• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh model pendampingan kooperatif tipe student teams achievement divisions dalam persiapan komuni pertama terhadap keterlibatan anak dalam perayaan ekaristi di Paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu, Sleman, Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh model pendampingan kooperatif tipe student teams achievement divisions dalam persiapan komuni pertama terhadap keterlibatan anak dalam perayaan ekaristi di Paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu, Sleman, Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
184
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH MODEL PENDAMPINGAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

DALAM PERSIAPAN KOMUNI PERTAMA

TERHADAP KETERLIBATAN ANAK DALAM PERAYAAN EKARISTI DI PAROKI SANTO PETRUS DAN PAULUS KLEPU, SLEMAN,

YOGYAKARTA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Anastasia Purwanti NIM: 081124026

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada para Pendamping Komuni Pertama

di Paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu, Sleman, Yogyakarta, Konggregasi Ordo Santa Ursula yang telah membantu penulis,

baik material maupun spiritual, teristimewa Sr. Inez, OSU (alm.) yang telah memberi inspirasi kepada penulis untuk belajar di IPPAK

(5)

v MOTTO

“Kecaplah dan lihatlah betapa baiknya Tuhan. Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!”

(6)
(7)
(8)

viii ABSTRAK

Judul skripsi PENGARUH MODEL PENDAMPINGAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS DALAM PERSIAPAN

KOMUNI PERTAMA TERHADAP KETERLIBATAN ANAK DALAM PERAYAAN EKARISTI DI PAROKI SANTO PETRUS DAN PAULUS KLEPU, SLEMAN, YOGYAKARTA dipilih karena adanya harapan bahwa keterlibatan anak dalam perayaan Ekaristi sangat berguna untuk kemajuan Gereja. Usaha untuk melatih anak terlibat secara aktif dapat dilakukan dalam persiapan Komuni Pertama dengan menggunakan model pendampingan kooperatif tipe Student Teams Achievement

Divisions (STAD). Oleh karena itu, skripsi ini bertujuan untuk melihat seberapa besar

pengaruh model pendampingan kooperatif tipe STAD terhadap keterlibatan anak dalam perayaan Ekaristi.

Model pendampingan kooperatif tipe STAD dalam persiapan Komuni Pertama adalah interaksi antara pendamping dengan anak Komuni Pertama yang mengutamakan adanya kerjasama di antara anak melalui belajar kelompok sehingga pendamping hanya sebagai fasilitator yang membantu anak dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, bekerjasama dengan temannya, menghargai pendapat teman, dan anak aktif terlibat dalam kerja kelompok selama proses persiapan Komuni Pertama. Sedangkan keterlibatan anak dalam perayaan Ekaristi adalah partisipasi dan keikutsertaan anak dalam segala kegiatan yang ada dalam perayaan Ekaristi, baik sebagai petugas seperti menjadi putera-puteri altar, lektor, pemazmur, koor, dirigen, kolektan, petugas doa umat dan pembawa persembahan, maupun keterlibatan sebagai peserta dengan melihat, mendengarkan, berdoa, dan bernyanyi sesuai dengan tata cara perayaan liturgi. Model pendampingan kooperatif tipe STAD dapat membantu keaktifan anak, maka keterlibatan anak dalam perayaan Ekaristi dapat didukung melalui model pendampingan kooperatif tipe STAD dalam persiapan Komuni Pertama. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu, Ho: tidak ada pengaruh model pendampingan kooperatif tipe STAD dalam persiapan Komuni Pertama terhadap keterlibatan anak dalam perayaan Ekaristi di paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu. Ha: ada pengaruh model pendampingan kooperatif tipe STAD dalam persiapan Komuni Pertama terhadap keterlibatan anak dalam perayaan Ekaristi di paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu.

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif berbentuk regresi. Populasinya adalah anak calon Komuni Pertama yang mendapat pendampingan Oktober 2011-Juni 2012 sebanyak 60 anak. Instrumen yang digunakan adalah skala sikap sebanyak 25 pernyataan untuk masing-masing variabel dan diuji pada taraf signifikan 5%. N 60 orang dengan nilai kritis 0,254 diperoleh semua butir soal valid.

(9)

ix

ABSTRACT

The thesis is titled THE INFLUENCE OF COOPERATIVE MENTORING MODEL OF THE’ STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS TYPE’ IN THE PREPARATION FOR FIRST COMMUNION ON THE CHILDRENS’ INVOLVEMENT IN THE EUCHARIST AT SAINT PETER AND PAUL PARISH, KLEPU, SLEMAN, YOGYAKARTA was chosen since it was believed that the children’s involvement in the Eucharist was useful for the progress of the church. Attempts to get the children to be actively involved could be done through the preparation for first communion using a cooperative mentoring model specifically Student Teams Achievement Divisions Type (STAD). This thesis therefore aimed to see the extent of the influence of the model on the children’s involvement in the Eucharist.

The cooperative mentoring model of STAD type as it was used in the preparation for the first communion constituted an interaction between the mentor and the children prioritising the cooperation between the participating children with the mentor who was acting as a facilitator. As a facilitator, the role of the mentor was to assist the children in constructing their own knowledge, in working with other children, in appreciating other children’s opinions, and in being actively involved in group work during the first communion preparation program. The children’s involvement in the Eucharist referred to their participation in all the activities in the Eucharist, be it as a facilitator in the mass such as being altar boys and girls, readers, psalm singers, choir members, choir conductors, plate collectors, prayer readers, and offering boys and girls, or being active participants in the mass by seeing, listening, praying, and singing in accordance with the liturgy.

The null hypothesis of the research was that: There was no influence of the cooperative mentoring model of STAD type in the preparation for the first communion on the children’s involvement in the Eucharist at the Saint Peter and Paul Parish, Klepu. The alternative hypothesis was that: There was an influence of the the cooperative mentoring model of STAD type in the preparation for the first communion on the children’s involvement in the Eucharist at the Saint Peter and Paul Parish, Klepu.

This research used a regressive quantitative method. The population were 60 children preparing for the first communion, who were mentored from October 2011-June 2012. An attitudinal scale consisting 25 statements were used for each variable and was tested at the significance level of 5%. N 60 with the critical value of 0. 254 was obtained for all the valid statements.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa kerena telah memberikan rahmat dan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGARUH MODEL PENDAMPINGAN KOOPERATIF TIPE

STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS DALAM PERSIAPAN KOMUNI

PERTAMA TERHADAP KETERLIBATAN ANAK DALAM PERAYAAN EKARISTI DI PAROKI SANTO PETRUS DAN PAULUS KLEPU, SLEMAN, YOGYAKARTA.

Penulisan skripsi ini merupakan kerinduan bagi penulis sebagai seorang pendamping Komuni Pertama di paroki untuk menambah pengetahuan bagi para pendamping Komuni Pertama agar menggunakan model pendampingan yang lebih kreatif sebagai usaha untuk membantu anak calon Komuni Pertama terlibat aktif di dalam perayaan Ekaristi. Selain itu, skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak yang selalu memotivasi, mendampingi, membimbing dan memberikan kritik yang membangun. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

(11)

xi

2. Drs. M. Sumarno Ds, S.J., M.A., selaku dosen penguji II dan sekaligus dosen pembimbing akademik, yang telah memberi masukan, mendampingi, dan memotivasi penulis selama belajar di IPPAK serta dalam proses penulisan skripsi ini.

3. Y.H. Bintang Nusantara, SFF., M.Hum., selaku dosen penguji III, yang telah memberi motivasi dan memberi perhatian kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Segenap staf dosen, sekretariat, perpustakaan dan karyawan prodi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang telah mendidik, memotivasi dan perhatian penulis selama belajar di IPPAK dan menyelesaikan skripsi ini.

5. Rm. F.X. Murdi Susanto, Pr., selaku pastor kepala paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu, Sleman, Yogyakarta, yang telah memberi kesempatan dan memotivasi penulis untuk mengadakan penelitian di paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu, Sleman, Yogyakarta.

6. Para pendamping Komuni Pertama paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu, Sleman, Yogyakarta, yang telah memberikan motivasi dan perhatian kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Anak-anak calon Komuni Pertama 2011/2012, yang telah memberikan inspirasi dan motivasi bagi penulis untuk menyusun skripsi ini.

