• Tidak ada hasil yang ditemukan

Media Transmisi

Dalam dokumen Dasar Rele Proteksi 1 (Halaman 52-60)

2. SINYALING DAN INTERTRIPPING

2.6 Media Transmisi

Seperti sudah disebut sebelumnya, media transmisi yang banyak digunakan sebagai kanal komunikasi dalam proteksi sinyaling antara lain adalah:

a. Kabel pilot.

b. Kabel atau kanal sewa. c. Power Line Carrier. d. Radio.

e. Optikal Fiber.

Secara historis, pada awalnya kabel pilot yang dilengkapi dengan trafo-trafo isolasi atau repeater-repeater adalah media komunikasi yang paling banyak digunakan untuk proteksi sinyaling. Seiring dengan perjalanan waktu kemudian disusul dengan penggunaan Power Line Carrier (PLC) dan kanal radio. Akhir-akhir ini, media komunikasi dengan menggunakan kabel fiber optik sudah semakin berkembang dan populer termasuk media komunikasi untuk keperluan sistim tenaga listrik. Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan fiber optik terutama mengingat bahwa kabel ini tidak terpengaruh oleh gangguan-gangguan interfrensi gelombang elektro maknetik. Disamping itu meluasnya penggunaan serat optik ini sebagai media komunikasi adalah juga karena kapasitas kanal komunikasi nya yang sangat besar yang bahkan telah memungkinkan pemantauan remote sistim secara lebih luas yang memungkinkan photo-photo gardu dapat dilihat di pusat-pusat pengendalian secara real time. Disamping untuk keperluan pengendalian dan pemantauan jauh sistim tenaga lsitrik, sebagian dari kanal-kanal yang belum dipakai bahkan dapat ditawarkan untuk

kebutuhan telekomunikasi lainnya yang dapat meningkatkan pendapatan perusahaan diluar bisnis inti mereka.

2.6.1 Kabel Pilot Khusus Sistim Proteksi

Kabel pilot terdiri dari penghantar kawat tembaga berisolasi yang menghubungkan dua gardu secara terus menerus. Bila karena alasan praktis tidak dimungkinkan untuk menggelar satu kabel sepanjang saluran tanpa sambungan, maka digunakan dua haspel kabel atau lebih yang disambung satu sama lain membentuk jaringan. Jaringan kabel-kabel tersebut kemudian disambung dengan trafo-trafo isolasi atau repeater sepanjang saluran sinyaling.

Trafo-trafo isolasi biasanya digunakan sebagai media kopling untuk menghindari perangkat komunikasi terhubung langsung dengan jaringan transmisi. Disamping itu trafo-trafo isolasi beserta arester-arester antara kabel pilot dengan peralatan dipasang untuk menghindari gangguan induksi langsung yang dapat timbul karena naiknya tegangan tanah sekitar gardu akibat gangguan-gangguan hubung singkat pada sisi kabel tegangan tinggi yang berdekatan dengan kabel pilot. Dalam prakteknya kabel pilot digelar sepanjang tanah secara paralel bersama-sama dengan kabel transmisi tegangan tinggi (under ground cable UGC) yang digelar secara terpisah pada jarak tertentu untuk menghindari induksi tegangan tinggi, terutama bila terjadi hubung singkat.

Jarak komunikasi proteksi sinyaling bervariasi tergantung dari jarak antara ke dua gardu induk yang mau dilengkapi dengan proteksi intertripping. Kadang-kadang jaraknya hanya beberapa puluh meter misal antara Gardu Tegangan Tinggi dengan Gardu Tegangan Ekstra Tinggi yang berada dalam satu lokasi yang berdekatan. Untuk aplikasi EHV panjang kabel pilot bisa mulai dari 10 kM sampai 100 kM atau bahkan lebih. Untuk jarak dekat, biasanya tidak ada pertimbangan khusus yang diperlukan terutama pada pertimbangan kemungkinan interferensi. Namun untuk jarak-jarak yang jauh rele-rele penerima perlu dipilih yang mempunyai daya pancar yang besar sedangkan bagian penerimanya perlu dibuat dengan kepekaan yang tinggi sehingga sinyal-sinyal dengan level rendah sekalipun tetap masih bisa dikenali dengan baik termasuk pada waktu saluran yang sedang mengalami interferensi.

