1. DASAR-DASAR SISTIM PROTEKSI
1.13 Harga-Harga Per Unit Dan Persen
Trip Trip
-52a TC 52b PMT Rangkaian TCS 1 Rangkaian TCS 2 Tahanan drop Rele Numerisd). Rangkaian Trip Circuit Pada Rele Numeris Yang Sudah Dilengkapi Dengan Rangkaian Penjaga (TCS)
Gambar 1.11: Supervisi Rangkaian Tripping
1.13 HARGA-HARGA PER UNIT DAN PERSEN
1.13.1 Pendahuluan
Pada umumya suatu sistim tenaga listrik terdiri atas interkoneksi beberapa subsistim jaringan dengan level tegangan yang satu sama lain berbeda-beda. Jarang ditemukan suatu sistim tenaga listrik yang hanya terdiri dari satu level tegangan kecuali sistim-sistim kecil yang berdiri sendiri untuk daerah pelayanan yang terbatas. Di Indonesia khususnya di Jawa, Madura dan Bali sistim kelistrikan sudah saling ter-interkoneksi satu sama lain dan beroperasi pada dua jenis tegangan transmisi yaitu 150 kV dan 500 kV dan pada beberapa daerah tertentu masih ada subtransmisi bertegangan 70 kV. Sementara tegangan Generator juga bervariasi sesuai dengan jenis dan kapasitasnya. Meskipun tidak ada standar khusus yang mengatur tegangan keluaran generator namun pada umumya tegangan generator di Jawa-Madura dan Bali antara lain mulai dari 6.6, 11 sampai 24 kV. Tegangan distribusi biasanya 20 kV, sedang tegangan distribusi 6.6 atau 30 kV yang dulu sempat digunakan pada berbagai daerah sudah ditinggalkan. Untuk mempermudah perhitungan-perhitungan dalam sistim tenaga listrik, sering besar tegangan, arus, daya dalam kilovolt-amper, nilai impedansi dalam
ohm, fluks dan besaran listrik lainnya dinyatakan dalam satuan per unit atau dalam persen. Penggunaan harga per unit atau harga dalam persen telah dilakukan secara luas mengingat besaran-besaran per unit atau dalam persen ini sangat memudahkan dan menyederhanakan perhitungan-perhitungan terutama pada sistim yang berbeda-beda level tegangannya maupun kesulitan-kesulitan karena berbagai ukuran sistim-sistim mulai dari pembangkit hingga tansmisi daya.
Uraian satuan per-unit atau dalam persen yang akan kita tinjau adalah yang berlaku pada sistim tenaga listrik tiga fasa yang seimbang. Ini berarti bahwa magnitude sumber-sumber tegangan fasa adalah identik dan tergeser satu dengan lainnya sebesar masing-masing 1200 dan impedansi sistim tiga fasa adalah identik satu sama lain baik dalam besaran atau magnitude dan sudut fasanya.