(12)
(13)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO . ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK .. ... viii

(14)

xiv

2) Tujuan Komuni Pertama ... 13

3) Persyaratan Komuni Pertama ... 14

c. Persiapan Komuni Pertama ... 15

1) Pengertian Persiapan Komuni Pertama ... 15

2) Tujuan Persiapan Komuni Pertama ... 15

3) Unsur-unsur dalam Persiapan Komuni Pertama ... 16

a) Pendamping Komuni Pertama ... 16

b) Materi dalam Persiapan Komuni Pertama ... 18

c) Proses Persiapan Komuni Pertama ... 20

d) Sarana Persiapan Komuni Pertama ... 21

d. Model Kooperatif ... 21

1) Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model ... 22

2) Latar Belakang Model Kooperatif ... 25

3) Pengertian Model Kooperatif ... 26

4) Elemen-elemen Dasar Model Kooperatif ... 27

5) Ciri-ciri Model Kooperatif ... 30

6) Tujuan Model Kooperatif ... 31

7) Komponen-komponen Model Kooperatif ... 31

8) Aspek-aspek Model kooperatif ... 35

9) Keunggulan dan Kelemahan Model Kooperatif ... 37

10) Tugas-tugas Guru dalam Model Kooperatif ... 38

11) Model Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions . 40 12) Karakteristik Tipe STAD ... 42

2.Keterlibatan Anak dalam Perayaan Ekaristi ... 42

a. Perayaan Ekaristi ... 42

1) Pengertian Perayaan Ekaristi ... 42

2) Kehadiran Kristus dalam Perayaan Ekaristi ... 45

3) Makna Perayaan Ekaristi... 46

4) Cara Menanamkan Makna Ekaristi Kepada Calon Penerima Komuni Pertama... 46

5) Bagian-bagian dari Perayaan Ekaristi ... 47

(15)

xv

1) Pengertian Keterlibatan ... 58

2) Bentuk Keterlibatan dalam Perayaan Ekaristi... 59

a) Cara Terlibat ... 59

b) Keterlibatan Gerak Tubuh ... 60

c. Keterlibatan sebagai Petugas dalam Perayaan Ekaristi ... 62

B.Penelitian yang Relevan ... 64

C.Kerangka Pikir ... 65

D.Hipotesis ... 67

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 68

A.Jenis Penelitian ... 68

2. Definisi Konseptual Variabel ... 70

3. Definisi Operasional Variabel ... 71

a. Model Pendampingan Kooperatif Tipe STAD dalam Persiapan Komuni Pertama ... 71

b. Keterlibatan Anak dalam Perayaan Ekaristi ... 71

4. Teknik Pengumpulan Data ... 72

5. Instrumen Penelitian ... 72

6. Kisi-kisi Penelitian ... 73

7. Pengembangan Instrumen ... 77

(16)

xvi

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 82

A.Hasil Penelitian ... 82

a. Model Pendampingan Kooperatif Tipe STAD ... 86

1) Aktivitas Anak dalam Model Pendampingan Kooperatif Tipe STAD ... 86

2) Proses Model Pendampingan Kooperatif Tipe STAD ... 88

3) Aktivitas Pendamping dalam Model Pendampingan Kooperatif Tipe STAD ... 89

b. Keterlibatan Anak dalam Perayaan Ekaristi ... 91

1) Keterlibatan sebagai Peserta dalam Perayaan Ekaristi... 92

2) Keterlibatan sebagai Petugas dalam Perayaan Ekaristi ... 93

3) Keterlibatan Khusus dalam Perayaan Ekaristi ... 95

B.Uji Hipotesis ... 97

C.Hasil Studi Dokumen ... 103

1. Keaktifan Anak ... 104

2. Proses Model PendampinganKooperatif Tipe STAD ... 105

3. Keaktifan Pendamping . ... 107

4. Keterlibatan Anak dalam Perayaan Ekaristi ... 108

D.Pembahasan Hasil Penelitian ... 109

E. Keterbatasan Penelitian ... 117

BAB V. USULAN PROGRAM PENGEMBANGAN MODEL PENDAMPINGAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PERSIAPAN KOMUNI PERTAMA ... 118

A.Latar Belakang Usulan ... 118

B.Tema dan Tujuan ... 120

C.Program Model Pendampingan Kooperatif Tipe STAD dalam Persiapan Komuni Pertama ... 124

(17)

xvii

1. Contoh Rencana Pelaksanaan Model Pendampingan Kooperatif

Tipe STAD Tema 1 ... 127

2. Contoh Rencana Pelaksanaan Model Pendampingan Kooperatif Tipe STAD Tema 4 ... 131

BAB VI. PENUTUP ... 136

A.Kesimpulan ... 136

B.Saran ... 139

DAFTAR PUSTAKA ... 142

LAMPIRAN ... 144

Lampiran 1 : Surat Permohonan Penelitian ... (1)

Lampiran 2 : Koesioner Penelitian... (2)

Lampiran 3 : Koesioner Keterlibatan Khusus ... (6)

Lampiran 4 : Analisis Validitas Variabel Model Pendampingan Kooperatif Tipe STAD ... (10)

Lampiran 5 : Analisis Validitas Variabel Keterlibatan Anak dalam Perayaan Ekaristi ... (11)

Lampiran 6 : Tabel Total Variabel X dan Y ... (12)

Lampiran 7 : Tabel Total Studi Dokumen ... (13)

Lampiran 8 : Tabel Descriptive Statistics ... (14)

Lampiran 9 : Lagu Aku Dengar Bisikan Suara-Mu ... (15)

Lampiran 10: Kisah Menjawab Panggilan Kristus ... (16)

Lampiran 11: Lukas 5:1-11 ... (17)

Lampiran 12: Lagu Hidup Sejahtera ... (18)

(18)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Karakteristik Model Kooperatif Tipe STAD ... 42

Tabel 2 : Skor Alternatif Jawaban Variabel X dan Y ... 73

Tabel 3 : Kisi-kisi Variabel Model Pendampingan Kooperatif Tipe STAD dalam Persiapan Komuni Pertama ... 73

Tabel 4 : Kisi-kisi Variabel Keterlibatan Anak dalam Perayaan Ekaristi ... 74

Tabel 5 : Kisi-kisi Keterlibatan Khusus sebagai Petugas dalam Perayaan Ekaristi . 76 Tabel 6 : Panduan Studi Dokumen ... 76

Tabel 7 : ANOVA ... 84

Tabel 8 : Rangkuman Statistik Deskriptif Model Pendampingan Kooperatif Tipe STAD ... 86

Tabel 9 : Aktivitas Anak dalam Model Pendampingan Kooperatif Tipe STAD ... 86

Tabel 10: Deskripsi Aktivitas Anak ... 87

Tabel 11: Proses Model Pendampingan Kooperatif Tipe STAD ... 88

Tabel 12: Deskripsi Proses Model Pendampingan Kooperatif Tipe STAD ... 89

Tabel 13: Aktivitas Pendamping dalam Model Pendampingan Kooperatif Tipe STAD ... 90

Tabel 14: Deskripsi Aktivitas Pendamping dalam Model Pendampingan Kooperatif Tipe STAD ... 90

Tabel 15: Rangkuman Statistik Deskriptif Keterlibatan Anak dalam Perayaan Ekaristi ... 91

Tabel 16: Keterlibatan sebagai Peserta dalam Perayaan Ekaristi ... 92

Tabel 17: Deskripsi Keterlibatan sebagai Peserta ... 93

Tabel 18: Keterlibatan sebagai Petugas dalam Perayaan Ekaristi ... 93

Tabel 19: Deskripsi Keterlibatan sebagai Petugas dalam Perayaan Ekaristi ... 94

Tabel 20: Keterlibatan Khusus ... 95

Tabel 21: Deskripsi Keterlibatan Khusus ... 96

Tabel 22: Descriptive Statistics ... 97

Tabel 23: Model Summaryb ... 98

Tabel 24: ANOVAb ... 98

Tabel 25: Coefficientsa ... 99

Tabel 26: Correlations ... 101

(19)

xix

dalam Persiapan Komuni Pertama ... 103

Tabel 28: Statistik Keaktifan Anak ... 104

Tabel 29: Deskripsi Keaktifan Anak ... 105

Tabel 30: Statistik Proses Pendampingan Model Kooperatif Tipe STAD ... 105

Tabel 31: Deskripsi Proses Pendampingan Model Kooperatif Tipe STAD ... 106

Tabel 32: Statistik Keaktifan Pendamping ... 107

Tabel 33: Deskripsi Keaktifan Pendamping ... 107

Tabel 34: Statistik Keterlibatan Anak dalam Perayaan Ekaristi ... 108

(20)

xx

DAFTAR SINGKATAN

A.Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat

(Dipersembahkan kepada Umat Katolik oleh Dirjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, h. 8.

B.Singkatan Dokumen Resmi Gereja

AG : Ad Gentes, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kegiatan Misioner Gereja,

tanggal 7 Desember 1965.

CD : Christus Dominus, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Tugas Pastoral para

Uskup dalam Gereja, 28 Oktober 1965.

KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II tanggal 25 Januari 1983.

LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang Gereja,

tanggal 21 November 1964.

PO : Presbyterium Ordinis, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Pelayanan dan

Kehidupan para Imam, tanggal 7 Desember 1965.

SC : Sacrosanctum Concilium, Konstitusi Konsili Vatikan II tentang Liturgi

Suci, tanggal 4 Desember 1963.

