• Tidak ada hasil yang ditemukan

VIII. DAMPAK PERUBAHAN HARGA INPUT DAN OUTPUT

8.2. Dampak Perubahan Harga Output dan Input terhadap

8.2.1. Harga Input, Harga Output, dan Pendapatan Non

Simulasi pada harga input dan harga output dilakukan empat simulasi, yaitu: (1) peningkatan harga pupuk kandang sebesar 30 persen (S1), (2) peningkatan harga benih sebesar 20 persen (S2), (3) peningkatan harga sayuran

sebesar 40 persen (S3), dan (4) peningkatan pendapatan isteri non usahatani sebesar Rp 250 000 (S4). Dampak perubahan harga input, harga output, dan pendapatan non usahatani terhadap kesejahteraan rumahtangga peserta Program KRPL di Kelurahan Terjun Kota Medan disajikan pada Tabel 33.

Tabel 33. Dampak Perubahan Harga Input, Harga Output, dan Pendapatan Non Usahatani terhadap Kesejahteraan Rumahtangga Peserta Program KRPL di Kelurahan Terjun Kota Medan Tahun 2012

No Variabel Endogen

Nilai Dasar Perubahan Simulasi (%)

S1 S2 S3 S4 1. CKIU 638.20000 -0.07835 -0.03134 1.83328 0.57975 2. CKIN 2 019.50000 0.00495 0.00495 -0.15846 0.00000 3. CKSN 1 680.10000 -0.00595 -0.00595 0.04166 -0.51783 4. LUAS 93.43000 -0.39334 -0.15338 9.60077 3.14106 5. PROS 247.40000 -0.40420 -0.16168 9.94341 3.23363 6. QBEN 1.73280 -0.38089 -0.15005 9.21629 3.00669 7. QPPK 14.58330 -0.11520 -0.04526 2.82103 0.93394 8. QPTN 1.02540 -0.03901 -0.01950 0.93622 0.30232 9. QCGK 1.02540 -0.03901 -0.01950 0.93622 0.30232 10. BPPK 102 083.000000 29.85022 -0.04506 2.82123 0.93355 11. BBEN 60 647.100000 -0.37660 19.8237 9.21742 3.00789 12. BPTN 25 634.200000 -0.03823 -0.01482 0.93546 0.30506 13. BCGK 25 634.200000 -0.03823 -0.01482 0.93546 0.30506 14. BTNK 1 914 641.00000 -0.07495 -0.02920 1.83564 0.57499 15. BSPI 415 499.00000 7.27414 2.88063 2.15379 0.70589 16. BIAY 2 330 140.00000 1.23546 0.48963 1.89237 0.59837 17. PEDU 1 316 100.00000 -2.83124 -1.11792 70.27581 4.04710 18. PEIN 10 689 158.00000 0.00830 0.00508 -0.33019 2.33881 19. PESN 18 288 585.00000 -0.00048 -0.00023 0.01471 -0.71373 20. PEDN 35 907 743.00000 0.00222 0.00140 -0.09080 0.84190 21. TPER 37 296 343.00000 -0.09776 -0.03811 2.39245 0.95337 22. PDER 37 070 768.00000 -0.09836 -0.03834 2.40701 0.95917 23. COPA 11 509 932.00000 -0.01440 -0.00561 0.35247 0.14046 24. CONP 9 037 996.00000 0.00268 0.00165 -0.10707 1.31311 25. CONS 20 547 928.00000 -0.00688 -0.00242 0.15033 0.65625 26. INVK 2 148 078.00000 -0.04581 -0.01783 1.12063 0.44500 27. INVP 1 823 024.00000 0.00011 0.00005 -0.00241 0.02973 28. ISMA 3 971 102.00000 -0.02473 -0.00962 0.60509 0.25436 29. TPRA 24 519 031.00000 -0.00978 -0.00359 0.22398 0.59115 30. SAVE 2 565 771.00000 -0.19328 -0.07545 4.73740 1.63479 Keterangan:

S1 : Peningkatan harga pupuk kandang sebesar 30 persen S2 : Peningkatan harga benih sebesar 20 persen

S3 : Peningkatan harga sayuran sebesar 40 persen

S4 : Peningkatan pendapatan isteri non usahatani sebesar Rp 250 000

Peningkatan harga pupuk kandang sebesar 30 persen (S1) akan menyebabkan biaya pupuk kandang meningkat sebesar 29.85 persen. Peningkatan biaya pupuk kandang menyebabkan peningkatan biaya sarana produksi sebesar

