• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hap;at dischors puku1 10.23 Dibuka kc~mb@li pukul 10.25

Dalam dokumen BIDANG ARSIP DAN MUSEUM (Halaman 35-43)

Sidang

D~wRn y8ng

kRrni

hormati, mak~ sch~rs

di

te~pat

kami buk;:a

k~~

mb;::;li.

Saud.ar8

s~k~liRn, sebag~irr.ana tad~

telah

ditnnurrl\sn b~hwi!!!

telah m~.suk

:..tnt9ra

l~in

dis;;tmping

meng~nai

APBN

tadi

yaitu Ra£

cangan Undane;-undang tent;;;n;::, K~dudul-\7-1D Pr®ta>k(7)l~r PejAbRt

N('g£!_

r~ dan PejQbat Pemerintah.

D~la~ hal ini sesu2i dengRn n0t~ Am~nat Saud8r~ Presid~n b8hw~

y2ng mewRkili PemerintBh ~dqlah yBng t~rhermgt S2ud~r~ M~nt~ri Negar~ Pendayagun89n Apar8tur N~g~ra y8ng sek8rsng t~lPh h~r~­

da di tengah-t~ng~h kita.

Unt-:1k rnempersingk;?.t w~ktu, kami 8kan merrpersil~kan

S<?ud8-r~

Menteri

Neg8r8 Pendayagun~~n

Aparatur

Neg~ra

untuk

menya~

-paik2n

ket~ranganny~.

M-sNTSP_I ••••••

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

38

-t'lENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APAH.ATUH NEGAHA (DH. SALEH AFIF):

Assalamrnu'alaikurn warahmattullahi wabarakatuh.

Saudara Pimpinan dan para An~gota Dewan Perwakilan Rakyat yang ter-hormat.

Pertama-tama perkenankan kami pada. kesempatan yang berbahagia ini yang masih diliputi oleh suasana lebaran, menyampaikan selarnat Idul Fitri seraya mengucapkan Minal Aidin Walfaidzin, serta mohon maaf lahir dan bathin. Semoga 1\lla.ll SWf senantiasa melimpahkan Taufik dan HidayahNya kepada bangsa Indonesia, dan terus memberikan kekuatan kepada ki ta untuk membangun negara dan bangsa.

Dalam kesempatan ini pula kami ingin mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada Pemerintah untuk menyampaikan Rancangan Undang-Undang yang berkai tan dengan kegiatan keprotokolan, khususnya me-nyangkut tata upacara kenegaraan dan tata upacara resmi lainnya. Rancang-an UndRancang-ang-UndRancang-ang yRancang-ang kami maksudkRancang-an adalah RRancang-ancRancang-ang?n UndRancang-ang-UndRancang-ang tentang Protokol yang telah disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat dengan amanat Presiden nomor R.06/PU/VI/1987 tanggal 5 Juni 1987.

Sid@ng ....

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

39

-Sidang Dewan yang kami hormati,

Adapun yang dimaksudkan dengan protokol dalam Rancangan Undang-Un-dang ini adalah serangkaian aturan mengenai penghormatan kepada seseorang sehubtingan dengan kedudukan a tau jabatan dalam negara, pemerintahan a tau masyarakat, khususnya dalam acara kenegaraan ataupun acara resmi lainnya, yang meliputi aturan mengenai urutan tata-tempat) tata upacara, tata penghormatan, dan lain-lainnya. Dengan demikian pengaturan kegiatan ke-protokolan tidak dapat terlepas dari nilai sosial dan budaya bangsa kita dan juga tidak dapat terlepas dari praktek-praktek yang berkembang, baik dalarn lingkup nasional maupun internasional.

Pengaturan mengenai masalah protokol yang ada dinegara kita sampai sekarang ini memang tumbuh dan berkernbang berdasarkan norma dan praktek yang dapat diterima oleh nilai-nilai sosial dan budaya bangsa Indonesia, dengan mernperhatikan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dikalangan interna-sional ~ Norma dan praktek keprotokolan tersebut akan berkembang terus sejalan dengan perubahan dan perkembangan pandangan kita terhadap nilai-nilai sosial dan budaya i ti1 sendirL. Semen tara i tu pengaturan masalah protokol ini memerlukan pula penyesuaian dengan waktu dan keadaan, misal-1 nya dalam hal ada tamu negara yang memiliki aturan sendiri di bidang pro-tokol yang berlainan dengan tata cara yang lazim dikalangan kita.

