• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV METODE PENELITIAN

4.6. Penentuan Harga Bayangan Input dan Output

4.6.2. Harga Bayangan Input

Perhitungan harga bayangan sarana produksi pertanian dan peralatan yang tradeable sama dengan perhitungan harga bayangan output, yaitu dengan menggunakan harga perbatasan (border price), yaitu untuk komoditas ekspor digunakan harga FOB (free on board) dan untuk komoditas impor digunakan sebagai harga perbatasan yaitu harga CIF (cost insurance freight). Sedangkan perhitungan harga bayangan saprotan dan peralatan yang non tradeable digunakan harga domestik setelah mengeluarkan beberapa faktor domestik.

a. Harga Bayangan Bibit Jeruk Siam

Penggunaan bibit dalam penelitian ini dibedakan menjadi bibit yang berasal dari penangkaran yang berada di Kecamatan Karangpawitan dan bibit yang menggunakan batang bawah sendiri. Berdasarkan hal tersebut, penentuan harga bayangan untuk bibit jeruk siam didasarkan pada harga yang ada di pasar

2

Duniacyber Freebies Article. Contoh Perhitungan Bea Masuk dan Pajak Dalam Rangka Impor

dan Impor Sementara. http://www.duniacyber.com/freebies/planning/contoh-perhitungan-bea- masuk-dan-pajak-dalam-rangka-impor-dan-impor-sementara/. [Diakses pada tanggal 17 Juli 2011]

tempat penelitian. Dilain pihak hal ini juga disebabkan dengan pertimbangan tidak ada kebijakan pemerintah yang mengatur produksi bibit tanaman tersebut secara langsung.

b. Harga Bayangan Pupuk Anorganik

Pupuk anorganik yang digunakan dalam usahatani jeruk siam di lokasi penelitian terdiri dari beberapa jenis pupuk, diantaranya adalah pupuk urea, TSP/SP-36, KCL, ZA, dan ZK. Penentuan harga bayangan pupuk anorganik didasarkan pada pendekatan harga internasional. Hal ini dikarenakan masing- masing pupuk tersebut mengandung subsidi dari pemerintah, sedangkan besarnya subsidi tersebut tidak diketahui.

i. Pupuk Urea

Perhitungan harga bayangan Pupuk Urea pada penelitian ini menggunakan harga paritas ekspor. Hal ini disebabkan indonesia telah mampu mengekspor Urea ke negara lain. Pupuk Urea merupakan pupuk yang mendapat subsidi dari pemerintah, dengan bentuk subsidi berdasarkan harga gas, dimana besarnya subsidi adalah harga gas yang sesuai dengan kontrak dikurangi harga gas yang menjadi beban produsen pupuk, kemudian dikalikan dengan volume pemanfaatan gas3. Namun sulitnya mencari informasi mengenai besarnya subsidi yang diberikan menyebabkan penentuan harga bayangan pupuk urea berdasarkan harga FOB urea rata-rata di Black Sea pada tahun 2010, yakni sebesar 288,60 US Dollar per Ton4. Nilai yang didapat kemudian ditambahkan dengan biaya pengapalan dan asuransi sebesar 15% dari harga FOB, sehingga didapatkan nilai CIF Indonesia sebesar 331,89 US Dollar. Selanjutnya nilai ini dikalikan dengan nilai tukar bayangan pada tahun 2010 sebesar Rp 9.062,12 per US Dollar dan dikurangi dengan biaya tranportasi dan handling dari pelabuhan hingga ke desa. Sehingga

3

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 356/KMK.06/2003. Tata Cara Penghitungan dan Pembayaran Subsidi Pupuk.

http://www.depdag.go.id/files/regulasi/2003/08/KMK_356_03.htm. [Diakses pada tanggal 17 Juli 2011]

4

berdasarkan perhitungan tersebut didapat harga bayangan pupuk urea di tingkat petani adalah sebesar Rp 2.742,25 per kilogram.

