1
BAB 3
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Deskripsi Lokasi Penelitian1
1. Latar Belakang Berdirinya Yayasan KAKAK
Yayasan KAKAK berdiri pada tanggal 23 Juli 1997. Yayasan
KAKAK merupakan sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
yang mempunyai keprihatinan terhadap kepedulian untuk konsumen
anak. Berdirinya yayasan KAKAK merupakan bentuk kepedulian
dari beberapa orang terhadap permasalahan anak dan konsumen,
yaitu Bapak Agus Prambagio, Ibu Dewi Rahmawati, Ibu Emmy LS,
Ibu Ira Puspadewi, Bapak Irwanto, Bapak Muhammad Yani, Ibu
Nafsiah Mboi, Bapak Sudaryatmo, Ibu Tini Hadad, Bapak
Widjanarko ES, dan Bapak Widodo. Mereka menamai yayasan ini
KAKAK yang memiliki kepanjangan Kepedulian Untuk Konsumen
Anak. Mereka yang tergabung dalam anggota perintis yayasan ini
memiliki latar belakang yang berbagai macam, yang mana mereka
menyumbangkan seluruh tenaga dan pikiran dalam mendukung
seluruh kegiatan KAKAK. Pada awalnya Yayasan KAKAK fokus
hanya ke perlindungan konsumen anak, tetapi KAKAK akhirnya
sekarang juga fokus ke perlindungan anak dari kekerasan seksual.
1
2
Yayasan KAKAK melakukan penelitian tentang perilaku konsumtif
yang dilakukan anak-anak. Hasilnya dari perilaku konsumtif yang
dilakukan ditemukan anak yang menjadi anak yang dilacurkan
(pelacur anak). Selanjutnya diteliti, salah satu penyebab anak yang
dilacurkan adalah anak korban kekerasan seksual untuk itu
pendampingan anak korban kekerasan seksual salah satu tujuannya
agar mereka tidak menjadi anak yang dilacurkan.
2. Visi dan Misi Yayasan KAKAK
a. Visi Yayasan KAKAK
Menciptakan masyarakat Indonesia yang memenuhi hak-hak anak
yaitu kelangsungan hidup, tumbuh kembang, perlindungan dan
partisipasi, dengan berdasarkan pada nilai-nilai kepentingan
terbaik untuk anak dan non diskriminasi.
b. Misi Yayasan KAKAK
1) Memberdayakan masyarakat agar mampu menjamin:
a) Kelangsungan hidup anak
b) Tumbuh kembang anak
c) Perlindungan terhadap anak
2) Menciptakan kesempatan bagi anak agar dapat
mengaktualisasikan potensi diri secara optimal
3) Mewujudkan Yayasan KAKAK yang profesional, independen,
3
4) Melakukan advokasi terhadap berbagai kebijakan agar berpihak
pada anak.
3. Tujuan dan Mandat Yayasan KAKAK
a. Tujuan Yayasan KAKAK
Memperjuangkan terpenuhinya hak-hak anak, khususnya anak
sebagai konsumen dan anak korban eksploitasi seksual melalui
pendidikan, advokasi, dan pelayanan.
b. Mandat Yayayan KAKAK
Sekumpulan orang yang peduli dan komit untuk memperjuangkan
terpenuhinya hak-hak khususnya anak sebagai konsumen dan anak
sebagai korban eksploitasi seksual secara profesional, independen,
mandiri, terbuka, dan berperspektif anak.
4. Peran Strategis Yayasan KAKAK
Dalam rangka visi, misi, mandat dan tujuan tersebut, Yayasan
KAKAK ingin menjadikan dirinya sebagai “Agent Of Social
Change” dengan peran-peran strategis:
1. Community Organizer, dengan fungsi:
Memperkuat akses terhadap sumber daya, penguasaan
4
2. Fasilitator, dengan fungsi:
Memfasilitasi proses belajar masyarakat dan
kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan kemampuannya mengatasi
masalah.
3. Advokator, dengan fungsi:
Mendorong terjadinya perubahan-perubahan kebijakan yang
lebih berpihak pada kepentingan dan hak-hak anak.
4. Researcher, dengan fungsi:
Melakukan penelitian-penelitian kritis yang mampu
mendorong terbangunnya ilmu pengetahuan masyarakat, dan
berguna untuk mendukung mengembangkan model
pendidikan maupun advokasi.
5. Sistem/Konsep Program
a. Tindakan Preventif
Merupakan tindakan pencegahan dan penanggulangan sedini
mungkin. Tindakan preventif ini bertujuan memberi pengetahuan
kepada remaja agar tidak terjebak kepada hal-hal yang negatif.
Contoh tindakan preventif yang dilakukan adalah berupa
kampanye yang diadakan melalui obrolan di radio, iklan layanan
masyarakat, Rubrik Warung Gaul yang terdapat di Koran Solo Pos
tentang penanganan remaja, penyebaran poster tentang AIDS dan
5
b. Tindakan Recovery
Adalah tindakan yang diambil untuk membantu memulihkan
kondisi remaja yang rusak secara psikologis. Contoh tindakan
recovery adalah berupa seminar yang mengundang pembicara ahli
dan konseling.
c. Kegiatan Kelompok
Kegiatan ini bertujuan mengajak anak–anak yang terjerat masalah
untuk berkumpul bersama memecahkan masalah. Kegiatan ini
dilakukan secara rutin dan dibimbing oleh seorang Community
Organizer. Seorang Community Organizer berperan membimbing,
memperhatikan kondisi dan kehidupan anak-anak bimbingannya
supaya memiliki kehidupan yang lebih baik.
d. Klinik
Atau sering disebut dengan Medis Phsycologis. Kegiatan ini
bertujuan memberikan penanganan psikologi berupa konseling
kepada anak-anak yang sedang mengalami depresi atau masalah
pribadi.
e. Advokasi
Advokasi adalah tindakan perlindungan bagi anak-anak yang
6 f. Outreach
Merupakan kegiatan menjangkau daerah-daerah yang rawan
terhadap tindakan kekerasan seksual ataupun eksploitasi anak.
Kegiatan ini berupa kampanye yang bersifat preventif.
6. Struktur Organisasi
7 a. Pembina
Ketua : Ir. Emmy Lucy Smith
Sekretaris : Nining S. Muktamar, MSi
Bendahara : Rossana Dewi Rachmawati
Anggota : Drs. Widada Bujowiryono, M.Pd.
Prof. Irwanto, Ph. D.
Ir. Widjanarko Eka Saksana
Sudaryatmo, SH.
Mohammad Yani
Ir. Agus Pambagio
Suarhartini Hadad
Ir. Ira Puspa Dewi
b. Pengawas
Ketua : Kelik Wardiono, SH, M.H.
Anggota : Dr. Nanik Prihartanti
Pertiwi, Amd.
c. Pengurus
Ketua : Shoim Sahriyati, ST.
Sekretaris : Rita Hastuti, SP.
8 7. Sumber Dana Yayasan KAKAK
Yayasan KAKAK merupakan sebuah lembaga nirlaba yang
bergerak dalam bidang sosial, khususnya kepeduliannya terhadap
masalah-masalah anak. Selama ini dalam melaksanakan beberapa
programnya yayasan KAKAK mendapat bantuan dana baik dari luar
negeri maupun dalam negeri, seperti UNICEF dan Terre Des
Hommes. Akan tetapi salah satu lembaga funding dari luar negeri
yang sampai saat ini masih terus memberikan bantuan dana pada
yayasan KAKAK adalah Terre Des Hommes Belanda. Lembaga ini
adalah salah satu lembaga yang mempunyai ketertarikan pada
masalah anak-anak dan perempuan. Dari dalam negeri, yayasan
KAKAK juga menerima dukungan dari YLKI dan masyarakat yang
mempunyai kepedulian yang sama. Dalam melakukan
kegiatan-kegiatan lembaga selain mendapat bantuan dari lembaga funding,
yayasan KAKAK juga melakukan penggalian dana secara mandiri
untuk membiayai program-programnya yang tidak mendapat bantuan
dana dari lembaga funding. Penggalian dana tersebut dilakukan
dengan menjadi pembicara dalam seminar-seminar, pembuatan buku,
pembuatan poster maupun kaos yang dijual untuk umum.
8. Staff Recruitment
Dalam mengadakan perekrutan staf, yayasan KAKAK membuat
9
pengumuman langsung di sekretariat yayasan KAKAK. Syarat-syarat
atau prosedur yang harus dipenuhi oleh pendaftar antara lain dengan
mengirimkan surat lamaran, mengikuti tes psikologis dan
wawancara. Untuk syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pendaftar
disesuaikan dengan jenis jabatan yang dibutuhkan yayasan.
