• Tidak ada hasil yang ditemukan

E. ANALISIS SENSITIVITAS

1. Harga Kedelai

E. ANALISIS SENSITIVITAS

Analisis sensitivitas perlu dilakukan untuk memperkirakan kesalahan pendugaan terhadap nilai suatu proyek. Kesalahan dapat selalu terjadi, karena faktor manusia dan faktor lingkungan. Faktor manusia maksudnya manusia sering kali melakukan kesalahan dalam memprhitungkan segala sesuatunya. Sedangkan faktor lingkungan disini maksudnya kemungkinan adanya kenaikan harga mendadak ketika proyek dilaksanakan. Semua itu perlu diperhatikan demi pengembangan proyek.

Menurut Pramudya dan Dewi (1992), dalam melakukan analisis sensitivitas, perhitungan yang telah dilakukan perlu diulang kembali dengan perubahan yang terjadi atau mungkin akan terjadi. Hal ini perlu dilakukan karena dalam analisis proyek umumnya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak unsur ketidakpastian, tentang apa yang akan terjadi pada waktu yang akan datang.

Analisis sensitivitas yang dilakukan terhadap pendugaan beberapa komponen yang mungkin terjadi kenaikan biaya, yaitu :

1. Harga Kedelai

Kedelai merupakan bahan pokok dalam produksi dan harganya kemungkinan bisa berubah sewaktu-waktu. Besar pendugaan kenaikan harga kedelai, yaitu :

a. Kenaikan harga kedelai sebesar 10%

Setelah dilakukan analisis sensitivitas dengan kenaikan harga kedelai sebesar 10%. Maka harga kedelai menjadi Rp. 5,885/kg. Sehingga terjadi kenaikan biaya variabel total tiap tahunnya menjadi sebesar Rp. 1,683,471,050. Dengan terjadinya kenaikan terhadap biaya variabel total menyebabkan biaya total bertambah menjadi Rp. 1,688,841,050.

Biaya pokok produksi mengalami perubahan menjadi Rp. 89,447/jirangan. Dengan penetapan harga jual tahu setiap

jirangannya yang tidak berubah Rp. 105,000. Maka dapat diketahui nilai ratio produksi tahu sebesar 0.85. Besarnya nilai ratio yang

20 didapat kurang dari 1 (< 1). Hal ini menunjukkan bahwa usaha produksi tahu masih layak mendapatkan keuntungan setelah terjadi kenaikan harga kedelai sebesar 10%.

Didapatkan titik impas produksi sebesar 339 jirangan. Setelah mengalami perubahan biaya terhadap harga kedelai sebesar 10%, jumlah produksi tahu setiap tahunnya ternyata lebih besar dari titik impas produksi. Hal ini menunjukkan usaha produksi tahu tetap pada posisi yang menguntungkan.

Terdapat perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net B/C. Terjadi penurunan nilai NPV menjadi sebesar Rp. 1,298,995,114. Hal ini berarti bahwa dengan adanya pendugaan kenaikan harga kedelai sebesar 10% dari pendugaan awal. Perusahaan hanya akan mendapat keuntungan sebesar Rp. 1,298,995,114 selama periode 15 tahun. Bila dibandingkan dengan sebelum kenaikan biaya kedelai sebesar 10%, nilai NPV turun. Tetapi nilai NPV yang didapat masih bernilai positif.

Untuk mengetahui nilai IRR yang telah berubah dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (5). Diketahui nilai NPV positif sebesar Rp. 9,242,115 pada suku bunga 48% dan nilai NPV negatif sebesar Rp. -4,109,644 pada suku bunga 49%. Sehingga didapatkan nilai IRR sebesar 48.69%. Bila dibandingkan dengan sebelum adanya pendugaan kenaikan harga kedelai sebesar 10%, nilai IRR turun. Tetapi nilai IRR yang didapat masih berada di atas nilai discount rate sebesar 14%.

Dengan menggunakan persamaan (6), maka dapat dihitung nilai Net B/C setelah dilakukannya analisis sensitivitas dengan pendugaan kenaikan harga kedelai sebesar 10%. Diketahui nilai Net (Bt-Ct) positif sebesar Rp. 1,970,995,114 dan nilai Net (Ct-Bt) negatif sebesar Rp. -672,000,000. Sehingga didapatkan nilai Net B/C sebesar 2.93. Hal ini berarti bahwa dengan discount rate sebesar 14%, proyek mampu menghasilkan tambahan manfaat sebesar Rp. 2.93 setiap tambahan biaya sebesar Rp. 1, dan diasumsikan discount rate tetap selama umur proyek selama 15 tahun.