ii. Pupuk SP-36

Berdasarkan keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia tahun 2003 mengenai Penghitungan dan Pembayaran Subsidi Pupuk, besaran subsidi pupuk non urea dihitung berdasarkan Harga Pembelian Pemerintah dikurangi Harga Eceran Tertinggi dikalikan Volume Penyaluran Pupuk. Namun, informasi mengenai besarnya subsidi harga tersebut sulit diperoleh, sehingga penentuan harga bayangan pupuk SP-36 dalam penelitian ini didasarkan pada harga FOB rata-rata TSP pada tahun 2010 di Tunisia, yakni sebesar 381,9 US Dollar per Ton5. Nilai tersebut kemudian ditambah dengan biaya pengapalan dan asuransi, sehingga harga CIF di Indonesia didapatkan sebesar 439,19 US Dollar per Ton. Kemudian nilai tersebut dikalikan dengan SER tahun 2010 sebesar Rp 9.062,12 per US Dollar dan ditambah dengan biaya penanganan dari tingkat provinsi hingga ke tingkat desa. Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan harga bayangan pupuk SP-36 di tingkat petani adalah sebesar Rp 4.214,32 per kilogram.

iii. Pupuk KCL

Sejak tahun 2003 pemerintah menerapkan subsidi untuk pupuk non urea seperti KCL, namun informasi mengenai subsidi harga tersebut juga sulit diperoleh sehingga penentuan harga bayangan untuk pupuk KCL berdasarkan pada harga FOB rata-rata Potassium Chloride di Vancouver pada tahun 2010, yakni sebesar 331,9 US Dollar per Ton6. Nilai tersebut kemudian ditambah dengan biaya pengapalan dan asuransi sehingga didapatkan harga CIF di Indonesia sebesar 381,69 US Dollar per Ton. Selanjutnya nilai tersebut dikalikan dengan nilai SER pada tahun 2010, yakni sebesar Rp 9.062,12 per US Dollar dan ditambah dengan biaya penanganan dan transportasi dari provinsi hingga ke tingkat desa. Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan harga bayangan pupuk KCL di tingkat petani adalah sebesar Rp 3.682,30 per kilogram.

5

World Bank. op.cit. Hal 2. 6

iv. Pupuk ZA

Penentuan harga bayangan pupuk ZA didasarkan pada harga FOB

Ammonium Sulphate di China, yakni sebesar 180 US Dollar per Ton7. Nilai tersebut kemudian ditambah dengan biaya pengapalan dan asuransi, sehingga didapatkan harga CIF di Indonesia sebesar 198,00 US Dollar per Ton. Selanjutnya nilai tersebut dikalikan dengan SER pada tahun 2010 yakni sebesar Rp 9.062,12 per US Dollar. Nilai tersebut selanjutnya ditambah dengan biaya penanganan dan transportasi dari tingkat provinsi hingga tingkat desa. Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan harga bayangan pupuk ZA di tingkat petani adalah sebesar Rp 1.989,17 per kilogram.

v. Pupuk ZK

Penentuan harga bayangan pupuk ZK didasarkan pada harga FOB

Potassium Sulphate di Lousiana, yakni sebesar 510 US Dollar per Ton8. Nilai tersebut kemudian ditambah dengan biaya pengapalan dan asuransi, sehingga didapatkan harga CIF di Indonesia sebesar 586,50 US Dollar per Ton. Selanjutnya nilai tersebut dikalikan dengan SER pada tahun 2010 yakni sebesar Rp 9.062,12 per US Dollar. Nilai tersebut selanjutnya ditambah dengan biaya penanganan dan transportasi dari tingkat provinsi hingga tingkat desa. Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan harga bayangan pupuk ZK di tingkat petani adalah sebesar Rp 5.538,36 per kilogram.

c. Harga Bayangan Pupuk Organik

Pupuk organik yang biasa digunakan dalam usahatani jeruk siam di lokasi penelitian adalah pupuk kandang. Harga bayangan pupuk organik ditentukan berdasarkan harga pasar dengan pertimbangan bahwa tidak adanya intervensi

7

Jiaocheng Sanxi Chemical Co., Ltd.. Ammonium Sulphate.

http://www.alibaba.com/product-gs/226928046/Ammonium_sulfate.html [Diakses pada tanggal 17 Juli 2011].

