• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAMBATAN KOMUNIKASI PADA MAHASISWA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH (FUAD) IAIN BATUSANGKAR SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HAMBATAN KOMUNIKASI PADA MAHASISWA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH (FUAD) IAIN BATUSANGKAR SKRIPSI"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

BELAJAR MENGAJAR DI FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH (FUAD) IAIN BATUSANGKAR

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah

ARI AZORA NIM: 14 209 006

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR

(2)
(3)
(4)
(5)

i

(FUAD) IAIN BATUSANGKAR”. Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Institut Agama Islam Negeri Batusangkar 2019

Pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah kebiasaan mahasiswa Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD) IAIN Batusangkar yang sedikit tertutup terhadap lingkungan sekitar, baik terhadap lingkungan kampus atau akademisi maupun lingkungan sosial masyarakat. Mereka lebih sering bersosialisasi dengan kelompoknya dan jarang sekali berbaur dengan lingkungan sekitar. komunikasi memegang peranan yang sangat penting. Kita tidak bisa tidak berkomunikasi. Tidak ada aktifitas yang dilakukan tanpa komunikasi, dikarenakan kita dapat membuat beberapa perbedaan yang esensial manakala kita berkomunikasi dengan orang lain. Untuk dapat berkomunikasi secara efektif kita perlu memahami unsur-unsur komunikasi, antara lain komunikan, komunikator, media, pesan dan tanggapan.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif jenis penelitian lapangan (field research). Data yang dikumpulkan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa 1) Hambatan komunikasi efektif pada mahasiswa FUAD berawal dari informasi yang tidak

jelas atau bias. Adanya sikap saling meremehkan Adanya hambatan dalam

karakteristik. Kesulitan dalam penyusunan kata-kata, Sulit Berekspresi dengan

Kata-kata. Keterbatasan dalam menyusun kalimat 2) Pola komunikasi mahasiswa

FUAD didasari pada kebiasaan dalam keluarga. Karena keluarga merupakan pembentukan awal dari cara seseorang berinteraksi., Teman, kampus, kampus yang berfungsi sebagai lembaga untuk menuntut ilmu tentunya berperan penting dalam penbentukan pola komunikasi mahasiswa. Publik, masyarakat adalah tenpat interaksi yang begitu luas. Dosen, dosen merupakan pembimbing mahasiswa dalam mendapatkan ilmu pengetahuan. Maka kedukan dosen juga turut menjadi pembentuk pola komunikasi pada mahasiswa.

(6)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI

ABSTRAK ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat dan Luaran Penelitian ... 6

F. Defenisi Operasional ... 7

BAB II KAJIAN TEORI ... 8

A. Komunikasi ... 8 1. Pengertian Komunikasi ... 8 2. Indikator-indikator komunikasi ... 10 3. Proses Komunikasi ... 12 4. Unsur-unsur Komunikasi ... 13 5. Fungsi komunikasi ... 14 6. Manfaat komunikasi ... 15 7. Elemen-Elemen Komunikasi... 15 8. Hambatan-Hambatan Komunikasi ... 16

9. Bentuk-bentuk Pesan Komunikasi ... 20

10.Komunikasi Efektif dan Kurang Efektif ... 21

B. Komunikasi Antarbudaya ... 27

C. Proses Belajar Mengajar (PBM) ... 29

1. Pengertian Belajar ... 30

2. Ciri Khas Perilaku Belajar... 30

(7)

iii

4. Strategi Perencanaan Proses Belajar Mengajar ... 40

D. Penelitian Relevan ... 41

BAB III METODE PENELITIAN ... 45

A. Jenis Penelitian... 45

B. Latar dan Waktu Penelitian ... 44

C. Instrumen Penelitian ... 44

D. Sumber Data... 45

E. Teknik Pengumpulan Data ... 45

F. Teknik Analisis Data... 48

G. Teknik Penjamin Keabsahan Data ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

A. Deskripsi Temuan Penelitian ... 52

1. Hambatan komunikasi pada mahasiswa FUAD ... 52

2. Hambatan Psikologis ... 55

3. Hambatan semantik ... 56

B. PEMBAHASAN ... 65

1. Hambatan komunikasi pada mahasiswa FUAD ... 66

BAB V PENUTUP ... 74

A. Kesimpulan ... 74

B. SARAN ... 74

(8)

1 A. Latar Belakang Masalah

Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communication yang berakar dari kata commumis. Artinya adalah makna mengenai sesuatu hal sama-sama di pahami. Dengan kata lain, suatu peristiwa komunikasi akan berlangsung apabila orang-orang yang terlibat di dalamnya memiliki kesamaan persepsi atau makna mengenai sesuatu hal yang dikomunikasikan. Menurut istilah, komunikasi dapat diartikan sebagai penyampaian dan penerimaan pesan atau informasi di antara dua orang atau lebih dengan menggunakan simbol verbal dan non verbal.

Komunikasi tidak terbatas pada kata-kata yang terucap belaka, melainkan semua bentuk dari interaksi, senyuman, anggukan kepala, sikap badan, ungkapan minat, sikap dan perasaan yang sama (Hohenberg : 1978). Diterimanya pengertian komunikasi sebagai suatu hal yang sama yang mampuh memberikan pemahaman dalam berinteraksi merupakan kunci dalam komunikasi. Dari proses terjadinya komunikasi itu, secara teknis pelaksanaan, komunikasi dapat dirumuskan sebagai kegiatan dimana seseorang menyampaikan pesan melalui media tertentu kepada orang lain dan sesudah menerima pesan serta memahami sejauh kemampuannya, penerima pesan menyampaikan tanggapan melalui media tertentu pula kepada orang yang menyampaikan pesan itu kepadanya (Effendy, 2005: 55).

Komunikasi merupakan cara seseorang untuk menyampaikan ide atau gagasannya pada orang lain. Komunikasi dipandang sebagai penghubung dari satu orang kepada orang lain atau juga dari satu kelomopok kepada kelompok lain. Hal ini pula yang akan membuat seseorang akan dimengerti dan dipahami sehingga menimbulkan adanya persamaan persepsi dan pemikiran. Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak komunikasi adalah

(9)

bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Manusia sejak dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkungannya(Widjaja, 2008: 1)

Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa non verbal (Lukiati. 2009: 2-3)

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol atau kata-kata, baik yang dikatakan secara oral, lisan maupun tertulis. Komunikasi dapat teridentifikasikan sebagai suatu proses dimana seorang pembicara berinteraksi secara lisan dengan pendengar untuk mempengaruhi tingkah laku penerima. Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang menggunakan bahasa isyarat atau bahasa diam (silent). Komunikasi non verbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan yang dilakukan tidak menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang menggunakan gerak tubuh, sikap tubuh, vocal yang bukan kata-kata, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak dan sentuhan.

Dari beberapa pendapat di atas penulis simpulkan bahwa pada dasarnya komunikasi verbal adalah komunikasi yang penyampaian pesannya menggunakan kata-kata baik secara lisan maupun tulisan, di mana unsur terpenting komunikasi verbal adalah bahasa. Dan komunikasi non verbal adalah komunikasi yang proses pemyampaiannya tanpa kata-kata melainkan menggunakan isyarat, seperti sikap tubuh, gerak tubuh, ekspresi mata, ekspresi wajah, kedekatan jarak dan sentuhan.

