• Tidak ada hasil yang ditemukan

ar 3.1. Diagram Alir Tahapan Pekerjaan an diagram alir metode pelaksanaannya:

5. Penerapan / Pengujian Program

4.3. Sistem Infomasi Geografi Potensi Pariwisata 1. Halaman Login

4.3.6. Halaman Pengaturan

4.3.6. Halaman Pengaturan

Halaman pengaturan adalah halaman yang digunakan untuk manajemen data jenis wisata, kabupaten, dan kecamatan serta indicator kuesioner. User bisa menambah, mengedit, dan menghapus data. Misalnya user ingin menambah data baru dengan mengk

tambah jenis wisata.Selain itu ada fitur pencarian data untuk memudahkan user.

Gambar 4.18. Halaman pengaturan

Di halaman pengaturan terdapat 5 sub menu diantaranya, sub menu daya tarik wisata, sub menu kabupaten, sub menu kecamatan, sub menu

daya tarik wisata digunakan untuk proses menambah, merubah data daya tarik wisata. Sub menu kabupaten digunakan untuk menambah atau mengubah data kabupaten. Sub menu kecamatan digunakan untuk menambah atau mengubah d

didalam sub menu ini user bisa melakuakn manipulasi terhadap data kerajinan, makanan tradisional dan fasilitas

rumah sakit, restoran, hotel, pengina

Halaman pengaturan adalah halaman yang digunakan untuk manajemen data jenis wisata, kabupaten, dan kecamatan serta indicator kuesioner. User bisa menambah, mengedit, dan menghapus data. Misalnya user ingin menambah data baru dengan mengk

tambah jenis wisata.Selain itu ada fitur pencarian data untuk memudahkan user.

Gambar 4.18. Halaman pengaturan

halaman pengaturan terdapat 5 sub menu diantaranya, sub menu daya tarik wisata, sub menu kabupaten, sub menu kecamatan, sub menu indicator dan sub menu hasil. Sub menu daya tarik wisata digunakan untuk proses menambah, merubah data daya tarik wisata. Sub menu kabupaten digunakan untuk menambah atau mengubah data kabupaten. Sub menu kecamatan digunakan untuk menambah atau mengubah data kecatan yang ada. Selain itu juga, didalam sub menu ini user bisa melakuakn manipulasi terhadap data-data pokdarwis, kesenian, kerajinan, makanan tradisional dan fasilitas-fasiltas umum tingkat kecamatan (pu

rumah sakit, restoran, hotel, penginapan serta perbankan) seperti pada Gambar 4.19.

IV-135 Halaman pengaturan adalah halaman yang digunakan untuk manajemen data jenis wisata, kabupaten, dan kecamatan serta indicator kuesioner. User bisa menambah, mengedit, dan menghapus data. Misalnya user ingin menambah data baru dengan mengklick tombol tambah jenis wisata.Selain itu ada fitur pencarian data untuk memudahkan user.

halaman pengaturan terdapat 5 sub menu diantaranya, sub menu daya tarik wisata, indicator dan sub menu hasil. Sub menu daya tarik wisata digunakan untuk proses menambah, merubah data daya tarik wisata. Sub menu kabupaten digunakan untuk menambah atau mengubah data kabupaten. Sub menu ata kecatan yang ada. Selain itu juga, data pokdarwis, kesenian, ltas umum tingkat kecamatan (pusekmas, pan serta perbankan) seperti pada Gambar 4.19.

|

Gambar 4.19.tampilan sub menu edit kecamatan Gambar 4.19.tampilan sub menu edit kecamatan

|

5.1. Kesimpulan

1. Animo masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya untuk berwisata di wilayah D.I. Yogyakarta sendiri cukup tinggi. Hal ini terlihat dari masih besarnya

yang berasal dari Yogyakarta dan sekitarnya. Banyaknya obyek wisata di Yogyakarta membuat masyarakat memiliki cukup banyak alternatif untuk berwisata ke berbagai lokasi. Terlebih prasarana jalan dan transportasi Yogyakarta yang juga sangat mendukung mobilitas masyarakat.

2. Sebagian besar pengunjung obyek wisata berstatus pelajar/mahasiswa. Kondisi ini dipengaruhi oleh status Yogyakarta sebagai kota

Yogyakarta berasal dari hampir seluruh provinsi di Indonesia. Hal i peluang bagi pengembanan pariwisata.

3. Beberapa pengunjung melakukan kunjungan wisata ke lebih dari satu obyek dan sementara itu cukup bany

lebih kurang 10 km. Hal ini mendorong minat masyarakat u

frekuensi kunjungan ke beberapa obyek wisata, dan meningkatkan konsumsi mereka di obyek wisata.