UR : Unitatis Redintegratio, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Ekumenisme,

(21)

xxi C. Singkatan dalam Penelitian

ANOVA : Analisys of Varians

Dev : Deviasi

Ha : Hipotesis alternative Ho : Hipotesis nol

Sig : Signifikansi

SPSS : Statistical Product and Service Solutions

Std : Standard

D. Singkatan Lain Art : Artikel Bdk : Bandingkan Hlm : Halaman

IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Kan : Kanon

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia LPTK : Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan SD : Sekolah Dasar

(22)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Perayaan Ekaristi merupakan ungkapan iman Gereja. Dalam perayaan Ekaristi tersebut, umat disatukan dalam Kristus. Semua umat diajak untuk terlibat di dalamnya. Sebagaimana Gereja tidak bisa lepas dari dunia, begitu juga Ekaristi tidak bisa terlepas dari dunia dan peran serta umat di dalamnya.

Yang merayakan Ekaristi ialah umat, dan imam sebagai anggota umat. Santo Yoannes Chrisostomus seperti yang dikutip oleh Banawiratma (1986: 46) mengatakan bahwa “Doa Syukur Agung itu umum. Imam tidak bersyukur sendirian, tetapi bersama dengan umat. Sebab ia baru dapat mulai, kalau ada persetujuan umat”. Maka keterlibatan umat sangat penting dalam perayaan Ekaristi. Konstitusi tentang liturgi juga menyatakan bahwa “Gereja berusaha agar para beriman Kristen menghadiri misteri iman ini bukan sebagai orang asing atau penonton yang bisu belaka, tetapi agar mereka memahaminya dengan baik dan dengan ucapan dan doa ikut serta dalam upacara suci dengan sadar, takwa dan aktif” (SC 48). Hal ini merupakan cita-cita dari gerakan liturgis sebelum konsili dan sudah diterima dan dianjurkan secara resmi dalam Ensiklik Paus Pius XII: Mystici Corporis (Banawiratma, 1986: 16).

(23)

berlangsung, umat bukannya ikut merayakan Ekaristi, melainkan justru sibuk dengan doa devosi masing-masing. Demikianlah selama Misa kudus dirayakan oleh imam, umat sibuk dengan penghormatan kepada rilikwi orang suci, doa litani, doa rosario, doa kepada santo-santa pelindung dengan patung-patung yang ada (Martasudjita, 2005: 54).

Kegiatan liturgi bukanlah kegiatan perseorangan, tetapi perayaan Gereja. Kegiatan liturgi menuntut setiap anggota untuk berperan aktif dengan cara yang berbeda-beda, menurut martabat, tugas dan peran serta. Jadi masing-masing orang beriman dalam liturgi menyatakan kesatuannya dengan Iman Gereja (Wibowo Ardhi, 1993: 3). Senada dengan pendapat tersebut, L. Prasetya (2010: 17) juga mengatakan bahwa “Perayaan Ekaristi sebagai perayaan bersama dapat berlangsung dengan baik, khidmat, dan mengesan jika umat mempunyai niat baik untuk terlibat aktif di dalamnya sesuai dengan bagian dan perannya masing-masing.” Maka sangatlah penting peran serta dan keterlibatan umat dalam perayaan Ekaristi.

Keterlibatan umat sangat penting untuk membantu kemajuan Gereja. Gereja akan lebih hidup dan berkembang bila umat secara khusus diikutsertakan dalam kegiatan-kegiatan yang ada termasuk dalam perayaan Ekaristi. Keterlibatan umat dalam liturgi, khususnya perayaan Ekaristi antara lain dalam hal jawaban-jawaban atau tanggapan-tanggapan, madah-mazmur, antifon, nyanyian-nyanyian, gerak-gerik dan sikap badan, serta dana dan persembahan. Keterlibatan itu berpuncak pada Komuni (Wibowo Ardhi, 1996: 4). Dalam buku Bina Liturgia 2E: Bunga Rampai Liturgi (Komisi Liturgi KWI, 1988: 454), pada nomer 990 artikel 8 dikatakan:

(24)

Maka jelaslah kiranya bahwa anak-anak sejak kecil harus dibimbing kepada pengahayatan liturgi itu.

Selain dibimbing kepada penghayatan liturgi, anak-anak perlu diajak untuk turut ambil bagian sebagai petugas dalam perayaan Ekaristi seperti menjadi petugas koor, pemazmur, solis, dirigen, pembaca doa umat, pembawa persembahan, lektor maupun sebagai putera-puteri altar.

(25)

diarahkan serta didampingi sejak dini sebelum terlambat, karena merekalah generasi penerus Gereja di masa mendatang.

Usaha untuk memperkenalkan makna perayaan Ekaristi sekaligus untuk mengajak anak terlibat di dalamnya dapat dilakukan dalam pendampingan Komuni Pertama di Gereja. Setiap tahun Gereja mengadakan program pendampingan calon penerima Komuni Pertama. Batas usia yang diberikan oleh pihak Gereja untuk dapat mengikuti pendampingan Komuni Pertama adalah minimal berusia 9 tahun atau sudah duduk di kelas 4 SD. Mengingat bahwa anak-anak yang berumur 9 tahun memasuki masa peka terhadap kehidupan bersama dengan orang lain serta masa bertumbuh dalam sikap dan tindakan dalam hubungannya dengan orang lain, maka inilah kesempatan yang bagus untuk para pendamping Komuni Pertama untuk memperkembangkan iman anak yang dihayati dalam kebersamaan (Amin Susanto, 2004b: 15-16).

Pengalaman dalam hidup bersama, berkumpul bersama, bersatu, saling membantu, saling mengasihi satu sama lain sebagai saudara menjadi dasar perkembangan penghayatan iman. Pengalaman bersatu dalam kebersamaan dalam hubungan dengan orang lain ini diperdalam untuk lebih mengerti, memahami, menghayati hidup bersama dalam iman. Hidup bersama sebagai orang beriman terwujud dalam perayaan Ekaristi, sebagai perayaan cinta kasih yang dianugerahkan Kristus kepada umat beriman (Amin Susanto, 2004c: 12).

(26)

menjadi pertugas liturgi dalam perayaan Ekaristi. Dalam hal ini, seorang pendamping Komuni Pertama diharapkan dapat menolong anak untuk dapat tumbuh dengan imannya, serta mampu membuat anak untuk ikut ambil bagian dalam perayaan Ekaristi baik sebagai petugas maupun peserta. Pendamping Komuni Pertama adalah orang beriman yang membantu anak-anak untuk semakin menghayati imannya. Kesadaran ini mendorong pendamping atau guru agama untuk memberi kesempatan kepada setiap anak untuk mengungkapkan imannya, mendorong untuk senantiasa mewujudkan suasana doa dalam setiap pertemuan (Amin Susanto, 2004b: 16-17).

Menyadari hal tersebut, para pendamping Komuni Pertama di Paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu, Sleman, Yogyakarta, berusaha meningkatkan keterlibatan anak dalam perayaan Ekaristi baik sebagai petugas dalam perayaan Ekaristi, maupun sebagai peserta dalam perayaan Ekaristi. Pendampingan dimulai pada bulan Desember 2011 dan selesai pada bulan Juni 2012. Pertemuan pendampingan persiapan Komuni Pertama di paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu pada tahun 2011-2012 ini dilaksanakan di dua tempat yaitu di SD Kanisius Klepu pada hari Minggu pukul 10.00-11.00 WIB atau setelah misa ke dua di gereja paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu dan di SD Kanisius Minggir pukul 07.30-08.30 WIB setelah misa hari Minggu di gereja stasi Santo Yohanes Chrisostomus Pojok. Para pendamping rata-rata memiliki latar belakang pengetahuan di bidang PAK (Pendidikan Agama Katolik), mereka adalah para guru agama, katekis lapangan dan sebagian mahasiswa IPPAK (Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik) Universitas Sanata Dharma.

Untuk melatih anak terlibat aktif dalam perayaan Ekaristi, para pendamping

(27)

Achievement Divisions. Dalam setiap pertemuan persiapan Komuni Pertama,

anak-anak calon Komuni Pertama dilibatkan secara aktif melalui diskusi kelompok. Selain itu, anak calon penerima Komuni Pertama dilatih untuk dapat tampil dengan rasa percaya diri, misalnya dengan menyuruh anak memimpin doa pembuka atau penutup pertemuan secara bergiliran. Anak juga dilatih untuk dapat membaca Kitab Suci dengan baik dan lancar, misalnya pada saat pertemuan ada bacaan Injil yang menjadi pokok pembahasan. Selain itu, pada saat hari raya Natal pagi maupun Paskah, para petugas liturgi baik koor, pemazmur, lektor, pembaca doa umat, pembawa persembahan dan kolektan adalah anak-anak. Hal tersebut dapat melatih anak untuk terlibat aktif dalam perayaan Ekaristi baik sebagai petugas maupun peserta dalam perayaan Ekaristi.