Saudara Pimpinan dan Anggota Dewan yang terhormat.

Selanjutnya untuk sekedar memperoleh gambaran mengenai perkembangan pengaturan masalah protokol teFsebut dinegara ki ta, perkenankan kami se-cara singkat meninjau perkembangan peraturan perundang-undangan yang pernah dikeluarkan yang menyangkut masalah protokol. Pada tahun 1958 telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1958 tentang Per-aturan Tata Tempat. Dalam PerPer-aturan Pemerintah tersebut yang diatur

~dBlah ••••

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

ada1ah terbatas mengenai tata-tempat (preseance). Selanjutnya dengan Per-aturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1968 dicabutlah PerPer-aturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1958 tersebut beserta sega1a peraturan pelaksanaannya.

Sesudah itu, kemudian dikeluarkan Keputusan Presiden Nomor 265 Tahun 1968 tentang Peraturan Tata-Tempat bagi Pejabat-pejabat Negara Sipil/Mi1i ter pada Upacara-upacara Kenegaraan/Pertemuan-pertemuan Resmi juga disini yang diatur ada1ah mengenai tata-tempat (preseance) bagi Pejabat-Pejabat Negara. Tata-urutan tata tempat dalam Keputusan Presiden ini dituangkan dalam 4 kategori yaitu :

A. 1. Presiden;

2. Ketua MPR;

3. Ketua DPR;

4. Ketua Mahkamah Agung ;

s.

Ketua Dewan Pertimbangan Agung;

6.

Ketua Badan Pemeriksa Keuangan.

B. 1. Para Menteri Negara, para Wakil Ketua MPR, DPR, Mahkamah Agung, Dewan Pertimbangan Agung, Badan Pemeriksa Keuangan, Jaksa Agung, para Duta Besar RI, Sekretaris Negara, Ketua Bappenas dan Gubernur Bank Sentra1;

2. Para Pang1ima Angkatan, Kas Hankam dan Wakil-wakil Panglima Ang-katan;

3. Ketua Muspida Jaya dan Gubernur DKI Jakarta.

C. 1. Para Anggota MPR, DPR, DPA, BPK, Hakim Anggota Mahkamah Agung;

2. Para Kepala/Ketua/Direktur Lembaga Pemerintah Non-Departemen 1ain-nya yang tidak tersebut pada huruf B, para Sekretaris di 1ingkung-an Sekretariat Negara, pada Sekretaris Jenderal, Direktur Jen-dera1 dan Inspektur Jenderal Departemen, para Asisten Pribadi Presiden, para Deputy Ketua Bappenas, para Gubernur Pengganti Bank Sentral, para Deputy Jaksa Agung, Sekretaris Umum MPR/DPR/DPA/BPK dan Panitera Mahkamah Agung;

~

p~~~---BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

- lt-

1

-3. Para Deputy dan Irjen Hankam, Gubernur Lemhannas, Danjen AKABRI, para Pangko Utama Hankam, Deputy dan Irjen Panglima Angkatan dan para Anggota MUspida Jaya, para Asisten Hankam dan Angkatan, PANG-KOSTRAD, PANGKOARSAM, dan PANGKOOPS;

4. Pejabat-pejabat Negara Sipil dan Mili ter DepartemeniLembaga lembaga Negara berpangkat IVId keatas dan para Perwira Tinggi Angkatan Bersenjata RI.

D. Pejabat-pejabat Negara Sipil dan Militer DepartemeniLembaga-lembaga Negara berpangka t IV I a sampai dengan IV I c dan para Perwi ra Menengah ABRI.

Diluar Keputusan Presiden tersebut diatas, ada Keputusan Presiden lain, yang tidak langsung memuat pengaturan keprotokolan tetapi menyang-kut pemberian tugas kepada Kepala Direktorat Protokol Departemen Luar Negeri untuk menjabat sebagai Koordinator Protokol Negara disamping tugas jabatannya yang ada, sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Presiden No.

