• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Temuan Penelitian

3. Hambatan semantik

Jika hambatan sosiologis-antropologis-psikologis terdapat pada pihak komunikan, maka hambatan semantis terdapat pada diri komunikator. Faktor semantis menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai “alat” untuk menyalurkan pikiran dan perasaannya kepada komunikan. Demi kelancaran komunikasinya seorang komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan semantis ini, sebab salah ucap atau tulis dapat menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau salah tafsir (misinterpretation) yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miscommunication).

Diantara bentuk hambatan sematik ini akan peneliti buat dalam beberapa poin berikut:

a. Informasi yang Tidak Jelas atau Bias

Informasi bias atau tidak jelas tentunya menjadi salah satu hembatan dalam komunikasi. Sebab dalam komunikasi terjadi pertukaran informasi yang kemudian menjadikan interaksi dan adanya timbal balik sebagaimana cara berkomunikasi dengan baik. Tentunya akan berbeda cerita jika informasi yang disajikan tidak jelas atau tidak dapat dimengerti oleh pihak lain. Tentunya komunikasi efektif yang diharapkan akan tidak dapat terjadi sebagaimana mestinya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan RIW yang menyampaikan pendapatnya bahwa ketika lawan bicaranya sedang menyampaikan informasi itu dengan tidak jelas, maka informan cendrung tidak mengerti dengan apa yang disampaikan oleh orang yang memberikan informasi. Berdasarkan apa yang dipaparkan oleh informan tersebut, maka hal ini berarti bahwa ketika seseorang melakukan komunikas, namun tidak jelas informasi yang disampaikan. Maka lawan berbicara akan mengalami kesulitan dalam menjalani

komunikasi tersebut. Tidak leluasa dalam komunikasi, sehingga muncul ketidakjelasan informasi yang disampaikan.

Hal lain juga dikuatkan dengan hasil wawancara dengan Informan RA yang mengungkapkan komunikasi itu sering tidak menyambung, hal ini karena informasi yang disampaikan kurang jelas. Karena berbelit-belit dalam menyampaikan atau volume suara yang terlalu kecil, akhirnya komunikasi itu terasa tidak efektik dan cendrung tidak bermanfaat.

Demi kelancaran komunikasinya seorang komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan ini, sebab salah ucap atau tulis dapat menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau salah tafsir (misinterpretation) yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miscommunication) (Effendy, 2005 : 11-14).

Komunikasi sendiri berlangsung karena kedua belah pihak yang saling bertukar informasi melalui pembicaraan. Tentu saja dalam hal ini modal utama yang harus dimiliki adalah kemampuan dalam bicara. Bagi mereka yang memiliki keterbatasan dalam berbica pastinya akan memperoleh hambatan. Terlebih lagi jika komunikasi dilakukan dengan orang lain yang baru pertama kali bertemu. Maka dengan hal ini terjadilah ketidak jelasan atas informasi yang ingin disampaikan melalui komunikasi tersebut. Jika informasi atau pesan yang disampaikan mengalami ketidakjelasan, maka hal ini dapat menyebabkan adanya kesalahpahaman antara komunikator dengan komunikan, yang mana komunikan salah paham atau salah persepsi saat menerima pesan dari komunikator.

Menurut Onong Uchjana Efendy dalam buku dinamika komunikasi. Sering kali salah penguucap terjadi disebabkan komunikator berbicara terlalu cepat, sehingga ketika pikiran

dan perasaan belum mantap terformulasikan, kata-kata sudah terlanjur dilontarkan. Maksudnya akan mengatakan “kedelai” yang terlontar “keledai”.

Pendapat efendi ini juga disampaikan dengan penyampaian informan RIW yang menyampaikan bahwa informan memang sering sekali mendapati komunikasi itu terhambat, apalagi jika berkaitan dengan kesamaan kosa kata, atau perbedaan pemahaman dalam suatu kata. Seperti kata “litak” jika diartikan dalam bahasa yang sering diapahami di kota padang, maka hal ini berarti “lelah” namun jika diartikan dengan kebiasaan di kota batusangkar, maka kata litak ini berarti “lapar”.

Efendy juga menyatakan bahwa gangguan semantis kadang-kadang disebabkan pula oleh aspek antropologis, yakni kata-kata yang sama bunyinya dan tulisannya, tetapi memiliki

makna yang berbeda. Salah komunikasi atau

misscommunication ada kalanya disebabkan oleh pemilihan

kata yang tidak tepat, kata-kata yang sifatnya konotatif. Dalam komunikasi bahasa yang sebaiknya digunakan adalah kata-kata yang denotatif. Kalau terpaksa menggunakan kata-kata yang konotatif, maka seyogyanya dijelaskan apa yang dimaksudkan sebenarnya, sehingga tidak terjadi salah tafsir. Wilbur Schramm menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil bila (terdapat kesamaan makna), apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of

reference), yakni paduan pengalaman dan pengertian

(collection of experiences andmeanings) yang diperoleh oleh komunikan.

