• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori 1. Komunikasi

2.1.6. Hambatan Komunikasi

Tidaklah mudah untuk melakukan komunikasi secara efektif. Bahkan beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa tidak mengkinlah seseorang melakukan komunikasi yang sebesar-besarnya efektif. Ada banyak hambatan yang bisa merusak komunikasi. Berikut ini adalah

beberapa hambatan komuniksi yang harus menjadi perhatian bagi komunikator kalau ingin komunikasinya sukses.

1. Gangguan

Ada dua jenis ganngguan terhadap jalannya komunikasi yang menurut sifatnya dapat diklarifikasikan sebagi gangguan mekanik dan gangguan semantik

a. Gangguan mekanik (mechanical, channel noise)

Yang dimaksud dengan gangguan mekanik ialah gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik.

Sebagai contoh, ialah gangguan suara ganda (interferensi) pada pesawat radio disebabkan dua pemancar yang berdempetan gelombangnya, gambar meliuk-liuk atau berubah-ubah pada layar televisi, atau huruf yang tidak jelas, jalur huruf yang hilang atau berbalik, atau halaman yang sobek pada surat kabar.

Termasuk gangguna mekanik pula adalah bunyi mengaung pada pengeras suara atau riuh hadirin atau bunyi kendaraan lewat ketika seseorang berpidato dalam suatu pertemuan.

b. Gangguan semantik (semantic noise)

Gangguan jenis ini bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak. Gangguan semantik tersaring ke dalam pesan melalui penggunaan bahasa. Lebih banyak kekacauan mengnai pengertian suatu istilah atau konsep yang

terdapat pada komunikator, akan lebih banyak gangguan semantik dalam pesannya. Gangguan semantik terjadi dalam salah pengertian.

Pada hakikatnya orang-orang yang terlibat dalam komuniksi menginterpretasikan bahasa yang menyalurkan suatu pesan dengan barbagai cara; karen itu mereka mempunyai pengertian yang berbeda. Seorang komunikasi mungkin menerima suatu pesan denan jelas sekai, baik secara mekanik maupun secara phonetik, secara fisik berlaku dengan keras dan jelas, tetapi disebabkan kesukaran pengertian (gangguan semantik) komunikasi menjadi gagal.

Semantik adalah pengetahuan mengenai pengetian kata-kata yang sebenarnya atau perubahan pengertian kata-kata-kata-kata. Lambang kata yang sama mempunyai pengertian yang berbeda untuk orang-orang yang berlainan. Ini disebabkan dua jenis pengertian mengenai kata-kata, ada yang mempunyai pengertian denotatif dan ada yang mempunyai pengertian konotatif.

Pengertian denotatif (denotatif meaning) adalah pengertian suatu perkataan yang lazim terdapat dalam kamus yang secara umum diterima oleh orang-orang dengan bahasa dan kebudayaan yang sama.

Pengertian konotatif (conotative meaning) adalah pengertian yang bersifat emosional latar belakang dan pengalaman seseorang.

Sebagai contoh secara denotatif semua orang akan setuju, bahawa anjing adalah binatang berbulu, berkaki empat, secar kontatif, banyak orang menganggap anjing sebagai binatang piaraan yang setia, bersahabat, dan panjang ingatan. Tetapi untuk orang-orang lainnya, perkataan anjing mengkonotasikan binatang yang menakutkan dan berbahaya.

Pekataan demokrasi secar konotatif untuk bangsa Amerika lain dengan bangsa Rusia, lain pula dengan bangsa Indonesia dan banyak contoh lain. Karena itu bahasa merupakan komponen penting dalam komuniksi, sebab dengan adanya faktor konotasi tersebut komunikasi bisa gagal.

2. Kepentingan

Internet atau kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati suatu pesan. Orang hanya akan memperhatikan perangsang yang ada hubungannya dengan kepentingannya. Apabila kita tersesat dalam hutan dan beberapa hari tak menemui makanan sedikitpun, maka kita akan lebih memperhatikan perangsang-perangsang yang mungkin dapat dimakan daripada lain-lainnya. Andaikata dalam situasi demikian kita dihadapkan pada pilihan antara makanan dan sekantong berlian, maka

pastilah kita akan memilih makanan. Kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian kita saja tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan tingkah laku kita, merupakan sifat reaktif terhadap segala perangksang yagn tidak bersesuaian atau bertentangan dengan suatu kepentingan.