32 Tahun 1971. Sedangkan Keputusan Presiden No. 38 Tahun 1970 menetapkan mengenai Pernbentukan Pani tia Interdep Penyiapan Rancangan Peraturan Pe-merintah ten tang Pre seance dan Attribut Kepresidenan. Disamping i tu ada satu surat edaran yang dikeluarkan oleh Sekretariat Negara yai tu Surat Nomor : K.749ISEKNEGI 1211971 tanggal 29 Desember 1971, khusus mengenai ketentuan penggunaan VIP Room Airport Kemayoran, dimana di tentukan bah\ya yang berhak menggunakan VIP Room tersebut antara lain sebagai berikut : 1. Presiden;

2. Para Menteri Kabinet Pembangunan;

3. Para Duta Besar, baik Duta Besar Asing yang berada di Indonesia, mau-pun Duta Besar RI yang berada di luar negeri;

4. Para Pejabat Tinggi SipiliMiliter setingkat Menteri;

5. Para Ketua/Wakil Ketua MPR, DPR, MA, DPA, BPK dan Lembaga Pemerintah•

non Departemen;

6. Para Perwira Tinggi ABRI yang berpangkat Letnan Jenderal keatas;

D·~ri ••••

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

,)

lt2

-Dari uraian diatas nampak bahwa peraturan yang ada dewasa ini pada dasarnya mengatur mengenai tata-urutan tata-tempat (preseance) bagi Peja-bat-pejabat Negara tertentu. Dalam pada i tu ki ta menyadari bahwa sesuai dengan perkembangan dalam praktek dan perkembangan nilai-nilai sosial dan budaya bangsa sebagaimana diuraikan diatas, lingkup pengaturan masalah protokol adalah lebih luas daripada hanya masalah tata-tempat.

Saudara Pimpinan dan para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang ter-hormat.

Mungkin dapat timbul pertanyaan mengapa rnasalah protokol i tu perlu diatur dengan Undang-undang.

Sebagaimana Saudara Pimpinan dan para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang terhormat telah mengetahuinya, bahwa dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor : III/MPR/1978 tentang Kedudukan dan Hubung-an Tata Kerja Lembaga Tertinggi Negara DengHubung-an/Atau Antar Lembaga-lembaga Tinggi Negara, da1am Pasal 13 ditegaskan, bahwa hak keuangan/administra-tif dan kedudukan protoko1 dari Pimpinan/Anggota Lembaga Tertinggi Negara dan/atau Lembaga Tinggi Negara diatur dengan Undang-undang.

Sebagai pelaksanaan dari Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor : III/MPR/1978 tersebut, berturut-turut telah diundangkan

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1978 tentang Hak Ke-uangan/Administratif Presiden dan Wakil Presiden Serta Bekas Presiden dan Bekas Wakil Presiden Republik Indonesia.

2. Undang-undang Repub1ik Indonesia Nomor 12 Tahun 1980 tentang Hak Ke-uangan/Administratif Pimpinan dan Anggota Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara Serta Bekas Pimpinan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara dan Bekas Anggota Lembaga Tinggi Negara.

Sekarang tibalah saatnya bagi kita untuk membicarakan tentang Kedu-dukan Protokol yang memang penting dan diperlukan.

.,,

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

h3

-Pen-·t&M aka dik.eaukaku

baiMa

ada dull hal

reaa

~rlu d.i \~ ....

aaKM. ya1tu 8erileMi janpauu daripada isi ·~ lkrJa..'\;-~Ml~

terMbut. Yiial jflla telah dikeaui..ak.an pade kc.jelasoa· .,..,._ R.at~~•n

ltndanl-tlad.lrlt

ttmtQI Prototcl.

,.rtMB,

Jtaoc.anaan ~~ .ift.!

tid&& huya Mf)Satul" hal-bal 1MI lwznif&t ~ak.uu. tet)ta-: :st.atutt dan

t~.idultan

.-.ta-ata.

Lebih dari it-u. P~an t~··Und~'S i~i ;•~-, JU~bu llal ... laal YMI sifatD.y• lebih 8e'Adal•, yaitu •sal&h ~~ri~l

perl.tuu dal•

u.rutu

tata

te~~pat

dalaa suatu acara.