Seseorang yang berminat untuk bergabung dengan yayasan KAKAK
tidaklah harus mempunyai pengalaman dalam organisasi tertentu
ataupun harus seorang aktivis, pada dasarnya masyarakat umum
dengan latar belakang apapun bisa mengajukan surat lamaran. Akan
tetapi perekrutan ini sangat tergantung dengan kondisi dan kebutuhan
yayasan. Sedangkan setelah seorang staf diterima atau memenuhi
persyaratan yang diajukan yayasan, maka tahapan proses menjadi
staf dimulai dengan menjadi volunteer atau sukarelawan. Kemudian
dari hasil evaluasi yang biasanya dilakukan setelah 3 bulan maka
seseorang bisa menjadi staf part time, dan kemudian setelah di
evaluasi kembali dapat menjadi staf full time. Untuk posisi peneliti,
yayasan KAKAK juga pernah mengadakan sistem kerja kontrak,
biasanya untuk posisi ini kontrak kerja selama 1 tahun.
9. Fasilitas Yayasan KAKAK
Berkaitan dengan adanya kekerasan seksual terhadap anak,
Yayasan KAKAK berupaya membantu anak-anak tersebut dengan
10
KAKAK sangat memperhatikan kebutuhan mereka, seperti:
perkembangan kesehatan, pengetahuan, hiburan, dan kejiwaan atau
psikologis mereka dengan menyediakan berbagai fasilitas dan
pelayanan yang tersedia untuk membantu anak kapanpun dan apapun
yang berkaitan dengan kebutuhan mereka.
Yayasan KAKAK mempunyai dan menyediakan fasilitas bagi
anak-anak, yaitu:
a. Ruang konsultasi yang bisa digunakan oleh anak yang ingin
bercerita atau konsultasi terkait permasalahan yang mereka
sedang hadapi kepada orang yang dipercayanya.
b. Komputer yang bisa diakses anak setiap saat.
c. Alat musik seperti gitar dan organ sebagai hiburan mereka
dan untuk mengisi waktu kosong
d. Perpustakaan yang menyediakan beberapa buku untuk
menambah wawasan dan pengetahuan mereka.
e. Sanggar berupa gazebo yang luas, yang dapat digunakan
untuk semua kegiatan terutama pertemuan dan latihan teater.
Selain tersedianya fasilitas-fasilitas tersebut, Yayasan KAKAK
juga memberikan pelayanan kepada anak-anak. Metode yang
digunakan adalah melalui pendekatan personal yang bertujuan agar
adanya keterikatan hubungan Yayasan KAKAK sebagai pendamping
11
Pelayanan itu meliputi:
a. Tes psikologi, yang memiliki tujuan agar ada kedekatan
anak-anak dengan Yayasan KAKAK. Yayasan KAKAK sebagai
pendamping dan ketika permasalahan tersebut cukup berat
dan pendamping tidak mampu, maka terkadang juga ada
psikolog khusus untuk mereka, sehingga KAKAK
mengetahui perkembangan kondisi kejiwaan anak-anak.
b. Medis, yaitu berupaya merawat dan menjaga kesehatan,
terutama organ-organ reproduksi mereka.
c. Hukum, bertujuan mengupayakan keadilan hukum bagi
mereka. Namun fungsi pelayanan ini justru tidak berjalan
maksimal karena ada kecenderungan dari mereka sebagai
korban merasa takut untuk melapor bahkan menuntut
orang-orang yang telah berbuat tidak adil kepada mereka.
d. Bahkan demi menjaga hubungan baik dengan anak-anak serta
mengetahui proses perkembangan anak-anak binaannya yang
sudah lama tidak aktif karena tidak ada waktu sehingga sulit
diketahui perkembangannya, Yayasan KAKAK juga
mengadakan Home Visit, yang artinya datang ke
12 B. Hasil Penelitian Terhadap Kasus Anak Korban Kekerasan Seksual
Tahun 2011 Se-eks- Karesidenan Surakarta
Sepanjang tahun 2011 Yayasan KAKAK menjangkau 18 anak
korban kekerasan seksual. Tetapi yang didampingi oleh Yayasan
KAKAK sebanyak 13 kasus, yang diantaranya 7 kasus melalui jalur
hukum, 6 kasus non jalur hukum. Untuk 5 kasus lainnya keluarga
korban menolak untuk didampingi. Berikut ini merupakan hasil
penelitian terkait anak korban kekerasan seksual yang berhasil
dijangkau Yayasan KAKAK.
1. Wilayah Terjadinya Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak
Yayasan KAKAK menjangkau 18 kasus kekerasan seksual terhadap
anak di wilayah eks- Karesidenan Surakarta yang terdiri dari 7
kabupaten/ kota yakni Surakarta, Klaten, Boyolali, Wonogiri, Sragen,
Sukoharjo, dan Karanganyar. Untuk lebih detail berikut grafik
pembagian wilayah terjadinya kasus kekerasan seksual terhadap
13
Grafik 1 Wilayah Terjadinya Kasus Kekerasan Seksual Terhadap
Anak
Sumber Data : Yayasan KAKAK
Wilayah kasus terjadinya kekerasan seksual terhadap anak
terbanyak adalah di kota Klaten dengan jumlah 9 kasus. Yayasan
KAKAK melakukan pendampingan terhadap 9 anak korban
kekerasan seksual yang dilakukan berjaringan dengan LSM lokal
yang dalam proses pendampingannya melakukan advokasi pada
dinas-dinas terkait untuk secara bersama-sama melakukan
pendampingan dan penanganan langsung pada korban. Sebenarnya
banyak kasus kekerasan seksual yang terjadi sepanjang tahun 2011 ,
tetapi tidak semua kasus kekerasan seksual terhadap anak dijangkau
dan didampingi oleh Yayasan KAKAK. 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Boyolali Karanganyar Klaten Surakarta Sragen Sukoharjo Wonogiri
14
Untuk wilayah Surakarta juga rentan terjadi kasus kekerasan
seksual terhadap anak-anak. Selama tahun 2011, Yayasan KAKAK
menjangkau 3 anak korban kekerasan seksual yang berasal dari
Surakarta. Dari 3 kasus tersebut, salah satu kasus sumber
informasinya berasal dari masyarakat. KAKAK mencoba melakukan
advokasi pada masyarakat agar melakukan pendampingan pada anak,
hal itu dimulai dari tingkat RT, ibu PKK, dan masyarakat sekitar.
Namun anak dan keluarga korban tidak ingin didampingi oleh
Yayasan KAKAK dikarenakan keluarga korban ingin menyelesaikan
kasus ini secara kekeluargaan.
Wilayah Sragen terdapat 2 kasus kekerasan seksual terhadap
anak dan didampingi oleh Yayasan KAKAK. Sebenarnya kasus
kekerasan seksual terhadap anak banyak terjadi di Sragen, tetapi
tidak semua didampingi oleh Yayasan KAKAK, tetapi didampingi
oleh jaringan lokal yang terdapat di Sragen.
Beberapa hal yang mempengaruhi Yayasan KAKAK juga
memberikan pendampingan di wilayah Sragen adalah:
a. Banyaknya kasus di wilayah Sragen sehingga membuat
pendamping lokal di Sragen membutuhkan bantuan dan
dukungan dari Yayasan KAKAK.
b. Yayasan KAKAK merupakan satu-satunya lembaga yang
khusus melakukan pendampingan terhadap kasus kekerasan
15
sehingga jaringan lokal di Sragen lebih banyak meminta
bantuan dan dukungan dari Yayasan KAKAK.
Yayasan KAKAK menjangkau 2 korban kekerasan seksual
terhadap anak di kota Wonogiri. Dari 2 korban tersebut, 1 korban
tidak bersedia didampingi dan untuk 1 korban lagi bersedia
didampingi dalam bentuk pemulihan secara kesehatan. Sedangkan
wilayah Karanganyar terdapat 2 kasus yang ditangani oleh Yayasan
KAKAK.
Wilayah Boyolali Yayasan KAKAK tidak mendampingi korban
kasus kekerasan seksual terhadap anak. Dikarenakan di Boyolali
sudah terdapat LSM yang fokus terhadap perlindungan anak yaitu
Lembaga Kajian untuk Transformasi Sosial (LKTS) dan Penggerak
Partisipasi Perempuan, Anak dan Remaja Indonesia (PEPARI).
Banyak kasus yang terjadi di wilayah Boyolali tetapi sudah mampu
ditangani oleh LSM setempat, sehingga Yayasan KAKAK hanya
memberikan bantuan berupa konsultasi atau masukan saja jika ada
kasus kekerasan seksual terhadap anak.