Dengan menggunakan teknik frekuensi multiplexing, kapasitas kabel pilot bisa ditingkatkan sehingga dapat juga digunakan sinyaling-sinyaling lain secara parallel dalam saluran yang sama. Tapi umumnya mengingat pentingnya instalasi sistim tenaga, perusahaan listrik lebih menyukai kanal yang khusus hanya untuk proteksi tanpa mencampur dengan kebutuhan lain.

2.6.2 Kabel Pilot Sewa

Dibeberapa negara lain diluar negeri penggunaan kabel pilot dengan menyewa dari perusahaan telekom setempat secara khusus untuk keperluan sistim proteksi sering juga dilakukan. Hal ini terutama disebabkan berbagai alasan praktis seperti kesulitan medan ataupun karena masalah ekonomis dimana perusahaan tidak ingin mengeluarkan modal untuk keperluan kabel pilot sendiri. Kemungkinan pemakaian kabel pihak lain untuk kebutuhan proteksi sinyaling antara lain adalah mengingat

bahwa sebagian dari kabel pilot perusahaan telekomunikasi tersebut tidak atau belum digunakan sehingga bisa disewakan ke pihak lain yang kebetulan mau menggunakannya. Bedanya antara kabel milik sendiri dan kabel sewa adalah proteksi sinyaling bagi perusahaan listrik adalah mutlak diperlukan sehingga sarana komunikasi yang digunakan harus andal dan senantiasa siap sepanjang pengoperasian saluran yang diamankan. Sedang buat perusahaan telekomunikasi, proteksi sinyaling tidak berarti apa-apa dan tidak ada kaitan dengan bisnis utama mereka.

Bisnis utama mereka adalah jasa telekomunikasi sehingga bila suatu saat mereka membutuhkan kabel yang disewa tadi, maka setiap saat mereka dapat memintanya kembali tanpa perlu memperpanjang kontrak sewa menyewa kabel tersebut. Namun belakangan ini penggunaan kabel pilot untuk keperluan telekomunikasi sudah semakin jarang sehingga kedepan perusahaan listrik mau tak mau harus bisa mengusahakan sendiri untuk keperluan sistim proteksi mereka.

Namun sebelum memutuskan apakah menyewa atau menggunakan fasilitas sendiri, pada waktu perencanaan terlebih dahulu harus melakukan studi secara matang dan hati-hati termasuk masalah untung rugi secara ekonomis. Misal bila perusahaan memutuskan untuk memakai kabel sendiri, maka biaya yang dibutuhkan bukan semata-mata hanya untuk investasi kabel pilot dan perangkat komunikasinya tetapi juga harus dipikirkan mengenai biaya-biaya operasi maupun biaya-biaya pemeliharaannya sepanjang waktu.

Keuntungan dengan memiliki sendiri adalah bahwa memang sistim proteksi sinyaling yang akan diperoleh akan lebih andal, aman dan tidak tergantung pada perusahaan lain. Sebaliknya meskipun dengan menyewa, biaya-biaya investasi dan biaya operasi sangat berkurang, namun bila perusahaan telekomunikasi penyewa tadi berubah perencanaan dan memutuskan agar sewa menyewa tidak diperpanjang maka proteksi sinyaling yang sangat vital dalam pengamanan sistim tenaga listrik terpaksa harus dikorbankan sampai mereka bisa ganti dengan kabel mereka sendiri.

Pada kabel sewa, resiko induksi tegangan tinggi akan sangat berkurang sebab routing kabel telekom biasanya jauh dari instalasi tegangan tinggi. Sementara itu pada pilot kabel milik sendiri tegangan induksi yang timbul dari kabel tenaga yang digelar menjalar parallel harus diperhatikan dengan seksama. Interferensi elektris dari sistim sinyaling lainnya, umumnya dengan ringing tone dengan frekuensi rendah pada level tegangan puluhan sampai ratusan volt dan juga derau yang dibangkitkan dari perangkat komunikasi lain yang berdekatan adalah hal yang perlu diperhatikan. Faktor lainnya adalah bahwa kabel pilot harus tahan terhadap hubung singkat berulang-ulang sehingga perlu konstruksi khusus. Gangguan-gangguan lainnya seperti salah sambung pada waktu pemeliharaan pada sisi tegangan kontrol DC yang terdapat pada gardu induk misalnya juga harus diperhatikan dengan seksama.

