• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hambatan-Hambatan Yang Dialami Yayasan KAKAK

Dalam dokumen T1 312009011 BAB III (Halaman 56-65)

C. Analisis Terhadap Kasus Anak Korban Kekerasan Seksual Tahun 2011 Se-eks- Karesidenan Surakarta

2. Hambatan-Hambatan Yang Dialami Yayasan KAKAK

Dalam melaksanakan perlindungan anak yang bertujuan untuk mencapai terpenuhinya hak-hak anak sesuai Pasal 3 UU Perlindungan Anak yang berisi: “Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh,berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera”, tentu saja Yayasan KAKAK mempunyai hambatan. Hambatan yang ada berdampak pada kurang terpenuhinya hak-hak anak sesuai Pasal 3 UU Perlindungan Anak, dan hambatan tersebut bisa muncul karena Yayasan KAKAK dalam mewujudkan perlindungan anak yang bertujuan untuk mencapai terpenuhinya hak-hak anak tidak bisa bekerja secara sendirian, hal itu

57

membutuhkan peran serta masyarakat. Yayasan KAKAK berusaha memberikan informasi kepada masyarakat bahwa masalah perlindungan anak adalah permasalahan bersama yang membutuhkan kepedulian semua pihak. Oleh karena itu dalam pelaksanaan strategi pendampingan terhadap anak korban kekerasan seksual, Yayasan KAKAK tidak terlepas dari yang namanya hambatan. Dapat dilihat bahwa angka kasus kekerasan seksual yang terjadi sepanjang tahun 2011 hanya 18 kasus yang ditemukan oleh Yayasan KAKAK, hal itu seharusnya bisa lebih banyak kasus yang ditemukan karena wilayah eks-Karesidenan Surakarta itu sangat luas, tetapi karena ada hambatan dari Yayasan KAKAK yaitu sumber daya manusia yang terbatas membuat kasus yang ditemukan tidak bisa optimal. Dari 18 itu 7 non litigasi 6 non litigasi dan 5 tidak didampingi oleh Yayasan KAKAK. Dari 7 angka kasus yang litigasi 1 kasus mengalami hambatan yaitu kasus Kristina, hambatan yang terjadi karena korban tertekan secara batin sehingga enggan dimintai keterangan oleh polisi, sedangkan 6 kasus yang non litigasi juga ada yang mengalami hambatan, 5 kasus korban sodomi yaitu Budi Darmawan, Agam Saputra, Bintang Erlangga, Bayu Aji, Dio Setiawan yang dilakukan oleh 1 pelaku yaitu guru ngaji sebenarnya hendak diproses secara hukum tetapi tidak dapat dilanjutkan ke proses hukum karena dari hasil visum tidak ditemukan bukti adanya kekerasan seksual, dan untuk 5 kasus yang tidak didampingi oleh Yayasan KAKAK mengalami kendala karena keluarga menolak untuk

58

didampingi. Berikut penulis uraikan beberapa hambatan yang dialami oleh Yayasan KAKAK:

a. Hambatan Internal

1) Kurangnya Tenaga Kerja Yayasan

Wilayah kerja yang sangat luas yaitu di Eks Karisidenan Surakarta, sedangkan tenaga kerja yang terbatas membuat hal ini menjadi salah satu hambatan yang di alami Yayasan KAKAK dalam menjalankan program-program yang ada. Dapat dipastikan korban kekerasan seksual itu sangat membutuhkan pendampingan secara intens, sedangkan tenaga kerja terbatas, hal itulah yang memprihatinkan. Fakta yang dapat dicermati bahwa tenaga kerja di Yayasan KAKAK hanya ada 11 orang, sedangkan wilayah kerja adalah 7 kabupaten. Hal inilah yang menjadi kendala atau hambatan Yayasan KAKAK menjalankan program yang ada. Hal ini membawa dampak kurang optimalnya peran Yayasan KAKAK dalam mendampingi anak-anak korban kekerasan seksual. Sebagai contoh anak korban kekerasan seksual yang membutuhkan pendampingan secara psikologis dengan cara konseling hal ini tidak dapat ditindak lanjuti secara intens atau berkelanjutan karena terkait banyaknya program kerja yang dimiliki Yayasan KAKAK tetapi tenaga kerja sangat terbatas.