Komunikasi verbal yang disampaikan dapat dengan mudah dipahami oleh komunikan karena penyampaiannya menggunakan kata-kata, lisan, dan tulisan. Sedangkan komunikasi non verbal terdapat banyak hambatan dalam berkomunikasi karena komunikan tidak memahami tentang bahasa isyarat atau gerakan tubuh yang dilakukan oleh komunikator sehingga pesan yang disampaikan tidak dapat dipahami dan kurang jelas. Hambatan Komunikasi

(10)

merupakan faktor-faktor yang dapat mengganggu penerimaan pesan, karena pesan yang diterimanya terganggu, maka penerima pesan bisa saja salah memaknai pesan yang diterimanya. Keterbatasan fisik yang dari pengirim maupun penerima dapat menjadi hambatan untuk berkomunikasi secara efektif (Timotius Christianto Chandra. 2015: 3)

Komunikasi tidak hanya ilmu yang dipelajari di kelas perkuliahan semata. Bahkan komunikasi sendiri telah diajarkan oleh Allah SWT melalui kitabnya Al Qur‟an. Dalam perspektif Islam, komunikasi disamping untuk mewujudkan hubungan secara vertical dengan Allah SWT, juga untuk menegakkan komunikasi secara horizontal terhadap sesama manusia. Efektifitas komunikasi menyangkut kontak sosial manusia dalam masyarakat.

Allah SWT memerintahkan untuk saling mengenal antara sesama manusia. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Quran Surat Al-Hujurat 49:13                        Artinya:

Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

Secara spesifik, informasi yang telah disampaikan Allah SWT berkaitan dengan komunikasi. Keberagaman budaya, kebiasaan, dan kultur, merupakan salah satu bentuk kebesaran Tuhan yang wajib diketahui dan dipelajari. Budaya dan komunikasi tidak dapat dipisahkan, oleh karena itu budaya tidak hanya menentukan siapa bicara dengan siapa, akan tetapi bagaimana cara memperhatikan dan menafsirkan pesan yang disampaikan oleh seseorang yang berbeda baik secara budaya ataupun berbeda secara bangsa.

(11)

Setiap individu memiliki budaya yang berbeda sesuai dengan latar belakang, asal usul, dan lingkungannya. Budaya tersebut dapat membentuk Pola pikir, sikap, nilai, dan bahkan sebuah kepribadian. Oleh karena itu, bukan hal mudah dalam melakukan proses komunikasi, di mana manusia dituntut untuk saling memahami antara satu sama lain agar terjadinya komunikasi yang efektif pada proses penyampaian pesan.

Berdasarkan observasi awal, peneliti menemukan bahwa ada fenomena yang menghambat proses belajar mengajar, hambatan ini terkait pada komunikasi mahasiswa. Dalam penelitian ini komunikasi yang dilakukan tidak hanya di lingkungan kelas melainkan keseluruhan aktivitas mahasiswa di lingkungan kampus secara keseluruhan baik di jurusan, fakultas, maupun aktivitas di lingkungan kampus yang mengharuskan mahasiswa untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan kampus Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD) IAIN Batusangkar.

Seringkali muncul anggapan bahwa komunikasi terganggu karena adanya gangguan bahasa, namun mahasiswa yang mengalami gangguan berbahasa tersebut tidak mengalami kesulitan dalam berbahasa spontan, tetapi ia mengalami masalah kesulitan dalam bahasa permintaan. Maksudnya adalah, mahasiswa sulit dalam berbahasa dengan menggunakan bahasa baku, karena dalam proses belajar mengajar, mahasiswa diminta untuk mengungkapkan pendapat atau idenya di depan kelas, akan tetapi ia tidak mampu untuk mengungkapkan pendapat atau idenya tersebut. Sedangkan untuk menjelaskan atau mengungkap pendapat atau ide diluar proses belajar mengajar, mahasiswa sangat mudah untuk melakukan komunikasi tersebut.

Dalam sebuah diskusi atau presentase, seorang komunikator yang akan menyampaikan sebuah materi terlebih dahulu harus memahami tentang isi dari materi yang akan disampaikan. Apabila seorang komunikator tidak mengerti dengan materi yang akan dijelaskan, maka hal ini akan menjadi penghambat bagi komunikan untuk mengerti tentang apa yang disampaikan oleh komunikator. Melihat kenyataan seperti ini, maka sudah selayaknya seorang mahasiswa harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik, sebagai

(12)

alat untuk mencapai visi dan misi sebuah kesuksesan dalam proses komunikasi. Karena tidak menuntup kemungkinan bahwa seorang mahasiswa akan bertemu dan berada pada lingkungan yang berbeda budaya, geografis, sifat dan karakter.

Fakta yang terjadi dilapangan, peneliti menemukan bahwa kebiasaan mahasiswa Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD) IAIN Batusangkar yang sedikit tertutup terhadap lingkungan sekitar, baik terhadap lingkungan kampus atau akademisi maupun lingkungan sosial masyarakat. Mereka lebih sering bersosialisasi dengan kelompoknya dan jarang sekali berbaur dengan lingkungan sekitar.

Atas dasar itulah peneliti merasa tertarik untuk meneliti mengenai hambatan komunikasi pada mahasiswa. Peneliti menjadikan mahasiswa Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD) IAIN Batusangkar sebagai barometer komunikasi verbal dan non verbal untuk tercapainya kesuksesan dalam proses komunikasi. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui “Hambatan Komunikasi Pada Mahasiswa Dalam Proses

Belajar Mengajar Di Fakultas Ushuluddin Adab Dan Dakwah (Fuad) Iain Batusangkar”

.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan Latar Belakang masalah di atas, peneliti memfokuskan masalah sebagai berikut :

Bagaimana Hambatan Komunikasi pada Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD) IAIN Batusangkar?

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana hambatan komunikasi pada mahasiswa FUAD? 2. Bagaimana pola komunikasi mahasiswa FUAD?

(13)

3. Apakah pesan yang disampaikan komunikator dapat dipahami oleh komunikan?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui hambatan komunikasi efektif pada mahasiswa FUAD? 2. Untuk mendeskripsikan pola komunikasi mahasiswa FUAD?

E. Manfaat dan Luaran Penelitian

1. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat bagi para pembaca, yaitu sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

1) Menjadi bahan masukan untuk kepentingan pengembangan kajian ilmu komunikasi khususnya tentang komunikasi yang efektif. 2) Menambah dan memperkaya pengetahuan pembaca mengenai

hambatan komunikasi yang efektif.

3) Dapat memberikan gambaran teori-teori dalam bidang komunikasi yang efektif, yang mungkin dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.

b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan agar dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi mahasiswa dalam menerapkan komunikasi yang efektif.

2. Luaran Penelitian

Luaran penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah agar dapat diterbitkan pada jurnal ilmiah dan bisa menambah khazanah perpustakaan IAIN Batusangkar.

(14)

F. Defenisi Operasional

1. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan, agar terjadi pengertian bersama.

2. Komunikasi yang efektif adalah Pertukaran informasi, ide, perasaan yang menghasilkan perubahan sikap sehingga terjalin sebuah hubungan yang baik antar pemberi pesan dan penerima pesan.

3. Hambatan komunikasi ini dapat terjadi pada semua kontesk komunikasi, yaitu komunikasi antarpribadi dan komunikasi interpersonal. Hambatan komunikasi yang terjadi dalam berbagai kontesk komunikasi dapat menyebabkan komunikasi menjadi tidak efektif.

4. Mahasiswa adalah merupakan calon sarjana yang terdaftar di perguruan tinggi, dididik dan diaharapkan menjadi calon-calon intelektual.

5. Fakultas Ushuluddin adab dan Dakwah (FUAD) adalah Salah satu fakultas yang terdapat di Institut Agama Islam Negeri Batusangkar.

(15)

8 BAB II KAJIAN TEORI

A. Komunikasi

1. Pengertian Komunikasi

komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communication yang berakar dari kata commumis. Artinya adalah makna mengenai sesuatu hal sama-sama di pahami. Dengan kata lain, suatu peristiwa komunikasi akan berlangsung apabila orang-orang yang terlibat di dalamnya memiliki kesamaan persepsi atau makna mengenai sesuatu hal yang dikomunikasikan. Menurut istilah, komunikasi dapat diartikan sebagai penyampaian dan penerimaan pesan atau informasi di antara dua orang atau lebih dengan menggunakan simbol verbal dan non verbal.

