah-Nya. Serta di pihak lain karena Kristus kita dipersatukan dengan seluruh anggota Gereja menjadi satu tubuh, yakni Tubuh Kristus (1 Kor 10:16,17). Penghayatan umat akan perayaan Ekaristi banyak sekali dipengaruhi oleh situasi yang menjadi latar belakangnya seperti pengalaman akan Allah dan tidak menutup kemungkinan kebiasaan orang merefleksikan pengalaman hidupnya. Sutrisnaatmaka (2003:66) berpendapat bahwa:

Pada dasarnya paham dan penghayatan Ekaristi sangat dipengaruhi oleh cara berpikir, bertindak dan mengambil sikap dalam budaya dan adat kebiasaan tertentu. Juga pemahaman tentang keselamatan yang berhubungan dengan yang ilahi, serta kepercayaan terhadap Sang pencipta berperan dalam membentuk pengertian umat tentang wahyu ilahi. Termasuk didalamnya ajaran-ajaran Gereja pada umumnya dan yang berhubungan dengan Ekaristi pada khususnya.

(41)

merefleksikan pengalamannya, bertindak dan mengambil sikap dalam budaya dan motivasi umat dalam merayakan Ekaristi.

1. Pemahaman umat tentang Ekaristi

Ekaristi bagi umat dipahami sebagai, Perayaan syukur, perjumpaan, pertemuan, persaudaraan, persatuan antara kita dan kesatuan dengan Allah, kenangan akan sengsara wafat dan kebangkitan Yesus, pusat, sumber, puncak, kebutuhan, kekuatan hidup, ungkapan iman bersama akan Allah yang menyelamatkan manusia dalam Yesus Kristus. Dari kelima unsur ini tidak sama, namun sangat erat hubungannya. Dalam liturgi Ekaristi merupakan, ungkapan iman dalam bentuk perayaan syukur. Umat berkumpul untuk menyatakan kebesaran, kemeriahan, keagungan dalam suasana kegembiraan. Mengenai hal ini kadang kurang disadari oleh umat. Mereka merayakan Ekaristi kadang hanya ikut meramaikan saja atau karena mereka merasa bahwa mereka beragama Katolik jadi setiap hari Minggu ikut merayakan Ekaristi digereja. Pada saat hari Minggu kadang mereka lebih memilih untuk tinggal dirumah atau menjaga harta benda mereka, karena kurang memahami arti merayakan Ekaristi pada saat hari Minggu.

(42)

dalam manusia supaya berakar dan tumbuh dalam kerukunan dan cinta kasih manusia. Ekaristi juga sebagai pusat dan puncak hidup Gereja, karena pada akhirnya tujuan kegiatan kerasulan Gereja adalah persatuan dengan Kristus. Dengan demikian dalam Ekaristi manusia memperoleh kekuatan hidup dalam kegiatan hidup pribadi maupun kehidupan menggereja bersama. Dalam Ekaristi umat beriman mengungkapkan imannya bersama sebagai tanda kesatuan umat dengan Allah yang menyelamatkan manusia dalam Kristus.

2. Pengalaman iman akan Allah

Ekaristi adalah sumber dan puncak seluruh hidup kristiani yang menjadi dasarnya adalah kehidupan kita yang merupakan persembahan dan kebaktian kepada Allah. Perayaan Ekaristi merangkum seluruh sikap penyerahan dan kebaktian kita dan oleh karena itu boleh disebut sebagai sumber dan puncak. Maka iman kita tidak hanya diungkapkan dalam doa-doa dan penyerahan kudus, namun terutama dalam tindakan dan perbuatan setiap hari. Santo Paulus menganjurkan supaya kita “Mempersembahkan diri sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah, itu adalah ibadahnya yang

sejati” (Rm 12:1). Maka seluruh hidup kita merupakan pengungkapan iman yang

(43)

berhubungan dengan kehidupan umat sehari-hari, sampai pada mereka mengalami pengalaman imannya akan Allah.