8

ForFarmers. Potassium Sulphate Potassic Lousiana.

http://www.forfarmers.com/supply/p/Potassium-Sulfate-Potassic.htm [Diakses pada tanggal 17 Juli 2011].

pemerintah terhadap pupuk tersebut secara langsung. Harga banyangan pupuk organik di lokasi penelitian sama dengan harga aktualnya, untuk Desa Sukarasa sebesar Rp 129,13 per kilogram, sedangkan Desa Cintaasih sebesar Rp 123,60 per kilogram.

d. Harga Bayangan Pestisida

Penentuan harga bayangan pestisida dalam penelitian ini didasarkan pada rata-rata harga yang ada di pasar tempat penelitian. Hal ini didasarkan pada perdagangan pestisida yang telah diserahkan ke pasar atau tidak adanya intervensi pemerintah dalam hal ini subsidi untuk pestisida telah dicabut, dilain pihak data mengenai harga pada tingkat internasional sulit didapat.

e. Harga Bayangan Peralatan

Peralatan kebun yang digunakan dalam budidaya jeruk siam di lokasi terdiri dari power sprayer, hand sprayer, cangkul, parang, garpu tanah, arit, gunting stek, golok, linggis, pagar pengaman, serta bahan bakar. Harga bayangan untuk peralatan didasarkan pada harga pasar. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan tidak ada kebijakan pemerintah yang mengatur secara langsung, sehingga distorsi pasar yang terjadi amat kecil atau pasar mendekati persaingan sempurna.

f. Harga Bayangan Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang digunakan dalam budidaya jeruk siam di lokasi penelitian umumnya adalah tenaga kerja pria dan wanita tidak terdidik. Bila pasar tenaga kerja bersaing sempurna, maka tingkat upah yang berlaku mencerminkan nilai produk marginalnya (Gittinger, 1986) hal ini tidak berlaku untuk sektor pertanian karena tingkat upah di pedesaan cenderung lebih tinggi sehingga tidak mencerminkan nilai produk marginalnya. Pada penelitian ini penentuan harga bayangan tenaga kerja mengacu pada penilitian Septiyorni (2009) yang menyatakan bahwa jika terdapat pengangguran disuatu tempat maka harga bayngan tenaga kerjanya sama dengan nol. Hal ini dikarenakan opportunity cost

Penentuan upah bayangan tenaga kerja yang dilakukan oleh Septiyorni (2009) secara umum didasarkan pada formulasi sebagai berikut :

HB Upah TK = (100%-%Pengangguran) x HA Upah TK Dimana,

HB = Harga Bayangan HA = Harga Aktual

Berdasarkan data yang diperoleh jumlah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada tempat penelitian (Kabupaten Garut) mencapai 9,15 persen, sehingga harga bayangan upah tenaga kerja tidak terdidik di lokasi penelitian sebesar 90,85 persen dari upah finansialnya9.

g. Harga Bayangan Lahan

Lahan merupakan faktor produksi utama yang termasuk ke dalam input faktor domestic. Menurut Gittinger (1986), bahwa menentukan harga sosial/bayangan lahan adalah dengan memakai nilai sewa yang diperhitungkan setiap musim, sedangkan menurut Monke and Pearson (1989), menentukan harga sosial/bayangan lahan berdasarkan pendapatan dari tanah untuk tanaman alternatif terbaik. Dalam penelitian ini, penelitian harga sosial/bayangan lahan mengacu pada Gittinger (1986), yaitu dengan memakai nilai sewa yang diperhitungkan setiap musim di masing-masing tempat penelitian. Besarnya nilai sewa lahan di lokasi berdasarkan pada lokasi lahan dan ada tidaknya akses infrastruktur. Besarnya biaya sewa lahan per hektar di lokasi penelitian rat-rata sebesar Rp 4.200.000,00 per tahun.