1.13.2 Definisi Satuan Per Unit Dan Persen
Sebagaimana telah disebut diatas bahwa dalam sistim tenaga listrik, besaran-besaran tegangan, arus, daya KVA, impedansi dan sebagainya sering dinyatakan dalam harga persen atau per unit. Sebagai contoh bila misalnya tegangan 150 kV dipilih sebagai tegangan dasar maka tegangan 135 kV, 115 kV, 70 kV, 275 kV dan 500 kV berturut-turut akan menjadi 0.9, 0.77, 0.467, 1.83 dan 3.33 per unit atau dalam persen berturut-turut menjadi 90, 77, 46.7, 183 dan 333 persen. Harga per unit setiap besaran didefenisikan sebagai perbandingan antara harga sebenarnya dengan harga atau nilai dasar. Rasio dalam persen adalah 100 kali harga per unitnya. Kedua satuan ini akan lebih mempermudah perhitungan-perhitungan sistim tenaga listrik dibandingkan dengan menggunakan satua-satuan konvensional seperti amper, ohm atau volt. Satuan per unit khususnya akan lebih menguntungkan dibanding dengan satuan dalam persen khususnya dalam perkalian dua besaran dimana perkalian dua besaran dalam per unit akan tetap mempunyai satuan per unit, sedang perkalian dua besaran dalam persen harus selalu dibagi dengan 100 untuk mempertahankan satuannya tetap dalam persen. Untuk jelasnya satuan per unit dapat dinyatakan sebagai berikut5:
... 1.1 ..… 1.2
Dengan demikian kedua besaran per unit dan persen tidak mempunyai dimensi, sementara itu besaranya aktual, adalah besaran skalar atau besaran kompleks yang dinyatakan sesuai dengan dimensi dan satuan masing seperti volt, amper, watt, ohm dan lain-lain. Nilai dasar dapat dipilih secara bebas tergantung pada besaran yang paling disukai. Besaran volt, amper, volt amper dan impedansi adalah besaran-besaran yang saling berhubungan pada harga dasar sedemikian untuk setiap pemilihan dua harga dasar akan menentukan harga dua besaran lainnya. Bila ditentukan harga dasar tegangan dan arus, maka harga dasar impedansi dan volt-amper dapat ditentukan. Harga dasar impedansi adalah besarnya tegangan jatuh yang sama besarnya dengan tegangan dasar bila arus yang mengalir pada impedansi tersebut sama dengan harga dasar arus. Harga dasar volt-amper pada sistim fasa tunggal adalah hasil perkalian
antara tegangan dasar dengan arus dasar. Biasanya volt-amper dasar dan tegangan dasar dalam kilo-volt adalah besaran-besaran adalah besaran yang dipilih untuk menentukan besaran dasar.
Untuk sistim satu fasa atau tiga fasa dimana istilah arus yang dimaksud adalah arus yang mengalir pada saluran, sedangkan tegangan yang dimaksud adalah harga tegangan fasa ke netral dan daya volt-amper adalah daya per fasa. Rumus-rumus berikut memberikan relasi antara berbagai harga-harga tersebut, sebagai berikut:
... 1.3 ... 1.4 ... 1.5 ... 1.6 ... 1.7 ... 1.8 ...1.9 Tanda-tanda 1ф dan L-N masing-masing menandakan nilai per fasa dan tegangan line ke netral. Penggunaan dan aplikasi rumus-rumus diatas termasuk penggunaan satuan per unit dan persen sistim dalam sistim tiga fasa akan dibahas lagi secara lebih mendalam pada bagian 1.13.4 lebih lanjut.
1.13.3 Keuntungan-Keuntungan Besaran Per Unit Dan Persen
Beberapa keuntungan penggunaan satuan Per Unit dan Persen dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Impedansi ekivalen per unit setiap transformer adalah sama dilihat dari sisi primer maupun sisi sekunder5,8.
2. Impedansi trafo pada sistim tiga fasa adalah sama, tanpa perlu memperhatikan jenis hubungan trafo misalnya pada hubungan Y-Y, delta-wai, wai-delta atau delta-delta.
3. Satuan per unit tidak tergantung pada perubahan tegangan dan pergeesaran sudut fasa karena melalui transformator dan tegangan dasar dalam kumparan adalah sesuai dengan jumlah belitan dalam kumparan.
4. Fabrikan biasanya menentukan impedansi equipment dalam per unit atau persen pada daya dasar (kVA atau MVA) atau tegangan dasar (V atau kV). Sehingga rating impedansi dapat digunakan laungsung bila harga dasar yang digunakan sama dengan harga dasar yang tertera di plat nama perangkat tersebut.
5. Impedansi per unit dari berbagai rating peralatan yang berbeda-beda berada dalam skala yang sempit, sementara pada nilai impedansi aktuannya mereka dapat saling berbeda jauh.