59

b. Hambatan Eksternal 1) Dari diri korban

Hambatan yang dialami dari segi korban adalah karena pelaku kekerasan seksual adalah pacar dari korban, dan oleh karena itu biasanya korban enggan melaporkan pelaku ke kepolisian karena ada faktor cinta, dan tidak ingin pelaku yang merupakan pacar korban di proses secara hukum. Contohnya adalah kasus yang dialami oleh Vivi Tandiari. Dia adalah korban persetubuhan yang dilakukan oleh pacarnya. Karena ada hubungan pacar dengan pelaku, maka korban enggan melaporkan kasus ke kepolisian, sampai pada akhirnya ayah korbanlah yang melaporkan kasus tersebut ke kepolisian. Hambatan lain adalah korban yang merasa takut jika berurusan dengan polisi. Dan dampak dari itu adalah ketika korban sedang diproses secara hukum menjadi sangat tertutup, dan tidak mau dimintai keterangan terkait kasus yang terjadi. Hal itu terjadi pada kasus yang dialami oleh Kristina, karena anak mengalami rasa takut jika berurusan dengan polisi, maka ketika kasus dibawa ke jalur hukum dan sampai diproses penyidikan di kepolisian Kristina menolak untuk memberikan keterangan terkait kasus yang menimpanya. Sampai pada akhirnya kasus ini dihentikan diproses penyidikan, karena

60

Kristina mengancam akan lari dari rumah dan bunuh diri jika kasus ini tetap dilanjutkan melalui proses hukum.

2) Dari keluarga korban

Adanya keluarga korban yang bersikap cuek terhadap kasus yang dialami oleh anak menjadi hambatan dalam terungkapnya kasus kekerasan seksual terhadap anak. Seperti kasus yang dialami oleh Kurnia Ayu, karena orang tuanya sudah sangat tua, sehingga cuek terhadap kasus yang dialami oleh anaknya, juga orang tua merasa tidak mampu menangani kasus tersebut jika diproses secara hukum, orang tua Kurnia Ayu yang sudah sangat tua tidak mengerti bagaimana prosedur menangani kasus yang dialami anaknya. Pada akhirnya kasus tersebut diserahkan kepada Yayasan KAKAK untuk sepenuhnya didampingi.

3) Dari masyarakat

Adanya anggota masyarakat cenderung bersikap cuek padahal mengetahui kasus yang terjadi menjadi hambatan tersendiri bagi Yayasan KAKAK untuk mendampingi anak korban kekerasan seksual. Contohnya adalah kasus yang dialami oleh Indarti. Masyarakat sekitar yang mengetahui Indarti adalah korban kekerasan seksual lebih bersikap cuek dan tidak peduli. Kemudian Yayasan KAKAK memberikan pengertian pada anggota masyarakat sekitar bahwa pentingnya peran mereka

61

dalam mendukung pendampingan yang dilakukan oleh Yayasan KAKAK, dan akhirnya masyarakat mau berubah dan memberikan dukungan moril pada Indarti dan keluarga. Bahkan masyarakat juga membantu tidak hanya berupa dukungan moril tetapi juga memberikan pengertian-pengertian mengenai proses hukum yang harus dijalani anak dan keluarga.

4) Dari aparat penegak hukum

Dari aparat penegak hukum seringkali pada waktu melakukan penyidikan atau memeriksa korban justru menyudutkan korban dengan pertanyaan-pertanyaannya. Seperti kasus yang dialami oleh Indarti, ketika persidangan Ia merasa bahwa hakim memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dirasa menyudutkan Dia, seperti contohnya hakim bertanya pada korban apakah ketika melakukan hubungan seksual korban menikmati atau tidak, model hubungan seksual apa saja yang dilakukan, dan lain-lain. Sisi lain hambatan yang dialami Yayasan KAKAK dari segi aparat penegak hukum adalah jika tidak ada bukti maka kasus tidak dapat diproses dengan alasan kurang kuatnya bukti, seperti kasus sodomi yang dialami oleh 5 anak laki-laki dan pelakunya guru ngaji. Karena dari hasil visum tidak ditemukan bukti kekerasan seksual maka kasus tidak dapat dilanjutkan ke proses hukum selanjutnya.

