• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 Latar Belakang

Penciptaan pengetahuan (knowledge creation) memiliki arti yang penting dan strategis bagi suatu organisasi (Soo et al. 2002a). Penciptaan pengetahuan merupakan proses dialektikal yang dinamis yang dibangun atas segala peristiwa yang dialami suatu organisasi. Proses penciptaan pengetahuan secara organisasional terjadi melalui interaksi berbagi pengetahuan (knowledge sharing) di antara anggota-anggota organisasi, sehingga terjadi konversi pengetahuan tacit menjadi pengetahuan eksplisit (dan sebaliknya) secara fundamental dan terus menerus (Nonaka & Takeuchi 1995). Lebih lanjut dikemukakan bahwa penciptaan pengetahuan merupakan esensi dari inovasi. Salah satu indikator terjadinya proses penciptaan pengetahuan di suatu organisasi adalah inovasi-inovasi yang dihasilkan.

Inovasi yang berkesinambungan dilakukan dengan memandang masa depan, mengantisipasi perubahan-perubahan pasar, teknologi, kompetisi maupun produk dan jasa. Hasil penelusuran beberapa rujukan ilmiah menunjukkan bahwa penelitian-penelitian mengenai strategi dan kinerja organisasi cenderung mengemukakan sumber daya internal sebagai basis keunggulan bersaing, yaitu sumber daya yang berharga, langka, sulit ditiru dan sulit digantikan. Berdasarkan pandangan ini, beberapa pakar mengkaji bahwa pengetahuan merupakan sumber daya yang paling strategik yang dimiliki oleh perusahaan (Nonaka & Takeuchi 1995; Tuomi 1999; Probst et al. 2000). Lebih lanjut dikemukakan oleh Sharkie (2003) bahwa kemampuan menciptakan pengetahuan baru merupakan fungsi manajemen yang memungkinkan organisasi mengeksplorasi dan mengembangkan sumber keunggulan bersaing dibanding para pesaingnya, serta menciptakan inovasi yang mendukung kesuksesan di masa mendatang.

Obyek pada penelitian ini adalah agroindustri susu, suatu agroindustri yang potensial menjadi agroindustri yang inovatif karena agroindustri susu di Indonesia merupakan salah satu agroindustri yang berada dalam lingkungan industri yang bersaing ketat. Hal ini ditunjukkan dengan adanya penurunan jumlah perusahaan yang bergerak dalam industri pengolahan susu, penurunan jumlah koperasi persusuan maupun rendahnya pertumbuhan produksi susu dalam kurun waktu

(2)

sepuluh tahun terakhir. Produksi susu segar Indonesia pada tahun 2005 hanya mampu memenuhi 25 persen dari 1.751,6 juta liter yang merupakan kebutuhan total industri pengolahan susu (Indocommercial 2005). Pada tahun 2009 impor susu telah mencapai 75,2% dari kebutuhan susu dalam negeri.

Disamping permintaan susu yang semakin meningkat, terdapat beberapa faktor eksternal dan faktor internal yang menyebabkan impor susu semakin tinggi. Dari sisi eksternal, tuntutan penghapusan kebijakan rasio atau BUSEP (Inpres No 4/1998), komitmen penurunan tarif impor (GATT/WTO, APEC, AFTA) secara konsisten dan berkesinambungan serta jargonisasi white revolution oleh negara-negara eksportir susu dunia, telah mendorong perubahan penggunaan bahan baku susu oleh Industri Pengolahan Susu (IPS) dari bahan baku susu segar dalam negeri (SSDN) ke susu bubuk impor yang harganya relatif murah. Dari sisi internal, produsen SSDN yang sebagian besar (90%) merupakan peternak rakyat yang tergabung dalam wadah koperasi susu, kemampuan produksinya masih rendah sehingga tidak bisa bersaing dengan bahan baku impor. Peternak sapi perah rakyat untuk meningkatkan produksinya menghadapi berbagai permasalahan, seperti skala pemeliharaan ternak yang relatif kecil, kemampuan induk untuk memproduksi susu belum optimal, serta kemampuan penanganan ternak dan produk susu segar yang relatif rendah (Balitbangdagda 2010).

Bila kondisi ini tidak diwaspadai, hal ini dapat menyebabkan kemandirian dan kedaulatan pangan (food souvereignty) hewani khususnya susu semakin jauh dari harapan, yang pada gilirannya berpotensi masuk dalam jebakan pangan (food trap) negara eksportir. Dengan demikian peningkatan keunggulan bersaingnya menjadi hal yang krusial karena agroindustri susu berperan penting dalam pembangunan ekonomi. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya kontribusi pada pembangunan ekonomi Indonesia, mulai dari penciptaan lapangan kerja, peningkatan kesejahteraan petani dan penghematan devisa negara.