Dengan demikian, bila nilai aktualnya tidak diketahui, maka harga pendekatan yang sesuai dapat ditentukan. Harga-harga tipikal untuk berbagai jenis equipment selalu tersedia yang bisa diperoleh dari berbagai sumber dan buku-buku referensi. Demikian pula kebenaran satuan yang ditentukan dapat diperiksa jika harga-harga tipikalnya diketahui.
6. Dengan menggunakan satuan per unit atau persen maka kebingungan antara daya sistim satu fasa dengan daya sistim tiga fasa akan berkurang. Demikian kesulitan dalam hal konversi antara tegangan kawat-kawat dan tegangan kawat ke netral akan menjadi lebih sederhana.
7. Satuan per unit sangat berguna dalam simulasi analisa sistim steady state dan dalam analisa keadaan transien sistim tenaga.
8. Dalam perhitungan-perhitungan gangguan maupun perhitungan-perhitungan tegangan sumber atau tegangan driving (sumber) biasanya diasumsikan sama dengan 1.0 p.u.
9. Hasil perkalian antara dua besaran dalam per unit tetap mempunyai dimensi yang sama, sementara agar satuan dari perkalian dua besaran dalam persen tetap dalam persen maka hasil perkalian tersebut harus dibagi dengan 100. Itulah sebabnya dalam berbagai perhitungan lebih disukai menggunakan satuan dalam per unit ketimbang dalam persen.
10. Representasi data-data suatu sistim tenaga listrik dalam satuan per unit lebih mudah diartikan dibandingkan representasi data-data konvensional karena pada sistim tenaga yang sama dapat dibandingkan langsung.
1.13.4 Relasi Umum Besaran-Besaran Sistim Tenaga Listrik
Sebelum melanjutkan diskusi tentang penggunaan satuan per unit, marilah meninjau relasi antara berbagai besaran yang berlaku umum dalam sistim tenaga listrik tiga fasa. Pembicaraan difokuskan pada jenis hubungan wai-delta sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1.12 seperti berikut.
Untuk kedua jenis hubungan ini persamaan berikut dapat diberlakukan. ... 1.10
... 1.11 ... 1.12
Dimana adalah daya semu dalam satuan volt-amper (VA, kVA, MVA), P adalah daya aktif dalam watt (W, kW, MW) dan Q adalah daya reaktif dalam var (VAR, kVAR, MVAR).
(a) Hubungan Way - Y N Zy Zy Zy VLN VLL a b c IL (b) Hubungan Delta - ZD ZD ZD ID IL a b c
Gambar 1.12 : Hubungan Impedansi-impedansi pada sistim tiga fasa
Dari ketiga persamaan diatas dapat ditentukan besarnya impedansi dan arus dalam kumparan delta sebagai berikut.
1. Impedansi terhubung Y (Gambar 1.12.1a)
... 1.13 2. Impedansi terhubung delta (Gambar 1.12.1b)
...1.14
...1.15 ...1.16
Persamaan-persamaan diatas memperlihatkan bahwa besaran-besaran S, V, I dan Z saling berkorelasi sehingga pemilihan setiap dua besaran tersebut dapat digunakan untuk menentukan dua besaran lainnya. Biasanya, jenis hubungan diasumsikan adalah hubungan Y (wai), sehingga persamaan 1.10 sampai dengan persamaan 1.13 adalah persamaan yang paling umum digunakan pada perhitungan-perhitungan sistim tenaga listrik.
Perlu di ingat bahwa asumsi hubungan Y digunakan dan bukan hubungan delta yaitu adalah untuk menghindari kerancuan. Bila digunakan hubungan delta maka untuk keperluan perhitungan dia harus dikonversikan ke besaran-besaran Y.
Pada persamaan 1.13 sampai persamaan 1.15 impedansi-impedansi kumparan dalam hubungan Y dianggap sama. Dari persamaan-persamaan ini atau .