Jika hal yang dipahami oleh komunikator sama dengan hal yang dipahami oleh komunikan, maka komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya, bila bidang pengalaman

komunikan tidak sama dengan bidang pengalaman komunikator, maka akan timbul kesukaran untuk saling mengerti antara satu sama lain (Sendjaja,1994:33).

b. Kesulitan Menyusun Kata-kata

Komunikasi verbal didasarkan pada pola

penyusuna kata-kata menjadi kalimat yang kemudian diucapkan dan diolah menjadi bahasa yang bisa dipahami oleh pihak lain sebagaimana penggunaaan komunikasi verbal dalam bahasa tertulis . Namun, tentunya setiap individu memiliki keterbatasan erutama dalam kemampuan menyusun kata-kata. Ada yang mahir, pintar, jago atau bahkan ada yang kemampuan menyusun kata-katanya sangat kurang tentu saja hal ini dapat menimbulkan dan menjadikan hambatan dalam sebuah komunikasi terlebih lagi komunikasi verbal.

Salah satu bentuk lain dari gangguan sematik adalah kesulitan penyusunan kata-kata. Berdasarkan wawancara dengan informan RA yang menyatakan bahwa kesulitan dalam berkomunikasi juga didorong karena kesulitan menyusun kata-kata. Seperti ketika seseorang berkomunikasi dalam ruangan yang formal. Maka karena tidak terbiasa berbicara dengan suasana formal tersebut, akhirnya pesan yang disampaikan tidak diterima dengan baik oleh lawan bicara.

Dalam ilmu komunikasi, maka komunikasi verbal didasarkan pada pola penyusuna kata-kata menjadi kalimat yang kemudian diucapkan dan diolah menjadi bahasa yang bisa dipahami oleh pihak lain sebagaimana penggunaaan komunikasi verbal dalam bahasa tertulis. Namun, tentunya setiap individu memiliki keterbatasan terutama dalam kemampuan menyusun kata-kata. Ada yang mahir, pintar, jago atau bahkan ada yang kemampuan menyusun kata-katanya sangat kurang tentu saja hal ini dapat menimbulkan dan

menjadikan hambatan dalam sebuah komunikasi terlebih lagi komunikasi verbal.

c. Keterbatasan Dalam Menyusun Kalimat

Keterbatasan dalam menyusun kalimat dapat menjadi hambatan tersendiri dalam komunikasi verbal, baik dalam komunikasi langsung dan tidak langsung. Keterbatasan dalam penyusunan kalimat peneliti golongkan kepada gangguan sematik. Karena hal ini masih berupa wujud dari alat yang dipergunakan dalam berkomunikasi.

Berdasarkan wawancara dengan informan RIW yang menyatakan bahwa komunikasi memang merupakan salah satu metode interaksi terhadap seseorang. Namun wujud dari komunikasi ini selalu saja dihantui oleh kekurangan-kekurangan. Salah satunya adalah keterbatasan dalam penyusunan kalimat.

Berdasarkan apa yang disampaikan oleh informan tersebut, maka peneliti menyimpulkan bahwa keterbatasan dalam penyusunan kalimat menjadi hambatan yang sangat memberikan pengaruh besar terhapat pemahaman seseorang terhdap pesan yang disampaikan oleh seseorang. Sebab, kalimat yang tidak jelas baik dari segi pengucapannya atau juga maknanya tentu akan bisa menimbulkan berbagai makna. Sehingga tentunya dapat ditafsirkan dalam beberapa hal. Padahal apa yang ingin disampaikan tadi tidak sama dengan apa yang ditangkap pihak lain. Inilah mengapa penggunaan kalimat yang tepat amat penting dalam efektifitas komunikasi yang terjalin.

Keterbatasan dalam menyusun kalimat merupakan

gangguan semantik, yang mana bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak. Gangguan semantik tersaring ke dalam pesan melalui penggunaan

bahasa. Lebih banyak kekacauan mengenai pengertian suatu istilah yang terdapat pada komunikator, akan lebih banyak gangguan semantik dalam pesannya. (Efendi, 2003: 45)

Menurut Prof. Onong Ucejehana Effendy, MA dalam bukunya ilmu teori dan filsafat komunikasi ada empat jenis hambatan komunikasi yaitu:

1. Gangguan

Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai gangguan mekanik dan semantik.

a. Gangguan mekanik

Gangguan yang disebabkan oleh saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersiafat fisik.

b. Gangguan semantik

Gangguan semantik tersaring kedalam pesan melalui pengguan bahasa.

Hambatan yang berkaitan dengan gangguan telah peneliti kemukakan dalam poin-poin sebelumnya, yaitu gangguan mekanik dan gangguan sematik. Maka selanjutnya, berdasarkan apa yang telah disampaikan oleh Efendi, bentuk hambatan komunikasi lain akan peneliti uraikan dalam poin berikut ini:

2. Kepentingan

Kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati suatu pesan. Berdasarkan wawancara dengan informan NK yang menyatakan bahwa saat informan melakukan komunikasi maka informan akan melihat apakah informasi tersebut penting bagi informan atau tidak, kalau infromasi yang disampaikan tidak penting maka biasanya NK enggan untuk menyimak hal itu.