Penghayatan Ekaristi dan sakramen pada umumnya merupakan suatu pengalaman iman. Dalam iman orang dipersatukan dengan Kristus dan dengan sesama. Merayakan Ekaristi merupakan suatu pertemuan pribadi dalam iman dengan Kristus. Setiap pengalaman merupakan tindakan Roh Kudus di dalam diri kita, suatu tanda Kristus yang bangkit, suatu perasaan akan kehadiran serta tindakan di dalam diri kita, setiap pengalaman merupakan anugerah Allah. Salah satu sarana sampai pada perjumpaan secara pribadi dengan Allah dan membuka seluruh pengalaman suka dan duka kepada–Nya yakni melalui doa dalam perayaan Ekaristi maupun doa pribadi. Tetapi kebanyakan umat kurang menyadari setiap pengalamannya bahwa setiap pengalaman itu merupakan anugerah Allah. Maka bila Allah sebagai tempat mencurahkan seluruh pengalaman hidup berarti doa merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan sampai pada pengalaman iman akan Allah. Dengan demikian seluruh pengalaman dan kenyataan yang terjadi didalam hidup ini akhirnya dirasakan sebagai rahmat yang berasal dari Allah.

Pengalaman akan Allah, “Carilah Dia dengan hatimu, bukanlah dirimu kepada-Nya, biarlah Ia menguasai seluruh dirimu dan engkau akan mengalami

Allah” (Neuner, 1997:21). Untuk sampai kepada pengalaman akan Allah,

(44)

kata, dalam berdoa baik bersama maupun doa pribadi, belajar dan lain-lain. Seluruh pengalaman ini direfleksikan sampai akhirnya mereka dapat mengalami kehadiran Allah di dalam setiap kegiatan maupun langkah hidupnya.

3. Kebiasaan merefleksikan pengalaman hidup

Dalam perayaan Ekaristi ada Liturgi Sabda yaitu bacaan-bacaan Kitab Suci.Setelah bacaan Kitab Suci hendaknya ada homili atau kotbah yang dibawahkan oleh Imam atau petugas yang berwewenang dan hendaknya dilaksanakan dengan seksama. Sebab homili merupakan pewartaan tentang Kerajaan Allah dalam sejarah keselamatan atau misteri Kristus yang selalu hadir dalam hidup kita.

(45)

Selain itu dengan merefleksikan pengalaman hidup umat semakin bertobat kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari, semakin bersatu dengan Kristus, makin menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta. Selain itu sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam kehidupan ditengah masyarakat. Untuk sampai kepada pengalaman akan Allah pertama-tama hal yang perlu kita lakukan adalah merefleksikan seluruh pengalaman hidup kita setiap hari. Refleksi ini bisa dilihat dari segi kerjasama dengan orang lain, sikap dan tindakan, cara berkomunikasi atau tuturkata dalam berdoa baik pribadi maupun bersama, belajar dan lain-lain. Seluruh pengalaman ini direfleksikan sampai akhirnya dapat merasakan atau mengalami kehadiran Allah di dalam setiap kegiatan maupun langkah hidupnya.

4. Bertindak dan mengambil sikap dalam budaya.

Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk berdialog dan berkomunikasi. Dengan bahasa manusia dapat mengungkapkan isi pikiran, berinteraksi dan mengindentifikasikan diri atau mengungkapkan diri. Dengan kata lain bahasa merupakan saran komunikasi, dimana lewat bahasa manusia dapat menukarkan pendapat, isi pikiran serta mengaktualisasikan diri.

(46)

Yesus Kristus karena dalam perayaan Ekaristi semua umat berkumpul untuk berdoa baik dari anak-anak sampai tua dan mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda. Dari Konsili Vatikan II yang menjadi dasar pembaharuan liturgi

pada umumnya “Adapun dalam pembaharuan naskah-naskah dan upacara-upacara

harus diatur sedemikian rupa, sehingga lebih jelas mengungkapkan hal-hal kudus yang dilambangkan. Dengan demikian umat kristiani dapat menangkapnya dengan mudah, dan dapat ikuti serta dalam perayaan secara penuh, aktif, dan dengan cara yang khas bagi jemaat (ITILR art 35).

Penghayatan Ekaristi bisa juga dipengaruhi dari sikap dan tindakannya, cara berkomunikasi atau tuturkata dalam budaya yang ada. Dalam perayaan Ekaristi pertama-tama mengarahkan umat pada iman yang mendalam melalui sabda Tuhan dan pengudusan pribadi melalui pertobatan dan diterima dalam Komuni Kudus. Perayaan Ekaristi mengarahkan orang untuk aktif dan ikut ambil bagian dalam misi Gereja untuk membangun masyarakat yang damai dan tenteram.