Dari sisi konsumsi, konsumsi rata-rata Indonesia sebesar 10,47 kg/kapita/tahun pada tahun 2009. Dari jumlah tersebut konsumsi susu cair masyarakat Indonesia masih sangat kecil yaitu sekitar 18%, jauh lebih kecil dibandingkan dengan India (98%), Thailand (88%) dan China (76,5%). Salah satu program yang dapat dilakukan pemerintah untuk meningkatkan konsumsi susu

(3)

sekaligus menciptakan generasi yang lebih sehat dan lebih cerdas, yaitu melalui program school milk yang menjadi kebijakan pemerintah pusat bagi murid-murid TK dan SD. Program school milk sudah dilakukan di Amerika Serikat dengan nama National School Lunch Program, Canada dengan nama Elementary School

Milk Program (ESMP). Program-program tersebut menyediakan susu segar bagi

anak-anak sekolah. Negara-negara lain, yang juga mengaplikasikan School Milk Program adalah Austria, Inggris, Jepang, Korea, Thailand, China, Vietnam, India, Pakistan, Eslandia, Balarusia, Chili, dan beberapa negara di Afrika. Di Indonesia program school milk, memang telah dilaksanakan di beberapa daerah. Pemerintah Daerah Sukabumi, mencanangkan Program Gerimis Bagus (Gerakan Minum Susu bagi Anak Usia Sekolah), untuk meningkatkan konsumsi susu segar di kalangan murid SD, dengan dana dari APBD. Pemerintah daerah lainnya, seperti Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan dan Semarang, Jawa Tengah juga telah merintis program school milk. (Balitbangdagda, 2010).

Delgado et al. (1999) memprediksi bahwa pada tahun 2020 rataan konsumsi susu per kapita per tahun di Asia Tenggara sebesar 16 kg, dengan demikian, tersedia potensi pasar yang besar di Indonesia apabila dikaitkan dengan hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama lima belas tahun mendatang terus meningkat yaitu dari 233,5 juta pada tahun 2010 menjadi 273,2 juta pada tahun 2025 serta kecenderungan peningkatan konsumsi per kapita di masa mendatang (BPS 2009). Potensi pasar yang besar ini tentunya memberi peluang yang menarik bagi agroindustri susu domestik maupun luar negeri untuk memperbesar pangsa pasarnya.

Gagasan mengenai penciptaan pengetahuan ini merupakan hal baru, masih terbatas penelitian mengenai bagaimana organisasi menciptakan dan memproses pengetahuan sehingga menjadi sumber inovasi yang sangat penting. Dengan pertimbangan tersebut, maka penelitian mengenai penciptaan pengetahuan ini dilakukan pada agroindustri yang mempunyai karakteristik bersaing melalui inovasi. Agroindustri susu dipilih sebagai obyek studi karena rentannya agroindustri ini dalam menghadapi persaingan global yang makin ketat, sehingga perlu segera diupayakan peningkatan kemampuan inovasinya sehingga mampu meningkatkan keunggulan bersaingnya. Berdasarkan penelitian terdahulu, titik

(4)

terlemah dari agroindustri susu di Indonesia adalah industri bahan bakunya, maka penelitian ini difokuskan pada koperasi susu sebagai pemasok bahan baku susu bagi Industri Pengolahan Susu (IPS).

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengembangkan model penciptaan pengetahuan dan menganalisis struktur model penciptaan pengetahuan pada Koperasi Susu di Indonesia. Pengembangan model penciptaan pengetahuan tersebut, diawali dengan menganalisis model kontribusi aset pengetahuan terhadap proses konversi pengetahuan pada Koperasi Susu di Indonesia. Pada tahap akhir setelah dihasilkan model penciptaan pengetahuan pada Koperasi Susu, kemudian dikembangkan Sistem Pakar Knowledge Management Scorecard (KM-Scorecard) untuk mendorong terjadinya inovasi pada Koperasi Susu di Indonesia.

1.3 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi:

1) Aspek Teoritis, hasil penelitian ini akan memperkaya khasanah kajian Manajemen Pengetahuan, khususnya tentang pemodelan proses penciptaan pengetahuan dalam upaya mendukung proses inovasi. 2) Aspek Metodologi, penelitian pada ranah Manajemen Pengetahuan

khususnya penerapan Sistem Pakar pada desain pengukuran kinerja Manajemen Pengetahuan dengan perspektif Balanced Scorecard masih sangat terbatas di Indonesia, sehingga hasil penelitian ini diharapkan memperluas pemanfaatan Sistem Pakar dalam desain Knowledge

Management Scorecard.

3) Aspek Praktis, memberikan kontribusi pada praktisi Koperasi Susu di Indonesia dalam upaya meningkatkan kinerja organisasi, terutama untuk meningkatkan kinerja inovasi dalam rangka mencapai keunggulan bersaing.