Bentuk usaha dari para pendamping Komuni Pertama yang lain adalah mendampingi anak-anak selama mengikuti perayaan Ekaristi. Anak-anak duduk di kursi paling depan bersama pendamping. Hal ini dilakukan supaya anak-anak tersebut dapat mengamati, mengikuti dan terlibat aktif dalam perayaan Ekaristi. Anak diajak untuk ikut bernyanyi, mengucapkan doa-doa seperti Syahadat Singkat, doa tobat (Saya Mengaku) dan juga dilatih untuk duduk tenang, tidak ngobrol dengan teman lain dan khidmat mengikuti perayaan Ekaristi dari awal hingga akhir dengan baik. Anak-anak juga diberi tugas untuk mengambil inti sari homili pastor dan dicatat dalam buku kegiatan yang telah disediakan.

(28)

dalam perayaan Ekaristi. Sebelum terlibat aktif, anak-anak perlu dilatih untuk dapat tampil di depan umat dengan baik. Hal inilah yang juga diupayakan oleh para pendamping Komuni Pertama di paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu, Sleman, Yogyakarta melalui model pendampingan kooperatif tipe Student Teams Achievement

Divisions yang dapat melatih keaktifan anak. Maka dari itu, penulis tertarik untuk

membuat skripsi dengan judul PENGARUH MODEL PENDAMPINGAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS DALAM PERSIAPAN KOMUNI PERTAMA TERHADAP KETERLIBATAN ANAK DALAM PERAYAAN EKARISTI DI PAROKI SANTO PETRUS DAN

PAULUS KLEPU, SLEMAN, YOGYAKARTA.

B.Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan model pendampingan kooperatif tipe Student Teams

Achievement Divisions?

2. Seberapa besar keterlibatan anak sebagai peserta maupun petugas dalam perayaan Ekaristi di paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu, Sleman, Yogyakarta?

3. Seberapa besar pengaruh model pendampingan kooperatif tipe Student Teams

Achievement Divisions dalam persiapan Komuni Pertama terhadap keterlibatan

anak dalam perayaan Ekaristi di paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu, Sleman, Yogyakarta?

C.Tujuan Penulisan

1. Untuk mendeskripsikan pengertian model pendampingan kooperatif tipe Student

(29)

2. Untuk mengetahui seberapa besar keterlibatan anak sebagai peserta maupun petugas dalam perayaan Ekaristi di paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu, Sleman, Yogyakarta.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh model pendampingan kooperatif tipe

Student Teams Achievement Divisions dalam persiapan Komuni Pertama terhadap

keterlibatan anak dalam perayaan Ekaristi di paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu, Sleman, Yogyakarta.

D.Manfaat Penulisan

Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Penulis

Penulisan ini dapat membantu penulis dalam mempersiapkan diri untuk menjadi seorang guru agama atau pendamping Komuni Pertama di paroki supaya dapat membantu anak-anak calon Komuni Pertama terlibat aktif dalam perayaan Ekaristi baik sebagai peserta maupun petugas melalui model pendampingan kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions.

2. Para Guru Agama atau Pendamping Komuni Pertama

(30)

E.Metode Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu metode yang menggambarkan dan memaparkan data-data yang diperoleh melalui studi pustaka untuk menarik sebuah kesimpulan. Data yang dibutuhkan dikumpulkan menggunakan angket berskala yang jawabannya bersifat tertutup.

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini mengambil judul PENGARUH MODEL PENDAMPINGAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS DALAM

PERSIAPAN KOMUNI PERTAMA TERHADAP KETERLIBATAN ANAK DALAM PERAYAAN EKARISTI DI PAROKI SANTO PETRUS DAN PAULUS KLEPU, SLEMAN, YOGYAKARTA. Judul tersebut akan diuraikan menjadi enam bab sebagai berikut:

Bab I berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

(31)

model kooperatif; elemen-elemen dasar model kooperatif; ciri-ciri model kooperatif; tujuan model kooperatif; aspek-aspek model kooperatif; keungggulan dan kelemahan model kooperatif; langkah-langkah umum model kooperatif; tugas-tugas guru dalam model kooperatif; model kooperatif tipe STAD; karakteristik tipe STAD. Keterlibatan dalam perayaan Ekaristi meliputi: pengertian Ekaristi, pengertian perayaan Ekaristi, kehadiran Kristus dalam perayaan Ekaristi; tujuan perayaan Ekaristi, cara menanamkan makna Ekaristi kepada calon penerima Komuni Pertama, bagian-bagian dari perayaan Ekaristi, pengertian keterlibatan, bentuk keterlibatan dalam perayaan Ekaristi, keterlibatan sebagai petugas dalam perayaan Ekaristi.

Bab III berisi metodologi penelitian yang meliputi jenis penelitian, desain penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi, teknik dan instrumen pengumpulan data, uji persyaratan analisis dan hipotesis.

Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi uji persyaratan analisis, deskripsi data hasil penelitian, uji hipotesis, hasil studi dokumen, pembahasan hasil penelitian, keterbatasan penelitian.

Bab V berisi usulan program pengembangan pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pendampingan Komuni Pertama yang meliputi latar belakang usulan, tema dan tujuan, serta program pendampingan kooperatif tipe STAD dalam persiapan Komuni Pertama.

(32)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

Ada 4 (empat) hal yang akan dikemukakan pada kajian pustaka dan hipotesis ini, yakni: kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka pikir dan hipotesis.

A.Kajian Pustaka

Pada bagian kajian pustaka akan dibahas mengenai pendampingan Komuni Pertama, model kooperatif, model pendampingan kooperatif tipe Student Teams

Achievement Divisions (STAD) dan keterlibatan dalam perayaan Ekaristi.

1. Model Pendampingan Kooperatif Tipe STAD dalam Persiapan Komuni Pertama

a. Sakramen Inisiasi 1) Arti Kata Inisiasi

Kata inisiasi berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata kerja inire yang berarti ‘memasuki’. Inisiasi berarti memasuki suatu kelompok, bergabung dengan suatu kelompok atau diterima sebagai anggota dalam suatu kelompok. Seluruh proses ‘membuat anggota baru’ itu disebut inisiasi (Sumarno Ds, 2010: 3).

2) Inisiasi Kristiani

(33)

dijadikan anggota umat Allah. Ia menerima pengampunan dosa dan diangkat menjadi anak Allah, lahir baru dari air dan Roh Kudus. Berkat Sakramen Krisma manusia dimeteraikan dengan kurnia Roh Kudus dan dipenuhi dengan Roh Kudus untuk memberi kesaksian iman di dunia serta memperkembangkan Tubuh Kristus menuju kesempurnaan. Akhirnya ia mengambil bagian dalam Ekaristi dan menyambut Tubuh dan Darah Kristus agar menerima hidup kekal dan menampakkan kesatuan umat Allah (Sumarno Ds, 2010: 3).

Proses inisiasi dapat dibedakan menjadi tiga kemungkinan yaitu inisiasi dewasa, inisiasi anak-anak dan inisiasi darurat. Pada proses inisiasi darurat, orang dewasa yang dalam bahaya maut, yang hendak meninggal dan tidak sadar, dimintakan oleh orang lain secara mendadak untuk dimasukkan Gereja lewat pembaptisan darurat (Sumarno Ds, 2010: 1).

Pada proses inisiasi orang dewasa disampaikan pewartaan Injil. Pewartaan tersebut ditanggapi dengan pertobatan dan iman. Selanjutnya orang dewasa tersebut mewujudkan tanggapan tersebut dalam suatu persiapan katekese untuk pembaptisan yang meliputi pengetahuan dan pengalaman menggereja. Lalu orang secara resmi diterima oleh umat lewat Baptis dan diterima sebagai anggota penuh yang ikut bertanggung jawab dan yang diikutsertakan sepenuhnya dalam puncak kegiatan umat sebagai umat dalam Ekaristi dan Krisma. Setelah pembaptisan maka dilanjutkan dengan katekese lanjutan. Pada saat pembaptisan untuk orang dewasa, maka orang dewasa tersebut sekaligus menerima Sakramen Ekaristi (Sumarno Ds, 2010: 1).

(34)

di mana ia cukup sadar, ia menerima dan diberi pewartaan Injil dan ditanggapinya dengan iman dan pertobatan. Kemudian mereka diikutsertakan sepenuhnya dalam kegiatan umat dalam Ekaristi, Sakramen Tobat dan dijadikan anggota Gereja penuh dan bertanggung jawab lewat Sakramen Krisma melalui persiapan katekese untuk proses inisiasi yang bersangkutan. Untuk itu perlu adanya persiapan Komuni Pertama bagi anak yang dibaptis ketika masih bayi sesudah anak tersebut sampai pada umur di mana ia cukup sadar untuk menerima pewartaan Injil (Sumarno Ds, 2010: 1).

b. Komuni Pertama

1) Pengertian Komuni Pertama

Komuni berarti persekutuan atau persatuan. Dalam perayaan Ekaristi atau Misa Kudus, orang beriman menyambut Kristus dalam rupa Roti dan Anggur yang sudah dikonsekrasikan. Demikian Kristus yang adalah Imam dan sekaligus Kurban perayaan ini, menyatukan Diri secara rohani dengan orang-orang beriman. Persatuan

(communio) ini disebut komuni (Heuken, 2005: 18).