Untuk kasus yang terjadi di Sukoharjo Yayasan KAKAK tidak
melakukan pendampingan. Yayasan KAKAK lebih mendorong dan
melakukan advokasi di Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) Lokal untuk
lebih intens melakukan pendampingan karena secara geografis
16
Yayasan KAKAK bekerja sama dengan beberapa lembaga di
wilayah dalam penanganan kasus kekerasan seksual terhadap anak,
contohnya adalah Solidaritas Perempuan untuk Kemanusiaan dan
Hak Asasi Manusia (SPEK-HAM) Surakarta, Aliansi Perempuan
Peduli (APP), Sukowati Sragen, Aliansi Perempuan Peduli (APP)
Makmur Sukoharjo, Aliansi Perempuan Peduli (APP) Sukses
Wonogiri, Setara Kita Klaten, Lembaga Kajian untuk Transformasi
Sosial (LKTS) Boyolali, Penggerak Partisipasi Perempuan, Anak dan
Remaja Indonesia (PEPARI) Boyolali. Dalam kerjasama ini,
Yayasan KAKAK memberikan dukungan kepada lembaga-lembaga
tersebut dalam melakukan pendampingan konsultasi ataupun
pendampingan hukum serta melakukan aksi ketika terdapat persoalan
17 2. Peran Yayasan KAKAK
Kasus kekerasan seksual terhadap anak ada yang sampai ke jalur
hukum, tetapi ada juga yang tidak. Berikut penjelasan lengkapnya.
Tabel 2 Kasus Litigasi atau Non Litigasi Yang Dilakukan
Yayasan Kakak Dalam Mendampingi Anak Korban
Kekerasan Seksual
Nomor Litigasi/Non Litigasi Jumlah Presentasi
1 Litigasi 12 67
2 Non Litigasi 6 33
JUMLAH 18 100%
Sumber Data : Yayasan KAKAK
Jika dilihat dari data diatas bahwa sejumlah 12 dari 18 kasus
korban kekerasan seksual terhadap anak dilanjutkan hingga ke proses
hukum. Hal ini bisa terjadi karena adanya kesadaran hukum dari
pihak keluarga korban kekerasan seksual untuk melanjutkan perkara
ini ke proses hukum dikarenakan beberapa faktor, yakni:
a. Korban hamil dan pelaku tidak mau bertanggung jawab, hal
ini menyebabkan keluarga korban melaporkan kasus ini ke
polisi.
b. Pelaku merupakan keluarga korban yang seharusnya
melindungi korban yang masih anak, contohnya adalah ayah
kandung, hal ini membuat anggota keluarga melaporkan kasus
18
c. Korban mengalami kekerasan seksual oleh lebih dari satu
orang atau telah berkali-kali mendapatkan kekerasan seksual
sehingga menyebabkan keluarga tidak diterima dan
melaporkan ke polisi.
d. Korban di bawa lari oleh pelaku hingga berhari-hari
menyebabkan keluarga menjadi khawatir dengan keadaan
korban dan akhirnya melaporkan ke polisi.
e. Adanya partisipasi dari masyarakat untuk melaporkan kasus
19
Berikut tabel lengkap data litigasi dan non litigasi:
Tabel 3. Daftar Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak Yang Didampingi Oleh Yayasan KAKAK Secara Litigasi
Tempat Proses Hukum Penyidikan
Proses Hukum Penuntutan
Jeratan Tuntutan Vonis
1 Vivi
Kios BAP dilakukan
pada tanggal 17 Februari 2011 di
Poltabes Surakarta
Kasus masuk ke Kejaksaan Surakarta pada
April 2011
Pasal 81 (2) UUPA
Pada Juni 2011 JPU Kejaksaan Negeri Surakarta menuntut 5 tahun penjara dan denda
60 juta
Hakim PN Surakarta memvonis 4 tahun penjara, denda 60 juta
rupiah dan subsider 4 bulan penjara (jeratan vonis pasal 81 (2) pada tanggal 18 Februari 2011 di Polres Sragen
Kasus masuk ke Kejaksaan Sragen tahun penjara dan
denda 60 juta
Hakim PN Sragen memvonis 12 tahun penjara, denda 60 juta
rupiah dan subsider 4 bulan penjara (jeratan vonis pasal 81 (1)
UUPA 3 Erna Dwi S.
(Perempuan)
Tetangga Perkosaan + paksaan
Hotel BAP dilakukan
pada tanggal 17 Februari 2011 di
Polres Karanganyar
Kasus masuk ke Kejaksaan penjara dan denda
60 juta
Hakim PN Karanganyar memvonis 5 tahun penjara, denda 60 juta
rupiah dan subsider 2 bulan penjara (jeratan vonis pasal 81 (2)
20
Sawah BAP dilakukan
pada tanggal 7 Juni 2011 di Polres Klaten
Kasus masuk ke Kejaksaan Klaten
pada Juli 2011
Pasal 81 (1) pasal 82 untuk pelaku tumino
JPU Kejaksaan Negeri Klaten menuntut 7 tahun penjara dan denda
60 juta untuk musiono, edi, Siyono. Menuntut 3 th untuk tumino
dan jenowo
Hakim PN Klaten memvonis 5 tahun penjara, denda 60 juta
rupiah dan subsider 2 bulan penjara (jeratan vonis pasal 81 (2)
UUPA
5 Indarti S. (Perempuan)
Pacar Perkosaan + Ancaman
Hotel BAP dilakukan
pada tanggal 20 Juni 2011 di
Polsek Kebonarum
Kasus masuk ke Kejaksaan Klaten
pada Juli 2011
Pasal 81 (1) UUPA
JPU menuntut 6 thn Penjara
Hakim memvonis 4 thn penjara denda 60
jt rupiah (jeratan vonis psl 81(2)
Hotel Polisi belum bisa meminta keterangan anak karena anak depresi dan tidak mau memberikan keterangan. Polisi, keluarga dan pendamping mencoba memberikan pemahaman namun korban akan bunuh diri jika
terus dibahas dan ditanya oleh siapapun. Saat ini keluarga korban mencabut laporan.
7 Kurnia Ayu pada tanggal 25 Juli 2011 di
Polres Karanganyar
Kasus masuk ke Kejaksaan menuntut 6 tahun penjara dan denda
60 juta
Hakim PN Karanganyar memvonis 5 tahun penjara, denda 60 juta
subsider 3 bulan penjara (jeratan vonis
pasal 81 (2) UUPA
21
Dari data diatas dapat dilihat bahwa semua korban kekerasan
seksual terhadap anak yang berproses hukum berjenis kelamin
perempuan dan sebanyak 4 kasus di lakukan oleh orang dewasa
sebab orang dewasa menganggap dirinya orang yang kuat atau
memiliki kekuatan lebih daripada si korban yang di anggap lebih
lemah.
Dari 7 kasus kekerasan seksual terhadap anak yang berproses
hukum kesemuanya pelakunya adalah orang-orang terdekat korban.
Ada banyak faktor yang mendasari mengapa banyak pelaku
kekerasan seksual terhadap anak adalah orang yang dikenal bahkan
dekat dengan korban dan keluarga korban, yaitu:
a. Kurangnya rasa curiga keluarga korban terhadap pelaku
b. Keluarga korban terlalu percaya pada pelaku
c. Karena korban dan keluarga korban sudah mengenal dekat
bahkan dianggap seperti saudara sendiri
d. Memiliki konsep berpikir bahwa pelaku tidak mungkin akan
melakukan hal yang negatif terhadap korban
Dari 7 kasus kekerasan seksual terhadap anak yang berproses
hukum, kasus yang paling dominan atau paling banyak terjadi adalah
persetubuhan dengan modus bujuk rayu sebanyak 4 kasus dan untuk
22
persetubuhan dilakukan oleh tetangga dan pacar dari korban, sedangkan
kasus perkosaan pelakunya adalah pacar, tetangga, dan ayah kandung.