Fundamental dalam kehidupan kita sehari-hari komunikasi memegang peranan yang sangat penting. Kita tidak bisa tidak berkomunikasi. Tidak ada aktifitas yang dilakukan tanpa komunikasi, dikarenakan kita dapat membuat beberapa perbedaan yang esensial manakala kita berkomunikasi dengan orang lain. Demikian pula sebaliknya, orang lain akan berkomunikasi dengan kita, baik dalam jangka pendek atau jangka panjang. Cara kita berhubungan satu dengan lainnya, bagaimana suatu hubungan kita bentuk, bagaimana cara kita memberikan kontribusi sebagai anggota keluarga, kelompok, komunitas, organisasi dan masyarakat secara luas membutuhkan suatu komunikasi. Sehingga menjadikan komunikasi tersebut menjadi hal yang sangat fundamental dalam kehidupan kita.

Komunikasi adalah suatu aktifitas yang komplek dan menantang. Dalam hal ini ternyata aktifitas komunikasi bukanlah suatu aktifitas yang

mudah. Untuk mencapai kompetensi komunikasi memerlukan

understanding dan suatu keterampilan sehingga komunikasi yang kita

lakukan menjadi efektif. Ellen langer menyebut konsep mindfulness akan terjadi ketika kita memberikan perhatian pada situasi dan konteks, kita

(16)

terbuka dengan informasi baru dan kita menyadari bahwa ada banyak perspektif tidak hanya satu persepektif di kehidupan manusia (Ruben&Stewat 2005:3).

Komunikasi adalah suatu kegiatan mengirimkan pesan atau berita dari pengirim pesan dan diterima oleh penerima pesan sehingga pesan dapat dipahami dan dapat mempengaruhi penerima pesan. Komunikasi juga berarti sebagai proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Pengertian tersebut mengidentifikasikan kepada kita. bahwa yang termasuk unsur-unsur komunikasi adalah komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek. Menurut beberapa ahli seperti yang dikutip oleh Turistiati tentang pengertian komunikasi:

1) Everet M. Rogers: komunikasi adalah proses dimana suatu ide di alihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku.

2) Gerald R. Miller: komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.

3) Carld R. Miller: komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain

(komunkate).

4) Theodore M. Newcomb: Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasi terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sumber kepada penerima.

5) Stewar L. Tubbs dan Sylvia Moss: Komunikasi adalah proses pembentukan makna di antara dua orang atau lebih.

6) Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson: Komunikasi adalah proses memahami dan berbagi makna.

7) William I. Gordon: Komunikasi adalah suatu transaksi dinamis yang melibatkan gagasan dan perasaan.

(17)

8) Donald Byker dan Loren J. Anderson: Komunikasi adalah berbagi informasi antara dua orang atau lebih (Turistiati, 2016. 15)

2. Indikator-indikator komunikasi

Menurut Turistiati ada beberapa indikator –indikator komunikasi antara lain:

a. Bentuk komunikasi berdasarkan sasaran 1) Komunikasi kelompok kecil

Komunikasi kelompok kecil yaitu komunikasi antara anggota kelompok yang bertemu untuk tujuan yang sama/biasa. Komunikasi kelompok kecil biasanya terjadi di ruangan kelas, kuliah, tempat kerja, dll. Contoh komunikasi kecil ini salah satunya seorang dosen yang menyosialisasikan tentang Tujuan Pembangunan Berkelanjutan kepada mahasiswanya. Sosialisasi ini dapat dilaksanakan atau disisipkan dalam mata kuliah terkait seperti lingkungan hidup, ekonomi, sumber daya manusia, dll.

2) Komunikasi massa

Komunikasi massa yaitu komunikasi dengan hadirin yang luas (banyak) melalui saluran media seperti TV, radio, internet, media cetak (koran, majalah), dll. Dalam hal ini, komunikasi massa dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah kepada masyarakat.

3) Komunikasi publik

Komunikasi publik yaitu komunikasi dimana seseorang memberi pidato atau ceramah pada kelompok besar. Pembicara publik menjelaskan tentang Tujuan Pembangunan Berkelanjutan baik secara makro maupun mikro. Sosialisasinya dapat bersifat membujuk, menghibur, dan memotivasi.

4) Komunikasi perorangan

Komunikasi dengan tatap muka dan dapat juga melalui telefon.

(18)

b. Bentuk Komunikasi berdasarkan proses 1) Komunikasi langsung

Komunikasi langsung tanpa menggunakan alat. Komunikasi berbentuk kata-kata, gerakan-gerakan yang berarti khusus dan penggunaan isyarat, misalnya kita berbicara langsung kepada seseorang dihadapan kita.

2) Komunikasi tidak langsung

Biasanya menggunakan alat dan mekanisme untuk melipat gandakan jumlah penerima-penerima pesan ataupun untuk menghadapi hambatan geografis, waktu misalnya menggunakan radio, buku dan lain-lain.

c. Bentuk komunikasi berdasarkan arah pesan 1) Komunikasi satu arah

Pesan disampaikan oleh sumber kepada sasaran dan sasaran tidak dapat atau tidak mempuyai kesempatan untuk memberikan umpan balik atau bertanya misalnya radio.

2) Komunikasi timbal balik

Pesan disampaikan kepada sasaran memberikan umpan balik. Biasanya komunikasi kelompok atau perorangan merupakan komunikasi timbal balik

d. Bentuk komunikasi verbal dan non verbal 1) Komunikasi verbal

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol atau kata-kata, baik yang dikatakan secara oral, lisan maupun tertulis. Komunikasi dapat teridentifikasikan sebagai suatu proses dimana seorang pembicara berinteraksi secara lisan dengan pendengar untuk mempengaruhi tingkah laku penerima.

2) Komunikasi non verbal

komunnikasi non verbal adalah komunikasi yang menggunakan bahasa isyarat atau bahasa diam (silent). Komunikasi

(19)

non verbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan yang dilakukan tidak menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang menggunakan gerak tubuh, sikap tubuh, vocal yang bukan kata-kata, kontak mata, ekspresi muka ,kedekatan jarak dan sentuhan (Turistiati, 2016. 107-108)

3. Proses Komunikasi

Berangkat dari paradigma Lasswell, membedakan proses komunikasi menjadi dua tahap, yaitu (Effendy, 1994:11-19)

a. Proses komunikasi secara primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah pesan verbal (bahasa), dan pesan non verbal(kial/gesture, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya) yang secara langsung dapat menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan.

Wilbur Schramm (dalam Effendy, 1994) menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil (terdapat kesamaan makna) apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences andmeanings) yang diperoleh oleh komunikan.

Schramm menambahkan, bahwa bidang (field of experience) merupakan faktor penting juga dalam komunikasi. Jika bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya, bila bidang pengalaman komunikan tidak sama dengan bidang pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain. Sebagai contoh seperti yang diungkapkan oleh (Sendjaja,1994:33).

(20)

b. Proses komunikasi sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam menyampaikan komunikasi ke komunikan sebagai sasaran berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Proses komunikasi secara sekunder itu menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa (surat kabar, televisi, radio) dan media massa (telepon, surat, dan megapon).

4. Unsur-unsur Komunikasi

Untuk dapat berkomunikasi secara efektif kita perlu memahami unsur-unsur komunikasi, antara lain:

a. Komunikator.

Pengirim (sender) yang mengirim pesan kepada komunikan dengan menggunakan media tertentu. Unsur yang sangat berpengaruh dalam komunikasi, karena merupakan awal (sumber) terjadinya suatu komunikasi

b. Komunikan.

Penerima (receiver) yang menerima pesan dari komunikator, kemudian memahami, menerjemahkan dan akhirnya memberi respon. c. Media.

Saluran (channel) yang digunakan untuk menyampaikan pesan sebagai sarana berkomunikasi. Berupa bahasa verbal maupun non verbal, wujudnya berupa ucapan, tulisan, gambar, bahasa tubuh, bahasa mesin, sandi dan lain sebagainya.

(21)

d. Pesan.