5. Motivasi umat dalam merayakan Ekaristi

Beberapa motivasi yang mempengaruhi penghayatan umat dalam menghayati Ekaristi seperti merayakan Ekaristi karena kewajiban dan merayakan Ekaristi karena kerinduan dengan Tuhan.

a. Merayakan Ekaristi karena kewajiban

(47)

sekolah yang mewajibkan mereka untuk mengikuti perayaan Ekaristi setiap hari Minggu. Motivasi seperti ini seringkali membuat orang cepat bosan, tidak betah saat mengikuti merayakan Ekaristi.Kadang pergi kegereja sebagai kegiatan sampingan artinya kegereja kalau tidak ada kegiatan Mingguan.

Merayakan Ekaristi yang penting datang, merayakan Ekaristi karena teman, atau orang lain yang mengajak kegereja atau bagi anak-anak karena diharuskan oleh orang tua. “Ekaristi merupakan sumber pencarian air kehidupan yang mampu membasahi dahaga batin dan jasmani sepanjang hari di tengah teriknya matahari dan sesaknya tugas serta pekerjaan” (Martasudjita, 31-32).

Terdapat kegembiraan yang dalam, ada sukacita karena perjuangan dengan Tuhan sendiri. Maka jika Liturgi Ekaristi dipandangan sebagai suatu kewajiban saja orang yang bersangkutan akan merasa kaku dan membosankan. Motivasi semacam ini sering menyalahkan orang lain seperti koor, imam yang membawakan homili kadang merasa kurang jelas atau membosankan. Orang-orang semacam ini kadang mengikuti perayaan Ekaristi sesuka hati. Datang terlambat atau pulang lebih awal yang penting sudah hadir digereja. Orang-orang yang semacam ini perlu mendapatkan pendampingan untuk bisa merenungkan arti perjumpaan dengan Yesus dalam Ekaristi.

b. Merayakan Ekaristi sebagai kerinduan berjumpa dengan Allah

(48)

dapat mngikuti Perayaan Ekaristi dengan tenang, penuh penghayatan dan sukacita.

Menghadiri Ekaristi karena kerinduan pada Allah, seperti layaknya perjumpaan dengan sahabat, keluarga. Seorang sahabat atau keluarga adalah tempat dimana kita merasa segala sesuatunya terasa menyenangkan kita dapat menyampaikan senang, susah, sedih dengan leluasa merasa puas meskipun tidak mendapatkan sesuatu. Begitu juga ketika kita merayakan Ekaristi, keinginan kita untuk berjumpa dengan Tuhan dan umat membuat sesuatu menjadi indah.Koor yang fales, homili yang terlalu lama, tidak menjadi suatu alasan kita untuk berdoa. Semua itu kita hayati sebagai sebuah dinamika hidup orang beriman dan penghayatan seperti inilah yang diharapkan. Sebagai akibatnya orang tersebut tidak merasa bosan dengan sesuatu yang nampak rutin itu, ia tidak gampang malas, bosan, mengeluh saat hadir dalam Perayaan Ekaristi. Dengan demikian merayakan Ekaristi karena kesadaran perjumpaan dengan Allah menjadi alasan utama.

D. Peran katekese persiapan komuni pertama

(49)

1. Pengertian katekese komuni pertama

Katekese berasal dari kata, “catechein” dan “catechesis”, Kat artinya

keluar kearah yang lebih luas sedangkan “echo” yang berarti gema/gaung. Sedangkan arti katekese adalah pengajaran, pendalaman dan pendidikan iman agar orang semakin dewasa dalam imannya dan imannya semakin berkembang. Di dalam buku Catchesi Tradendae (Penyelenggraan Katekese 18 ) dikatakan:

Katekese adalah: pembinaan anak-anak, kaum muda dan orang-orang dewasa dalam iman yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang pada umumnya di berikan secara oraganis dan sistematis, dengan maksud agar menghantar para pembaca sampai pada kepenuhan Hidup Kristen.