Yayasan KAKAK dalam mendampingi kasus kekerasan seksual
yang dilanjutkan ke proses hukum memberikan pendampingan mulai
dari proses di kepolisian sampai dengan adanya vonis dari hakim di
pengadilan. Untuk kasus kekerasan seksual terhadap anak yang
litigasi Undang-Undang yang digunakan adalah UU Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak. Pasal yang digunakan adalah Pasal
81 dan Pasal 82, yang berisi bahwa ancaman pidana bagi pelaku
kekerasan seksual terhadap anak adalah minimal 3 tahun penjara dan
maksimal 15 tahun penjara. Dan dapat dilihat dari 7 kasus diatas
yang sudah ada vonis hakimnya, hukuman penjara yang didapat para
pelaku sesuai dengan ketentuan Pasal 81 dan 82, pelaku dijerat 4
23 Tabel 4. Daftar Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak Yang Didampingi Oleh Yayasan KAKAK Secara
Non Litigasi
No Nama Korban Pelaku Kasus + Modus
Tempat Bentuk Non Litigasi
Peran Yayasan KAKAK
1 Budi Darmawan
(Laki-Laki)
Guru Ngaji Sodomi
+ Bujuk Rayu
Masjid Mediasi Melakukan intervensi pada keluarga dan
tokoh masyarakat agar memberikan pemahaman yang benar pada korban dan keluarga
2 Agam Saputra
(Laki-Laki)
Guru Ngaji Sodomi
+ Bujuk Rayu
Masjid Mediasi Melakukan intervensi pada keluarga dan
tokoh masyarakat agar memberikan pemahaman yang benar pada korban dan keluarga
3 Bintang Erlangga (Laki-Laki)
Guru Ngaji Sodomi
+ Bujuk Rayu
Masjid Mediasi Melakukan intervensi pada keluarga dan
tokoh masyarakat agar memberikan pemahaman yang benar pada korban dan keluarga
4 Bayu Aji
(Laki-Laki)
Guru Ngaji Sodomi
+ Bujuk Rayu
Masjid Mediasi Melakukan intervensi pada keluarga dan
tokoh masyarakat agar memberikan pemahaman yang benar pada korban dan keluarga
5 Dio Setiawan
(Laki-Laki)
Guru Ngaji Sodomi
+ Bujuk Rayu
Masjid Mediasi Melakukan intervensi pada keluarga dan
tokoh masyarakat agar memberikan pemahaman yang benar pada korban dan keluarga
6 Rini Ayuningsih (Perempuan)
Pacar Persetubuhan
+ Bujuk Rayu
Rumah Pelaku Negoisasi Karena korban hamil, maka KAKAK
Bersama dengan APPS Wonogiri membantu korban agar dapat akses melahirkan gratis di Rumah Sakit Moewardi Solo dengan membantu dalam pengurusan surat-surat perijinan
24
Untuk Budi Darmawan, Agam Saputra, Bintang Erlangga, Bayu
Aji, dan Dio Setiawan mengalami kasus yang sama yaitu sodomi
dengan pelaku yang sama dan saat yang bersama juga. Untuk kasus
sodomi ini mengapa didampingi oleh Yayasan KAKAK secara non
litigasi karena pada awalnya kasus ini ingin diproses secara hukum
tetapi hasil visum tidak ditemukan luka, sehingga kasus ini tidak
sampai pada tingkat pemeriksaan di kepolisian dan didampingi oleh
Yayasan KAKAK secara non litigasi. Peran Yayasan KAKAK
adalah memberikan intervensi pada keluarga korban dan tokoh
masyarakat terkait kasus yang terjadi, tetapi yang dimaksudkan
intervensi adalah penyuluhan kepada keluarga korban dan
masyarakat, agar mereka bisa memberikan pemahamanan yang benar
kepada korban, dan kasus yang sama tidak terjadi lagi pada
masyarakat sekitar dan terutama korban.
Kasus Rini Ayuningsih didampingi oleh Yayasan KAKAK
secara non litigasi karena hasil dari kekerasan seksual tersebut
membuat korban hamil. Jadi korban hanya meminta kepada Yayasan
KAKAK agar didampingi secara medis saja, yaitu dalam proses
25
Berikut penulis sajikan data detail kondisi anak korban kekerasan seksual antara sebelum didampingi oleh Yayasan
KAKAK dan setelah didampingi Yayasan KAKAK.
Tabel 5. Peran Pendampingan Yang Dijalankan Oleh Yayasan KAKAK
No Nama Korban
Kasus Kondisi Sebelum Dilakukan Pendampingan Kondisi Setelah Dilakukan Pendampingan
Psikologis Keluarga Masyarakat Psikologis Keluarga Masyarakat
1 Vivi
Tandiari M.
Persetubuhan Anak sangat pendiam dan
Orangtua anak tidak menyalahkan anak dan mensuport anak. Setiap hari orangtua mengantar dan menjemput di sekolah sebagai upaya agar anak merasa tidak diacuhkan oleh orangtuanya
Masyarakat tidak menyindir dan tetap bersikap baik terhadap anak dan keluarga. Masyarakat mensuport katika ayah anak
melaporkan pelaku karena sebagai efek jera. Bahkan
masyarakat pula yang melaporkan ketika kasus baru diketahui di polsek setempat
Anak lebih pelaku keluar dari penjara.
Walaupun keinginannya tidak bisa terpenuhi namun anak tidak merasa depresi namun dan tidak pernah membahas dijalani maka ia berkeinginan tetap melanjutkan proses hukum namun tetap memaafkan pelaku dan keluarganya
26
2 Windarw
ati
Perkosaan Anak sangat
pendiam dan anak merasa depresi. Namun ibu anak memberi motivasi pada anak untuk tetap bersemangat,
bersekolah dan tidak malu. Sang ibu tidak menyalahkan anak namun menyalahkan ayah kandung anak yang tidak bisa menjaga kehormatan anak kandungnya sendiri
Masyarakat tidak menyindir dan tetap bersikap baik terhadap anak dan keluarga. Masyarakat mensuport anak dan ibunya ketika kasus dilaporkan. Perangkat desa/tokoh
masyarakat ikut serta mengawal kasus dan ikut melaporkan pelaku di kepolisian
Anak lebih protectiv dan tidak mengijinkan anak pergi sendirian. Ibu anak juga menyita hp anak karena anak dekat dengan laki-laki sehingga ibu anak takut jikalau anak menjadi korban lagi
Masyarakat
Perkosaan Anak terlihat secara sepintas perhatian dan tidak menyalahkan anak. orangtua ketika mengajak mengobrol terkait dengan kejadian yang dialami oleh anak dengan bahasa yang mudah dimengerti anak namun tidak menekannya
27
4 Sari Persetubuhan Anak terlihat
secara sepintas tuna rungu dan tuna wicara. tinggal di Tangerang sehingga anak hanya tinggal bersama Nenek dan om. Nenek dan om sangat perhatian dan mendukung. Dalam melaporkan kasus ke polisi nenek dan om sangat proaktif dan mencoba mencari pendampingan dari LSM ataupun tokoh masyarakat.Dengan begitu membuat anak merasa memiliki yang dialami anak untuk dilaporkan dipolisi walaupun semua pelaku adalah tetangganya sendiri. Hal ini dilakukan sebagai efek jera bagi pelaku. Walaupun ada tetangga terutama yang memiliki anak sangat aktif dalam komunikasi dengan bahasa isyarat. Anak menjadi lebih manja dan ingin selalu
diperthatikan oleh sekelilingnya
Keluarga masih sama seperti semula sebelum kasus terungkap yakni sangat perhatian dan mensuport anak
Kondisi
masyarakat masih sama yaitu mendukung kasus yang dialami anak untuk dilaporkan
Orangtua anak sering memarahi anak dan menganggap anak tidak bisa menjaga kehormatan keluarga
Masyarakat tahu kejadian yang dialami anak namun
masyarakat terkesan cuek dan tidak peduli. Namun bagi keluarga anak hal ini justru disyukuri karena jika mayarakat
mencemooh keluarga anak justru akan
Anak lebih berani terbuka
28
orangtuanya pengertian
mengenai proses hukum yang harus dijalani anak dan keluarga
6 Kristina Persetubuhan Anak terlihat secara sepintas perhatian dan tidak menyalahkan anak. orangtua ketika mengajak mengobrol terkait dengan kejadian yang dialami oleh anak dengan bahasa yang mudah dimengerti anak namun tidak menekannya.namun anak akan marah jika hal itu ditanya berulang-ulang
29
Persetubuhan Anak sangat pendiam dan
Orangtua anak sudah sangat tua sehingga segala kasus yang dihadapi oleh anak diserahkan pada kakak anak. Kakak anak dan keluarga sangat mendukung dan memotivasi anak agar tidak takut dan kuat menghadapi persoalan yang dihadapi
Masyarakat mengetahui kasus yang dialami anak dan tidak
mengucilkan
keluarga anak namun respon untuk
membantu anak dan keluarga masih kurang. Hanya keluarga terdekat saja yang membantu
Anak sedikit demi sedikit mau sifat pendiam dan introvert masih sering muncul di diri anak
Orangtua masih sama seperti semula sebelum kasus yang dialami anak dan tidak
mengucilkan keluarga anak namun respon untuk membantu anak dan keluarga masih kurang. Hanya keluarga terdekat saja yang membantu
8 Budi
Darmaw an
Sodomi Anak sangat
ceria dan tidak mengerti dengan apa yang menimpanya
Orangtua sangat perhatian dan tidak pernah membahas peristiwa yang terjadi pada anak.