4. Meskipun banyak obyek wisata yang cukup bersih dan indah, namun beberapa fasilitas di obyek wisata memiliki kondisi yang kurang memadai sepert

rest area, kecukupan petugas, warung makan, kamar mandi/toilet, sehingga mengurangi kenyamanan pengunjung dan dalam jangka panjang akan mengurangi jumlah pengunjung.

Animo masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya untuk berwisata di wilayah D.I. Yogyakarta sendiri cukup tinggi. Hal ini terlihat dari masih besarnya

yang berasal dari Yogyakarta dan sekitarnya. Banyaknya obyek wisata di Yogyakarta membuat masyarakat memiliki cukup banyak alternatif untuk berwisata ke berbagai lokasi. Terlebih prasarana jalan dan transportasi Yogyakarta yang juga sangat

kung mobilitas masyarakat.

Sebagian besar pengunjung obyek wisata berstatus pelajar/mahasiswa. Kondisi ini dipengaruhi oleh status Yogyakarta sebagai kota pelajar dan mereka yang kuliah di Yogyakarta berasal dari hampir seluruh provinsi di Indonesia. Hal i

peluang bagi pengembanan pariwisata.

Beberapa pengunjung melakukan kunjungan wisata ke lebih dari satu obyek dan sementara itu cukup banyak obyek wisata yang saling berdekatan dalam radius km. Hal ini mendorong minat masyarakat untuk meningkatkan frekuensi kunjungan ke beberapa obyek wisata, dan meningkatkan konsumsi mereka di obyek wisata.

Meskipun banyak obyek wisata yang cukup bersih dan indah, namun beberapa fasilitas di obyek wisata memiliki kondisi yang kurang memadai sepert

rest area, kecukupan petugas, warung makan, kamar mandi/toilet, sehingga rangi kenyamanan pengunjung dan dalam jangka panjang akan mengurangi

BAB

V-1

Animo masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya untuk berwisata di wilayah D.I. Yogyakarta sendiri cukup tinggi. Hal ini terlihat dari masih besarnya pengunjung yang berasal dari Yogyakarta dan sekitarnya. Banyaknya obyek wisata di Yogyakarta membuat masyarakat memiliki cukup banyak alternatif untuk berwisata ke berbagai lokasi. Terlebih prasarana jalan dan transportasi Yogyakarta yang juga sangat Sebagian besar pengunjung obyek wisata berstatus pelajar/mahasiswa. Kondisi ini pelajar dan mereka yang kuliah di Yogyakarta berasal dari hampir seluruh provinsi di Indonesia. Hal ini menjadi Beberapa pengunjung melakukan kunjungan wisata ke lebih dari satu obyek dan dekatan dalam radius ntuk meningkatkan frekuensi kunjungan ke beberapa obyek wisata, dan meningkatkan konsumsi Meskipun banyak obyek wisata yang cukup bersih dan indah, namun beberapa fasilitas di obyek wisata memiliki kondisi yang kurang memadai seperti parkir mobil, rest area, kecukupan petugas, warung makan, kamar mandi/toilet, sehingga rangi kenyamanan pengunjung dan dalam jangka panjang akan mengurangi

5

BAB

|

5. Hasil perhitungan menunjukkan cukup banyak obyek wisata yang belum berkembang dan tumbuh

dan Gunungkidul. Hasil observasi menunjukkan banyak desa wisata di daerah Sleman yang belum berkembang

6. Sistem secara fungsional sudah bisa mengidentifikasi potensi obyek wisata, infrastruktur, fasilitas, event dan services yang digunakan oleh pihak internal sebagai alat untuk membantu keputusan (

7. Sistem informasi potensi pariwisata yang dibuat bisa menyajikan dan grafik yang berbasis

Geografi (SIG).

5.2. Rekomendasi

1. Pengenalan potensi wisata sebaiknya diperuntukkan untuk obyek

selama ini belum banyak dikenal, bukan obyek yang justru sudah dikenal secara luas. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong masyarakat berkunjung ke berbagai obyek alternatif. Informasi tentang obyek wisata potensial tersebut dapat disebarluaskan melalui obyek wisata yang sudah dikenal luas serta berbagai hotel. 2. Perlu dipertimbangkan pembuatan jalur

wisata yang berdekatan dan juga banyak pengunjung yang berwisata lebih dari satu tempat dalam satu hari. Beberapa obyek yang bisa dijadikan dalam satu paket kunjungan sehingga masyarakat cukup membayar satu retribus

obyek sekaligus dengan biaya yang terjangkau.

3. Secara terjadwal perlu dilakukan audit terhadap fasilitas obyek wisata. Audit dilakukan dengan formulir yang sudah terstandar, agar dapat diidentifikasi secara jelas, tepat, dan komprehensif ko

dan pemeliharaan dapat dilakukan secara lebih efektif.