Komunikasi dikatakan dapat mempengaruhi sikap, apabila seorang komunikan setelah menerima pesan kemudian sikapnya berubah sesuai dengan makna pesan itu. Tindakan mempengaruhi orang lain ini merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Dalam berbagai situasi kita berusaha mempengaruhi sikap orang lain dan berusaha agar orang lain bersikap positif sesuai keinginan kita (Suranto, 2010: 105).

Menurut peneliti, Kepentingan merupakan salah satu hal yang berkaitan dengan keinginan seseorang terhadap suatu informasi. Maka karena adanya kepentingan maka seseorang akan melakukan komunikasi dengan baik. Namun jika kepentingannya di dalam komunikasi tersebut tidak ada, maka komunikasi akan terhalangi. Komunikasi yang terjalin tidak hanya didasarkan oleh informasi yang dipertukarkan, namun juga hubungan interpersonal antara dua belah pihak yang menjalankan komunikasi sebagaimana fungsi komunikasi.

Komunikasi yang terjalin tidak hanya didasarkan oleh informasi yang dipertukarkan, namun juga hubungan interpersonal antara dua belah pihak yang menjalankan komunikasi sebagaimana fungsi komunikasi. Everet M. Rogers menyatakan komunikasi adalah proses dimana suatu ide di alihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku

3. Motivasi terpendam

Motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya, semakin sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang, maka semakin besar pula kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak yang

bersangkutan. Sebaliknya komunikasi akan mengabaikan sesuatu komunikasi yang tidak sesuai dengan motivasinya.

Pada prinsipnya, manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Jika seseorang harus mengkritik atau memarahi seseorang, maka lakukan dengan penuh respek terhadap harga diri dan kebanggaaan seseorang. Jika membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, hal ini akan memunculkan motivasi bagi diri seseorang. Maka dengan ini dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi (Kurniasih, 2012 :11-12)

4. Prasangka

Prasangka merupakan sesuatu rintangan atau hambtan yang berat bagi suatu kegiatan komunikasi, dikarenakan orang yang memuyai prasangka belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasi (Effendy, 2009. 14-15)

Berdasarkan wawancara dengan informan RA yang memberikan pendapat jika komunikasi tidak berkaitan dengan informasi yang ingin DIdengarkan, tapi karena ada perasaan suka dalam mendengarkan orang tersebut menyampaikan sesuatu hal. Maka jikapun apa yang disampaikan oleh orang itu bermamfaat untuk dirinya, namun dengan cara yang tidak baik maka informan akan enggan untuk mendengarkan apa yang dIsampaikan oleh pemberi informasi tersebut.

Berdasarkan apa yang disampaikan oleh informan tersebut, maka peneliti menyimpulkan bahwa komunikasi yang berkaitan dengan kepentingan tidak hanya berkaitan dengan informasi yang disampaikan. Namun juga berkaitan dengan kepentingan untuk ingin mendengakan seseorang

dalam brbicara. Kalau cara menyampaikan yang dilakukan oleh komunikan tersebut terdapat sikap merendahkan maka akan bisa menjadi salah satu hambatan dalam komunikasi.

Secara nyata pihak yang meremehkan akan enggan mendengar info dari pihak yang bersangkutan. Maka dalam hal ini tidak akan menimbulkan komunikasi yang ideal, malah dapat berujung pada salah paham dan konflik antar keduanya.

Sikap meremehkan ini bisa diartikan sebagai sikap

diskriminatif, dimana pandangan ini merupakan pandangan yang merendahkan kelompok atau pihak lain. Dalam hal ini

Sikap meremehkan menjadi penghambat dalam terjalinnya komunikasi. Sebab pandangan merendahkam terhadap pihak lain malah akan merenggangkan komunikasi yang terjalin. Bedasarkan hasil wawancara dengan

informan RA yang menambahkan bahwa sikap

meremehkan dalam komunikasi berupa sikap merendahkan, menjatuhkan dan lain sebagainya.

Hambatan manusiawi dari sikap meremehkan merupakan hambatan yang terjadi pada emosional yang dialamai oleh komunikan. Hal ini masih berhubungan dengan kejiwaan pada komunikan atas informasi dalam proses komunikasi. Jika seorang komunikan menerima pesan dalam keadaan emosi karena sikap meremehkan dari lawan bicaranya, maka bisa saja mengubah makna dari pesan yang disampaikan oleh komunikator. Sehingga perlu adanya ketenangan pada si komunikan yang mana dapat mempengaruhi isi pesan dalam suatu proses komunikasi.

Setelah peneliti melakukan wawancara dengan informan RIW yang memberikan penegasan bahwa ketika lawan bicara menyampaikan maksut dari pesan-pesannya

dengan nada yang kasar dan terkesan meremehkan, maka secara tidak langsung akan membuat penerima pesan merasa bahwa pesan tersebut tidak perlu disimak, Karena sikap yang buruk, komunikasi tersebut akan terhalangi.

Dokumen terkait