Komuni Pertama diberikan kepada orang dewasa pada Misa Kudus pertama sesudah Pembaptisan. Bagi anak-anak, Komuni Pertama merupakan semacam tahap inisiasi, saat anak yang sudah lama dibaptis, untuk pertama kali dan dengan meriahnya diperbolehkan untuk mengambil bagian secara penuh dan sakramental dalam perayaan Ekaristi (Heuken, 2005: 19).

2) Tujuan Komuni Pertama

(35)

(inire: masuk atau bergabung dalam suatu kelompok) adalah memasukkan atau

menerima seseorang ke dalam suatu kelompok. Dengan kedua Sakramen inisiasi lainnya, yakni Sakramen Baptis dan Sakramen Krisma, maka Sakramen Ekaristi memasukkan seseorang untuk hidup secara penuh sebagai orang Kristen. Ketiga Sakramen tersebut memasukkan orang ke dalam kehidupan Allah Bapa sebagai Pencipta, yang menjadikan seseorang anak Allah, ciptaan baru karena Roh Kudus (Sakramen Baptis); mendapat penebusan dan dihidupi dari Kristus Yesus (Sakramen Ekaristi), dan disucikan oleh Roh Kudus (Sakramen Krisma).

3) Persyaratan Komuni Pertama

Ada beberapa persyaratan yang ada dalam penerimaan Komuni Pertama. Dalam buku Panduan Pelayanan Umat di Paroki karangan Cahyo Irwanto (2005: 30-31) syarat-syarat tersebut antara lain:

• Mendaftarkan diri kepada panitia penerimaan Komuni Pertama yang ada di paroki atau sekolah dasar Katolik setempat yang ditunjuk menangani hal ini. Anak yang bersekolah di sekolah dasar negeri bisa mengikuti pelajaran Komuni Pertama di sekolah Katolik.

• Menyerahkan Surat Baptis asli kepada panitia/sekolah Katolik, atau bisa melalui sekretariat paroki.

• Mengikuti persiapan Komuni Pertama. Bila perlu orang tua calon Komuni Pertama juga dilibatkan mengikutinya.

(36)

Dalam KHK (Kitab Hukum Kanonik), kan. 912 dikatakan bahwa “Setiap

orang yang telah dibaptis dan tidak dilarang oleh hukum, dapat dan harus diizinkan untuk menerima komuni suci.” Agar Ekaristi mahakudus dapat diterimakan kepada anak-anak, maka mereka dituntut untuk memiliki pemahaman cukup dan telah dipersiapkan dengan seksama, sehingga dapat memahami misteri Kristus sesuai dengan daya tangkap mereka dan mampu menyambut Tubuh Tuhan dengan iman dan khidmat. Tetapi anak-anak yang berada dalam bahaya maut dapat diberi Ekaristi mahakudus, bila mereka dapat membedakan Tubuh Kristus dari makanan biasa serta menyambut komuni dengan hormat (KHK, kan. 913 § 1).

c. Persiapan Komuni Pertama

1) Pengertian Persiapan Komuni Pertama

Persiapan Komuni Pertama adalah masa yang secara khusus untuk membina para calon Komuni Pertama selama beberapa bulan sambil melibatkan orang tua serta seluruh keluarga melalui katekese, latihan, dan praktik liturgi beberapa pokok iman dijelaskan secara sistematis dan dirayakan bersama-sama sebelum penerimaan Komuni Pertama (Müller, 2003: 7).

2) Tujuan Persiapan Komuni Pertama

(37)

dan pendidikan nilai, tujuan persiapan Komuni Pertama yaitu sebagai persiapan dan sebagai pengantar, yaitu mempersiapkan anak masuk ke dalam kehidupan kristiani, menginisiasikan anak sebagai anggota Gereja dan anak dapat mengerti bagaimana menjadi orang Katolik yang baik. Selanjutnya, berkaitan dengan persiapan penerimaan Ekaristi, maka tujuan dari persiapan Komuni Pertama adalah supaya anak secara sadar mengikuti dan mengambil bagian dalam perayaan Ekaristi.

Menurut Amin Susanto (2004b: 13) tujuan persiapan Komuni Pertama adalah memberikan kesaksian iman guru agama terhadap anak yang bermaksud menghayati imannya juga, khususnya menyambut Komuni Pertama, dalam perayaan Ekaristi.

3) Unsur-unsur dalam Persiapan Komuni Pertama

Unsur-unsur yang ada dalam persiapan Komuni Pertama meliputi pendamping, materi pendampingan, proses pendampingan, dan sarana pendampingan.

a) Pendamping Komuni Pertama

Menurut Sumarno Ds (2010: 43) persiapan Komuni Pertama itu melibatkan banyak orang, baik guru agama, bapak-ibu maupun pastor paroki dan pamong jemaat. Dalam hal ini ada dua unsur pokok yang menjadi pendamping persiapan komuni pertama. Kedua unsur pokok pendamping persiapan Komuni Pertama tersebut adalah orang tua dan guru agama.

(1) Orang tua

(38)

Perayaan Ekaristi saja, namun mereka seharusnya mendampingi anaknya terus-menerus untuk mempersiapkan lebih matang penghayatan iman dari segi-segi yang lain, misalnya menyambut komuni, menerima sakramen krisma, dst (Amin Susanto, 2004c: 11-12).

Orang tua dari anak calon Komuni Pertama juga perlu menciptakan suasana dan relasi yang baik, misalnya dengan menyediakan waktu khusus minimal sekali dalam seminggu untuk mengadakan pembicaraan dengan anak yang akan menyambut Komuni Pertama. Orang tua perlu juga untuk mendalami dan mengerti tentang hal-hal pokok dan masalah-masalah yang dibicarakan dalam pendampingan Komuni Pertama, maka orang tua setidak-tidaknya memiliki buku Persiapan Komuni Pertama: Pegangan Orang tua karangan Al. Amin Susanto, atau bertanya langsung kepada orang lain yang lebih memahami. Selain itu, orang tua juga harus membantu anak-anak mereka dalam menghayati doa-doa dan menghafalkannya. Orang tua juga perlu memperhatikan sarana-sarana yang dibutuhkan di dalam pendampingan Komuni Pertama, misalnya gambar-gambar, buku-buku, dan Kitab Suci. Orang tua juga harus memahami terlebih dahulu isi bacaan-bacaan yang ada dalam Kitab Suci (Sumarno Ds, 2010: 44).

(2) Guru Agama atau Pendamping Komuni Pertama

(39)

anak untuk mengungkapkan imannya, mendorong untuk senantiasa mewujudkan suasana doa dalam setiap acara pertemuan (Amin Susanto, 2004b: 16).

Guru agama bertugas mempersiapkan anak untuk menerima Komuni Pertama bersama-sama dengan orang tua. Kerja sama antara guru, orang tua dan anak perlu diwujudkan. Khususnya dalam mempersiapkan upacara penyambutan komuni dalam perayaan Ekaristi, guru agama perlu memikirkan beberapa latihan lagu-lagu, latihan-latihan upacara yang menunjang lancar dan khidmatnya perayaan Ekaristi nanti. Maka setiap kali pertemuan sudah harus dipikirkan beberapa latihan yang mendukung persiapan untuk perayaan Ekaristi (Amin Susanto, 2004b: 17).