4. Hasil observasi menunjukkan keluhan beberapa pengunjung terhadap tarif parkir yang dipandang terlalu tinggi, bahkan lebih tinggi dari retribusi. Hal ini

Hasil perhitungan menunjukkan cukup banyak obyek wisata yang belum tumbuh, terutama obyek wisata di daerah Kulon Progo, Sleman, idul. Hasil observasi menunjukkan banyak desa wisata di daerah belum berkembang optimal.

Sistem secara fungsional sudah bisa mengidentifikasi potensi obyek wisata, infrastruktur, fasilitas, event dan services yang digunakan oleh pihak internal sebagai alat untuk membantu keputusan (decision support system).

informasi potensi pariwisata yang dibuat bisa menyajikan bentuk peta, tabel, dan grafik yang berbasis Geographic Information System (GIS) atau Sistem Informasi

Pengenalan potensi wisata sebaiknya diperuntukkan untuk obyek

selama ini belum banyak dikenal, bukan obyek yang justru sudah dikenal secara dimaksudkan untuk mendorong masyarakat berkunjung ke berbagai obyek alternatif. Informasi tentang obyek wisata potensial tersebut dapat disebarluaskan melalui obyek wisata yang sudah dikenal luas serta berbagai hotel. Perlu dipertimbangkan pembuatan jalur wisata alternatif mengingat banyak obyek wisata yang berdekatan dan juga banyak pengunjung yang berwisata lebih dari satu tempat dalam satu hari. Beberapa obyek yang bisa dijadikan dalam satu paket kunjungan sehingga masyarakat cukup membayar satu retribusi untuk beberapa obyek sekaligus dengan biaya yang terjangkau.

Secara terjadwal perlu dilakukan audit terhadap fasilitas obyek wisata. Audit dilakukan dengan formulir yang sudah terstandar, agar dapat diidentifikasi secara jelas, tepat, dan komprehensif kondisi obyek wisata sehingga proses pengembangan dan pemeliharaan dapat dilakukan secara lebih efektif.

Hasil observasi menunjukkan keluhan beberapa pengunjung terhadap tarif parkir yang dipandang terlalu tinggi, bahkan lebih tinggi dari retribusi. Hal ini

V-2

Hasil perhitungan menunjukkan cukup banyak obyek wisata yang belum , terutama obyek wisata di daerah Kulon Progo, Sleman, idul. Hasil observasi menunjukkan banyak desa wisata di daerah Sistem secara fungsional sudah bisa mengidentifikasi potensi obyek wisata, infrastruktur, fasilitas, event dan services yang digunakan oleh pihak internal bentuk peta, tabel, atau Sistem Informasi

Pengenalan potensi wisata sebaiknya diperuntukkan untuk obyek-obyek yang selama ini belum banyak dikenal, bukan obyek yang justru sudah dikenal secara dimaksudkan untuk mendorong masyarakat berkunjung ke berbagai obyek alternatif. Informasi tentang obyek wisata potensial tersebut dapat disebarluaskan melalui obyek wisata yang sudah dikenal luas serta berbagai hotel.

wisata alternatif mengingat banyak obyek wisata yang berdekatan dan juga banyak pengunjung yang berwisata lebih dari satu tempat dalam satu hari. Beberapa obyek yang bisa dijadikan dalam satu paket i untuk beberapa Secara terjadwal perlu dilakukan audit terhadap fasilitas obyek wisata. Audit dilakukan dengan formulir yang sudah terstandar, agar dapat diidentifikasi secara ndisi obyek wisata sehingga proses pengembangan Hasil observasi menunjukkan keluhan beberapa pengunjung terhadap tarif parkir yang dipandang terlalu tinggi, bahkan lebih tinggi dari retribusi. Hal ini dapat

|

mengurangi motivasi masyarakat untuk berkunjung ke obyek wisata. Untuk itu perlu dilakukan penertiban dan pemasangan papan informasi yang jelas di setiap obyek wisata, berbagai biaya yang harus dibayarkan saat berkunjung.

5. Event-event tahunan yang dis

titik-titik tertentu yang strategis, agar mampu mendorong pengembangan obyek wisata yang selama ini belum berkembang secara optimal.

6. Sistem potensi pariwisata untuk internal dinas sebaiknya di

proses penginputan data per kecamatan yang ada di DIY, agar proses update data bisa dilakukan sewaktu

mengurangi motivasi masyarakat untuk berkunjung ke obyek wisata. Untuk itu perlu dilakukan penertiban dan pemasangan papan informasi yang jelas di setiap obyek wisata, berbagai biaya yang harus dibayarkan saat berkunjung.

event tahunan yang diselenggarakan sebaiknya diadakan secara bergilir di titik tertentu yang strategis, agar mampu mendorong pengembangan obyek wisata yang selama ini belum berkembang secara optimal.