•UJJlM ~1• -~·rti

vpaca·ra.

1&QI

sesuai dec•

~ da Mrtabat ja&atu.

Yuc

ket.lua,

Msalah protokol peda. akltimya tidlik h&nya diperla'Ubll bqi PtapiMC dan ADaota

u.baaa TertiDQi/Tiaat

NeJ.ora saja. Dalam

p·rakt'*

M l . . in.i bGDyak

Pejatt.t Neaara lain

YJU'II

bukan

PiiPpl~ ~UH

Lellbac• Teniouitrinai Heaan

p&4a

k.eayataamya juaa . . , , .. lllibn per-l.J·

tJJaD

dibidan&

ini.

D&laa kerqu

f*llertlu

ini yana dieab:;d dctta~'

Pej&bat Mqara ldalab sebalaiil&ll& di~ dal•

Undana ...

L~ Ncaor 8

tma.m

1974 dan Peraturan perund&na-~.an lainnya. HiazB,'l

sat

:ini ~,.,

~~ itu adalah PresidArm; letua; Vakil Xetua; ~ Anuota IA~$4 'fer·-tingi!rirai

KeJara; terusuk

letua 1lb1a dan Hak.i•

AiW"-1

pada M».hlt·~

Artma;

Mettteri Nesara; lepela Pentak.ilan ll di luar

oeaeri

Y~n& bedJtGA ...

duban seba&ai ~ta lesar L\ar Biasa dan lerk.ua.s.a Pewb~ ~~rnur da~·,

Wail

Gubensur

lepala n.eran Tinekat I; Bupati/Walikotl. ~ya, rtaki1

~ti/Wali.kotlllladya lepala Daerah Tingk.at II dan Pejablt lain YMI d.i·

teta;;brA 4eQtall

peraturan perundanc-\Dd.anaan.

1lcoik.ian pula halnya Pejabat ... pejabat '-trintah

ranc

w.~l

j•tan tertentu. Denaan

....,matlkan keayataan

tersebutfl

Mta liDitup

•teri laftcu&an UDdana·Unduc ini selain _..atur pro·tokol

bagi

Piapiun

dart Mgota

labal• ·

Tert1aa1/TiftQ1 Neaara, dlperluas pula b&ti Pejablt

Kea•ra

lai~Dya daa Pejab&t ~riatah

r-.

~~ j_..tM

tertatu.

. . . .

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

-

~-4

-protokol l~lh ats•&CU uped11 •~atlli.h

penat!tura t•u

t~t (9l..-·~i~~ft)

~- 11~ ,_.eturu mHl&.fi prot-.ol ~~ r~ li~ ·t~~s

M tDJa~~~...at·ll bU. teftt&}a di~ HC&n. !'AderitaM 4t& ~ ~~~t

teteatuta•Utatuaa pc.*ok, sehillf.&& deQpn delllikiatt dapat t.ertaMa d&l~•

wktu,.. nlatif 1 . .

de tidak

l.Us

UM~

dltel&a oleb perulahac *-•

..s...

Rincian ••••

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

tu]uan dar 1 Uewan Perwak tlan Rakyat yang tf"rhonaat untuk ~huOt.1angtt~tn ~\;:"~ ...

larE-na rincian peolaksanaan Unda.ng-undang protokol dituangkan tiaJa:::

Pt1>raturan P.-..-rtntah, uk.a penyE"mpurnaan Japat J~ngan 5~ger~ ~H lakt.•ir.an apab1la diperlukan se~uai d~ngcln pt"rkeuahangan dan tutltut an kf'.ad.aa.n.

Saudar4t P1mpinan dan Anggota I>Pwan yang tt~!rhormat.

Ran<.:angan Undang-Undang tnt t~rdiri •iari 41~mrat} Stab vaitu :

agar k 1 ta ~~mua 111empun,·a t ~ng~rt l an -.·c~ng ~ama ten tang i .st i lah ~ang

Dalam dokumen BIDANG ARSIP DAN MUSEUM (Halaman 35-43)

Dokumen terkait