Seorang guru perlu menyajikan persiapan Komuni Pertama secara praktis, dapat mengolah lebih lanjut bahan-bahan agar terwujud bentuk penyajian yang menarik. Guru membantu anak untuk memperkembangkan pengertian penghayatan cinta kasih, mengajak anak mengungkapkan imannya, mengajak anak untuk setiap hari Minggu menghadiri perayaan Ekaristi di gereja. Guru perlu memperhatikan hal-hal praktis, misalnya: presensi anak, pengecekan surat permandian, penyajian metode dan alat peraga, melatih lagu-lagu Komuni Pertama, dan mengadakan latihan upacara yang menunjang kelancaran dan hikmahnya perayaan Ekaristi. Guru juga perlu mengadakan rapat, latihan dengan orang tua dan anak menjelang perayaan penerimaan Komuni Pertama, sehingga perayaan sungguh berkesan (Sumarno Ds, 2004: 43).

b) Materi Persiapan Komuni Pertama

(40)

• Pokok 1: Aku bersama keluarga

• Pokok 2: Makan bersama menyenangkan • Pokok 3: Yesus memanggil anak-anak

• Pokok 4: Yesus mencari sahabat-sahabat-Nya • Pokok 5: Yesus memanggil dua belas rasul • Pokok 6: Yesus memberi makan orang banyak • Pokok 7: Yesus akan memberi roti kehidupan • Pokok 8: Yesus memberi roti kehidupan

• Pokok 9: Yesus membasuh kaki sahabat-sahabat-Nya • Pokok 10: Kasih dengan bukti perbuatan

• Pokok 11: Kasih terhadap orang yang tidak kita senangi • Pokok 12: Bekerja

• Pokok 13: Yesus bersama kita

• Pokok 14: Menyambut Tubuh Kristus • Pokok 15: Bagian-bagian perayaan Ekaristi

Selain itu, dalam buku Yesus Pokok Anggur: Buku Pembina karangan Soenarto (2006: 7), ada 14 tema pertemuan dalam persiapan Komuni Pertama, yaitu:

• Pertemuan 1 Berkumpul dan Bergembira Bersama karena Diundang • Pertemuan 2 Yesus Memanggil Kita untuk Mengikuti dan Bersatu

dengan-Nya

• Pertemuan 3 Biarkanlah Anak-anak Datang Kepada-Ku

• Pertemuan 4 Kepedulian Yesus Kepada Semua Orang yang Menderita • Pertemuan 5 Apa yang Dikatakan Yesus Pasti Terjadi

• Pertemuan 6 Yesus Maha Pengampun • Pertemuan 7 Yesus yang Memberi Hidup • Pertemuan 8 Yesus Gembala yang Baik

• Pertemuan 9 Tinggal di Dalam Aku, Engkau Akan Berbuah Banyak • Pertemuan 10 Dalam Yesus Ada Keselamatan

• Pertemuan 11 Berlayar Bersama Yesus • Pertemuan 12 Inilah Darah-Ku

• Pertemuan 13 Perbuatlah Ini Menjadi Peringatan Akan Daku • Pertemuan 14 Berbuat Seperti Yesus

Menurut Soenarto (2006: 10) materi tersebut dibuat mengingat bahwa pusat perhatian dalam mempersiapkan orang untuk menerima Komuni adalah Pribadi Yesus Kristus yang:

(41)

• Mengundang setiap orang untuk melihat dan mengenal-Nya lebih dekat dan lebih mendalam (Yoh 1:39b).

• Mengundang setiap orang untuk tinggal bersama-sama dengan Dia (Yoh 1:39c). • Mengajak berjalan bersama dengan-Nya, ikut ambil bagian dalam melayani

sesama, terlebih kepada yang miskin, terlantar, dan menderita (Yoh 1:43; bdk. Luk 4:18,19).

Menurut Soenarto (2006: 22-23), seseorang yang menerima Komuni berarti dipersatukan dengan Yesus Kristus. Persatuan dengan Yesus Kristus akan semakin sempurna apabila seseorang mengenal-Nya. Ada 3 (tiga) unsur dalam hal mengenal Yesus yaitu mengetahui, menjalin hubungan pribadi dengan-Nya dan melibatkan diri dengan karya-Nya. Mengetahui tidak hanya sekedar mengetahui, misalnya hanya mengetahui nama-Nya, melainkan mengetahui secara lebih menyeluruh tentang pribadi Yesus Kristus.

Tema-tema yang digunakan dalam pendampingan Komuni Pertama adalah tema yang mengajak anak untuk datang kepada Yesus, memenuhi undangan-Nya, melihat Dia agar semakin memahami secara lebih dalam siapa sesungguhnya pribadi Yesus. Hal tersebut akan menyebabkan anak bersedia untuk hidup bersatu, tinggal bersama-sama Yesus, sehingga mereka mampu menemukan Yesus Kristus Sang Mesias (Soenarto, 2006: 23).

c) Proses Persiapan Komuni Pertama

(42)

yang akan digunakan (Müller, 2003: 12). Penggunaan metode yang bervariasi dapat mengatasi rasa jenuh dan kebosanan anak dalam mengikuti pendampingan.

Menurut Amin Susanto (2004c: 14) dalam buku Persiapan Komuni Pertama: Pegangan Orang Tua, pelaksanaan pertemuan dalam suasana kekeluargaan, bukan sebagai guru dan murid, tetapi santai, rileks namun sungguh-sungguh. Pelaksanaan pendampingan dimulai dengan doa singkat bersama dan ditutup dengan doa spontan.

d) Sarana dalam Persiapan Komuni Pertama

Untuk membantu memperlancar tugas pendamping dalam persiapan Komuni Pertama, selain penggunaan metode yang tepat, juga dibutuhkan sarana dan prasarana pendukung. Yang dimaksud sarana adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam mencapai suatu maksud atau tujuan (Poerwodarminta, 1986: 784). Sedangkan prasarana adalah segala yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (Poerwodarminta, 1986: 699).

Sarana-sarana yang dapat digunakan misalnya gambar-gambar, boneka kain, Rosario, papan tulis, Kitab Suci, buku Madah Bhakti dan alat-alat misa. Sarana pendampingan Komuni Pertama juga dapat menggunakan film-film rohani, misalnya riwayat Yesus atau Santo Marcelino. Sarana-sarana tersebut perlu diusahakan agar peserta atau caon Komuni Pertama semakin termotivasi dan mengikuti kegiatan dalam persiapan Komuni Pertama secara aktif.

d. Model Kooperatif

(43)

tersebut adalah pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik, dan model. Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut.

1) Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik dan Model

Menurut Wina Sanjaya (2006: 127) pendekatan (approach) dapat diartikan

sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.

Sementara itu, sebagaimana dikutip oleh Rusman (2010: 132), Kemp mengemukakan bahwa “Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.” Selanjutnya dengan mengutip pemikiran J. R. David, Wina Sanjaya (2006: 126) menyebutkan bahwa:

Dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan, artinya bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Strategi digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a

plan, method, or series of achieves a particular educational goal.

(44)

mengimplementasikan suatu metode. Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan suatu metode atau teknik pembelajaran tertentu. Teknik dan taktik mengajar merupakan penjabaran dari metode pembelajaran (Wina Sanjaya, 2006: 127).

Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh, maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru (Rusman, 2010: 60).

Model merupakan bentuk konkret dari pendekatan dan strategi yang meliputi metode dan taktik. Ratumanan (2010: 22) mengutip pendapat Joice dan Weill yang menyatakan bahwa setiap model pembelajaran memiliki lima komponen, yakni: sintaks, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, serta dampak instruksional dan pengiring.

a) Sintaks

Sintaks menunjuk pada keseluruhan alur kegiatan belajar mengajar. Sintaks menentukan jenis-jenis tindakan guru dan siswa yang diperlukan, urutan atau langkahnya dan tugas yang diberikan kepada siswa. Sintaks dideskripsikan dalam urutan aktivitas-aktivitas yang disebut fase (Ratumanan, 2010: 23).

b) Sistem Sosial

(45)

norma yang dianjurkan. Peran kepemimpinan guru sangat berbeda-beda dari satu model ke model lainnya.” Sistem sosial itu menyatakan bagaimana interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa lainnya.

c) Prinsip Reaksi

Prinsip reaksi berkaitan dengan bagaimana cara guru memperhatikan dan memperlakukan siswa, termasuk bagaimana guru memberikan respons pertanyaan, jawaban, tanggapan atau apa saja yang dilakukan siswa (Ratumanan, 2010: 26).

d) Sistem Pendukung

Sistem pendukung adalah semua sarana, bahan dan alat yang diperlukan untuk menerapkan sebuah model pembelajaran. Dengan penyiapan dan pengelolaan bahan dan media pembelajaran dapat meningkatkan partisipasi aktif setiap anggota kelompok dalam belajar dan bekerja serta meningkatkan hasil belajar (Ratumanan, 2010: 28).

e) Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring

Dampak instruksional adalah hasil belajar yang dicapai langsung dengan mengarahkan para siswa pada tujuan yang diharapkan. Sedangkan dampak pengiring adalah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses mengajar belajar, sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami langsung oleh siswa tanpa pengarahan langsung dari guru (Ratumanan, 2010: 28-37).

(46)

2) Latar Belakang Model Kooperatif

Rusman (2010: 201) mengemukakan bahwa teori yang melandasi model kooperatif adalah teori konstruktivisme. Pada dasarnya pendekatan konstruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan di mana siswa harus secara individual menemukan dan mentransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu. Dalam teori konstruktivisme ini lebih mengutamakan pada pembelajaran siswa yang dihadapkan pada masalah-masalah kompleks untuk dicari solusinya, selanjutnya menemukan bagian-bagian yang lebih sederhana atau keterampilan yang diharapkan. Model ini dikembangkan dari teori belajar konstruktivisme yang lahir dari gagasan Piaget dan Vigotsky. Dalam model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka.