21 b. Kenaikan harga kedelai 20%

Dengan pendugaan kenaikan harga kedelai sebesar 20%, mengakibatkan biaya variabel berubah menjadi Rp. 1,784,484,400 dan biaya total menjadi Rp. 1,789,854,400. Hal ini membuat biaya pokok produksi menjadi Rp. 94,797/ jirangan.

Didapatkan titik impas produksi menjadi 512 jirangan per tahun setelah adanya pendugaan terhadap kenaikan harga kedelai sebesar 20%. Terdapat perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net B/C. Nilai NPV yang didapat ternyata turun menjadi Rp. 763,013,778 pada discount rate sebesar 14%.

Nilai IRR yang didapat sebesar 35.03%. Ternyata nilai IRR turun sangat drastis jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan harga kedelai. Dan nilai IRR yang didapat jauh berada di bawah discount rate yang berlaku. Nilai Net B/C yang didapat juga mengalami penurunan menjadi 2.11 yang turun sangat drastis jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan harga kedelai.

c. Kenaikan harga kedelai 30%

Dengan pendugaan kenaikan harga kedelai sebesar 30%, mengakibatkan biaya variabel berubah menjadi Rp. 1,885,497,750 dan biaya total menjadi Rp. 1,890,867,750. Hal ini membuat biaya pokok produksi menjadi Rp. 100,147/ jirangan.

Didapatkan titik impas produksi menjadi 1,045 jirangan per tahun setelah adanya pendugaan terhadap kenaikan harga kedelai sebesar 30%. Terdapat perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net

B/C. Nilai NPV yang didapat turun sangat drastis menjadi Rp. 224,476,989 pada discount rate sebesar 14%.

Nilai IRR yang didapat sebesar 20.54%. Nilai IRR turun jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan harga kedelai, tetapi masih berada di atas discount rate yang berlaku. Nilai Net B/C yang didapat juga mengalami penurunan menjadi 1.31 jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan harga kedelai.

22 d. Kenaikan harga kedelai 40%

Dengan pendugaan kenaikan harga kedelai sebesar 40%, mengakibatkan biaya variabel berubah menjadi Rp. 1,986,511,100 dan biaya total menjadi Rp. 1991,881,100. Hal ini membuat biaya pokok produksi menjadi Rp. 105,497/ jirangan.

Terdapat perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net B/C.

Nilai NPV yang didapat ternyata turun drastis menjadi Rp. -314,059,801 pada discount rate sebesar 14%.

Nilai IRR yang didapat sebesar 3.87%. Ternyata nilai IRR turun sangat drastis jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan harga kedelai. Dan nilai IRR yang didapat jauh berada di bawah discount rate yang berlaku. Nilai Net B/C yang didapat juga mengalami penurunan menjadi 0.59 yang turun sangat drastis jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan harga kedelai.

Dari hasil yang didapat berdasarkan pendugaan kenaikan harga kedelai. Pendugaan dengan kenaikan harga kedelai hingga sebesar 40% dengan penetapan harga jual tahu tetap sebesar Rp. 105,000 dan produksi tahu konstan sebanyak 18881 jirangan/tahun selama umur proyek.

Tabel 6. Nilai Analisis Kelayakan Dengan Pendugaan Kenaikan Harga Kedelai

Kenaikan Kedelai NPV IRR Net B/C

10% Rp. 1,298,995,114 48.69% 2.93

20% Rp. 1,789,854,400 35.03% 2.11

30% Rp. 224,476,989 20.54% 1.31

40% Rp. -314,059,801 3.87%. 0.59

Dengan didapatkannya nilai NPV, IRR dan Net B/C setelah adanya pendugaan kenaikan harga kedelai sebesar 10%, 20%, 30% dan 40%, maka dapat dilakukan analisis finansial. Nilai NPV, IRR dan Net B/C yang didapat pada ternyata mengalami penurunan setelah adanya pendugaan kenaikan harga kedelai. Namun nilai NPV yang didapat pada kenaikan harga kedelai hingga 30% masih bernilai positif, nilai IRR yang masih berada di atas discount rate

Dokumen terkait