Persamaan ini sangat berguna dalam perhitungan-perhitungan yaitu untuk mengkonversikan impedansi hubungan delta menjadi hubungan Y ekivalen.
Sebaliknya bila diperlukan maka persamaan-persamaan 1.15 dan 1.16 dapat digunakan langsung untuk menyatakan impedansi dan arus dalam besaran atau kuantitas hubungan delta.
1.13.5 Besaran-Besaran Dasar
Untuk lebih mengurangi banyak simbol maka dalam uraian lebih lanjut simbol daya semu S diganti dengan kVA dan MVA, sedang volt diganti dengan kV. Besaran dasar adalah besaran skalar, sehingga bilangan fasor tidak diperlukan dalam persamaan-persamaan dasar. Dengan demikian persamaan-persamaan-persamaan-persamaan untuk harga-harga dasar dapat dinyatakan dari persamaan 1.13, 1.15 dan persamaan 1.16 dengan subkrip B untuk menandakan basis atau dasar sebagai berikut:
Untuk daya dasar : ...1.17 Untuk arus : ... ...1.18 Untuk impedansi : ...1.19
Dan mengingat 1000 X harga MVA kVA, maka impedansi dasar dapat juga dinyatakan sebagai berikut:
...1.20
Dalam studi-studi sistim tenaga praktek-praktek yang umum digunakan sebagai tegangan dasar adalah tegangan nominal dan kVA atau MVA dapat digunakan sebagai daya dasar. Daya dasar 100 MVA banyak digunakan dalam perhitungan-perhitungan. Tegangan sistim yang biasanya ditentukan adalah tegangan fasa ke fasa. Inilah tegangan yang digunakan sebagai tegangan dasar pada persamaan 1.17 hingga persamaan 1.20.
Dengan menganggap tegangan selalu tegangan fasa ke fasa maka untuk lebih lanjut kita gak pakai lagi tanda LL untuk menyatakan kawat ke kawat. Namun ada pengecualian yaitu pada analisa komponen simetris dimana tegangan yang digunakan adalah tegangan fasa ke netral. Hal ini perlu diperhatikan agar dalam praktek jangan sampai salah perhitungan. Lebih lanjut jika tidak ada catatan maka yang dimaksud dengan daya selalu diartikan sebagai daya sistim tiga fasa. Daya semu dinyatakan dengan kVA atau MVA, sedang daya aktif dinyatakan dengan kW atau MW dan daya reaktif dinyatakan dengan kVAR atau MVAR.
1.13.6 Hubungan Per Unit Impedansi Dengan Persen Impedansi
Impedansi dalam per unit ditentukan dalam ohm dari persamaan 1.9 dengan mensubsitusikannya ke dalam persamaan 1.20 sebagai berikut:
Atau dalam notasi persen,
...1.22
Jika kita menginkan nilai impedansi dalam ohm diambil dari harga per unit atau dari harga persen, maka persamaan impedansi akan menjadi sebagai berikut;
... 1.23 ...1.24
Harga impedansi bisa dalam bentuk skalar atau dalam bentuk phasor. Persamaan-persamaan diatas berlaku juga dalam perhitungan-perhitungan tahanan maupun reaktansi.
Satuan per unit dianjurkan digunakan pada waktu pembagian karena dapat terhindar dari kesalahan pembulatan bilangan dibelakang koma (desimal). Tetapi apakah menggunakan satuan per unit atau dalam persen sesungguhnya tergantung kesukaan orang yang menggunakannya, yang penting harus dilakukan hati-hati sehingga tidak terjadi kesalahan yang mestinya tidak perlu terjadi.
Beberapa ahli menganjurkan bahwa ke hati-hatian dan perhitungan-perhitungan redundansi penandaan (label) perlu dilakukan pada waktu praktek dilapangan sehingga hasil perhitungan dapat dipertanggung jawabkan sebagaimana mestinya. Sering ditemukan dalam laporan dengan akan tanpa label misal 96.3 tanpa label, lalu orang mencoba mengartikannya ini besaran apa, apakah tegangan, arus atau satuan per unit atau apa, jadi bisa membingungkan.