(47)

pembentukan kelompok belajar. Dengan adanya pembentukan kelompok belajar, maka akan mampu memberikan kesempatan kepada siswa secara aktif dan kesempatan untuk mengungkapkan sesuatu yang dipikirkan siswa kepada teman, serta akan membantu siswa untuk dapat melihat sesuatu dengan lebih jelas bahkan melihat ketidaksesuaian yang ada dalam pandangan mereka sendiri (Rusman, 2010: 202).

3) Pengertian Model Kooperatif

Pengertian model pembelajaran kooperatif menurut Roger sebagaimana telah dikutip oleh Miftahul Huda (2011:29) adalah:

Cooperative learning is group learning activity organized in such a way that learning is based on the socially structured change of information between learners in group in which each learner is held accountable for his or her own learning and is motivated to increase the learning of others

(Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota lain).

Selanjutnya, Miftahul Huda (2011: 32) juga mengutip pernyataan Artz dan Newman yang mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai “small group of learners working together as a team to solve a problem, complete a task, or

accomplish a common goal” ataukelompok kecil pembelajar/siswa yang bekerja sama

dalam satu tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau mencapai satu tujuan bersama.

(48)

(empat) sampai 6 (enam) orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen atau berbeda-beda.

Senada dengan pendapat Rusman, Wina Sanjaya (2006: 242) menyatakan bahwa model kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen).

Model kooperatif mengacu pada metode pembelajaran di mana setiap siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar. Pembelajaran kooperatif pada umumnya melibatkan kelompok yang terdiri dari 4 (empat) atau 5 (lima) siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda atau heterogen dan ada pula yang menggunakan kelompok dengan ukuran yang berbeda-beda (Miftahul Huda, 2011: 32).

4) Elemen-elemen Dasar Model Kooperatif

Ada beberapa elemen dasar dalam model kooperatif, yaitu: saling ketergantungan positif, interaksi promotif, akuntabilitas individu, keterampilan interpersonal dan kelompok kecil, serta pemrosesan kelompok.

a) Saling Ketergantungan Positif (Positive Interdepedence)

(49)

mempelajari materi yang ditugaskan dan memastikan bahwa semua anggota kelompoknya juga mempelajari materi tersebut (Miftahul Huda, 2011: 46-47).

Ketergantungan yang positif adalah suatu bentuk kerja sama yang sangat erat kaitannya antara anggota kelompok. Kerja sama ini dibutuhkan untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran. Siswa benar-benar mengerti bahwa kesuksesan kelompok tergantung pada kesuksesan dari anggota-anggotanya (Rusman, 2010: 204).

Selanjutnya, Rusman (2010: 212) juga mengutip pernyataan Roger dan David Johnson yang menyatakan bahwa “Dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kerja masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok akan merasakan saling ketergantungan.”

b) Interaksi Promotif (Promotive Interaction)

Interaksi promotif dapat didefinisikan sebagai suatu interaksi dalam kelompok dimana setiap anggota saling mendorong dan membantu anggota lain dalam usaha mereka untuk mencapai, menyelesaikan, dan menghasilkan sesuatu untuk tujuan bersama. Interaksi promotif muncul ketika anggota-anggota kelompok saling memberikan bantuan yang efektif dan efisien bagi anggota-anggota lain yang membutuhkan, saling berbagi-tukar dan memproses informasi dengan efektif dan efisien; saling memberikan feedback untuk mengimprovisasi performa sebelumnya

(50)

saling berusaha untuk memberikan manfaat yang bisa dirasakan bersama; dan saling menjaga emosi agar tetap tercipta suasana kelompok yang kondusif dan nyaman (Miftahul Huda, 2011: 51-52).

Kemampuan bersosialisi adalah kemampuan bekerja sama yang biasa digunakan dalam aktivitas kelompok. Kelompok tidak berfungsi efektif jika siswa tidak memiliki kemampuan bersosialisasi yang sangat dibutuhkan (Rusman, 2010: 204).

c) Akuntabilitas Individu (Individual Accountability)

Setiap orang memang harus mengerjakan setiap tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Salah satu ciri penting dari pembelajaran kooperatif, yakni tanggung jawab individu (individual accountability). Akuntabilitas ini muncul ketika performa setiap anggota dinilai dan hasilnya diberikan kembali kepada mereka dan kelompoknya. Pada hakekatnya, tujuan pembelajaran kooperatif selain untuk membangun interaksi yang positif, adalah menciptakan individu-individu yang memiliki kepribadian dan rasa tanggung jawab yang besar. Setelah berpartisipasi dalam tugas-tugas kelompok, masing-masing anggota seharusnya bisa lebih siap untuk menghadapi tugas-tugas selanjutnya yang harus diselesaikan secara pribadi atau individu (Miftahu Huda, 2011: 52-53).

(51)

d) Keterampilan Interpersonal dan Kelompok Kecil (Interpersonal and Small-group skill)

Untuk mengkoordinasi setiap usaha demi mencapai tujuan kelompok, siswa harus: saling mengerti dan percaya satu sama lain, berkomunikasi dengan jelas dan tidak ambigu, saling menerima dan mendukung satu sama lain, dan mendamaikan setiap perdebatan yang sekiranya melahirkan konflik. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil tidak secara tiba-tiba muncul ketika dibutuhkan. Siswa harus diajari keterampilan sosial untuk bekerja sama secara efektif dan dimotivasi untuk menerapkan keterampilan tersebut dalam kelompok-kelompok kooperatif agar terwujud suasana yang produktif (Miftahul Huda, 2011: 55-56).

e) Pemrosesan Kelompok (Group Processing)

Menurut Miftahul Huda (2011: 56-57) pemrosesan kelompok dapat didefinisikan sebagai refleksi kelompok dalam:

• mendeskripsikan tindakan apa saja yang dapat membantu dan tidak terlalu membantu,

• membuat keputusan tentang tindakan apa saja yang dapat dilanjutkan atau perlu diubah. Tujuan pemrosesan kelompok adalah mengklarifikasi dan meningkatkan efektivitas kerja sama antar anggota untuk mencapai tujuan kelompok.

5) Ciri-ciri Model Kooperatif

Menurut Muhfida (2012: 1), ciri-ciri model kooperatif yaitu:

(52)

• Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

• Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang heterogen ras, suku, budaya dan jenis kelamin, maka diupayakan agar tiap kelompok terdapat keheterogenan tersebut. • Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada kerja perorangan.

6) Tujuan Model Kooperatif

Menurut Muhfida (2012: 1), tujuan dari model kooperatif antara lain: • Hasil belajar akademik, yaitu meningkatkan kinerja siswa dalam tugas akademik. • Penerimaan terhadap keragaman, yaitu agar siswa menerima teman-temannya yang

mempunyai berbagai macam latar belakang.

• Pengembangan keterampilan sosial, yaitu mengembangkan keterampilan sosial seperti berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat teman, memancing teman untuk bertanya, mau mengungkapkan ide dan bekerja dalam kelompok.

7) Komponen-komponen Model Kooperatif

Komponen-komponen dalam model kooperatif meliputi: sintaks, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, serta dampak instruksional dan dampak pengiring.

a) Sintaks

(53)

(1) Penjelasan Materi

Tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran (Rusman, 2010: 212).

(2) Belajar Kelompok

Tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi kepada siswa. Siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya (Rusman, 2010: 213).

(3) Penilaian

Penilaian dalam model kooperatif dilakukan melalui tes atau kuis baik secara individu atau kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian pada kemampuan kelompoknya. Hasil akhir adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua (Rusman, 2010: 213).

(4) Pengakuan Tim

Pengakuan tim adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah, dengan harapan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi lebih baik lagi (Rusman, 2010: 213).

b) Sistem Sosial

(54)

pemecahan masalah pada kelompok masing-masing mendapat penekanan penting. Demikian juga interaksi antar siswa dalam kelas pada fase presentasi dan diskusi.

Guru berfungsi memfasilitasi agar interaksi antara siswa dalam semua aktivitas kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung baik. Guru perlu juga mengorganisasi dan memotivasi siswa agar terjadi kerja sama secara kooperatif dan memungkinkan terjadinya konstruksi pengetahuan (Ratumanan, 2010: 26 )

c) Prinsip Reaksi

Menurut Ratumanan (2010: 26-27), dalam model kooperatif, seorang guru mempunyai peran sebagai fasilitator, konduktor dan moderator.

(1) Sebagai Fasilitator

Sebagai fasilitator, seorang guru harus menyediakan sumber-sumber belajar, mendorong dan memberikan bantuan bagi siswa untuk dapat belajar serta mengkonstruksi pemahamannya secara optimal (Ratumanan, 2010: 27).

(2) Sebagai Konduktor

Sebagai konduktor, seorang guru harus mengatur dan mendorong setiap siswa untuk melaksanakan perannya secara baik (Ratumanan, 2010: 27).