(50)

2. Pentingnya katekese persiapan komuni pertama bagi anak-anak

Katekese Persiapan Komuni Pertama dilaksanakan bagi anak-anak yang dipermandikan sejak bayi. Katekese Persiapan Komuni Pertama ini kiranya tidak lagi dapat dikatakan bahwa yang boleh menerima adalah mereka yang sudah berumur 7 atau 8 tahun, kiranya akan menjadi wajar kalau batasan umur tidak terlalu mutlak, tetapi bila anak sudah mampu memahami bahwa Kristus adalah penyelamat kita dan bahwa dalam Ekaristi Gereja mau menghayati kesatuannya dengan Kristus. Adapun pengertian dan pengalaman akan persatuannya dengan Kristus dan orang lain dalam Ekaristi tergantung atas pengertian dan pengalaman akan kesatuannya dengan komunitasnya atau sesamanya. Komunitas yang paling terdekat adalah keluarganya sendiri. Maka pendidikan iman anak sudah sewajarnya menjadi tanggungjawab bagi orang tua dalam keluarganya. Namun dalam hal ini kebanyakan orang tua kurang menyadari tanggung jawab tersebut. Kesadaran terhadap segi sosial dari Ekaristi menuntut suatu pembaharuan metode dalam mempersiapkan Komuni Pertama.

(51)

sehingga memberi kesan seolah-olah orang tua dilibatkan menjadi panitia yang lebih mengurus mengenai hal-hal praktis sehubungan dengan pesta. Namun yang penting adalah keterlibatan orang tua sendiri mengenai tugas dan tanggungjawab mereka terhadap pendidikan iman anak, hal ini ditegaskan dalam Kitab Hukum

Kanonik sebagai berikut:

Melebihi semua yang lain orangtua wajib untuk membina anak-anak mereka dalam iman dan dalam praktek kehidupan Kristiani baik lewat perkataan maupun teladan dalam hidup mereka, demikian pula terikat kewajiban yang sama yang menggantikan orangtua dan para wali-baptis (KHK 774, art 2)

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa, pendidikan iman anak merupakan tanggungjawab orangtua. Maka dalam Katekese Persiapan Komuni Pertama kiranya para pendamping (para katekis atau guru agama) sebenarnya lebih pada sifat membantu tugas dan tanggungjawab orang tua saja. Dilihat dari psikologi anak mereka lebih terikat dengan orangtua dan keluarganya dari pada katekisnya.

a. Dasar katekese persiapan komuni pertama menurut KHK.

Dalam bagian ini akan dibahas mengenai dasar Yuridis, dasar-dasar pentingnya Katekese Persiapan Komuni Pertama.

1) Dasar Yuridis

Berkaitan dengan pentingnya Katekese Persiapan Komuni Pertama maka dasar Yuridisnya adalah :

(52)

Kan. 913. 1. Agar Ekaristi Mahakudus dapat diterimakan kepada anak-anak, dituntut bahwa mereka memiliki pemahaman cukup dan telah dipersiapkan dengan seksama, sehingga dapat memahami misteri Kristus sesuai dengan daya tangkap mereka dan mampu menyambut Tubuh Tuhan dengan iman dan khidmat. 2. Tetapi anak-anak yang berada dalam bahaya maut dapat diberi Ekaristi Maha Kudus, bila mereka dapat membedakan Tubuh Kristus dari makanan biasa serta menyambut Komuni dengan hormat.

Kan. 914. Terutama menjadi tugas orang tua serta mereka yang menggantikan kedudukan orangtua dan juga Pastor Paroki untuk mengusahakan agar anak-anak yang telah dapat menggunakan akalbudi dipersiapkan dengan semestinya dan, sesudah didahului penerimaan Sakramen Tobat, sesegera mungkin diberi santapan ilahi itu; juga menjadi tugas Pastor paroki untuk mengawasi, jangan sampai anak-anak yang tidak dapat menggunakan akalbudi atau yang ia nilai tidak cukup dipersiapkan, maju untuk menerima Komuni Suci. (KHK, 2006: 257-258)

(53)

2) Syarat-syarat penerima komuni pertama

a) Sudah dibaptis (KHK, Kan. 912-914)

b) Memiliki cukup pengertian akan misteri Kristus

c) Mampu menyambut Tubuh dan Darah Kristus dengan hormat d) Umur tertentu (Tidak ada ketentuan secara khusus)

Syarat-syarat diatas merupakan syarat-syarat pokok untuk dapat menerima Komuni Pertama. Seseorang boleh menerima Komuni Pertama apa bila sudah dibaptis secara Katolik, cukup mengerti tentang Misteri Kristus dan mampu menyambut Tubuh dan Darah Kristus dengan hormat dan khusuk. Orang yang akan menerima Komuni Pertama harus percaya bahwa Roti dan Anggur itu merupakan Tubuh dan Darah Kristus yang sudah dikonsekrasi.