Isi komunikasi berupa pesan (message) yang disampaikan oleh Komunikator kepada Komunikan. Kejelasan pengiriman dan penerimaan pesan sangat berpengaruh terhadap kesinambungan komunikasi.

e. Tanggapan.

Merupakan dampak (effect) komunikasi sebagai respon atas penerimaan pesan. Diimplentasikan dalam bentuk umpan balik (feed

back) atau tindakan sesuai dengan pesan yang diterima.

5. Fungsi komunikasi

Berkomunikasi, insya Allah, kita dapat menjalin saling pengertian dengan orang lain karena komunikasi memiliki beberapa fungsi yang sangat penting, di antaranya adalah:

a. Fungsi informasi. Untuk memberitahukan sesuau (pesan) kepada pihak tertentu, dengan maksud agar komunikan dapat memahaminya.

b. Fungsi ekspresi. Sebagai wujud ungkapan perasaan / pikiran komunikator atas apa yang dia pahami terhadap sesuatu hal atau permasalahan.

c. Fungsi kontrol. Menghindari terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan, dengan memberi pesan berupa perintah, peringatan, penilaian dan lain sebagainya.

d. Fungsi sosial. Untuk keperluan rekreatif dan keakraban hubungan di antara komunikator dan komunikan.

e. Fungsi ekonomi. Untuk keperluan transaksi usaha (bisnis) yang berkaitan dengan finansial, barang dan jasa.

f. Fungsi da‟wah. Untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan dan perjuangan bersama.

(22)

6. Manfaat komunikasi

Banyak manfaat yang dapat diperoleh dengan berkomunikasi secara baik dan efektif, di antaranya adalah:

a. Tersampaikannya gagasan atau pemikiran kepada orang lain dengan jelas sesuai dengan yang dimaksudkan.

b. Adanya saling kesefamanan antara komunikator dan komunikan dalam suatu permasalahan, sehingga terhindar dari salah persepsi.

c. Menjaga hubungan baik dan silaturrahmi dalam suatu persahabatan, komunitas atau jama‟ah.

d. Aktivitas „amar ma’ruf nahi munkar di antara sesama umat manusia dapat diwujudkan dengan lebih persuasif dan penuh kedamaian.

7. Elemen-Elemen Komunikasi

komunikasi dapat terjadi jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu yang artinya komunikasi hanya dapat terjadi apabila didukung dengan adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek. Unsur–unsur ini bisa juga disebut komponen atau elemen–elemen komunikasi dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Sumber(Source)

Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan, atau bahkan satu negara.

b. Pesan(Message)

Pesan adalah apa yang dikomunikasikan oleh sumber penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan non verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan, atau maksud dari sumber. Pesan mempunyai tiga komponen yaitu, makna, symbol untuk menyampaikan makna, dan bentuk atau organisasipesan.

c. Saluran atau Media(Channel)

Saluran atau media adalah alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Saluran boleh

(23)

jadi merujuk pada bentuk pesan yang disampaikan kepada penerima, apakah saluran verbal atau nonverbal.

d. Penerima (Receiver) Penerima adalah orang yang menerima pesan dari sumber.

e. Efek(Effect). Efek adalah apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut.

8. Hambatan-Hambatan Komunikasi

Beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa tidak mungkinlah seseorang melakukan komunikasi yang benar-benar efektif, ada banyak hambatan yang bisa merusak komunikasi. Ketika anda sedang bercakap-cakap kemudian lewat kendaraan motor dengan suara knalpot yang bising, seketika pula anda menghentikan pembicaraan karna merasa terganggu.

Hal ini dalam dunia komunikasi disebut noise (gangguan komunikasi). Gangguan atau hambatan itu secara umum dapat dikelompokan menjadi hambatan internal dan eksternal yaitu :

a. Hambatan internal

Hambatan yang berasal dari dalam diri individu yang terkait kondisi fisik dan fisikologis. Contohnya jika seseorang mengalami gangguan pendengaran maka ia akan mengalami hambatan komunikasi. b. Hambatan eksternal

Hambatan yang berasal dari luar individu yang terkait dengan likungan fisik dan lingkungan sosial budaya. Contohnya suara gaduh dari lingkungan sekitar dapat menyebabkan komunikasi tidak berjalan lancar.

Selain hambatan internal dan hambatan eksternal ada noise (hambatan atau gangguan) lain yang menghambat proses komunikasi yang efektif diantaranya (Effendy, 2005 : 11-14).

1) Hambatan Psikologis

Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi. Misalnya komunikan yang masih trauma

(24)

karena tertimpa musibah bencana alam. Selain dari hambatan-hambatan di atas, menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya yang berjudul dinamika komunikasi faktor-faktor penghambat komunikasi terdiri dari Hambatan sosio-antro-psikologis. Proses komunikasi berlangsung dalam konteks situasional (situational

context). Ini berarti bahwa komunikator harus memperhatikan

situasi ketika komunikasi dilangsungkan, sebab situasi amat berpengaruh terhadap kelnacaran komunikasi, terutama situasi yang berhubungan dengan faktor-faktor sosiologis-antropologis-psikologis.

2) Hambatan semantik

Jika hambatan sosiologis-antropologis-psikologis terdapat pada pihak komunikan, maka hambatan semantis terdapat pada diri komunikator. Faktor semantis menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai “alat” untuk menyalurkan pikiran dan perasaannya kepada komunikan. Demi kelancaran komunikasinya seorang komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan semantis ini, sebab salah ucap atau tulis dapat menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau salah tafsir (misinterpretation) yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miscommunication). Menurut Onong Uchjana Efendy dalam buku dinamika komunikasi . Sering kali salah ucap disebabkan komunikator berbicara terlalu cepat sehingga ketika pikiran dan perasaan belum mantap terformulasikan, kata-kata sudah terlanjur dilontarkan. Maksudnya akan mengatakan “kedelai” yang terlontar “kedelai”. Gangguan semantis kadang-kadang disebabkan pula oleh aspek antropologis, yakni kata-kata yang sama bunyinya dan tulisannya, tetapi memiliki makna yang berbeda. Salah komunikasi atau misscommunication ada kalanya disebabkan oleh pemilihan kata yang tidak tepat, kata-kata yang sifatnya konotatif. Dalam komunikasi bahasa yang sebaiknya

(25)

digunakan adalah kata-kata yang denotatif. Kalau terpaksa menggunakan kata-kata yang konotatif, maka seyogyanya dijelaskan apa yang dimaksudkan sebenarnya, sehingga tidak terjadi salah tafsir. Kata-kata denotatif adalah yang mengandung makna sebagaimana tercantum dalam kamus dan diterima secara umum oleh kebanyakan orang yang sama dalam kebudayaan dan bahasanya. Sementara kata-kata yang mempunyai pengertian konotatif adalah yang mengandung makna emosional atau evaluatif disebabkan oleh latar belakang kehidupan dan pengalaman seseorang.

3) Hambatan mekanis

Hambatan mekanis dijumpai pada media yang

dipergunakan dalam melancarkan komunikasi. Banyak contoh yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari, suara telepon yang tidak jelas, ketika huruf buram pada surat, suara yang hilang-muncul pada pesawat radio, berita surat kabar yang sulit dicari sambungan kolumnya, gambar yang meliuk-liuk pada pesawat televisi, dan lain-lain.

4) Hambatan ekologis

Hambatan ekologis yang terjadi disebabkan oleh gangguan lingkungan terhadap proses berlangsungnya komunikasi, jadi datangnya dari lingkungan. Contoh hambatan ekologis adalah suara riuh orang-orang atau kebisingan lalu-lintas, suara hujan atau petir, suara pesawat terbang lewat, dan lain-lain. Situasi komunikasi yang tidak menyenangkan seperti itu dapat diatasi komunikator dengan menghindarkannya jauh sebelum atau dengan mengatasi pada saat ia sedang berkomunikasi. Untuk menghindarkannya komunikator harus mengusahakan tempat komunikasi yang bebas dari gangguan-gangguan tersebut.