Bila tegangan permukaan tanah bisa naik pada tingkat yang lumayan (misal waktu hubung singkat satu fasa ketanah) maka penggunaan trafo-trafo isolasi, arrester dan fuse adalah perlu dan harus dilakukan untuk menghindari bahaya yang dapat mengejutkan teknisi telekomunikasi yang mungkin sedang melakukan pemeliharaan perangkat telekomunikasi mereka.

Bahaya yang paling fatal yang bisa terjadi pada sistim proteksi sinyaling dengan media pilot kabel ini adalah pada waktu teknisi sedang melakukan pengetesan-pengetesan misalnya untuk memeriksa saluran transmisi. Dengan menggunakan sinyal generator frekuensi (osilator) dengan impedansi rendah yang dapat membangkitkan tone-tone ataupun frekuensi sinyaling.

Memancarkan tone-tone atau frekuensi semacam ini dapat menirukan tone-tone proteksi sinyaling secara random sehingga bisa menjadi penyebab intertripping yang tidak dikehendaki.

Komunikasi antar rele bisa dilakukan melalui sistim 2 (dua) kawat atau sistim 4 (empat) kawat. Untuk menghindari kemungkinan interferensi dari sistim komunikasi lain maka level sinyal yang dipancarkan harus dibatasi baik pada amplitudanya maupun lebar bidang yang digunakan. Pemilik kabel pilot harus menerapkan standar tertentu sehingga kriteria pengaturan level dan lebar-bidang bandwidth serta kapasitas saluran bisa diatur sehingga secara teknis bisa memenuhi kebutuhan sistim proteksi sinyaling.

Pada tegangan operasi sistim tenaga misalnya 150 kV, dimana masih dimungkinkan penerapan waktu proteksi sinyaling yang relative lama, maka sinyaling bisa dilakukan dengan kanal campuran mixed. Frekuensi sinyaling dibuat diatas frekuensi pembicaraan bersama-sama dengan kanal metering dan suvervisi lain yang diperlukan. Dengan demikian biaya proteksi sinyaling bisa ditekan menjadi lebih murah. Tetapi pada sistim proteksi sinyaling pada tegangan operasi ekstra tinggi dimana kecepatan sinyaling proteksi merupakan hal yang sangat dibutuhkan maka dalam prakteknya diperlukan kanal khusus yang gak bisa dicampur aduk dengan kebutuhan lain.

2.6.3 Power Line Carrier

Dalam hal transmisi hantaran udara yang panjang dan mempunyai terrain medan yang sulit (misal banyak jurang dan berbukit-bukit) dimana penggunaan kabel pilot menjadi tidak praktis lagi, sinyaling proteksi biasanya dilakukan dengan menggunakan Power Line Carrier.

Prinsip kerja PLC ini adalah dengan memanfaatkan saluran sistim tenaga sebagai media perambatan gelombang pembawa dari satu gardu menuju gardu berikutnya. Sistim komunikasi dengan PLC mempunyai rugi-rugi transmisisi yang relatif rendah dan umumnya sangat kuat dan handal.

Komponen sistim komunikasi PLC terdiri dari antara lain adalah High Voltage Capacitor, Wave Trap, LMU, Coax Cabel dan perangkat PLC. High Voltage Capacitor, Wave Trap dan LMU digunakan sebagai kopling antara peralatan transmitter PLC dengan kawat saluran tegangan tinggi sehingga sinyal-sinyal pembawa frekuensi tinggi dapat ditumpangkan ke jaringan tenaga listrik. Lihat Gambar 2.3.

Kopling kapasitor di tala melalui kumparan penala (tuner) sedemikian sehingga pada sisi HF diperoleh impedansi rendah (dalam prakteknya 75 Ohm). Impedansi kumparan draining coil yang tersambung paralel dibuat dengan impedansi tinggi terhadap sinyal frekuensi tinggi sekaligus merupakan impedansi rendah pada sinyal frekuensi rendah untuk mengalirkan frekuensi 50 Hz ketanah melalui kapasitor.