Setiap peraturan yang dikeluarkan, apakah itu mengenai perburuhan, perkawinan, kurikulum baru, dan sebagainya ada juga yang merasa dirugikan. Pihak yang berkepentingan biasanya tidak mengajukan tanggapan denga alasan yang sungguh-sungguh, tetapi seringkali mengetengahkan argumentasi dan alasan tersembunyi (disguised argumentation and reasons).

3. Motivasi Terpendam

Motivation atau motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya.

Keinginan, kebutuhan dan kekurangan seseorang berbeda dengan orang lainnya, dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat, sehingga karenanya motivasi itu berbeda dalam intensitasnya. Demikian pula intensitas tanggapan sseorang terhadap suatu komunikasi.

Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang semaikn besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak yang bersangkutan. Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suatu komunikasi yang tak sesuai dengan motivasinya.

Dalam pada itu sering kali pula terjadi seorang komunikator tertipu oleh tanggapan komunikan yang seolah-olah tampaknya khusus (attentive) menanggapinya, sungguhpun pesan komunikasi tak bersesuaian dengan motivasinya. Tanggpan semu dari komunikan itu tentunya mempunyai motivasi terpendam. Mungkin sekali seorang pegawai seolah-olah menanggapi komunikasi dari atasannya secara attentive, kendatipun ada yang tak disetujuinya. Hal itu mungkin sekali dilakukan karena si pegawai itu berkeinginan baik pangkat, ingin menyenangkan hati atasannya, dan lain sebagainya.

4. Prasangka

Prejudice atau prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat bagi suatu kegiatan komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasi. Dalam prasangka, emosi memaksa kita untuk menarik kesimpulan atas dasar syakwasangka tanpa menggunakan pikiran yagn rasional. Emosi seringkali membutakan pikiran dan pandangan kita terhadap fakta yang nyata bagaimanapun, oleh karena sekali prasangka itu sudah mencekam, maka seseorang tak akan dapat berpikir secara objektifpun akan dinilai negatif. Prasangka bukan saja dapat terjadi terhadap suatu ras, seperti yang sering kita dengar, melainkan juga terhadap agama,

pendirian politik, kelompok, pendek kata suatu perangsang yang dalam pengalaman pernah memberi kesan yang tidak enak.

2.1.7. Komunikasi Dalam Organisasi 2.1.7.1. Komunikasi Ke Bawah

Komunikasi ke bawah dalam suatu organisasi berarti ia mengalir dari wewenang yang lebih tinggi ke wewenang yang lebih rendah. Atau komuniksi yang mengalir dari orang pada jenjang hirarki yang lebih tinggi ke jenjang yang lebih rendah. Bentuk yang paling umu m adalah instruksi, memo resmi, pernyataan tentang kebijakan perusahaan, prosedur, pedoman kerja, dan pengumuman perusahaan. Dalam banyak organisasi, komunikasi ke bawah sering kali kurang tepat dan kurang teliti. Hal ini terihat dari pernyataan yang sering terdengar diantara para anggota organisasi, bahwa mereka kurang me mahani apa yang sebenarnya terjadi (Arifin dkk, 2003)

Menurut Katz dan Kahn dalam Arifin dkk (2003), komunikasi ke bawah mempunyai lima tujuan pokok, yaitu:

a. Memberi pengarahan atau instruksi kerja.

b. Memberi informasi mengapa suatu pekerjaan harus dilaksanakan. c. Memberi informasi tentang prosedur dan praktek organisasional.

d. Memberi umpan balik pelaksanaan kerja kepada para karyawan

e. Menyajikan inforamsi mengenai aspek ideologi yang dapat membantu organisasi menanamkan pengertian tentang tujuan yang ingin dicapai.