(3) Sebagai Moderator

(55)

Menurut Ratumanan (2010: 27) dalam model kooperatif, seorang guru diharapkan untuk:

• Memberikan perhatian pada penciptaan suasana demokratis dan membangun interaksi siswa yang kondusif dan dinamis dalam kelompok kecil atau kelas.

• Menyediakan dan mengelola sumber-sumber belajar yang relevan yang dapat mendukung siswa dalam melakukan aktivitas atau pemecahan masalah.

• Mengarahkan siswa sehingga dapat mengkonstruksi pengetahuan melalui kelompok atau diskusi kelas.

• Menekankan pentingnya bekerjasama secara kooperatif dalam kelompok masing-masing untuk mencapai tujuan pembelajaran dan meningkatkan keterampilan kooperatif setiap siswa.

• Memberikan bantuan terbatas pada setiap siswa (individual atau kelompok) berupa penjelasan secukupnya tanpa memberikan jawaban atas masalah yang sedang dipelajari.

• Menghargai pendapat siswa dan mendorong siswa untuk dapat bersikap lebih kritis dalam mengkaji suatu masalah.

d) Sistem Pendukung

Sistem pendukung (support system) suatu model pembelajaran merupakan

semua sarana, bahan dan alat yang diperlukan untuk menerapkan model tersebut. Dalam model kooperatif diperlukan sejumlah bahan ajar dan media pembelajaran. Untuk setiap pokok bahasan yang akan dibahas, guru perlu menyiapkan bahan ajar (baik berupa buku siswa, maupun hand out), lembar kegiatan siswa, perangkat

(56)

Dengan penyiapan dan pengelolaan bahan ajar serta media pembelajaran, selain dapat meningkatkan partisipasi aktif dari setiap anggota kelompok dalam belajar dan bekerja, maka juga akan dapat meningkatkan hasil belajar (Ratumanan, 2010: 28).

e) Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring

Dalam model kooperatif, siswa tidak menerima informasi secara pasif, tetapi siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan, sehingga guru tidak lagi berfungsi sebagai pemberi ilmu, tetapi sebagai fasilitator. Pada saat melakukan aktivitas atau pemecahan masalah dalam kelompok-kelompok kecil secara kooperatif, siswa saling berinteraksi, saling membantu dan saling melengkapi. Hal ini akan memungkinkan siswa untuk dapat memahami sendiri suatu konsep dan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Selain itu, melalui pembelajaran dalam kelompok juga dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan bekerja sama siswa (Ratumanan, 2010: 29).

Dampak instruksional dari model kooperatif antara lain adalah kemampuan mengkonstruksi pengetahuan, penguasaan bahan ajar, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan berpikir kritis, keterampilan kooperatif dan kemampuan berkomunikasi. Sedangkan untuk dampak pengiring dari model kooperatif meliputi kemandirian atau otonomi dalam belajar dan sikap positif terhadap mata pelajaran (Ratumanan, 2010: 29-37).

8) Aspek-aspek Model Kooperatif

(57)

a) Tujuan

Tujuan model kooperatif dengan menempatkan semua siswa dalam kelompok-kelompok kecil, yaitu anak diminta untuk mempelajari materi tertentu dan saling memastikan bahwa semua anggota kelompok dalam kelompok juga mempelajari materi tersebut (Miftahul Huda, 2011: 78).

b) Level Kooperasi

Kerja sama dapat diterapkan dalam level kelas yaitu dengan cara memastikan bahwa semua siswa di ruang kelas benar-benar mempelajari materi yang ditugaskan oleh guru (Miftahul Huda, 2011: 78).

c) Pola Interaksi

Setiap siswa saling mendorong kesuksesan antar satu sama lain. Siswa mempelajari materi pembelajaran bersama dengan siswa yang lain, saling menjelaskan bagaimana cara menyelesaikan tugas pembelajaran yang diberikan guru, menyimak penjelasan masing-masing, saling mendorong satu sama lain untuk bekerja keras dan saling memberikan bantuan akademik jika ada yang membutuhkan atau mengalami kesulitan (Miftahul Huda, 2011: 78).

d) Evaluasi

(58)

9) Keunggulan dan Kelemahan Model Kooperatif

Model kooperatif memiliki keunggulan dan kelemahan antara lain:

a) Keunggulan Model Kooperatif

Menurut Wina Sanjaya (2006: 249-250), keunggulan dari model kooperatif yaitu:

• Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber dan belajar dari siswa yang lain.

• Mampu mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.

• Membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

• Membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

• Dapat meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu,

• Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, dan menerima umpan balik.

• Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).

(59)

b) Kelemahan Model Kooperatif

Disamping memiliki keunggulan, menurut Wina Sanjaya (2006: 250-251) model kooperatif juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu:

• Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan.

• Ciri utama model kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan, maka jika tanpa peer teaching yang efektif, dibandingkan dengan pengajaran yang secara

langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian dapat menyebabkan apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dapat dicapai oleh siswa. • Penilaian yang diberikan dalam model kooperatif didasarkan kepada hasil kerja

kelompok, namun guru perlu menyadari bahwa sebenarnya hasil yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.

• Keberhasilan model kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, sehingga tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-sekali penerapannya. • Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting

untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual.

10) Tugas-tugas Guru dalam Model Kooperatif

(60)

a) Menyampaikan Tujuan dan Memotivasi Siswa

Dalam model kooperatif, guru harus menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari tersebut dan memotivasi semua siswa untuk belajar (Rusman, 2010: 211).

b) Menyajikan Informasi

Dalam model kooperatif, guru harus menyajikan informasi atau materi kepada siswa misalnya dengan demonstrasi atau bahan bacaan (Rusman, 2010: 211).

c) Mengorganisasikan Siswa ke dalam Kelompok-kelompok Belajar

Dalam model kooperatif, seorang guru harus menjelaskan kepada siswa terlebih dahulu bagaimana caranya membentuk suatu kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar dapat melakukan transisi secara efektif dan efisien (Rusman, 2010: 211).

d) Membimbing Kelompok Bekerja dan Belajar

Dalam model kooperatif, guru harus membimbing kelompok-kelompok belajar yang telah dibentuk pada saat mereka mengerjakan tugas yang telah diberikan. Semua anggota kelompok harus dapat bekerja dan belajar secara bersama-sama (Rusman, 2010: 211).

e) Mengevaluasi

(61)

Hal ini dapat mengukur apakah tujuan dari proses pembelajaran dapat tercapai atau tidak (Rusman, 2010: 211).

f) Memberikan Penghargaan

Pada akhir proses pembelajaran, guru harus memberi penghargaan baik upaya maupun hasil belajar dari setiap individu dan kelompok. Penghargaan terhadap prestasi siswa ini dapat meningkatkan minat siswa untuk belajar (Rusman, 2010: 211).

11) Model Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions

Model ini dikembangkan oleh Slavin yang melibatkan “kompetisi” antar kelompok. Siswa dikelompokkan secara beragam berdasarkan kemampuan, gender, ras dan etnis. Pertama-tama, siswa mempelajari materi bersama dengan teman-teman satu kelompoknya, kemudian mereka diuji secara individual melalui kuis-kuis (Miftahul Huda, 2011: 116).

Rusman (2010: 214) mengutip pernyataan Slavin yang memaparkan bahwa “Gagasan utama di belakang STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru.”

Menurut Rusman (2010: 215-216) ada 6 (enam) langkah model kooperatif tipe STAD, yaitu: penyampaian tujuan dan motivasi, pembagian kelompok, presentasi dari guru, kegiatan belajar dalam tim, kuis, dan penghargaan prestasi tim.

(a) Penyampaian Tujuan dan Motivasi

Gambar

Tabel 28: Statistik Keaktifan Anak ..........................................................................
Tabel 1. Karakteristik Model Kooperatif Tipe STAD
Tabel 4. Kisi-kisi Variabel Keterlibatan Anak dalam Perayaan Ekaristi
Tabel 6. Panduan Studi Dokumen
+7

Referensi

Dokumen terkait

ke lapangan (Gudang Produsen/Distributor) terhadap ketersedian barang yang ditawarkan dengan Jadwal Pelaksanaan yang akan ditentukan kemudian, jiika saudara tidak

Pada makalah ini akan dipaparkan mengenai pengembangan digital library yang ditujukan untuk perpustakaan Smk Yasmida Ambarawa .Teknologi dan komunikasi tak

Merupakan pencarian data yang berupa catatan, traskrip, buku, surat kabar, majalas, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2005:206).

e) catat volum titrasi untuk blanko dan contoh uji.. b) Posisi pengambilan contoh uji berada pada posisi yang mewakili yaitu pada aliran yang homogen dan terhindar dari

Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mengirimkan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan secara

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi dokumen penawaran paket pekerjaan Peningkatan Jalan Dengan Konstruksi HRS-Base dalam kawasan Perumahan RSS Oesapa dan

[r]

HASIL EPROF ECCT 2016 - S1 ILMU KOMUNIKASI Berlaku efektif. BAGIAN PUSAT