62

5) Dari pelaku

Seringkali pelaku melakukan ancaman terhadap korban, apabila korban melaporkan perbuatan yang dilakukan pelaku, maka korban diancam akan dibunuh, dan lain-lain. Oleh karena itu biasanya korban menjadi terintimidasi dan enggan meneruskan kasus kekerasan seksual tersebut ke jalur hukum. Contohnya adalah kasus yang dialami oleh Windarwati. Dia adalah korban kekerasan seksual yang dilakukan oleh ayah kandungnya sendiri pada bulan Juli 2010. Dia diancam akan dibunuh jika kasus kekerasan seksual yang dialaminya diberitahukan pada orang lain. Kemudian Windarwatipun merahasiakan kasus tersebut, sampai pada akhirnya kasus tersebut bisa terungkap karena ibu Windarwati yang pulang ke rumah melihat sikap yang aneh dari anaknya, Ia menjadi terlihat ketakutan pada ayahnya, dan juga menjadi mudah murah dan jadi kasar. Tepatnya Februari 2011 akhirnya anak mengaku pada ibu bahwa Dia pernah diperkosa oleh ayah, darisitulah kasus terungkap dan diproses secara hukum. Dan Hakim PN Sragen memvonis 12 tahun penjara, denda 60 juta rupiah dan subsider 4 bulan penjara kepada pelaku yaitu ayah Windarwati.

63

6) Faktor-faktor lain

Jika melihat dari wilayah terjadinya kasus kekerasan seksual yang ada di Wonogiri, Sukoharjo, Sragen, Karanganyar, ada beberapa hambatan yang membuat sulit terungkapnya kasus kekerasan seksual dan pendampingan terhadap anak korban kekerasan seksual, yaitu:

a) Wilayah Wonogiri

• Karena wilayah Wonogiri yang sangat luas, maka kasus yang terungkap tidak banyak, sedangkan minimnya masyarakat atau individu yang mau memberikan informasi tentang adanya kasus kekerasan seksual

• Karena jarak untuk melaporkan kasus ke Polsek atau Polres sangat jauh maka seringkali keluarga korban enggan melaporkan kasus yang terjadi, mereka memilih menyelesaikan kasus secara kekeluargaan

• LSM yang ada di Wonogiri tidak dapat melakukan penanganan terhadap korban kekerasan seksual secara optimal dikarenakan adanya kendala yaitu tidak adanya sarana dan prasarana yang mendukung, juga SDM yang sedikit

64

b) Wilayah Sukoharjo

• Minimnya individu atau masyarakat yang memberikan informasi tentang adanya kasus kekerasan seksual terhadap anak

• Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) terkadang tidak mau memberikan pendampingan secara langsung, padahal sudah mendapat informasi terkait kasus kekerasan seksual terhadap anak

• Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) yang ada kurang memberikan perhatian khusus pada kasus-kasus anak dan lebih banyak mendampingi kasus kekerasan orang dewasa contohnya KDRT

c) Wilayah Karanganyar

• Peran media dalam memberikan informasi terkait kasus kekerasan seksual sangat minim sehingga hal itu menyulitkan Yayasan KAKAK dalam melakukan pendampingan kasus

• Kondisi geografis Karanganyar sangat luas hal itu membuat keluarga korban enggan melaporkan kasus ke Polsek atau Polres

65 • Minimnya individu atau masyarakat yang mau

memberikan informasi terkait adanya kasus kekerasan seksual terhadap anak

d) Wilayah Sragen

• Secara geografis korban yang didampingi rumahnya jauh dari pusat kota sehingga terkadang hal itu menjadi kendala keluarga korban jika sewaktu-waktu diminta untuk datang ke Polres untuk diminta keterangan.

Dalam dokumen T1 312009011 BAB III (Halaman 56-65)

Dokumen terkait