h. Harga Bayangan Modal

Analisis PAM mengklasifikasikan biaya modal kedalam dua kategori, yaitu modal kerja dan modal investasi. Modal investasi merupakan pengeluaran atas aset yang memberikan kegunaan dan manfaat (benefit) dalam periode yang panjang atau lebih dari satu tahun. Sedangkan modal kerja adalah biaya tunai yang harus dibayar petani seperti upah tenaga kerja, pembelian input dalam kurun

9

http://lintasjabar.com/pendidikan/h-aceng-hm-fikri-%E2%80%9Ctingkat-pengangguran-terbuka- 915-dari-angkatan-kerja%E2%80%9D/ [diakses pada tanggal 15 juni 2011]

waktu satu tahun. Tingkat suku bunga modal diperlukan dalam menghitung biaya tunai yang dikeluarkan pada proses usahatani mulai tanam sampai pra panen (Pearson et al. 2004).

Hasil pengamatan di lokasi penelitian menunjukkan bahwa seluruh modal yang digunakan dalam kegiatan usahatani jeruk siam berasal dari modal pribadi. Sehingga, penentuan tingkat suku modal privat dalam penelitian ini berdasarkan tingkat suku bunga deposito di bank yang terletak di lokasi penelitian, dalam hal ini adalah Bank BRI dimana memiliki tingkat suku bunga deposito sebesar enam persen per tahun.

i. Harga Bayangan Nilai Tukar

Menetapkan nilai tukar Rupiah dilakukan dengan berdasarkan atas perkembangan nilai tukar mata uang asing acuan yakni US Dollar pada tahun 2010. Gittinger (1986) berdasarkan Squire Van de Tak merumuskan formula dalam menentukan harga bayangan nilai tukar mata uang, yakni :

Keterangan :

SER : Nilai Tukar Bayangan (Rp/US$)

OER : Nilai Tukar Resmi (Rp/US$)

SCF : Faktor Konversi Standar

Nilai faktor konversi standar menurut Rosegrant (1987), diacu dalam Nuryanti (2010) merupakan rasio dari nilai impor dan ekspor ditambah pajaknya dapat ditentukan sebagai berikut :

Keterangan :

SCFt : Faktor Konversi Standar untuk tahun ke-t

Xt : Nilai Ekspor Indonesia untuk tahun ke-t (Rp)

Mt : Nilai Impor Indonesia untuk tahun ke-t (Rp)

Txt : Penerimaan Pemerintah dari pajak ekspor untuk tahun ke-t (Rp)

Tmt : Penerimaan Pemerintah dari pajak impor untuk tahun ke-t (Rp)

Nilai ekspor Indonesia untuk tahun 2010 (Xt) adalah sebesar Rp 1.423.505.611.378.260,00, nilai impor Indonesia untuk tahun 2010 (Mt) sebesar Rp 1.223.973.529.150.210,00, penerimaan pemerintah dari pajak ekspor (Txt)

untuk tahun 2010 sebesar Rp 8.030.000.000.000,0010 ,dan penerimaan pemerintah dari pajak impor (Tmt) untuk tahun 2010 adalah sebesar Rp 19.760.000.000.000,0011 Nilai tukar resmi rata-rata mata uang Rupiah terhadap US Dollar pada tahun 2010 adalah sebesar Rp 9.022,14. Berdasarkan data tersebut dan perhitungan dengan menggunakan metode Squire Van de Tak dapat diketahui nilai tukar bayangan mata uang Rupiah terhadap US Dollar (SER) adalah sebesar Rp 9.062,12

Dokumen terkait