LT LMU LT CC 1 2P1 LMU CC 1 2P1 PLC P1 Trafo Diferensial GI A LMU CC 1 2P2 LMU CC 1 2P2 PLC P2 Trafo Diferensial LT LT GI B

Gambar 2.3: PLC dengan Konfigurasi Kopling Antar Fasa

Perancangan instalasi dan konfigurasi kopling bisa dilakukan dengan balance atau unbalance sesuai dengan jenis kopling yang mau diterapkan apakah kopling fasa ke fasa atau fasa ke tanah. Impedansi filter disesuaikan dengan karakteristik impedansi saluran sistim tenaga yang nilainya berkisar dari 400 hingga 600 Ohm.

Dengan menggunakan rangkaian jebakan (wave trap) diusahakan agar rugi-rugi transmisi yang hilang ke bagian lain saluran seminimum mungkin sehingga saluran berdekatan dapat digunakan untuk frekuensi lain. Gambar 2.4 menunjukkan photo perangkat kopling kapasitor, wave trap dan LMU yang terpasang pada sistim tegangan ekstra tinggi 500 kV.

Gambar 2.4: Perangkat kopling frekuensi tinggi

Rangkaian jebakan yang ditala dengan frekuensi tunggal dapat merupakan bagian integral dari perangkat kopling yang bisa digunakan untuk dua atau lebih frekuensi pembawa. Namun pada sistim frekuensi tunggal ini kadang-kadang dijumpai juga kesulitan pada waktu perancangan khususnya pada frekuensi tinggi dimana reaktansi

gardu yang umumnya kapasitif ditala dengan rangkaian jebakan yang induktif dibawah frekuensi resonansinya. Dengan demikian karakteristik bloking wave trap malah dapat menghasilkan impedansi rendah terhadap frekuensi tinggi tertentu sehingga tidak dapat digunakan untuk frekuensi tersebut. Untuk mengatasi kesulitan ini maka pada umumnya digunakan rangkaian jebakan jenis broad-band. Pada sistim broad-band ini kita dapat lebih leluasa dalam pemilihan frekuensi pembawa yang kita butuhkan. Kopling filter dan perangkat transmitter PLC dihubungkan melalui kabel frequensi tinggi dengan karakteristik impedansi 75 Ohm. Pada LMU terdapat trafo penyesuai yang digunakan untuk menyesuaikan impedansi saluran dengan impedansi kabel. Untuk mengamankan perangkat dari tegangan surja transient yang tinggi maka LMU dilengkapi juga dengan suatu arrester yang terpasang paralel disisi ujung kabel koaksial.

Rugi-rugi redaman transmisi merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam aplikasi sinyaling frekuensi tinggi. Hal ini mengingat daya pancar transmisi disesuaikan dengan besarnya redaman transmisi sedemikian rupa sehingga sinyal yang dipancarkan dapat diterima disisi perangkat penerima. Rugi-rugi pada sisi kopling berkisar diantara 1 sampai 2 dB atau maksimum sebesar 3 dB. Rugi-rugi pada kabel koaksial tidak boleh lebih dari 0.5 dB per 100 meter.

Karakteristik redaman saluran sistim tenaga terhadap sinyal-sinyal pembawa frekuensi tinggi sebaiknya berada diantara 0.02 sampai 0.2 dB per kilometer tergantung dari sistim tegangan dan frekuensi (50 hingga 500 kHz) yang digunakan. Pengaruh hujan tidak terlalu signifikan menaikkan rugi-rugi saluran, namun redaman akan naik cukup besar pada waktu salju menempel pada kawat fasa penghantar. Menurut beberapa pengalaman pada musim salju nilai redaman dapat naik sampai tiga kali lebih besar dari rug-rugi dalam keadaan cuaca normal. Oleh karena redaman saluran ini bisa berubah tergantung keadaan cuaca maka dalam perangkat penerima sering dilengkapi dengan Automatic Gain Control yang berfungsi untuk mengkompensasi rugi-rugi saluran secara otomatis.

Berisik atau derau (noise) dengan level yang tinggi dapat timbul akibat sambaran petir pada kawat saluran atau pada waktu hubung singkat. Meskipun berlangsung sangat singkat hanya beberapa milidetik, tetapi kejadian ini dapat menimbulkan beban lebih pada sisi penerima. Sistim sinyaling yang digunakan untuk intertripping harus memperhatikan keamanan komunikasi agar jangan sampai terjadi kesalahan dalam menangani gangguan. Derau-derau yang paling mengganggu bisa terjadi pada isolator-isolator dapat berlangsung beberapa detik. Berbagai gangguan ini harus menjadi pertimbangan pada waktu perancangan sistim proteksi sinyaling.