Namun disatu sisi, komunikasi ke bawah juga mengandung kelemahan, yaitu kemungkinan terjadinya penyaringan atau sensor informasi penting sebelum disampaikan kepada para bawahan. Artinya, informasi yan diterima bawahan tidak seperti aslinya. Hal seperti ini seringkali menimbulkan konflik di dalam organisasi. Oleh karena adanya kemungkinan seperti itu, maka pimpinan perlu me mperhatikan cara-cara penyampaian pesan yang efektif. Davis (1985) dalam buku Arifin dkk (2003) memberikan saran-saran dalam hal itu sebagai berikut:

1) Pimpinan hendaklah sanggup memberikan inforamsi kepada karyawan apabila dibutuhkan mereka. Jika pimpinan tidak mempunyai inforamsi yang dibutuhkan mereka dan perlu mengatakan terus terang dn berjanji akan mencarikannya.

2) Pimpinan hendaklah membagi informasi yang dibutuhkan oleh karyawan.

3) Pimpinan mengembangkan suatu perencanaan komunikasi, sehingga karyawan dpat mengetahui informasi yang dapat diharapkannya.

4) Berusaha membentuk kepercayaan diantara pengirim dan penerima pesan.

2.1.7.2. Komunikasi ke Atas

Kebutuhan akan komuniksi ke bawah sama banyak dengan jumlah komunikasi ke atas. Pada situasi tertentu, komunikator berada dalam jenjang yang lebih rendah dalam organisasi dari pada penerima. Komunikasi ke atas yang efektif sulit untuk tercapai, terutama dalam organisasi besar. Alat komunikasi ke atas yang sering digunakan secara luas terdiri dari kotak saran, rapat kelompok, laporan kepada penyelia, dan prosedur permohonan atau keluhan. Jika hal ini tidak ada maka orang akan mencari suatu cara apapun juga untuk menyesuaikan diri dengan saluran komunikasi ke atas yan tidak ada. Saluran komunikasi ke atas yang efektif penting karena saluran itu me mberikan kesempatan bagi pegawai untuk berbicara (Arifin dkk, 2003).

Komunikasi ke atas cenderung bergerak lamban. Bentuk komunikasi ini biasanya tersendat-sendat dan tersaing. Setiap jenjang pimpinan enggan meneruskan masalah ke atas karena hal itu dapat dipandang sebagai pengakuan kegagalan. Oleh karena itu setiap jenjang menunda komunikasi dalam upaya memutuskan cara pemecahannya. Pesan tersebut mungkin disaring agar pimpinan yang lebih tinggi hanya menerima sebgian dari informasi itu. Para pegawai biasanya cenderung hanya memberi tahu atasan tentang

hal-hal yang menurut mereka ingin didengar atasan. Jadi, setiap bawahan memiliki alasan untuk me milih, manafsirkan, dan berbagai tindakan penyaringan informasi lainnya.

2.1.7.3. Komunikasi Horisontal

Tersedianya arus komunikasi horisontal sering kali dilupakan dalam sebuah design organisasi. Jika departemen pemasaran berkomunikasi dengan departemen personalia dalam suatau organisasi, maka komunikasi itu disebut komunikasi horisontal. Komunikasi horisontal sangat penting bagi koordinasi dan integrasi dari beraneka ragam fungsi keorganisasian, misalnya antara bagian produksi dan penjualan dalam organisasi bisnis. Komunikasi dari teman sejawat ke teman sejawat sering kali diperlukan untuk mengadakan koordinasi dan dapat juga memberikan kepuasan terhadap kebutuhan sosial (Arifin dkk, 2003)

2.1.7.4. Komunikasi Diagonal

Jenis komunikasi ini jarang sekali duipergunakan, namun komuniksi diagonal adalah penting dalam keadaan dimana para anggota tidak dapat berkomunikasi secara efektif lewat jalur lain. Misalnya, seorang pengawas keuangan dari sebuah organisasi besar mungkin ingin menyusun analisa biaya distribusi. Sebagian mungkin melibatkan tenaga penjualan yang mengirim laporan

khusus langsung kepada pengawas keuangan, dan tidak melewati jalur tradisional dalam departemen pemasaran (Arifin dkk, 2003)

Dokumen terkait