(26)

Menurut Prof.OnongUcejehana Effendy,MA dalam bukunya ilmu, teori dan filsafat komunikasi ada empat jenis hambatan komunikasi yaitu:

1) Gangguan

Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai gangguan mekanik dan semantik.

a) Gangguan mekanik

Gangguan yang disebabkan oleh saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersiafat fisik.

b) Gangguan semantik

Gangguan semantik tersaring kedalam pesan melalui pengguan bahasa.

2) Kepentingan

Kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati suatu pesan.

3) Motivasi terpendam

Motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya, semakin sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang, semakin besar pula kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak yang bersangkutan. Sebaliknya komunikasi akan mengabaikan sesuatu komunikasi yang tidak sesuai dengan motivasinya.

4) Prasangka

Prasangka merupakan sesuatu rintangan atau hambtan yang berat bagi suatu kegiatan komunikasi, dikarenakan orang yang memuyai prasangka belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasi (Effendy, 2009. 14-15)

(27)

9. Bentuk-bentuk Pesan Komunikasi

Dalam penyampaikan informasi, bentuk pesan di bagi menjadi beberapa kategori-kategori sebagai berikut.

a. Komunikasi Lisan

Komunikasi lisan adalah komunikasi yang hanya melalui lisan saja dan tidak tertulis. Komunikasi lisan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu komunikasi lisan secara langsung dan komunikasi lisan secara tidak langsung. komunikasi lisan secara langsung bisa berarti, bahwa komunikasi yang terjadi secara langsung yakni melalui tatap muka, seperti halnya orang berceramah, orang berpidato, orang wawancara, berorasi. Sedangkan komunikasi lisan tidaklangsung berarti terjadi komunikasi tanpa adanya tatap muka, seperti halnya orang berbicara ditelepon, fax, email ataupunsurat.

b. Komunikasi Tertulis

Komunikasi tertulis atau tercetak adalah komunikasi dengan mempergunakan rangkaian kata-kata atau kalimat, kode-kode (yang mengandung arti), yang tertulis atau tercetak yang dapat dimengerti oleh pihak lain. Jadi kesimpulannya kedua komunikasi ini lebih kepada komunikasi satu arah, dimana komunikator hanya menyampaikan pesan yang ada. Untuk komunikasi ini dirasa kurang efektif karena penyampaian pesan dari komunikator belum tentu bisa dipahami oleh komunikan. Ketika komunikator memberi informasi, dia tidak memahami apakah yang diberi informasi sudah mengerti atau belum akan informasi yang telah disampaikan misalnya seperti laporan.

c. Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang menggunakan bahasa badan atau tubuh, seperti gerakan tangan, jari, mata, kepala, dan lain-lain. Komunikasi ini melalui berbagai isyarat atau signal non-verbal. Media yang dipergunakan ialah ekspresi, gerak isyarat, gerak dan posisi badan, yang disebut bahasa badan yang menyatakan sikap dan perasaan seseorang. Misalkan berbicara pelan ataupun seorang

(28)

manajer menampakkan wajah yang masam ketika bawahannya mengajukan pendapat, dan bisa jadi bawahan tersebut menafsirkan muka masa itu sebagai penolakan.

10. Komunikasi Efektif dan Kurang Efektif

a. Komunikasi Efektif

Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”). Secara etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis. Dalam kata communis ini memiliki makna „berbagi‟ atau „menjadi milik bersama‟ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna.

Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan Steward mengenai komunikasi manusia yaitu: Human communication is the process

through whichindividuals –in relationships, group, organizations and societies—respond to and create messages to adapt to the environment and oneanother. Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang

melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satusama lain. Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat dilancarkan secara efektif. (Effendy, 1994:10).

Jadi komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap, perubahan perilaku serta adanya perubahan opini pada orang yang terlibat dalam komunikasi. Berkomunikasi secara efektif berarti komunikator dan komunikan sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan yang telah disampaikan.

(29)

Ada lima prinsip atau cara dalam berkomunikasi yang efektif. Lima prinsip atau cara ini disingkat dengan Reach. Sesuai dengan singkatannya, komunikasi efektif dimaksudkan agar tersampaikannya atau teraihnya pesan atau isi dari komunikasi itu. Kelima prinsip dari

Reach itu adalah: Respect, Empathy, Audible, Care, dan Humble.

1) Respect berarti rasa hormat dan saling menghargai orang lain. Pada prinsipnya, manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Jika kita bahkan harus mengkritik atau memarahi seseorang, maka lakukan dengan penuh respek terhadap harga diri dan kebanggaaan seseorang. Jika kita membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, maka kita dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi. Selanjutnya, hal secara keseluruhan sebagai sebuah tim.

2) Empathy adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain

3) Audible bermakna antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan. Dalam komunikasi personal, hal ini berarti bahwa pesan disampaikan dengan cara atau sikap yang dapat diterima oleh penerima pesan.

4) Care berarti perhatian akan apa yang disampaikan oleh pembicara sehingga membuat pembicara merasa diperhatikan . Care berarti juga menyimak secara seksama apa isi pembicaraan dari lawan bicara.

5) Humble berarti rendah hati. Prinsip kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini

(30)

merupakan unsur yang terkait dengan prinsip pertama. Untuk membangun rasa menghargai orang lain biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki (Artiningrum, Kurniasih, 2012 :11-12)

Setelah mengetahui hal ini, ada hal yang perlu ketahui dalam bagaimana menjadi pendengar yang baik. Menurut Imam Ghazali, untuk menjadi pembicara yang baik haruslah menjadi pendengar yang baik. dan dalam berkomunikasi yang efektif, menjadi pendengar yang baik itu ternyata tidak semudah yang diperkirakan. Hal ini dikarenakan kita harus mengenal lebih dalam suasana hati sang pembicara. Dan dalam berkomunikasi yang efektif ini Anda harus mengetahui ragam menjadi pendengar. Ada lima ragam pendengar, yaitu:

1) Menasehati dan Mengevaluasi 2) Menganalisis dan Menginterpretasi 3) Memperkuat dan Mendukung

4) Bertanya dan Probing Mengerti dan Paraphasing

Selanjutnya mari kita kupas satu persatu ragam pendengar di atas.

a) Menasehati dan Mengevaluasi

Gaya yang paling rendah kontribusinya dalam efektifitas komunikasi. Mengindikasikan pendengar superior dan membuat pembicara inferior. Gaya ini tepat apabila pembicara memang meminta nasihat atau evaluasi / kritik.

b) Menganalisis dan Menginterpretasi

Gaya pendengar sebagai “guru” atau “ingin menjadi guru”. Ini mengimplikasikan pendengar lebih tahu dari permasalahan pembicara. Gaya ini tepat apabila pembicara tidak dapat menentukan atau memutuskan perasaannya atau memang pembicara datang dan minta interpretasi dari pendengar.

(31)

Gaya simpatik. Pendengar ingin menyakinkan sebagai pendengar untuk membantu menurunkan intensitas perasaan yang dialami pembicara. Gaya ini tepat apabila pembicara mengindikasikan kebutuhan dukungan atau memang pembicara minta pertolongan untuk merubah sikap.

d) Bertanya dan Probing

Gaya menanyakan pertanyaan klarifikasiProbing artinya pertanyaan menggiring. Gaya yang tepat untuk menunjukkan bahwa pendengar benar-benar mengerti apa yang dikatakan atau dimaksudkan oleh pembicara.

e) Mengerti dan Paraphasing

Gaya yang paling sulit karena merupakan ungkapan dari keinginan pendengar bahwa ia benar-benar memahami apa isi perasaan dan pikiran pembicara. Gaya bicara yang membantu pembicara untuk memperjelas apa yang dimaksud oleh pembicara (Srijanti, Purwanto, Artiningrum, 2007: 32-33) Menurut Suranto AW (2010:105), ada beberapa indikator komunikasi efektif,ialah:

1) Pemahaman

Pemahaman ialah kemampuan memahami pesan

secara cermat sebagaimana dimaksudkan oleh komunikator. 2) Kesenangan

Yakni apabila proses komunikasi itu selain berhasil menyampaikan informasi, juga dapat berlangsung dalam suasana yang menyenangkan kedua belah pihak. Sebenarnya tujuan berkomunikasi tidaklah sekedar transaksi pesan, akan tetapi dimaksudkan pula untuk saling interaksi secara menyenangkan untuk memupuk hubungan insani.