Masyarakat dan tokoh-tokoh di desa sangat peduli karena korbannya sangat banyak sehingga pemerintah desa ikut membantu untuk menangani permasalah anak-anak yang menjadi korban
Anak sangat ceria dan tidak
mengalami perubahan pasca kasus
Orangtua masih sama seperti semula yakni sangat perhatian dan tidak pernah membahas peristiwa yang terjadi pada anak
Masyarakat dan tokoh-tokoh di desa masih sama bahkan lebih peduli yaitu ditambah dengan memberi
30
9 Agam
Saputra
Sodomi Anak sangat
pendiam dan perhatian dan tidak pernah membahas peristiwa yang terjadi pada anak
Masyarakat dan tokoh-tokoh di desa sangat peduli karena korbannya sangat banyak sehingga pemerintah desa ikut membantu untuk menangani permasalah anak-anak yang menjadi korban sama seperti semula sebelum kasus terungkap yakni sangat perhatian dan tidak pernah membahas peristiwa yang terjadi pada anak
Masyarakat dan tokoh-tokoh di desa masih sama bahkan lebih peduli yaitu ditambah dengan memberi
pemahaman pada anak dan keluarga agar kasus tidak terulang kembali 10 Bintang
Erlangga
Sodomi Anak sangat
ceria dan tidak mengerti dengan apa yang menimpanya
Orangtua sangat perhatian dan tidak pernah membahas peristiwa yang terjadi pada anak
Masyarakat dan tokoh-tokoh di desa sangat peduli karena korbannya sangat banyak sehingga pemerintah desa ikut membantu untuk menangani permasalah anak-anak yang menjadi korban
Anak sangat ceria dan tidak
mengalami perubahan pasca kasus
Orangtua masih sama seperti semula sebelum kasus terungkap yakni sangat perhatian dan tidak pernah membahas peristiwa yang terjadi pada anak
Masyarakat dan tokoh-tokoh di desa masih sama bahkan lebih peduli yaitu ditambah dengan memberi
pemahaman pada anak dan keluarga agar kasus tidak terulang kembali
11 Bayu Aji Sodomi Anak sangat
ceria dan tidak mengerti dengan apa yang menimpanya
Orangtua sangat perhatian dan tidak pernah membahas peristiwa yang terjadi pada anak
Masyarakat dan tokoh-tokoh di desa sangat peduli karena korbannya sangat banyak sehingga pemerintah desa ikut membantu untuk menangani permasalah anak-anak yang menjadi korban
Anak sangat ceria dan tidak
mengalami perubahan pasca kasus
Orangtua masih sama seperti semula sebelum kasus terungkap yakni sangat perhatian dan tidak pernah membahas peristiwa yang terjadi pada anak
Masyarakat dan tokoh-tokoh di desa masih sama bahkan lebih peduli yaitu ditambah dengan memberi
31
12 Dio
Setiawan
Sodomi Anak sangat
pendiam dan perhatian dan tidak pernah membahas peristiwa yang terjadi pada anak
Masyarakat dan tokoh-tokoh di desa sangat peduli karena korbannya sangat banyak sehingga pemerintah desa ikut membantu untuk menangani permasalah anak-anak yang menjadi korban sama seperti semula sebelum kasus terungkap yakni sangat perhatian dan tidak pernah membahas peristiwa yang terjadi pada anak
Masyarakat dan tokoh-tokoh di desa masih sama bahkan lebih peduli yaitu ditambah dengan memberi
pemahaman pada anak dan keluarga agar kasus tidak terulang kembali
13 Rini
Ayuning sih
Persetubuhan Pendamping baru bertemu 1 kali pada anak dan keluarga ketika pengurusan kelahiran di Rumah sakit Dr Moewardi. Anak sudah didampingi oleh APPS Wonogiri dan dari rujukan APPS untuk mengakses melahirkan gratis di RS Moewardi Solo sehingga KAKAK dan SPEKHAM membantu dalam rehabilitasi kesehatan dengan pengurusan surat-surat dan lobby instansi terkait.
14 Yenis
Septia
Pencabulan Anak tidak didampingi karena keluarga menolak untuk didampingi
15 Wulan Perkosaan Anak tidak didampingi karena keluarga menolak untuk didampingi
16 Novia
Sekar
Persetubuhan Anak tidak didampingi karena keluarga menolak untuk didampingi
17 Yuli
Astuti
Persetubuhan Anak tidak didampingi karena keluarga menolak untuk didampingi
18 Ismi
Jayanti
Perkosaan Anak tidak didampingi karena keluarga menolak untuk didampingi
32
Pendampingan yang dilakukan Yayasan KAKAK dapat dilihat
perbedaannya ada di 3 bidang yaitu psikologi anak, orang tua anak,
dan masyarakat tempat tinggal anak berada. Bidang psikologi anak
Yayasan KAKAK melakukan pendampingan dengan cara melakukan
konsultasi secara pribadi kepada anak, anak korban kekerasan
seksual banyak yang mengalami tekanan secara batin, menjadi
tertutup, malu, oleh karena itu Yayasan KAKAK melakukan
pendampingan konsultasi agar kondisi batin anak lebih baik, anak
menjadi lebih terbuka, tidak malu lagi. Contohnya adalah kasus yang
dialami oleh Vivi Tandiari, Ia adalah korban persetubuhan yang
dilakukan oleh pacarnya sendiri. Sejak kasus kekerasan seksual
menimpa dirinya, Ia menjadi orang yang pendiam, tampak murung
dan enggan keluar rumah karena mengalami tekanan batin yang luar
biasa, tetapi setelah dilakukan pendampingan oleh Yayasan KAKAK
dengan konsultasi, Ia menjadi lebih terbuka dan sudah berani
mengutarakan keinginannya kepada orang tuanya.
Untuk pendampingan kepada orang tua Yayasan KAKAK
mendampingi dengan cara memberikan konsultasi, dan intervensi
agar orang tua bisa memiliki pikiran yang terbuka terkait kasus yang
dialami oleh anaknya. Kasus Indarti adalah contoh kasus yang
dimana orang tua korban menyalahkan anak karena anak dianggap
tidak bisa menjaga nama baik keluarga, tetapi Yayasan KAKAK
33
akhirnya orang tua bisa lebih mengerti dan mengendalikan rasa
emosi terhadap anak.
Pendampingan kepada masyarakat, Yayasan KAKAK
mendampingi dengan cara memberikan intervensi pada tokoh
masyarakat dan masyarakat itu sendiri. Kasus Indarti adalah contoh
kasus dimana masyarakat awalnya sebelum dilakukan pendampingan
oleh Yayasan KAKAK mereka tidak peduli dan cuek terhadap kasus
yang terjadi, tetapi setelah Yayasan KAKAK melakukan
pendampingan masyarakat jadi lebih peduli dengan memberikan
dukungan secara moril.
Untuk 5 kasus yang tidak didampingi oleh Yayasan KAKAK
disebabkan oleh beberapa alasan, yaitu:
a. Keluarga masih memiliki pemikiran yang salah terkait adanya
lembaga swadaya masyarakat KAKAK, pemikiran mereka
jika KAKAK membantu memberikan pendampingan maka
mereka harus mengeluarkan biaya untuk membayar KAKAK,
padahal KAKAK sudah memberikan pengertian bahwa
pendampinga bersifat gratis, tetapi keluarga terutama orang
tua anak yang menjadi korban kekerasan seksual menolak
untuk didampingi oleh KAKAK.
b. Keluarga merasa mampu menyelesaikan kasus kekerasan
34
c. Keluarga merasa apa yang dialami oleh anak adalah aib, dan
keluarga tidak ingin kasus kekerasan seksual yang terjadi
diketahui oleh orang lain, termasuk juga Yayasan KAKAK.
Berdasarkan UU Perlindungan Anak Pasal 72 yang berbunyi :
Pasal 72
(1) Masyarakat berhak memperoleh kesempatan seluas-luasnya
untuk berperan dalam perlindungan anak.
(2) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan oleh orang perseorangan, lembaga perlindungan anak,
lembaga sosial kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat,
lembaga pendidikan, lembaga keagamaan, badan usaha, dan media
massa.
Maka Yayasan KAKAK mempunyai kesempatan yang
seluas-luasnya untuk berperan dalam perlindungan anak, karena yang
dimaksud dengan peran masyarakat dalam Pasal 72 ayat 2 salah satunya
adalah lembaga swadaya masyarakat, dan Yayasan KAKAK merupakan
lembaga swadaya masyarakat. Kesempatan untuk berperan dalam
perlindungan anak sudah dijalankan oleh Yayasan KAKAK, tetapi
Yayasan KAKAK memang lebih fokus pada perlindungan anak dari
kekerasan seksual. Dan oleh karena itu berdasarkan UU Perlindungan
Anak, pemenuhan hak oleh anak korban kekerasan seksual dapat berupa
35
a. Pemenuhan hak hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi
secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan,
serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi
yang tertuang dalam Pasal 4 UU Perlindungan Anak.
Fakta dalam contoh kasus: Kasus Kristina. Dalam kasus tersebut
Yayasan KAKAK memberikan pendampingan secara psikologis
karena setelah terjadinya kasus kekerasan seksual yang
menimpa Kristina, Ia menjadi tertutup tidak mau berinteraksi
dengan lingkungannya dan merasa tertekan. Disinilah Yayasan
KAKAK mengambil peran dalam pemenuhan hak anak untuk
tumbuh kembang berpartisipasi secara wajar agar anak menjadi
terbuka, mau berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan tidak
tertekan, dan hal itu berhasil dilakukan Yayasan KAKAK. Dan
juga Yayasan KAKAK memberikan bantuan berupa beasiswa
uang masuk sekolah kepada Kristina karena Ia naik kelas 1
SMA. Dari layanan beasiswa tersebut, Yayasan KAKAK berarti
telah berusaha mengambil peran dalam pemenuhan hak anak
tumbuh, kembang, berpartisipasi secara wajar seperti halnya
anak-anak lain yang berhak memperoleh pendidikan
setinggi-tingginya.
b. Pemenuhan hak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan
sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan
36
Fakta dalam contoh kasus: kasus Rini Ayuningsih yang
mendapat bantuan medis atau bantuan di bidang pelayanan
kesehatan, Yayasan KAKAK membantu dalam pengurusan ijin
agar anak korban kekerasan seksual yaitu Rini Ayuningsih dapat
melahirkan gratis di RS Moewardi Solo.
c. Pemenuhan hak mendapatkan perlakuan secara manusiawi,
memperoleh bantuan hukum, membela diri dan memperoleh
keadilan dalam pengadilan yang tertuang dalam Pasal 17 ayat 1
UU Perlindungan Anak.