Sinyaling pada aplikasi permissive intertripping memerlukan pertimbangan khusus mengingat sinyaling tersebut menyangkut gangguan yang terjadi pada saluran. Kenaikan redaman saluran akibat gangguan-gangguan bervariasi tergantung pada jenis gangguan. Tapi untuk pegangan praktis, umumnya pada waktu gangguan nilai redaman mulai dari 20 sampai 30 dB masih bisa diterima. Perangkat transmitter umumnya dilengkapi dengan fasilitas boster yang memungkinkan sinyal dikirim dengan daya lebih untuk memastikan bahwa sinyal dengan sinyal to noise ratio yang rendah masih bisa diterima di ujung lain saluran.

Dalam penerapan sinyal direct intertrip biasanya sinyal terkait dikirimkan melalui saluran yang sehat, sehingga fasilitas boster sebenarnya tidak begitu diperlukan. Dalam prakteknya, bila sinyaling frekuensi suara dioperasikan melalui kanal frekuensi pembawa, maka receiver harus mempunyai kemampuan kerja dinamis sehingga bisa menerima sinyal yang sudah di perkuat (bost).

2.6.4 Radio

Pertimbangan pertama dalam meggunakan radio link adalah karena lebar-bidang (bandwidth) frekuensi radio transmisi memungkinkan penggunaan modem dengan kecepatan yang tinggi. Perintah sinyaling proteksi dapat dikirimkan dengan panjang data transmisi seri yang sesuai, tingkat keamanan yang tinggi dan dengan laju kecepatan transmisi data yang tinggi. Kendala dalam praktek adalah bahwa disamping kesulitan untuk mendapatkan frekuensi khusus, sering penggunaan radio secara eksklusif untuk proteksi sinyaling masih dipandang mahal dan jarang digunakan. Biasanya radio serba guna standar sudah cukup dan bisa digunakan untuk sistim proteksi sinyaling.

Frekuensi radio yang umum digunakan adalah pada frekuensi gelombang mikro yaitu dari mulai 0.2 sampai 10 GHz. Perangkat transmitter gelombang frekuensi mikro ini pada dasarnya mempunyai jarak jelajah yang relative pendek namun dapat mempunyai lebar bidang frekuensi yang besar tanpa mengalami banyak gangguan interferensi.

Dengan teknik multifleksing suatu radio link dimungkinkan mempunyai kanal yang besar yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan komunikasi. Sebagai tambahan pada kanal frekuensi suara, kanal-kanal lebar untuk pengiriman data banyak tersedia dipasaran. Sebagai contoh, pada sistim analog dengan menggunakan frekuensi division multifleksing dapat digunakan sampai 12 kanal frekuensi suara yang dikelompokkan pada base-band frekuensi 12-60 kHz atau 60-103 kHz.

Pada radio sistim digital yang menerapkan pulse code modulation dan time division multiplexing biasanya kanal frekuensi suara disampling dengan frekuensi sampling 8 kHz dengan kuantifikasi pada level 8 bit. Alternatif lain adalah dengan menggunakan kanal data pada 64 kbits/detik.

Radio komunikasi pada umumnya cocok digunakan untuk mengirimkan data-data dengan ukuran besar yang diperlukan antara pusat-pusat pengendalian sistim tenaga listrik. Bilamana jalur transmisi radio sejajar dengan saluran transmisi daya maka kanal-kanal radio dapat juga digunakan untuk proteksi sinyaling. Yang lebih umum, radio komunikasi digunakan antara gardu-gardu utama. Pertimbangan lain pemakaian radio link adalah bahwa radio link tidak terpengaruh pada gangguan-gangguan yang timbul pada saluran sistim tenaga. Tapi pengaruh fading karena perubahan cuaca harus dipertimbangkan sebelum memutuskan pilihan jalur komunikasi sinyaling. Dalam aplikasi proteksi sinyaling umumnya derau atau noise dapat timbul karena perangkat radio itu sendiri. Disamping itu, atmosfer yang terkontaminasi dapat merupakan tabir pemantul sinyal-sinyal radio yang pada akhirnya juga bisa mempengaruhi sinyaling proteksi. Tinggi tiang penyangga antena (tower) juga

sebenarnya harus dibatasi sebab pengaruh kecepatan angin dan pengaruh perubahan temperature juga sangat terasa bila menggunakan tiang yang sangat tinggi.