3) Pengaruh pada sikap

Komunikasi dikatakan mempengaruhi sikap, apabila seorang komunikan setelah menerima pesan kemudian sikapnya berubah

(32)

sesuai dengan makna pesan itu. Tindakan mempengaruhi orang lain merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari di perkantoran. Dalam berbagai situasi kita berusaha mempengaruhi sikap orang lain dan berusaha agar orang lain bersikap positif sesuai keinginankita. 4) Hubungan yang makin baik

Bahwa dalam proses komunikasi yang efektif secara tidak sengaja meningkatkan kadar hubungan interpersonal. Di perkantoran, seringkali terjadi komunikasi dilakukan bukan untuk menyampaikan informasi atau mempengaruhi sikap semata, tetapi kadang-kadang terdapat maksud implisit di sebaliknya, yakni untuk membina hubungan baik.

5) Tindakan

Kedua belak pihak yang berkomunikasi melakukan tindakan sesuai dengan pesan yang dikomunikasikan.

Komunikasi efektif menuntut kepekaan seseorang dalam situasi dan kondisi yang ada, bahkan kegagalan organisasi dikaitkan dengan komunikasi yang buruk karena kurangnya perhatian dari para pendengar. Menurut Suranto (2010)“ sebuah komunikasi yang efektif membutuhkan kontak mata, ekspresi wajah, postur tubuh, dan penampilan fisik secara eksternal”.

1) Kontak Mata

Kontak mata adalah cara yang selalu digunakan dalam berkomunikasi, karena orang merasa diperhatikan ketika orang yang berbicara saling bertatap mata dan dirinya tidak merasa diabaikan sehingga dapat memperjelas informasi yang akan disampaikan. 2) Ekspresi Wajah

Ekspresi wajah dalam berkomunikasi menentukan jelas tidaknya suatu pesan, dalam hal ini mengangguk, tersenyum, mengcungkan jari. Untuk itu dengan adanya ekspresi wajah ini pesan yang disampaikan oleh komunikator akan mampu meyakinkan komunikan untuk memahami isi pesan.

(33)

3) Postur Tubuh

Gerak-gerik tubuh bisa menjadikan sebuah tambahan dalam berkomunikasi secara efektif dan dapat memberikan penilaian seseorang. Misalkan postur tubuh yang lebih besar akan menimbulkan kesan perkas, kuat dan lebih dihormati.

4) Selera Berbusana

Berbusana merupakan cermin dari kepribadian seseorang. Contoh; berpenampilan menarik, bersih, rapi, seseorang akan mengambil keputusan bahwa orang itu baik. Dengan berbusana yang menarik orang akan lebih tertarik, sehingga pesan yang disampaikan akan mudah untuk diterima.

Menurut Effendy (2006:11) komunikasi ialah cara agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan. Dampak yang ditimbulkan dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, yakni:

1) Dampak Kognitif adalah dampak yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia tahu serta meningkatnya intelektualitasnya 2) Dampak Efektif adalah dampak yang timbul tidak hanya

menyebabkan komunikan tahu atau meningkat intelektualitasnya saja tetapi juga tergerak hatinya dengan menimbulkan perasaan tertentu.

3) Dampak Konatif adalah dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan, dan kegiatan.

b. Komunikasi yang Kurang Efektif

Komunikasi dalam prosesnya, ada saja beberapa hal yang merintangi atau menghambat tercapainya tujuan dari proses komunikasi. Hambatan atau rintangan dalam komunikasi bisa berasal dari pribadi komunikan dan komunikator, lingkungan dan lain sebagainya. Suatu sebab utama dari kemacetan komunikasi adalah kebisingan, bunyi atau suara yang ribut, yang dalam konteks ini berarti

(34)

segala sesuatu yang mengganggu penyampaian atau penerima penerimaan pesan.

Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional. Hambatan dalam penyandian/simbol, Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang dipergunakan antara si pengirim dan penerima tidak sama atau bahasa yang dipergunakan terlalu sulit.

Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi, misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan pesan. Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh sipenerima Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat menerima /mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut. Hambatan dalam memberikan balikan. Balikan yang diberikan tidak menggambarkan apa adanya akan tetapi memberikan interpretatif, tidak tepat waktu atau tidak jelas dan sebagainya (Mulyana, 2008: 69 – 71)

B. Komunikasi Antarbudaya

Tubbs dan Moss dalam (Sihabudin 2013:13) komunikasi antarbudaya merupakan komunikasi antar orang-orang yang berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik ataupun perbedaan sosio ekonomi). Menurut Young Yung Kim dalam (Suranto 2010:32) komunikasi antarbudaya menunjukkan pada suatu fenomena komunikasi dimana para pesertanya memiliki latar belakang budaya yang berbeda terlibat dalam suatu kontak antara satu dengan yang lainnya, baik secara langsung atau tidak langsung. Ada beberapa tujuan komunikasi antarbudaya yaitu:

1. Memahami bagaimana perbedaan latar belakang sosial budaya mempengaruhi praktik komunikasi.

(35)

2. Mengidentifikasi kesulitan-kesulitan yang muncul dalam komunikasi antarbudaya.

3. Meningkatkan keterampilan verbal dan non verbal dalam berkomunikasi. 4. Menjadikan kita mampu berkomunikasi efektif (Suranto 2010:36)

5. Prinsip-prinsip umum untuk memperbaiki kemampuan berkomunikasi dengan berbagai pihak yang berbeda latar belakang

6. Komunikasi hendak meraih tujuan tertentu.

Setiap proses komunikasi pastilah terkait dengan adanya tujuan atau harapan tertentu, apabila kita mengetahui tujuan aktivitas komunikasi yang ingin kita capai, maka dengan sendirinya kita akan merancang suatu strategi komunikasi yang relevan. Ada cara yang bisa dilakukan untuk mendefinisikan tujuan berkomunikasi, yaitu:

1. Apa yang kita inginkan untuk terjadi,

2. Memastikan apakah tujuan kita realistis, dalam arti apakah tujuan yang kita harapkan memiliki peluang untuk berhasil atau tidak.

3. Komunikasi adalah suatu proses

Dikatakan komunikasi adalah suatu proses, karena komunikasi adalah kegiatan dinamis yang berlangsung secara berkesinambungan. Di samping itu, komunikasi juga menunjukan suasana aktif diawali dari seorang komunikator menciptakan dan menyampaikan pesan, menerima umpan balik dan begitu seterusnya yang pada hakikatnya menggambarkan suatu proses yang senantiasa berkesinambungan.

4. Komunikasi adalah sistem transaksional informasi

Dari proses komunikasi dapat diidentifikasi adanya unsure atau komponen yang terlibat didalamnya, mulai dari komunikator, pesan, sampai komunikan. Setiap komponen memiliki tugas atau karakter yang berbeda, namun saling mendukung terjadinya sebuah proses transaksi yang dinamakan komunikasi. Dari proses komunikasi tersebut, yang ditransaksikan adalah pesan atau informan.

(36)

5. Karakteristik komunikan penting untuk diperhatikan

Setiap pesan yang kita sampaikan, karena berkomunikasi dengan setiap orang mensyaratkan satu pendekatan yang berbeda dan kemungkinan akan mendapatkan hasil yang berbeda-beda pula. Dengan kata lain, karakteristik komunikan merupakan informan yang sangat berharga untuk dapat mengorganisirkan pesan relevan dengan karakteristik komunikan tersebut.