7.27 persen. Peningkatan biaya sarana produksi menyebabkan biaya usahatani meningkat sebesar 1.23 persen. Peningkatan biaya usahatani menyebabkan pendapatan usahatani menurun sebesar 2.83 persen. Penurunan pendapatan usahatani menyebabkan penurunan total pendapatan rumahtangga sebesar 0.09 persen. Penurunan total pendapatan rumahtangga menyebabkan pendapatan disposable rumahtangga menurun sebesar 0.09 persen. Penurunan pendapatan disposable rumahtangga menyebabkan penurunan pengeluaran konsumsi pangan rumahtangga, total pengeluaran konsumsi rumahtangga, investasi kesehatan, dan investasi sumberdaya, sehingga total pengeluaran rumahtangga juga menurun. Penurunan total pendapatan rumahtangga dan total pengeluaran rumahtangga menyebabkan tabungan menurun sebesar 0.19 persen. Penurunan total pengeluaran rumahtangga mengindikasikan kesejahteraan rumahtangga peserta program KRPL menjadi menurun.

Penurunan total pendapatan rumahtangga menyebabkan luas usaha menurun sebesar 0.39 persen. Penurunan luas usaha menyebabkan curahan kerja isteri usahatani, jumlah penggunaan benih, jumlah penggunaan pupuk kandang, jumlah penggunaan penyiram tanaman, dan jumlah penggunaan cangkul menurun masing-masing sebesar 0.07 persen, 0.38 persen, 0.11 persen, 0.03 persen, dan 0.03 persen. Penurunan luas usaha dan jumlah penggunaan seluruh input menyebabkan produksi sayuran menurun sebesar 0.40 persen. Penurunan curahan kerja isteri usahatani menyebabkan peningkatan curahan kerja isteri non usahatani, sehingga pendapatan isteri non usahatani meningkat. Peningkatan pendapatan isteri non usahatani menyebabkan penurunan curahan kerja suami non usahatani. Peningkatan pendapatan isteri non usahatani menyebabkan peningkatan pengeluaran konsumsi non pangan dan investasi pendidikan.

Peningkatan harga benih sebesar 20 persen (S2) akan menyebabkan biaya benih meningkat sebesar 19.82 persen yang menyebabkan biaya sarana produksi meningkat sebesar 2.88 persen. Peningkatan biaya sarana produksi menyebabkan biaya usahatani meningkat sebesar 0.49 persen. Peningkatan biaya usahatani menyebabkan penurunan pendapatan usahatani sebesar 1.12 persen. Penurunan pendapatan usahatani menyebabkan total pendapatan rumahtangga menurun sebesar 0.03 persen. Penurunan total pendapatan rumahtangga menyebabkan

pendapatan disposable rumahtangga menurun sebesar 0.03 persen. Penurunan pendapatan disposable rumahtangga menyebabkan penurunan pengeluaran konsumsi pangan rumahtangga, total pengeluaran konsumsi rumahtangga, investasi kesehatan, investasi pendidikan, dan investasi sumberdaya manusia, sehingga total pengeluaran rumahtangga juga menurun. Penurunan total pendapatan rumahtangga dan penurunan total pengeluaran rumahtangga menyebabkan tabungan menurun sebesar 0.07 persen. Penurunan total pengeluaran rumahtangga mengindikasikan kesejahteraan rumahtangga peserta program KRPL menjadi menurun.

Penurunan total pendapatan rumahtangga menyebabkan luas usaha menurun sebesar 0.15 persen. Penurunan luas usaha menyebabkan penurunan curahan kerja isteri usahatani, jumlah penggunaan benih, jumlah penggunaan pupuk kandang, jumlah penggunaan penyiram tanaman, dan jumlah penggunaan cangkul masing-masing sebesar 0.03 persen, 0.15 persen, 0.04 persen, 0.01 persen, dan 0.01 persen. Penurunan luas usaha dan seluruh jumlah penggunaan input menyebabkan produksi sayuran menurun sebesar 0.16 persen. Penurunan curahan kerja isteri usahatani menyebabkan curahan kerja isteri non usahatani meningkat, sehingga pendapatan isteri non usahatani meningkat. Peningkatan pendapatan isteri non usahatani menyebabkan pendapatan rumahtangga non usahatani dan pengeluaran konsumsi non pangan rumahtangga, dan investasi pendidikan meningkat.