4) Referensi bagi peneliti berikutnya terutama untuk pengembangan konsep penciptaan pengetahuan dalam strategi organisasi.

(5)

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1) Manajemen koperasi yang dimaksud adalah manajemen bisnis yang dilakukan koperasi. Manajemen kelembagaan koperasi tidak termasuk dalam ruang lingkup kajian.

2) Skala usaha adalah Koperasi Persusuan yang merupakan koperasi primer.

3) Unit analisis adalah individu responden yang berasal dari peternak dan pengurus koperasi yang menjadi peternak.

4) Data yang diambil merupakan data cross sectional.

1.5 Deskripsi Kebaruan (Novelty)

Penelitian ini memiliki signifikansi untuk dilakukan karena terdapat kebaruan yang ditawarkan, yaitu mengkonfirmasi peran penting pengetahuan sebagai landasan kinerja inovasi Koperasi Susu di Indonesia yang dalam jangka panjang menjadi sumber keunggulan bersaingnya. Dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya dapat diidentifikasi perbedaannya terutama terkait dengan pendekatan yang digunakan, obyek yang diteliti dan tipe data yang dikumpulkan.

Penelitian ini mengadopsi model yang dikemukakan Nonaka dan Takeuchi (1995) tentang proses penciptaan pengetahuan perusahaan yang dinamakan model SECI (socialization, externalization, combination dan internalization). Model SECI tersebut dihasilkan dari penelitian dengan paradigma penelitian mendalam (naturalistic inquiry), sedangkan penelitian ini. Nonaka dan Takeuchi telah melakukan penelitian sejumlah perusahaan dengan cara yang intensif atau mendalam. Data yang dikumpulkan merupakan data kualitatif dan bersifat longitudinal. Di sisi lain, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data skala ordinal dan bersifat cross sectional, yaitu sekali pengambilan data karena keterbatasan dana dan waktu pelaksanaan penelitian.

Penelitian ini berbeda dengan yang dilakukan Susatyo-Munir (2004) tentang “Model Kreasi Pengetahuan di Perusahaan: Kajian pada Perusahaan Kosmetik Modern di Indonesia”. Penelitian Susatyo-Munir (2004) dimaksudkan

(6)

mengkonfirmasi teori dan model yang dikembangkan Soo et al. (2002b). Selain itu, terdapat perbedaan karakteristik obyek penelitian. Obyek penelitian Susatyo-Munir (2004) merupakan perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri kosmetik yang tergolong industri produk hilir dan sebagian merupakan perusahaan multinasional, sedangkan obyek penelitian ini adalah koperasi susu yang tergolong industri bahan baku dan kepemilikan sepenuhnya oleh anggota koperasi.

Kebaruan yang dihasilkan dari penelitian ini adalah:

1) Desain model penciptaan pengetahuan (knowledge creation) yang dikenal sebagai model konversi pengetahuan/ model SECI (Nonaka & Takeuchi 1995) yang diintegrasikan dengan konsep aset pengetahuan (Nonaka et al. 2000) dan model penciptaan pengetahuan organisasi (Soo et al. 2002). 2) Pemodelan Sistem Pakar Knowledge Management Scorecard

(KM-Scorecard) untuk Koperasi Susu di Indonesia dengan pendekatan Balanced

Referensi

Dokumen terkait

 Inflasi Kota Bengkulu bulan Juni 2017 terjadi pada semua kelompok pengeluaran, di mana kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan mengalami Inflasi

Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam dengan menggunakan teknik send a problem di

Untuk menentukan adanya perbedaan antar perlakuan digunakan uji F, selanjutnya beda nyata antar sampel ditentukan dengan Duncan’s Multiples Range Test (DMRT).

Jika tidak ada pemberitahuan tersebut, maka dianggaplah bahwa sewa itu diperpanjang untuk waktu yang sama; dan (2) Pengaturan batas waktu hak sewa atas tanah Hak Milik bagi

Konsekuensi yang diharapkan klien dapat memeriksa kembali tujuan yang diharapkan dengan melihat cara-cara penyelesaian masalah yang baru dan memulai cara baru untuk bergerak maju

Menentukan bobot latihan setiap jenis keterampilan berdasarkan hasil analisis terhadap respons yang muncul dan tingkat kesulitan yang dialami mahasiswa dalam mempraktikkan

Implementasi untuk sistem pengukuran demikian dapat dilakukan cukup dengan mempergunakan dua mikrokontroler, yaitu satu master I2C yang melakukan pengukuran dosis radiasi

Motivasi belajar siswa sangat penting dalam pembelajaran, sebab pengetahuan, keterampilan, dan sikap tidak dapat ditransfer begitu saja tetapi harus siswa sendiri