6. Komunikasi perlu dukungan saluran (channel) yang relevan

Ada beberapa saluran komunikasi baik secara lisan maupun tertulis yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan. Adanya efek komunikasi yang sesuai maupun tidak sesuai dengan yang dikehendaki

Salah satu karakteristik komunikasi antarmanusia (human communication) menegaskan, bahwa tindak komunikasi akan mempunyai efek yang dikehendaki (intentional efek)dan efek yang dikehendaki (unintentional effect). Pernyataan tersebut bermakna, bahwa apa yang kita lakukan pada orang lain tidak selalu diinterpretasi dan sama seperti yang kita kehendaki.

7. Adanya perbedaan latar belakang sosial budaya.

Setiap orang memiliki latar belakang sosial budaya yang unik, berbeda dengan orang lain. Adanya perbedaan latar belakang budaya dapat menimbulkan kesulitan dalam berkomunikasi, karena terjadinya perbedaan perbedaan penafsiran atau interpretasi atas pesan dan symbol yang di gunakan dalam komunikasi itu (Suranto, 2010:40-43).

C. Proses Belajar Mengajar (PBM)

Proses belajar mengajar merupakan dua hal yang berbeda bila ditinjau dari yang melakukanya, sebeb proses belajar dilakukan oleh siswa atau mahasiwa dan mengajar dilakukan oleh guru atau dosen. Namun demikian belajar dan mengajar merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Keduanya merupakan kegiatan yang sejalan dan searah, yaitu untuk mencapai hsil belajar sesuai dengan pembelajaran. Belajar merupakan suatu

(37)

proses perubahan tingkah laku kearah yang yang lebih baik. Seseorang dikatakan sudah belajar apabila dalam dirinya sudah tercemin tingkah laku yang baik dibanding sebelum dia diajar (Sallis, 1993: 18)

1. Pengertian Belajar

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah atau perguruan tinggi, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh peserta didik.

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Slameto menyatakan bahwa: “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 2). Selanjutnya Nana Sudjana mendefenisikan: “Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan suatu perubahan pada diri seseorang (Nana, 1989: 10). Perubahan yang dimaksud itu berupa hasil belajar yang dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk.

2. Ciri Khas Perilaku Belajar

Setiap perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik. Karakteristik perilaku belajar ini dalam beberapa pustaka rujukan antara lain psikologi pendidikan oleh surya (1982) disebut juga sebagai prinsip-prinsip belajar. Siantara ciri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku belajar yang terpenting adalah:

a. Perubahan intensional

Perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat pengalaman atau praktik yang dilakukan dengan sengaja dan disadari atau dengan kata lain bukan kebetulan. Karakteristik ini mengandung konotasi bahwa siswa menyadari akan adanya perubahan yang dialami

(38)

atau sekurang-kurangnya ia merasakan adanya perubahan dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan, sikap dan pandangan sesuatu, ketrampilan dan seterusnya. Sehubunga dengan iru perubahan yang diakibatkan mabuk, gila dan lelah tidak termasuk dalam karakteristik belajar,karena individu yang bersangkutan tidak menyadari atau tidak menghendaki keberadaannya.

Disamping itu perilaku belajar itu menghendaki perubahan tersebut. Jadi jika seorang siswa belajar bahasa inggris, maka sebelumnya ia telah menetapkan taraf kemahiran yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Penetapan ini misalnya, apakah bahasa asing tersebut ia akan gunakan untuk keperluan studi ke luar negeri atau unuk sekedar bisa membaca teks-teks atau literature berbahasa Inggris. b. Perubahan positif dan aktif

Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat positif dan aktif. Positif artinya baik, bermnfaat, serta sesuai dengan harapan. Hal ini juga bermakna bahwa perubahan tersebut senantiasa merupakan penmbahan, yakni diperolehnya sesuatu yang baru (seperti pemahaman dan ketrampilan baru) yang lebih baik daripada apa yang telah ada sebelumnya. Adapun perubahan aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya seperti krena proses kematangan (misal, bayi yang bisa merangkak setelah bisa duduk) tetapi karena usaha siswa itu sendiri.

c. Perubahan efektif dan fungsional

Perubahan yang timbul karena proses belajar bersifat yakni berhasil guna. Artiya perubahan tersebut membawa pengaruh, makna, dan manfaat tertentu bagi siswa. Selain itu, perubahan dalam proses belajar bersifat fungsional dalam arti bahwa ia relative menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan,perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan. Perubahan fugsional dapat diharapkan memberi manfaat yang luas misalnya ketika siswa menempuh ujian dan

(39)

menyesuaikan diri dengan lingkungan kehidupan sehari-hari dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Selain itu perubahan yang efetif dan fungsional biasanya bersifat dinamis dan mendorong timbulnya perubahan-perubahan positif lainnya. Segabai contoh, jika seorang siswa belajar menulis, maka di samping akan mampu merangkaikan kata dan kalimat dalam bentuk tulisan, ia juga akan memperoleh kecakapan lainnya seperti membuat catatan mengarng surat dan bahkan menyusun karya sastra atau karya ilmiah.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Belajar sebagai proses atau aktifitas disyaratkan oleh banyak sekali hal-hal atau fakto-fakt-faktororktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar itu adalah banyak sekali macamnya, untuk memudahkan pembicaraan dapat dilakukan iklasifikasi demikian:

a. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar, dan ini masih lagi dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu:

1) Faktor-faktor non-sosial

Kelompok faktor-faktor ini boleh dikatakan juga tak terbilang jumlahnya misalnya : keadaan udara, cuaca, waktu (pagi, atau siang, ataupun malam), tempat (letaknya, pergedungan nya), alat-alat yang di pakai untuk belajar (seperti alat tulis-menulis, buku-buku, alat-alat peraga, dan sebagainya yang biasa kita sebut alat-alat pelajaran).

Semua faktor-faktor yang telah disebutkan diatas itu, dan juga faktor-faktor lain yang belum disebutkan harus kita atur sedemikian rupa, sehingga dapat membantu (menguntungkan) proses/perbuatan belajar secara kolah. Letak sekolah atau tempat yang tidak terlalu dekat kepada kebisingan atau jalan ramai, lalu bangunan itu harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam ilmu kesehatan sekolah. Deikian pula alat-alat harus

(40)

seberapa mungkin diusahakan untuk memenuhi syarat-syarat menurut pertimbangan didaktis, spikologi dan paedagogis.

2) Faktor-faktor sosial

Yang dimaksud dengan faktor-faktor sosial disini adalah faktor manusia (yaitu sesama manusia), baik manusia itu ada (hadir) maupun kehadirannya dapat disimpulka, jadi tidak langsung hadir. Kehadiran orang atau orang-orang lain pada waktu seseorang sedang belajar , banyak kali menggangu belajar itu; misalnya kalau satu kelas murid sedang mengerjakan ujian, lalu terdengar banyak anak-anak lain bercakap-cakap di samping kelas; atau seseorang sedang belajar di kamar, satu atau dua hilir mudik keluar masuk kamar belajar itu, dan sebagainya. Faktor-faktor sosial seperti yang telah dikemukakan di tas itu pada umumnya bersifat menggangu proses belajar dan prestasi-prestasi belajar.

b. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar, ini pun dapat lagi digolongkan menjadi dua golongan yaitu:

1) Faktor-faktor fisiologis

Faktor-faktor fisiologis ini masih dapat lagi di bedakan manjadi dua macam, yaitu:

a) Tonus jasmani pada umumnya

Keadaan tonus jasmani pada umumnya ini dapat dikatakan melatar belakangi aktifitas belajar; keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya dengan keadan jasmani yang kurang segar ; keadaan jasmani yang lelah lain pengaruhnya dari pada yang tidak lelah. Dalam hubungan dengan hal ini ada dua hal yang perlu dikemukakan.

Nutrisi harus cukup karena kekurangan kadar makanan ini akan mengakibatkan kuranya tonus jasmani, yang pengaruhnya dapat berupa kelesuan, lekas mengantuk, lekas lelah, dan sebagainya.