2.6.5 Kanal Serat Optik

Kemampuan serat fiber optik dengan ukuran hanya seperberapa millimeter untuk memancarkan cahaya pada jarak yang relative jauh dapat dimanfaatkan sebagai media komunikasi optik yang dapat mempunyai kanal komunikasi sangat besar dengan resiko interferensi elektro maknetik yang hampir tidak ada.

Dalam prakteknya, kabel optik terdiri dari inti serat, cladding dan lapisan pembungkus plastik luar oversheat yang kadang-kadang dibungkus dengan plat baja sebagai pelindung terhadap kerusakan mekanis.

Informasi-informasi yang mau dipancarkan dimodulasikan pada berkas cahaya yang dirambatkan sepanjang serat optik. Berkas cahaya yang sudah termodulasi ini kemudian merambat sepanjang serat optik dan pada ujung penerima sinyal-sinyal informasi akan dikembalikan kedalam bentuk aslinya dengan menggunakan decoder-decoder. Teknik modulasi on-off sumber cahaya paling umum digunakan karena gangguan-gangguan dan distorsi yang disebabkan sifat ketidak linieran sumber-sumber cahaya maupun detector-detector penerima dan juga akibat bervariasinya level cahaya yang diterima disisi penerima.

Pemancar cahaya biasanya terdiri dari laser atau perangkat LED yang mampu memancarkan dan mendeteksi berkas cahaya pada frekuensi tertentu dengan redaman rendah pada gelombang 850, 1300 dan 1550 nanometer. Jarak transmisi yang bisa ditempuh secara efektif tergantung pada besarnya redaman dan dispersi dari media serat optik dan juga tergantung dari kualitas serat dan panjang gelombang sumber cahaya yang digunakan. Terdapat beberapa moda propagasi cahaya dengan jalur dan link optikal yang berbeda-beda yang dapat menyebabkan hamburan atau dispersion dan melebarnya sinyal pulsa yang sampai pada sisi penerima. Melorotnya kualitas sinyal karena berbagai moda perambatan cahaya yang berbeda-beda di atas dapat dikurangi dengan menggunakan serat yang mempunyai indeks bias bertingkat sehingga perambatan gelombang dapat menyatu secara sempurna sepanjang serat optik. Oleh karena itu untuk meningkatkan jarak transmisi biasanya digunakan serat optik monomode.

Dengan kanal serat optik, kecepatan transmisi data dapat ditingkatkan hingga ratusan megahertz dan mampu pada jarak beberapa puluh kilometer. Sementara itu untuk jarak-jarak yang lebih jauh dibutuhkan station-station pengulang. Serat optik dapat juga digunakan secara khusus antara dua terminalatau juga sebagai saluran yang membawa banyak informasi data-data maupun pembicaraan yang berbeda-beda termasuk sinyaling untuk proteksi sistim tenaga. Saluran serat optik sebagai saluran digunakan dengan menggunakan teknik time division multiplexing-TDM dimana masing-masing kanal 64 kpb/s yang ekivalen dengan satu kanal frekuensi suara yang disampling pada data 8 bit pada laju sampling 8 kHz. Berbeda dengan era terdahulu dimana perusahaan listrik menyewa kelebihan kawat saluran dari perusahaan telekomunikasi maka akhir-akhir ini banyak perusahaan listrik yang menyewakan sebagian dari kelebihan serat mereka baik pada perusahaan swasta maupun

pemerintah yang membutuhkan saluran khusus ataupun pada operator-operator telekomunikasi setempat.

Sejauh ini komunikasi dengan pemakaian serat optik pada sistim perlistrikan sudah sangat luas dan cukup berhasil dengan memuaskan. Sekarang pemakaian serat optik sudah merupakan kebutuhan komunikasi sistim perlistrikan yang dibuat antar gardu-gardu induk. Kabel-kabel optik biasanya digelar antara tower dengan tower dengan menggunakan kabel All Dielectric Self Supporting Cable - ADSS atau dengan menggunakan Optikal Fiber Ground Wire-OPGW yang digunakan sekaligus sebagai kawat pentanahan.

Dalam dokumen Dasar Rele Proteksi 1 (Halaman 52-60)