3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam persiapan Komuni Pertama

Dalam mempersiapkan Katekese Persiapan Komuni Pertama banyak melibatkan dari berbagai pihak yakni: guru agama, peserta, bapak ibu maupun Pastor paroki. Dll. Namun yang paling penting dalam Persiapan Komuni Pertama ini adalah guru Agama (Katekis), peserta (anak) dan orang tua murid. Dari ketiga pokok ini, perlu adanya kerjasama yang terwujud dalam usaha saling memahami baik hal yang pokok maupun dalam hal-hal yang praktis. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh ketiga unsur pokok yang penting itu dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Bagi Katekis (guru agama)

(54)

2) Membantu peserta untuk memperkembangkan pengertian penghayatan cinta kasih.

3) Mengajak peserta untuk mengungkapkan imannya, mendorong untuk senantiasa mewujudkan suasana doa dalam setiap pertemuan. Anak ditolong untuk menghafalkan doa-doa harian agar nantinya mereka terlibat dalam doa lingkungan

4) Mampu menjelaskan tentang sakramen tobat dengan bahasa yang sederhana mungkin, sehingga anak mampu menangkap maknanya.

5) Mengajak anak, mengarahkan anak untuk setiap Minggu menghadiri perayaan Ekaristi digereja, Stasi ataupun di lingkungannya.

6) Memperhatikan hal-hal Praktis, Misalnya: Presensi anak untuk melihat kesinambungan kehadiran mereka dalam persiapan, pengecekan anak untuk kemampuan dan pengecekan surat permandian, penyajian metode, alat peraga, melatih lagu-lagu Komuni Pertama, menjelang akhir, biasanya mengadakan latihan-latihan upacara yang menunjang kelancaran dan hikmahnya perayaan Ekaristi.

b. Bagi peserta (anak).

Mempersiapkan serta membuka hati untuk menerima apa saja yang perlu diketahui selama persiapan atau adanya motivasi dari anak sendiri dengan dorongan dari orang tua serta guru agama.

1) Membaca dan menghafalkan doa-doa

(55)

3) Ikut dengan orang tua atau sendiri menghadiri perayaan Ekaristi digereja atau di lingkungannya, juga ikut menghadiri perayaan Ekaristi digereja atau di lingkungannya.

4) Mempersiapkan latihan-latihan bersama orang tua dan guru agama untuk perayaan Ekaristi.

c. Bagi orang tua

1) Menciptakan suasana dan relasi yang baik: orang tua berani menyediakan waktu minimal sekali dalam seminggu untuk mengadakan pembicaraan dengan anak yang akan menyambut Komuni Pertama. Hanya berbincang-bincang sudah cukup apalagi melibatkan seluruh anggota keluarga bukan hanya yang akan mempersiapkan menyambut Komuni Pertama.

2) Mendalami dan mengerti tentang hal-hal pokok yang akan dibicarakan sangat perlu bagi orangtua, setidak-tidaknya mempunyai buku acuan tentang persiapan Komuni Pertama untuk dipelajari khususnya diperuntukkan bagi orang tua, juga bertanya kepada orang lain yang lebih memahami.

3) Membantu anak-anak menghayati doa-doa yang telah diajarkan lewat kesaksian iman orang tua, juga mendorong anak untuk menghafalkan doa-doa harian.

4) Mempersiapkan hal-hal praktis tentang segala sesuatu yang perlu untuk komuni pertama, juga membantu melatih kembali apa-apa yang telah didapat si anak dari guru agama.

(56)

Komuni Pertama. Usahakan setiap pembicaraan mempunyai tujuan yang jelas, arah yang jelas pula: orang tua harus mampu membaca arah dan tujuan dengan kritis dan cermat dan orang tua harus cermat memperhatikan cara yang diusulkan misalnya peneguhan dan pemantapan anak lewat iman orang tuanya. Semua itu demi kemajuan dan perkembangan iman anaknya.

Dari kutipan di atas yakni, Guru agama, anak (peserta ), dan orang tua mempunyai Peranan yang sangat penting dalam Katekese Persiapan Komuni Pertama. Dalam menyampaikan materi perlu dipersiapkan dengan baik dan menarik dengan menggunakan bahasa yang sederhana sehingga anak mampu menangkap maknanya dan membantu anak memperkembangkan pengertian penghayatan cinta kasih serta serta mengungkapkan imannya. Mengarahkan anak untuk terlibat aktif pada setiap hari minggu menghadiri perayaan Ekaristi digereja, Stasi ataupun di lingkungannya.