Fakta dalam contoh kasus: kasus Sari yang memperoleh bantuan
hukum oleh Yayasan KAKAK. Sari merupakan korban
persetubuhan, orang tuanya tinggal di Tangerang, dan Sari
tinggal di Klaten bersama om dan neneknya. Om dan neneknya
berkeinginan memproses kasus yang menimpa Sari ke jalur
hukum, dan mereka sangat proaktif dalam mencari
pendampingan dari LSM ataupun tokoh masyarakat. Akhirnya
mereka menemukan LSM sebagai pendamping yaitu KAKAK.
Dan KAKAK mendampingi kasus Sari melalui proses hukum
awal dari penyidikan di kepolisian hingga proses hukum akhir
yaitu hakim menjatuhkan vonis bagi pelaku di pengadilan, yang
dimana akhirnya pelaku divonis 5 tahun penjara, denda 60 juta
37
Berikut merupakan beberapa contoh penemuan kasus yang
didampingi oleh Yayasan KAKAK:
a. Contoh kasus kekerasan seksual terhadap anak yang litigasi
1) Kasus Kristina
a) Latar belakang keluarga
Kristina merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara. Adiknya
berjenis kelamin perempuan dan kakaknya laki-laki. Kristina
berasal dari keluarga yang sederhana, ayah Kristina bekerja
sebagai buruh bangunan dan ibu sebagai buruh jahit.
Sedangkan kakak laki-laki bekerja sebagai buruh bangunan dan
adik masih bersekolah kelas 3 SMP. Walaupun kondisi
keuangan keluarga tersebut tergolong sederhana namun
orangtua tetap menyekolahkan anak hingga bisa lulus SMA.
Keluarga Kristina tergolong kurang harmonis. Kakak
Kristina sering memukulnya walaupun terkadang tanpa
diketahui penyebabnya dan hal ini membuat Kristina tidak
betah dirumah. Orangtua Kristina juga hanya diam saja ketika
kakak laki-lakinya itu memukul Kristina. Hal ini karena
orangtuanya juga takut jika melihat kakak Kristina
marah-marah. Sebenarnya orangtua Kristina tidak pernah memukulnya
namun dengan kondisi kakaknya yang mudah marah sehingga
membuat Kristina merasa tidak betah dirumah dan
38
Apalagi setelah kasus kekerasan seksual yang menimpa
Kristina sehingga membuat kakaknya sering marah dan
memukul tanpa alasan. Namun Kristina merasa bahwa hal ini
terjadi karena kakaknya malu terhadap dirinya karena kasus
kekerasan seksual telah diketahui oleh tetangga. Orangtua
Kristina terlihat peduli pada Kristina, walaupun kasus
kekerasan seksual menimpanya namun orangtua tidak
memukul dan memarahi. Mereka justru memberikan support
agar Kristina tetap sekolah dan tidak berpengaruh pada kondisi
psikologi Kristina.
b) Profil diri anak
Kristina adalah anak perempuan berumur 15 tahun. Kristina
bersekolah kelas 1 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di
Klaten. Saat kasus kekerasan seksual terungkap Kristina
bersekolah kelas 3 SMP dan menunggu kelulusan. Selama
menunggu kelulusan Kristina membantu ibunya membuat
payet kebaya yang diambil dari tetangganya. Dengan
membantu ibunya membuat payet ia dapat mengumpulkan
uangnya sendiri. Bahkan dari ia membuat payet tersebut maka
ia bisa membeli hp sendiri.
Secara fisik Kristina mempunyai wajah yang cantik dan
berkulit coklat. Ia tegas dan supel, mudah akrab pada orang yang
39
yang ia alami. Hubungan anak sangat dekat dengan ibunya
sehingga ia sering bercerita pada ibunya. Setelah kejadian yang
menimpa, ibu sangat protektif dan cenderung terlalu khawatir jika
anak bepergian. Tak jarang ibu sering mengikuti anak ketika ia
pergi.
c) Kronologi kasus
Kristina adalah korban persetubuhan yang dilakukan oleh
tetangganya. Pelaku dan korban tinggal berdekatan sehingga
antara keduanya sudah kenal terlebih dahulu. Pelaku sudah
mempunyai 2 istri dan 1 anak. Kedua istri pelaku bekerja sebagai
Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Malaysia dan anak dari pelaku
diasuhnya sendiri. Karena rumah korban dan pelaku berdekatan
maka anak dari pelaku yang masih kecil sering main ke rumah
korban. Bahkan korban dan anak pelaku sangat dekat. Tanpa di
sadari karena kedekatan itulah tumbuh rasa sayang dari pelaku
pada korban karena korban sangat dekat dengan anaknya.
Namun korban tidak menyadari jika pelaku memberikan
perhatian yang lebih pada korban. Sering korban dijemput ketika
sekolah, bahkan sering diajak jalan-jalan. Karena merasa
tetangganya sendiri dan masih mempunyai hubungan kekerabatan
maka korban tidak curiga pada pelaku.
Pada suatu ketika ketika korban pulang sekolah dijemput
40
melihat pemandangan maka pelaku mengajak korban untuk
beristirahat di hotel yang tidak jauh dari situ. Korban yang juga
merasa capek akhirnya menuruti kemauan pelaku. Di dalam
kamar hotel ketika sedang berbincang-bincang pelaku merayu
korban untuk dilayani. Pada awalnya korban berontak, namun
karena tenaga korban yang tidak sebanding dengan pelaku maka
pelaku berhasil menyetubuhi korban.
d) Layanan/pendampingan yang diterima oleh anak dan
keluarga
Proses pendampingan dalam kasus ini berawal dari laporan
Setara kita (NGO lokal di Klaten) yang merupakan anggota
Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak
(P2TP2A) kabupaten Klaten. Karena korban awalnya menolak
jika kasus ini sampai diproses maka memerlukan penanganan
secara sama. Sehingga Yayasan KAKAK
bersama-sama dengan Aliansi Setara Kita melakukan pendampingan
secara berkelanjutan terkait kasus Kristina dan pendampingan
tersebut ditujukan pada diri korban dan keluarganya.
Pendampingan Psikologi
Pendampingan secara psikologis dilakukan
bersama-sama antara Yayasan Kakak dan Setara Kita.
Pendampingan secara psikologis dilakukan secara
41
mengalami kekerasan seksual juga mendapat kekerasan
fisik dari Kakaknya sehingga berdampak pada kondisi
psikologis korban.
Dari pendampingan terhadap korban diharapkan korban
terbuka dan tidak tertekan. Setelah adanya konseling,
dampak yang dirasakan bagi korban adalah korban tetap
mau sekolah dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Konseling dilakukan Yayasan KAKAK juga terhadap
orangtuanya karena orangtua juga harus mempunyai
peran dalam mengembalikan kondisi psikologis korban
dan juga untuk meminimalisir tindakan kekerasan fisik
dari kakaknya.
Pendampingan Hukum
Pendampingan hukum dilakukan sejak proses
penyidikan di kepolisian. Dalam proses penyidikan di
kepolisian korban awalnya menolak untuk
memberikan keterangan pada polisi karena ia merasa
takut jika berurusan dengan polisi. Sampai beberapa
kali dipanggil ia tidak mau datang. Namun dengan
dukungan dari keluarga dan pendampingan secara
berkelanjutan dari Yayasan KAKAK dan Setara Kita
maka korban mau diperiksa oleh Polisi. Namun
42
kasus karena jika diteruskan maka Ia akan bunuh diri.
Pendampingan pada korban intensif dilakukan agar
korban mau melanjutkan pemeriksaan tetapi anak
mengancam akan bunuh diri dan pergi dari rumah.
Oleh karena itu akhirnya orangtua memutuskan tidak
melanjutkan perkara ini secara hukum.
Layanan Beasiswa
Layanan beasiswa diberikan pada korban yakni dengan
memberikan support pembayaran uang masuk sekolah
karena korban naik kelas 1 SMA.
2) Kasus Windarwati
1) Latar belakang keluarga
Windarwati merupakan anak ke 1 dari 2 bersaudara. Adiknya
berjenis kelamin laki-laki kelas 3 Sekolah Dasar. Windarwati
berasal dari keluarga yang sederhana, Ayah sebagai buruh
bangunan dan ibunya sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di
Malaysia sebagai Pembantu Rumah Tangga.