(41)

Beberapa penyakit yang kronis sangat menggangu belajar itu. Penyakit-penyakit seperti pilek, influensa, sakit gigi, batuk dan yang sejenisnya dengan itu biasanya diabaikan karena dipandang tidak cukup serius untuk mendapatkan perhatian dan pengobatan; akan tetapi dalam kenyataan nya penyakit-penyakit semacam ini sangat menggganggu aktifitas belajar itu. b) Keadaan fungsi-fungsi Jasmani Tertentu Terutama

Fungsi-fungsi Pancaindera

Bahwa pancaindera dapat dimisalkan sebagai pintu gerbang masuknya pengaruh ke dalam individu. Orang mengenal dunia

sekitarnya dan belajar dengan mempergunakan

pancainderanya. Baiknya berfungsi pancaindera merupakan syarat dapatnya belajar itu berlangsung dengan baik. Dalam sistem persekolahan dewasa ini di antara pancaindera itu yang paling memegang peranan dalam belajar adalah mata dan telinga.

2) Faktor-faktor psikologis

Secara garis besar faktor-faktor ini telah dikemukakan tetapi masih ada perlunya memberikan perhatian khusus kepada salah satu hal, yaitu hal yang mendorong aktifitas belajar itu, hal yang merupakan alasan dilakukannya perbuatan belajar itu. Arden N. Frandsen mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang untuk belajar itu adalah sebagai berikut:

a) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas

b) Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju

c) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman

(42)

d) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi mau pun dengan kompetisi

e) Adanya keinginan mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran

f) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar Apa yang telah dikemukakan itu hanyalah sekedar penyebutan kebutuhan –kebutuhan saja, yang tentu saja dapat ditambah lagi, kebutuhan-kebutuhan tersebut tidaklah lepas satu sama lain, melainkan sebagai suatu keseluruhan (seuatu kompleks) mendorong belajarnya anak. Selanjutnya suatu pendorong yang biasanya besar pengaruhnya dalam belajarnya anak-anak didik ialah cita-cit. Cita-cita merupakan pusaari bermacam-amacam kebutuhan artinya kebutuhan-kebutuhan biasanya disentralisasikan di sekitar cita-cita itu, sehingga dorongan tersebut mampu memobilisasikan energi psikis untuk belajar (Sumadi,2001: 233-238).

c. Pengertian Mengajar

Pengertian yang umum dipahami orang terutama mereka yang awam dalam bidang-bidang studi kependidikan, ialah bahwa mengajar itu merupakan penyampaian pengetahuan dan kebudayaan kepada peserta didik. Dengan demikian, tujuannya pun hanya berkisar sekitar pencapaian penguasaan siswa atas sejumlah pengetahuan dan kebudayaan. Dari pengertian semacam ini timbul gambaran bahwa peranan dalam proses pengajaran hanya dipegang oleh guru, sedangkan murid dibiarkan pasif.

Mengajar merupakan suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar (Suryo, 199: 18). Kegiatan mengajar biasanya diidentikkan dengan tugas guru di sekolah dan dosen di perguruan tinggi. Mengajar pada hakekatnya adalah

(43)

melakukan kegiatan belajar, sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.

Mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Mengajar berarti partisipasi dengan siswa dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi.

Arifin (1978) dalam Syah mendefinisikan mengajar sebagai suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran. Definisi tidak jauh berbeda dengan definisi orang awam di atas, karena sama-sama menekankan penguasaan pengetahuan (bahan pelajaran) belaka. Nuansa (perbedaan tipis sekali) yang terdapat dalam definisi ini adalah adanya pengembangan penguasaan siswa atas materi pelajaran. Namun, citra pengajaran yang hanya terpusat pada guru masih juga tergambar dengan jelas. Dengan demikian, siswa selaku peserta didik dalam definisi Arifin di atas, tetap tidak atau kurang aktif.

Tyson dan Caroll (1970) juga mempelajari secara seksama sejumlah teori pengajaran, menyimpulkan bahwa mengajar ialah a way

working with student, a process of interaction, the teacher does something to student; the students do something in return. Dari definisi

ini tergambar bahwa mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan (Syah, 2002 : 181).

Sehubungan dengan definisi itu, Tyson dan Caroll menetapkan sebuah syarat yakni apabila interaksi antarpersonal (guru dan siswa) di dalam kelas terjadi dengan baik, maka kegiatan belajar akan terjadi. Sebaliknya, jika interaksi guru-siswa buruk, maka kegiatan belajar pun tidak akan terjadi atau mungkin terjadi tetapi tidak sesuai dengan harapan. Sementara itu, Nasution (1986) masih dalam buku yang sama

(44)

berpendapat bahwa mengajar adalah “…suatu aktivitas mengorganisir atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar”. Lingkungan dalam pengertian ini tidak hanya ruang kelas (ruang belajar), tetapi juga meliputi guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya yang relevan dengan kegiatan belajar siswa.

Tardif (1989) mendefinisikan mengajar secara lebih sederhana tetapi cukup komprehensif dengan menyatakan bahwa mengajar itu pada prinsipnya adalah …any action performed by an individual (the teacher) with the intention of facilitating learning in another individual (the learner). Artinya mengajar adalah perbuatan yang dilakukan seseorang (dalam hal ini guru) dengan tujuan membantu atau memudahkan orang lain (dalam hal ini siswa) melakukan kegiatan belajar.

Kata the teacher (guru) dan the learner (orang yang belajar atau siswa) dalam definisi Tardif itu semata-mata hanya sebagai contoh yang mewakili dua individu yang sedang berinteraksi dalam proses pengajaran. Jadi, interaksi antar-individu di luar definisi tadi juga bisa terjadi, misalnya antara orang tua dengan anak atau antara kiai dengan santri.

Biggs (1991), seorang pakar psikologi kognitif masa kini, membagi konsep mengajar dalam tiga macam pengertian, yaitu pengertian kuantitatif, pengertian institusional, dan pengertian kualitatif.

1) Pengertian kuantitatif (yang menyangkut jumlah pengetahuan yang diajarkan). Dalam pengertian kuantitatif, mengajar berarti the transmission of knowledge, yakni penularan pengetahuan. Dalam hal ini, guru hanya perlu menguasai pengetahuan bidang studinya dan menyampaikan kepada siswa dengan sebaik-baiknya. Di luar itu, jika perilaku belajar siswa tidak memadai atau gagal mencapai hasil yang diharapkan, maka kesalahan ditimpakan kepada siswa.

Referensi

Dokumen terkait

Dari grafik 12 diperoleh bahwa pada dosis optimum kombinasi koagulan Aluminium sulfat sebesar 40 ppm dengan PAC padat sebanyak 20 ppm belum menurunkan kekeruhan

Arti penting dari manajemen sumber daya manusia dalam dekade mendatang mendorong kita untuk menemukan solusi yang telah terbukti efektifitasnya ketimbang

Tanpa datagram header dari IP pada paket data terse- but, router perantara antara sumber dan tu- juan tidak akan bisa menentukan bagaimana cara mengirimkan paket data tersebut..

Majelis Jemaat dan seluruh warga Jemaat GPIB Bukit Benuas Balikpapan mengucapkan Selamat hari Kelahiran dan Hari Perkawinan bagi warga Jemaat “Bukit Benuas,” dari tanggal

Kesimpulan dari penelitan didapatkan bahwa berbagai konsentrasi larutan propolis mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Aa dan konsentrasi yang paling efektif

Paparan asap rokok di tempat kerja (Udinus), menurut hasil wawancara dialami oleh 50% karyawan, namun sangat sulit memastikan karyawan yang merasa tidak terpapar benar-benar bebas

Obyek penelitian Susatyo- Munir (2004) merupakan perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri kosmetik yang tergolong industri produk hilir dan sebagian merupakan

Ikan nila ( Oreochromis niloticus ) merupakan jenis ikan air tawar dengan bentuk tubuh pipih memanjang dan warna putih kehitaman. Ikan nila telah tersebar di