Oleh karena itu diharapkan agar para insinyur yang berkecimpung dalam perhitungan-perhitungan sistim tenaga mempunyai komitmen kerja dan disiplin yang baik sehingga kebingungan-kebingungan seperti diatas dapat dihindarkan.
Arus dalam amper atau impedansi dalam ohm harus mengacu ke tegangan dasar spesifik atau terhadap sisi primer atau sisi sekunder trafo. Tegangan dalam volt harus jelas terhadap kumparan yang mana, apakah terhadap kumparan primer atau sekunder, sisi tegangan tinggi atau sisi tegangan rendah demikian seterusnya.
Pada waktu kita menentukan impedansi, tahanan atau reaktansi dalam per unit, dua satuan dasar harus di jelaskan. Dasar MVA atau kVA dan kV ditentukan dengan persamaan-persamaan 1.21 sampai 1.24. Tanpa kedua besaran dasar ini maka satuan per unit atau persen menjadi tidak berarti apa-apa.
Pada umumnya untuk perangkat-perangkat sistim tenaga kedua satuan dasar tersebut dinyatakan pada papan nama (name plate) equipment tersebut atau pada gambar-gambar yang diberikan pabrik atau dari dokumen data-data lainnya yang diberikan.Kalau terdapat beberapa rating (penanda), maka pada umumnya asumsi penggunaan rating normal untuk menghitung harga per unit atau persen dianggap benar. Pada dasarnya, bila terdapat beberapa harga rating maka pabrik pembuat selalu menambahkan catatan secara sepesifik tentang nilai-niali dasar yang digunakan untuk menyatakan satuan per unit atau persen.
Gambar-gambar harus selalu mengindikasikan secara jelas dasar MVA atau kVA yang digunakan, khususnya pada sistim satuan impedansi yang telah direduksi terhadap harga umum yang dinormalisir dimana terdapat berbagai jenis tegangan sistim. Bila tidak demikian maka impedansi per unit dan persen setiap equipment pada setiap gambar dan dokumen lainya harus di ikuti dengan tegangan dan daya dasar yang digunakan.
Untuk tegangan dalam per unit atau dalam persen, maka yang diperlukan hanya tegangan dasar yang diperlukan. Misalnya tegangan 90% dari sistim 150 kV berarti adalah 135 kV. Sementara itu untuk menyatakan arus dalam per unit atau dalam persen maka diperlukan satu atau dua harga dasar.
Kalau ditentukan harga dasar arus maka harga dasar arus tersebut sudah cukup untuk menentukan harga per unit atau persennya. Misal bila dinyatakan arus 0.90 per unit pada harga dasar 1000 A, maka nilai arus tersebut adalah 900 A.
Pada kasus-kasus tertentu dimana lebih umum menggunakan dasar MVA (atau kVA) dan kV maka persamaan 1.18 dengan persamaan 1.20 digunakan untuk menghitung harga dasar.
Pada harga dasar 100 MVA, maka arus dasar adalah sebagai berikut: 385,35 A pada tegangan dasar 150 kV...1.25
Dengan demikian maka harga arus 385.35 A adalah 1 per unit atau 100% pada sistim tegangan 150 kV.
1.13.7 Impedansi Transformator Dalam Per Unit Dan Persen
Sebagaimana telah diindikasikan pada bagian 1.13.3, salah keuntungan dengan menggunakan satuan per unit atau per sen adalah bahwa perhitungan-perhitungan sistim tidak lagi tergantung dengan jenis tegangan dan sudut pergeseran fasa-fasa karena melaui trafo-trafo yang terdapat pada sistim, sebab tegangan dasar pada berbagai terminal yang berbeda adalah proporsional terhadap jumlah belitan-belitan pada kumparan-kumparan terkait.