Sebagai peserta (anak) mempersiapkan serta membuka hati untuk menerima apa saja yang perlu diketahui selama persiapan atau adanya motivasi dari anak sendiri dengan dorongan dari orang tua serta guru agama. Setiap hari Minggu mengikuti perayaan Ekaristi digereja.

(57)

Persiapan Komuni Pertama orang tua bersedia menghadiri pertemuan yang membicarakan tentang kemajuan, hal-hal pokok yang berhubungan dengan putra-putrinya yang akan menyambut Komuni Pertama.

4. Peran katekese persiapan komuni pertama

a. Katekese Awal

Katekese Persiapan Komuni Pertama merupakan katekese yang diberikan bagi mereka yang baptis bayi, karena mereka belum mendapatkan katekese yang memadai. Melalui katekese awal mereka mengenalkan tentang nilai-nilai Kristiani dan nilai-nilai dasar-dasar Kristiani. Dalam Katekese Persiapan Komuni Pertama tidak dibicarakan semua tentang Ekaristi secara lebih mendalam karena mengingat waktu Persiapan Komuni Pertama yang relatif singkat, dan sesuai dengan daya tanggkap mereka.

b. Partner Keluarga

(58)

pendampingan bagi anak-anaknya. Maka Pendidikan iman bagi anak tidak hanya terlaksana dengan kata-kata intruksional saja melainkan melalui kesaksian hidup keagamaan, ibu dan ayahnya. Gereja mengatakan dengan tegas mengenai hak dan kewajiban orang tua, seperti yang tampak dalam kutipan berikut:

“Karena orang tua telah menyalurkan kehidupan kepada anak-anak, terikat kewajiban amat berat untuk mendidik mereka.Maka orangtualah yang harus yang diakui sebagai pendidik mereka yang pertama dan utama.Begitu pentinglah tugas mendidik itu, sehingga bila diabaikan, sangat sukar pula dapat dilengkapi. Sebab merupakan kewajiban orangtua: menciptakan lingkup keluarga, yang diliputi semangat bakti kepada Allah dan kasih sayang terhadap sesama sedemikian rupa, sehingga menunjang keutuhan pendidikan pribadi dan sosial anak-anak mereka” (GE, art. 3)

Orang tua hendaknya dapat menjadi saksi dan teladan bagi anak dalam segala tindakan. Anak dididik di dalam keluarga untuk kebiasaan religius seperti: kebiasaan berdoa, etika sopan santun, tata susila dan sikap hormat kepada Allah, orangtua, serta lingkungan tempat tinggalnya. Oleh karena itu peranan kesaksian kehidupan iman orang tua bagi perkembangan iman anak-anaknya sangat penting. Maka dalam Persiapan Komuni Pertama, para pendamping Komuni Pertama bertugas untuk hanya membantu anak-anak mereka untuk lebih mendalami iman yang sudah tumbuh dalam keluarga.

c. Pokok Iman untuk anak

Ekaristi berasal dari bahasa Yunani synaxis yang berarti “perkumpulan

atau pertemuan”. Oleh karena itu calon penerima Komuni Pertama perlu

(59)

doa syukur dan permohonan atas karya keselamatan Allah. Dalam perayaan Ekaristi umat sungguh dihayati iman dan kesatuannya dengan Tuhan. Jadi dalam Ekaristi terungkap dua dimensi yaitu segi ilahi dan segi insani atau Gerejawi. Ekaristi tidak hanya menghubungkan masing-masing orang secara pribadi dengan Allah, tetapi juga ada ikatan antara umat sendiri. Sebuah perjamuan yang sifatnya persaudaraan menjadi jawaban iman, tanggapan manusia atas Allah yang terlebih dahulu menawarkan keselamatan. Maka dalam Katekese Persiapan Komuni Pertama calon penerima pertama perlu diperkenalkan bahwa:

Ekaristi dalam bahasa Yunani berarti “Syukur”. Dipakai untuk menyebut

seluruh upacara misa, khususnya bagian kedua (sesudah perayaan Sabda), yang mencapai puncaknya pada konsekrasi roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus yang berakhir dengan menerima Komuni. Ekaristi juga menunjukan kehadiran nyata oleh Kristus dalm rupa Roti dan Anggur (Collins,1999:67).