Peningkatan harga output sebesar 40 persen (S3) akan menyebabkan peningkatan pendapatan usahatani sebesar 70.27 persen. Peningkatan pendapatan usahatani menyebabkan total pendapatan rumahtangga meningkat 2.39 persen. Peningkatan total pendapatan rumahtangga menyebabkan peningkatan pendapatan disposable rumahtangga sebesar 2.40 persen. Peningkatan pendapatan disposable rumahtangga menyebabkan pengeluaran konsumsi pangan rumahtangga, total pengeluaran konsumsi rumahtangga, investasi kesehatan, dan invetasi sumberdaya manusia meningkat masing-masing sebesar 0.35 persen, 0.15 persen, 1.12 persen, dan 0.60 persen, sehingga total pengeluaran rumahtangga meningkat sebesar 0.22 persen. Peningkatan pendapatan total rumahtangga lebih besar daripada total pengeluaran rumahtangga, sehingga tabungan juga meningkat sebesar 4.73 persen.

Peningkatan total pengeluaran rumahtangga mengindikasikan kesejahteraan rumahtangga peserta program KRPL menjadi meningkat.

Peningkatan total pendapatan rumahtangga menyebabkan peningkatan luas usaha sebesar 9.60 persen. Peningkatan luas usaha menyebabkan curahan kerja isteri usahatani meningkat sebesar 1.83 persen, jumlah penggunaan benih sebesar 9.21 persen, jumlah penggunaan pupuk kandang sebesar 2.82 persen, jumlah penggunaan penyiram tanaman sebesar 0.93 persen, dan jumlah penggunaan cangkul sebesar 0.93 persen. Peningkatan luas usaha dan jumlah penggunaan seluruh input menyebabkan produksi sayuran meningkat sebesar 9.94 persen. Jumlah penggunaan input yang meningkat menyebabkan peningkatan seluruh biaya input, sehingga biaya usahatani meningkat sebesar 1.89 persen. Peningkatan curahan kerja isteri usahatani menyebabkan penurunan curahan kerja isteri non usahatani sebesar 0.15 persen, sehingga pendapatan isteri non usahatani menurun sebesar 0.33 persen. Penurunan pendapatan isteri non usahatani menyebabkan peningkatan pada curahan kerja suami non usahatani sebesar 0.04 persen, sehingga pendapatan suami non usahatani meningkat sebesar 0.01 persen. Selain itu, penurunan pendapatan isteri non usahatani menyebabkan pengeluaran konsumsi non pangan rumahtangga dan investasi pendidikan menurun.

Peningkatan pendapatan isteri non usahatani sebesar Rp 250 000 (S4) akan menyebabkan peningkatan pendapatan rumahtangga non usahatani sebesar 0.84 persen. Peningkatan pendapatan rumahtangga non usahatani menyebabkan total pendapatan rumahtangga meningkat sebesar 0.95 persen. Peningkatan total pendapatan rumahtangga menyebabkan pendapatan disposable rumahtangga meningkat sebesar 0.95 persen.

Peningkatan pendapatan disposable rumahtangga menyebabkan pengeluaran konsumsi pangan rumahtangga, pengeluaran konsumsi non pangan rumahtangga, total pengeluaran konsumsi rumahtangga, investasi kesehatan, investasi pendidikan, dan investasi sumberdaya manusia masing-masing sebesar 0.14 persen, 1.31 persen, 0.65 persen, 0.44 persen, 0.02 persen, dan 0.25 persen, sehingga total pengeluaran rumahtangga meningkat sebesar 0.59 persen. Peningkatan total pendapatan rumahtangga lebih besar daripada peningkatan total pengeluaran rumahtangga menyebabkan tabungan meningkat sebesar 1.63 persen. Peningkatan total

pengeluaran rumahtangga mengindikasikan kesejahteraan rumahtangga peserta program KRPL menjadi meningkat.

Peningkatan total pendapatan rumahtangga menyebabkan peningkatan luas usaha sebesar 3.14 persen. Peningkatan luas usaha menyebabkan peningkatan curahan kerja isteri usahatani sebesar 0.57 persen, jumlah penggunaan benih sebesar 3.00 persen, jumlah penggunaan pupuk kandang sebesar 0.93 persen, jumlah penggunaan penyiram tanaman sebesar 0.30 persen, dan jumlah penggunaan cangkul sebesar 0.30 persen. Peningkatan jumlah penggunaan seluruh input menyebabkan seluruh biaya input meningkat, sehingga biaya sarana produksi meningkat sebesar 0.70 persen. Peningkatan biaya sarana produksi menyebabkan biaya usahatani meningkat sebesar 0.59 persen. Peningkatan luas usaha dan jumlah penggunaan seluruh input juga menyebabkan produksi sayuran meningkat sebesar 3.23 persen. Peningkatan produksi sayuran menyebabkan pendapatan usahatani meningkat sebesar 4.04 persen.

Dokumen terkait