Keluarganya kurang harmonis, sebelum ibu Windarwati
memutuskan untuk menjadi TKW, orang tua Windarwati sering
bertengkar dan ayahnya sering memukul dan menganiaya ibunya.
Ibunya pernah pergi ke Jakarta dan meninggalkan keluarga,
sehingga membuatnya sering merasa sedih dan kurang nyaman
43 menjaga adik yang masih membutuhkan perhatian dan kasih
sayang dari orangtuanya.
Ketika ibunya menjadi TKW, Windarwati di rumah dengan
ayah dan adiknya. Sering ayahnya tidak pulang ke rumah dan
sering mabuk. Hal ini membuatnya tidak nyaman dan merasa
kurang kasih sayang. Beruntung masih ada kakek nenek dan juga
saudara ibunya yang selalu memberi perhatian sehingga dia tidak
terlalu kesepian. Walaupun begitu Windarwati tertutup pada
keluarga besarnya terkait perilaku ayahnya karena takut ayahnya
marah. Ayahnya juga selalu melarang jika ia pergi kerumah kakek
neneknya.
2) Profil diri anak
Windarwati adalah anak perempuan berumur 16 tahun yang
cantik, berkulit putih dan supel. Lahir di Sragen, 30 Desember
1994, kelas 1 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Di sekolah
dia tergolong siswa pandai dan banyak teman. Banyak kegiatan
di sekolah dan di rumah yang dia ikuti. Namun semenjak kasus
kekerasan seksual menimpanya, Windarwati memutuskan untuk
tidak sekolah lagi karena ia tidak ingin teman-teman dan sekolah
tahu kasus yang menimpanya. Selain itu sifatnya juga berubah,
dia menjadi pendiam dan tidak banyak bicara jika tidak diajak
44 Selama tidak bersekolah ia belajar menjahit kepada tantenya.
Selain itu kadang ia juga membantu tetangganya menggoreng
gorengan untuk dijual. Windarwati memiliki keinginan untuk
belajar di pesantren. Tetapi saat ini dia belum siap, karena masih
takut bila harus pergi jauh.
3) Kronologi kasus
Windarwati adalah korban perkosaan yang dilakukan oleh
ayah kandungnya sendiri. Karena di rumah hanya ada
Windarwati, adiknya serta ayahnya. Sehingga dengan leluasa
ayah membujuk dan mengancam Windarwati untuk melayaninya.
Kejadian berawal pada hari Selasa tanggal 27 Juli 2010 pukul
22.00 WIB. Saat itu ayahnya tidur dengan adik laki-lakinya dan
dia tidur sendirian. Ketika dia sudah tidur,ayahnya memintanya
untuk melayaninya karena ayah kangen pada ibunya. Ayah
menganggap wajahnya mengingatkan pada ibu. Dia sempat
menolak karena merupakan tindakan berdosa namun sang ayah
justru membujuk anak karena dilakukan sebagai bukti bakti anak
pada ayahnya. Karena tetap menolak maka dia ditampar dan
diperkosa, bahkan tangan anak diikat dengan ikat pinggang agar
anak tidak bisa berontak. Tanpa perlawanan yang berarti maka
dengan leluasa, sang ayah dapat memperkosa anaknya. Kejadian
itu berlangsung berulang-ulang hingga 9 kali selama kurun waktu
45 tidak menceritakan kejadian yang di alaminya pada sipapun
karena ia takut akan ancaman ayahnya yang akan membunuhnya
jika dia menceritakan pada siapapun bahkan juga mengancam
keselamatan adiknya.
Kejadian terungkap pada bulan Januari 2011, saat ibunya
pulang. Ibu anak curiga dengan perubahan sifat dan perilaku
anaknya yang ketakutan terhadap ayahnya. Anak juga menjadi
kasar dan cepat marah. Akhirnya pada awal Februari 2011, anak
mengaku dihadapan ibu dan juga kakek neneknya jika ia
diperkosa oleh ayahnya ketika ibu di Malaysia. Akhirnya kasus
dilaporkan di Kepolisian.
4) Layanan/pendampingan yang diterima oleh anak dan
keluarga
Proses pendampingan dalam kasus ini berawal dari laporan
dari Aliansi Peduli Perempuan Sukowati (APPS) yakni NGO
lokal di Sragen. Karena pelaku merupakan ayah kandungnya
sendiri, memerlukan penanganan secara bersama-sama untuk
mengatasi dampak psikologis yang besar bagi anak dan keluarga.
Sehingga Yayasan KAKAK bersama-sama dengan APPS
melakukan pendampingan secara berkelanjutan pada anak dan
46 Pendampingan / layanan lain yang dilakukan adalah :
Pendampingan Psikologi
Pendampingan secara psikologis dilakukan
bersama-sama antara Yayasan Kakak, APPS dan Psikolog dari
Dinas Sosial Sragen. Pada awal kasus, anak langsung
ditangani secara psikologis oleh psikolog Dinas Sosial
Sragen, dari hasil test psikologis pada anak memang
anak mengalami traumatis dan pada kondisi tertekan.
Sehingga dibutuhkan orang-orang terutama keluarga
untuk mensupport dan membesarkan hatinya. Yayasan
Kakak mencoba memberikan intervensi pada ibu anak
dan keluarga besar agar ikut mensuport anak dan
membuat kondisinya nyaman jika berada di rumah.
Untuk memulihkan kondisi psikologisnya yang masih
trauma jika di rumah APPS memintanya untuk tinggal di
shelter selama 2 minggu. Setelah 2 minggu di shelter,
kondisi anak lebih baik dan ibunya mengkondisikan
agar anak nyaman dirumah. Walau terkadang anak
teringat kejadian yang menimpanya namun anak
bertekad untuk menyongsong masa depan yang lebih
47
Pendampingan Hukum
Pendampingan hukum ini dilakukan sejak proses
penyidikan di kepolisian sampai dengan proses
persidangan di pengadilan. Dalam prosesnya dilakukan
pengawalan terhadap kasus, sehingga berjalan sesuai
dengan UU yang ada. Saat pembacaan tuntutan, pelaku
dituntut 15 tahun penjara. Dan saat kasus sudah selesai di
persidangan, pelaku di jatuhi vonis hakim 12 tahun
penjara, Denda 60 Juta rupiah subsider 4 bulan
kurungan.
b. Contoh kasus kekerasan seksual terhadap anak yang non litigasi
1) Kasus Budi
a) Kronologi peristiwa
Budi adalah seorang laki-laki yang berusia 9tahun yang
menjadi korban pencabulan yang dilakukan oleh guru ngajinya
yang bernama Abdul Hamid, pada tanggal 9 Desember 2010 saat
Budi dan teman-temannya bermain di kos pelaku.
Pelaku mengajak bermain Budi dan temannya dikamar mandi,
maka anak dan teman-temannya mandi bersama. Di situ pelaku
mengesek-gesekan dan meraba kelamin anak.
Dilain kesempatan juga terjadi kekerasan seksual terhadap
anak-anak, kasus itu terjadi disaat anak sedang mengaji bersama
48 meraba dan menggesek-gesekan kelamin anak-anak. Pelaku
mengunci pintu masjid tempat anak-anak mengaji. Pelaku
menyuruh anak-anak membuka celana dan pelaku meraba-raba
dan menggesek-gesekan kelamin anak-anak yang ada di masjid.
Saat itu ada tetangga yang tahu kejadian tersebut dan melaporkan
pada perangkat desa setempat.
b) Profil diri anak dan keluarga
Budi adalah anak berumur 9 tahun yang memiliki kulit hitamn
tinggi badan kira-kira 135cm, berat badan 30kg dan rambut
pendek. Budi mempunyai sifat seperti anak-anak kebanyakan
yang ceria dan mudah bergaul dengan teman-temannya bahkan
orang yang baru dikenalnya sekalipun. Saat ini Budi bersekolah
kelas 3 SD.
Keluarga Budi tergolong keluarga yang sederhana karena ayah
Budi bekerja sebagai penambang pasir dialiran sungai gunung
merapi dan ibu sebagai pedagang.
c) Proses pendampingan
Pada saat KAKAK mengetahui tindakan persetubuhan
terhadap anak dari PPA Polres Klaten, KAKAK bersama Setara
Kita melakukan penjangkauan terhadap anak. Namun kasus yang
menimpa anak tidak sampai pada tingkat pemeriksaan di
kepolisian karena dari hasil visum tidak ditemukan luka. Selain
49 berdampak banyak pada kehidupan keluarga korban, juga
keluarga korban menganggap anak tidak mengalami trauma. Oleh
karena itu peran KAKAK hanyalah melakukan intervensi pada
keluarga dan tokoh masyarakat agar memberikan pemahaman
yang benar pada korban dan keluarga korban.