“Perayaan Ekaristi adalah tindakan Kristus sendiri bersama umat Allah yang tersusun secara hirarkis. Baik bagi Gereja universal dan Gereja partikular, maupun bagi setiap orang beriman, Ekaristi terletak puncak karya Allah menguduskan dunia, dan puncak karya manusia memuliakan Bapa lewat Kristus, Putra Allah karya manusia memuliakan Bapa lewat Kristus, Putra Allah dalam Roh Kudus” ( PUMR 2000 : 16).

(60)

Pada perjamuan terakhir, pada malam Ia diserahkan, penyelamat kita mengadakan Korban Salib Ekaristi Tubuh dan Darah-Nya. Dengan demikian Ia mengabdikan Korban Salib selamanya, dan mempercayakan kepada Gereja Mempelai-Nya yang terkasih kenangan wafat dan kebangkitan-Nya: sakramen cinta kasih, lambang kesatuan, ikatan cinta kasih, perjamuan Paskah. Dalam perjamuan itu Kristus disambut, jiwa dipenuhi rahmat dan kita dikurniai jaminan kemuliaan yang akan datang. Dalam artikel diatas diungkapkan mengenai Ekaristi dihayati sebagai korban.Yesus Kristus mengabdikan korban salib-Nya sekali untuk selamanya di dalam, melalui dan dengan Gereja (Ibr 7:27).Yesus mengorbankan diriNya bagi manusia. Maka Ekaristi merupakan sakramen cinta kasih Allah yaitu hidupNya sendiri, hidup Allah diserahkan untuk keselamatan manusia melalui peristiwa wafat dan kebangkitan Yesus Kristus. Ekaristi juga merupakan tanda dan sarana artinya “Sakramen” persatuan dengan Allah dan kesatuan antar manusia. Ekaristi

juga disebut sebagai perayaan umat yaitu perayaan yang mempertandakan kehadiran Tuhan dalam umat dan umat juga sungguh menghayati dalam iman. Sesuai dengan ajaran Gereja khususnya dalam lima perintah Gereja, bahwa orang Katolik wajib mengikuti perayaan Ekaristi pada hari Minggu dan hari raya yang diwajibkan.

(61)

berdoa dan memecahkan roti serta berbagi dengan sesama. Ekaristi menjadi sumber puncak hidup orang beriman. Dari Ekaristi mereka menimbah kekuatan dan semangat baru untuk melaksanakan kehendak Tuhan kemudian bertobat dan menggabungkan diri dalam persekutuan tersebut.

Melalui Ekaristi, Allah berkehendak untuk menyatukan diri dengan manusia, Allah ingin membagikan hidupNya, menyelamatkan dan mengundang manusia untuk hidup dalam ikatan kesatuan yang bersumber dan berpusat pada Allah. Dalam Konsili Vatikan II dan KHK, dikatakan bahwa Ekaristi merupakan sumber dan puncak hidup Kristiani. Yesus sendiri memberikan perintah “Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku” (Luk 22:19). Dalam Ekaristi

dikenangkan wafat dan kebangkitan Kristus yang adalah jalan keselamatan manusia.

Dalam perayaan Ekaristi dapat ditemukan penyertaan Allah dalam Yesus Kristus. Ekaristi merupakan tanda bahwa Allah bersama manusia. Allah tinggal bersama dan ada dalam diri manusia. Membangun persatuan dengan Allah dan sesama disekitar. Setiap umat diharapkan menjadikan Ekaristi sebagai jiwa yang menghidupkan kehidupan umat. Membangun kebersatuan yang erat dengan sesama, satu hati satu jiwa merupakan salah satu usaha untuk menjawab panggilan Tuhan demi terwujudnya kehendak Allah. Cara hidup jemaat perdana perlu menjadi cermin bagi umat beriman bagaimana membangun persatuan: “Mereka

bertekun dalam pengajaran dan dalam persekutuan, mereka selalu berkumpul untuk memecahkan Roti dan berdoa bersama” (Kis 2:42). Menerima Ekaristi

(62)

menghendaki persatuan/Komuni. Ekaristi adalah pemberian diri Allah yang utuh, Allah mau menjadi satu dengan kita.

5. Hal-hal Praktis yang perlu diperhatikan dalam katekese persiapan

Komuni pertama

Gambar

Tabel 1 :  Identitas Responden
Tabel 2 : Gambaran pelaksanaan katekese persiapan komuni pertama
Tabel 3: Peran Katekese Persiapan Komuni Pertama
Tabel 4: Penghayatan responden tentang Ekaristi
+4

Referensi

Dokumen terkait