Sistem potensi pariwisata untuk internal dinas sebaiknya di-online

proses penginputan data per kecamatan yang ada di DIY, agar proses update data bisa dilakukan sewaktu-waktu dengan perkembangan obyek wisatanya.

V-3

mengurangi motivasi masyarakat untuk berkunjung ke obyek wisata. Untuk itu perlu dilakukan penertiban dan pemasangan papan informasi yang jelas di setiap obyek elenggarakan sebaiknya diadakan secara bergilir di titik tertentu yang strategis, agar mampu mendorong pengembangan obyek

online-kan dengan proses penginputan data per kecamatan yang ada di DIY, agar proses update data

|

Anonim., 2013. Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Daerah Istimewa Yogyakarta. Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XI Jawa

Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XI Jawa

Bemmelen, R. W. Van., 1949. The Geology of Indonesia. General Geology of Indonesia and Adjacent Archipelagoes. The Haque Govenrmen

BPPD., 2009. Profil Daerah Provinsi D.I. Yogyakarta. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Istimewa Yogyakarta: Yogyakarta

BPS., 2014. Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka. BPS Yogyakarta.

Caine N., 1980. The Rainfall Intensity: Duration Control of Shallow Landslides and Debris Flows. Geografiska Annaler. Series A,

Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Yogyakarta Tahun 2012. Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta: Yogyakarta. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. 2003. Sistem Informasi dan Dokumentasi

Penataan Ruang Wilayah Tengah. Buku Profil Penataan Ruang Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2003. Direktorat Jenderal Penataan Ruang. Direktorat Penataan Ruang Wilayah Tengah

Glenn. T. Trewarthe., 1980, An Introduction to Climate. Published March 1 Hill.

Hardjowigeno. H. Sarwono., 2010 Lakitan Benyamin., 2002.

Dasar-Rahardjo W, Sukandarrumidi, Rosidi H.

100.000 (Peta), Pusat Penelitian dan Pengembangan Geol

Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Daerah Istimewa Yogyakarta. Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XI Jawa- Madura., 2007. Potret Hutan Provinsi DIY.

Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XI Jawa- Madura: Yogyakarta.

The Geology of Indonesia. General Geology of Indonesia and Adjacent Archipelagoes. The Haque Govenrment Printing Offic.

2009. Profil Daerah Provinsi D.I. Yogyakarta. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Istimewa Yogyakarta: Yogyakarta.

2014. Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka. BPS Yogyakarta.

The Rainfall Intensity: Duration Control of Shallow Landslides and Debris Flows. Geografiska Annaler. Series A, Physival Geography, Vol.62, No. ½ (1980), pp: 23

Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta., 2013. Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012. Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta: Yogyakarta.

dan Prasarana Wilayah. 2003. Sistem Informasi dan Dokumentasi ilayah Tengah. Buku Profil Penataan Ruang Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2003. Direktorat Jenderal Penataan Ruang. Direktorat Penataan

An Introduction to Climate. Published March 1st 1980 by Mc Graw

2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta.

dasar Klimatologi. Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta. ndarrumidi, Rosidi H. M. D., 1995. Peta Geologi Lembar Yogyakarta, Jawa 1 : 100.000 (Peta), Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

DP-1 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Daerah Istimewa Yogyakarta. 2007. Potret Hutan Provinsi DIY. Madura: Yogyakarta.

The Geology of Indonesia. General Geology of Indonesia and

2009. Profil Daerah Provinsi D.I. Yogyakarta. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

The Rainfall Intensity: Duration Control of Shallow Landslides and Debris Flows. (1980), pp: 23-27. 2013. Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012. Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta: Yogyakarta.

dan Prasarana Wilayah. 2003. Sistem Informasi dan Dokumentasi ilayah Tengah. Buku Profil Penataan Ruang Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2003. Direktorat Jenderal Penataan Ruang. Direktorat Penataan

1980 by Mc

Graw-dasar Klimatologi. Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta. Peta Geologi Lembar Yogyakarta, Jawa 1 :

|

Ronald J. Gibbs., 1978. Light Scattering from particlesof differ Research. First Publish:

Sasmintro R. A, A.Tunggul, dan J. Bambang Rahadi., 2014 menurut klasifikasi Schmidt

Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Light Scattering from particlesof different shapes. Journal of Geophysical Research. First Publish: 20 Januari 1978.

R. A, A.Tunggul, dan J. Bambang Rahadi., 2014. Analisis Spasial penentuan iklim menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson dan Oldeman di Kabupaten Ponorogo. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan.

DP-2 ent shapes. Journal of Geophysical

. Analisis Spasial penentuan iklim Ferguson dan Oldeman di Kabupaten Ponorogo. Jurnal