Masyarakat dan tokoh-tokoh di desa sangat peduli dengan
kasus ini karena korbannya sangat banyak sehingga pemerintah
desa ikut turun tangan langsung untuk menangani permasalahan
anak-anak yang menjadi korban. Kepedulian ditunjukkan dengan
cara memberikan pemahaman pada anak dan keluarga agar kasus
serupa tidak terulang lagi.
C. Analisis Terhadap Kasus Anak Korban Kekerasan Seksual Tahun 2011 Se-eks- Karesidenan Surakarta
1. Pendampingan Oleh Yayasan KAKAK
Dari 13 kasus kekerasan seksual terhadap anak yang ditangani
oleh Yayasan KAKAK tahun 2011, tentu saja Yayasan KAKAK
sangat mempunyai peran dalam menangani kasus-kasus tersebut,
peran Yayasan KAKAK dapat dilihat dalam berbagai aspek.
Contohnya adalah aspek secara psikologis, medis, dan hukum.
Untuk pendampingan secara psikologis terhadap anak korban
kekerasan seksual, hal itu memang sudah dilakukan mengingat anak
50
cukup kuat, apalagi pelakunya adalah orang terdekat korban yaitu
orangtua sendiri. Contoh kasusnya adalah kasus Windarwati yang di
perkosa oleh ayah kandungnya sendiri, sehingga membuat anak
merasa sangat tertekan dan trauma, tetapi Yayasan KAKAK bekerja
sama dengan Aliansi Perempuan Peduli Sragen dan Dinas Sosial
Sragen melakukan perannya dengan baik, yaitu membawa anak
untuk tinggal di shelter selama 2 minggu untuk penyembuhan trauma
secara intensif dan akhirnya setelah 2 minggu Windarwati merasa
keadaannya membaik dan bertekad menyonsong masa depan yang
lebih baik. Dan pendampingan secara psikologis yang dilakukan oleh
Yayasan KAKAK itu berarti Yayasan KAKAK telah menjalankan
atau sesuai dengan Pasal 8 UU Perlindungan Anak yang berisi setiap
anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial
sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial.
Selain pendampingan secara psikologis, Yayasan KAKAK juga
memiliki peran dalam bantuan hukum terhadap anak korban
kekerasan seksual. Yayasan KAKAK membantu anak korban
kekerasan seksual dalam memperoleh hak-haknya secara hukum,
biasanya kebanyakan anak-anak korban kekerasan seksual tidak
mengerti bagaimana memperoleh hak-hak mereka secara hukum,
mereka juga tidak memiliki pengetahuan yang mendetail tentang
bagaimana jika suatu kasus kekerasan seksual itu ingin diproses
51
pendampingan dimulai dari proses penyidikan di kepolisian hingga
proses persidangan di pengadilan. Contoh kasus adalah Sari yang
mengalami kasus persetubuhan oleh tetangganya, karena orang tua
Sari tinggal di Tangerang dan Sari hanya tinggal bersama om dan
neneknya, dan kebetulan mereka sangat ingin memproses kasus ini
secara hukum, maka Yayasan KAKAK membantu keluarga Sari
untuk bisa melaporkan kasus tersebut ke kepolisian supaya dapat
diproses secara hukum. Hal ini berarti Yayasan KAKAK sudah
menjalankan Pasal 17 ayat 1 dan Pasal 18 UU Perlindungan Anak,
yang berbunyi:
Pasal 17 ayat 1
Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk :
a. mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya
dipisahkan dari orang dewasa
b. memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif
dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku
c. membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan
anak yang objektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk
52
Pasal 18
Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak
mendapatkan bantuan hukum dan bantuan lainnya
Semua peran yang sudah dilakukan oleh Yayasan KAKAK
terkait kasus kekerasan seksual yang terjadi sepanjang tahun 2011
patut ditinjau kembali, apakah seluruh peran yang sudah dilakukan
oleh Yayasan KAKAK itu semua sejalan dengan peran strategis
Yayasan KAKAK, berikut ini penulis akan menganalisis peran
senyatanya Yayasan KAKAK yang sudah dilakukan dibandingkan
dengan peran strategis Yayasan KAKAK yang semestinya.
a. Community Organizer, dengan fungsi:
Memperkuat akses terhadap sumber daya, penguasaan
informasi dan organisasi masyarakat.
Penjelasan: Peran strategis community organizer menurut
penulis sudah dilakukan oleh Yayasan KAKAK. Yayasan
KAKAK memperkuat akses terhadap sumber daya, penguasaan
informasi dan organisasi masyarakat dengan cara bekerja sama
dengan banyak organisasi masyarakat lainnya agar memperoleh
informasi terkait adanya kasus kekerasan seksual terhadap
anak. Contoh organisasi masyarakat yang bekerja sama dengan
Yayasan KAKAK adalah Solidaritas Perempuan untuk
53
Aliansi Perempuan Peduli (APP), Sukowati Sragen, Aliansi
Perempuan Peduli (APP) Makmur Sukoharjo, Aliansi
Perempuan Peduli (APP) Sukses Wonogiri, Setara Kita Klaten,
Lembaga Kajian untuk Transformasi Sosial (LKTS) Boyolali,
Penggerak Partisipasi Perempuan, Anak dan Remaja Indonesia
(PEPARI) Boyolali.
b. Fasilitator, dengan fungsi:
Memfasilitasi proses belajar masyarakat dan
kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan kemampuannya mengatasi
masalah.
Penjelasan: Peran strategis fasilitator Yayasan KAKAK
kerjakan pada kasus yang dialami oleh Sari. Om dan nenek
dari Sari berusaha mencari pendampingan dari LSM supaya
kasus Sari terselesaikan melalui jalur hukum. Yayasan
KAKAK kemudian memfasilitasi keluarga korban untuk
mengatasi masalah yang dialami oleh Sari. Yayasan
KAKAK mendampingi proses penyelesaian kasus secara
hukum dimulai dari penyidikan di kepolisian hingga adanya
vonis hakim di pengadilan, yang mana akhirnya pelaku di
jatuhi vonis oleh hakim PN Klaten 5 tahun penjara, denda 60
juta rupiah dan subsider 2 bulan penjara (jeratan vonis pasal
54
c. Advokator, dengan fungsi:
Mendorong terjadinya perubahan-perubahan kebijakan yang
lebih berpihak pada kepentingan dan hak-hak anak.
Penjelasan: Peran strategis advokator menurut penulis
Yayasan KAKAK belum bisa menjalankan dengan baik,
dikarenakan masih ada yang seharusnya dilakukan
perubahan kebijakan demi kepentingan hak anak tetapi
Yayasan KAKAK belum melakukannya. Contohnya terjadi
pada kasus sodomi yang dialami oleh 5 orang anak sebagai
korban dan pelakunya 1 yaitu guru ngaji. Kasus itu akhirnya
didampingi Yayasan KAKAK secara non litigasi karena dari
hasil visum tidak ditemukan luka pada korban, sehingga
dirasa untuk melanjutkan kasus ke jalur hukum akan susah
karena tidak ada bukti. Dari kasus tersebut seharusnya
Yayasan KAKAK melakukan peran strategis advokator yaitu
dengan adanya perubahan kebijakan demi kepentingan hak
anak, yaitu dengan cara jika hasil visum tidak terbukti, dan
jika dilanjutkan proses hukum ditakutkan kurang bukti,
seharusnya Yayasan KAKAK tetap mendampingi korban
untuk berproses hukum karena walau secara bukti tidak ada,
tetapi ada saksi yang melihat kasus sodomi tersebut. Saksi
tersebut bisa dijadikan alat bukti untuk melanjutkan proses
55
d. Researcher, dengan fungsi:
Melakukan penelitian-penelitian kritis yang mampu
mendorong terbangunnya ilmu pengetahuan masyarakat, dan
berguna untuk mendukung mengembangkan model
pendidikan maupun advokasi.
Penjelasan: Yayasan KAKAK melakukan penelitan demi
mendukung perkembangan model pendidikan maupun
advokasi terkait kasus kekerasan seksual terhadap anak di
kota Wonogiri. Penelitian yang dilakukan oleh Yayasan
KAKAK adalah kasus kekerasan seksual terhadap anak itu
rentan terjadi di Wonogiri, tetapi mengapa sepanjang tahun
2011 hanya ada 2 kasus yang dijumpai dan bahkan dari 2 itu
hanya 1 yang didampingi oleh LSM lokal, oleh karena itu
Yayasan KAKAK melakukan penelitian terkait hal itu, dan
ditemukan ternyata adanya banyak hambatan yang ditemui
oleh korban dan keluarga korban kekerasan seksual jika
ingin memproses kasus melalui jalur hukum, contohnya
adalah jika keluarga korban inign melaporkan kasus ke
kepolisian jarak yang sangat jauh harus ditempuh dari rumah
warga untuk menuju Polsek atau Polres. Dan juga dari hasil
penelitian, Yayasan KAKAK menjumpai ternyata LSM lokal
juga memiliki hambatan diantaranya adalah sumber daya