Untuk lebih jelasnya hal tersebut dapat dilihat pada analisa berikut. Pada dasarnya impedansi pada satu sisi sebuah trafo di nyatakan oleh pangkat dua perbandingan rasio trafoatau sama dengan pangkat dua perbandingan tegangan primer dan sekunder bila tegangan-tegangan adalah identik dan proporsional terhadap jumlah belitan pada masing-masing kumparan primer dan sekunder.
Dengan demikian pada trafo satu fasa seperti pada Gambar 1.13 dibawah, impedansi ZY pada jumlah belitan kumparan NY bisa hadir sebagai ZX dan NX pada sisi kumparan lain sebagai berikut;
(Ω) ...1.26
Impedansi dasar pada kedua sisi trafo diperoleh dari persamaan 1.20 sebagai berikut, ...1.27
VX NX VY NY Trafo ZX ZY
Gambar 1.13 : Impedansi satu fasa dari sistim tiga fasa Dimana adalah pada dasar sisi X, sedang
...1.28
Dimana adalah pada dasar sisi Y. Dengan mengambil perbandingan rasio ZXB dengan ZYB maka hasilnya dapat dinyatakan sebagai berikut.
...1.29
Dimana jumlah beilitan-belitan adalah identik dan proporsional terhadap tegangan. Impedansi per unit yang dapat diperoleh dari persamaan 1.9 dan persamaaan 1.26 adalah sebagai berikut.
...1.30
Dengan demikian seperti telah disebut diatas impedansi dalam per unit adalah sama untuk kedua sisi trafo.
Contoh;
Pandanglah sebuah trafo Tr 150/20 kV, 50 MVA, X 10%. Artinya harga , X = 10% dihitung pada Daya dasar 50 MVA , Tegangan dasar 20 kV dilihat dari sisi kumparan 20 kV adalah sama dengan perhitungan nilai X bila dilihat dari sisi kumparan 150 kVnya. Dengan demikian nilai impedansi dalam per unit atau dalam persen tidak tergantung pada level tegangan dan jenis hubungan kumparan-kumparan apakah Wai-Delta; Delta-Wai; Y-Y atau Delta-Delta.
Hal tersebut menandakan bahwa impedansi dalam per unit maupun dalam persen sepanjang sistim tenaga listrik tidak tergantung dari level tegangan asalkan menggunakan daya dasar MVA yang sama dan perbandingan lilitan kedua kumparan adalah identik dengan perbandingan antara tegangan-tegangan.
Impedansi aktual trafo dalam ohm antara sisi 20 kV dengan 150 kV adalah berbeda sebagaimana dapat ditunjukkan dengan persamaan berikut.
Dengan menggunakan persamaan 1.24, dilihat dari sisi 20 kV dan sisi 150 kV diperoleh; ...1.31
...1.32
Dengan menggunakan persamaan 2.26 kebenaran ini dapat diperiksa ulang sebagai berikut;
...1.33 1.13.8 Impedansi-Impedansi Generator Dalam Per Unit Dan Persen
Harga impedansi generator bisanya dicantumkan oleh pabrik-pabrik pembuat dan biasanya dinyatakan dalam per unit pada MVA dasar yang biasanya sama dengan nilai rating dari generator tersebut. Jika pabrik tidak mencantumkan harga-harga tersebut harga-harga satuan per unit biasanya berada pada kisaran yang cukup masuk akal untuk dapat memperkirakan besaran-besaran tersebut untuk dapat digunakan pada studi-studi sistim tenaga listrik.
Dalam prinsipnya impedansi generator adalah sangat dominan induktif. Sementara tahanan generator adalah relatif kecil pada batas tertentu dalam studi gangguan-gangguan dapat diabaikan. Lembaran data generator umumnya memperlihatkan beberapa klassifikasi harga reaktansi yang berbeda. Kita perlu memahami arti dari berbagai jenis reaktansi yang tersedia untuk ditentukan mana yang paling sesuai dengan studi yang mau dilakukan.
Harga reaktansi normalnya disediakan untuk direct-axis dan untuk quadrature-axis dari mesin. Xd adalah simbol yang digunakan untuk harga reaktansi direct-axis dan Xq adalah simbol yang diberikan untuk menandakan reaktansi quadratute-axis. Xd biasanya digunakan untuk keperluan studi gangguan-gangguan karena fluks direct-axis ini yang lebih berpengaruh ketimbang fluks-fluks lain yang mengalir dalam generator pada waktu gangguan-gangguan, sebagaimana sudut fasa arus gangguan yang sangat tertinggal. Reaktansi generator juga bervariasi terhadap waktu mengikuti waktu terjadinya gangguan. Gejalah ini disebabkan karena pada saat hubung singkat terjadi, medan fluks bocor dalam generator tidak bisa berubah seketika. Fluks diperlukan untuk mengurangi fluks celah udara sesuai dengan turunnya tegangan terminal generator yang disebabkan oleh gangguan, dengan demikian pada satu saat fluks tersebut akan mengalir melalui media yang non-metalik dengan reluktansi yang tinggi sehingga secara otomatis reaktansi generator menjadi rendah.
Terdapat tiga macam reaktansi generator yang bisa diberikan untuk memperlihatkan perubahan kondisi-kondisi tadi. Yaitu reaktansi subtransient (X”d), yaitu reaktansi yang nilai paling kecil yang memperlihatkan reaktansi generator pada waktu awal terjadinya gangguan dan berlangsung beberapa siklus (cycles) sampai efek dan pengaruh kumparan damper terhadap perubahan fluks bisa dihilangkan. Dalam praktekya reaktansi subtransien ini dianngap berlangsung enam siklus pertama sesudah gangguan terjadi. Kemudian reaktansi transien (X’d) yang dalam prakteknya mempunyai harga lebih tinggi dari harga reaktansi subtransien dan berlangsung mulai
dari siklus ke enam hingga sampai siklus 30 hingga 40 yaitu sejak terjadinya gangguan. Kemudian reaktansi sinkron Xd adalah reaktansi yang nilainya paling besar daintar reaktansi-reaktansi generator dan reaktansi ini senantiasa ada dalam keadaan steady state. Harga reaktansi sinkron sebuah generator pada umumnya bernilai lebih dari 1(satu) per unit. Harga-harga reaktansi generator dalam kondisi saturasi dan non-saturasi biasanya juga tersedia dalam suatu mesin.
Harga reaktansi dalam kondisi saturasi ditandai dengan subskrip “v” dan dalam kondisi tidak saturasi dengan subkrip “i”. Dalam studi-studi sistim proteksi, sering harga gangguan terbesar yang paling signifikan dalam menetukan setelan rele. Demikian juga harus dicatat bahwa pada waktu gangguan, harga tegangan selama terjadinya gangguan biasanya turun lebih kecil dari tegangan normalnya. Akibatnya pada kondisi ini generator tidak akan berada dalam tahap atau kondisi saturasi. Oleh karena itu dalam studi gangguan-gangguan pada prakteknya lebih baik menggunakan reaktansi subtransien X”d(i) yang tidak dalam tahap saturasi.
Perlu di ingatkan agar insinyur-insinyur sistim proteksi sistim tenaga listrik memahami perbedaan-perbedaan impedansi-impedansi yang berbeda-beda tersebut mengikuti perubahan-perubahan sesuai waktu, sehingga dapat digunakan secara tepat sesuai dengan studi yang mau dilakukan. Studi-studi lebih detil tentang penentuan reaktansi generator untuk keperluan studi tertentu dapat dilihat pada buku-buku lain terkait studi sistim gangguan sistimtenaga listrik. Setelah kita memperoleh data-data reaktansi generator, maka harga-harga tersebut masih perlu dikonversikan pada MVA