• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PADA USAHA PRODUKSI TAHU DI PABRIK TAHU BANDUNG RAOS CAP JEMPOL, DRAMAGA, BOGOR. Oleh: GAZALI FADHIL CAFAH F

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS BIAYA PRODUKSI PADA USAHA PRODUKSI TAHU DI PABRIK TAHU BANDUNG RAOS CAP JEMPOL, DRAMAGA, BOGOR. Oleh: GAZALI FADHIL CAFAH F"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PADA USAHA PRODUKSI TAHU DI PABRIK TAHU BANDUNG RAOS CAP JEMPOL, DRAMAGA,

BOGOR

Oleh:

GAZALI FADHIL CAFAH F14052007

2009

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(2)

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PADA USAHA PRODUKSI TAHU DI PABRIK TAHU BANDUNG RAOS CAP JEMPOL, DRAMAGA,

BOGOR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

GAZALI FADHIL CAFAH F14052007

2009

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(3)

Judul Skripsi : Analisis Biaya Produksi Pada Usaha Produksi Tahu di Pabrik Tahu Bandung Raos Cap Jempol, Dramaga, Bogor

Nama : Gazali Fadhil Cafah NIM : F14052007

Menyetujui,

Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudya, M.Eng) NIP. 19500301 197603 1001

Mengetahui: Ketua Departemen

(Dr. Ir. Desrial, M.Eng) NIP. 19661201 199103 1004

(4)

ii Gazali Fadhil. C. F14052007. Analisis Biaya Produksi Pada Usaha Produksi Tahu Di Pabrik Tahu Bandung Raos Cap Jempol, Dramaga, Bogor. Dibimbing oleh : Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudya, M.Eng. 2009

RINGKASAN

Tahu merupakan makan yang terbuat dari kacang kedelai. Pada tahun 1970, tahu menjadi terkenal sebagai makanan alternatif dari daging yang “ramah lingkungan”. Orang-orang yang memperhatikan tentang kelaparan di seluruh dunia serta pemeliharaan sumber-sumber alam menganggap tahu sebagai pilihan makanan yang lebih murah dibandingkan produk hewani.

Penelitian ini secara keseluruhan bertujuan untuk mengkaji atau menganalisa biaya dan kelayakan usaha pembuatan tahu, bagaimana usaha tersebut beralan pada jalur yang tepat agar tidak mengalami kerugian. Penelitian dilakukan di Kampung Paringga RT 055 RW 03, Desa Neglasari, Kecamatan Dramaga. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, pengukuran langsung, dan wawancara.

Usaha pembuatan tahu dapat digolongkan ke dalam kegiatan yang disebut proyek, dan terdiri dari unsur biaya, manfaat dan jangka waktu. Kelayakan suatu proyek dapat ditinjau dengan menggunakan kriteria-kriteria Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Benefit Cost Ratio (B/C).

Dari hasil perhitungan diketahui bahwa usaha produksi tahu memerlukan dana investasi awal sebesar Rp. 672,000,000 dengan biaya total produksinya tiap tahun sebesar Rp. 1,587,827,700. NPV yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah sebesar Rp. 1,832,574,344. IRR yang diperoleh sebesar 61.99% . Dan nilai Net B/C yang diperoleh 3.73.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa usaha produksi tahu merupakan suatu bentuk kegiatan proyek dan struktur bianya terdiri dari biaya investasi dan biaya produksi. Usaha ini layak untuk dikembangkan karena memperoleh nilai NPV yang positif, nilai IRR yang lebih tinggi dari tingkat suku bunga yang berlaku dan nilai Net B/C yang lebih dari satu.

(5)

iii RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Gazali Fadhil Cafah dan dilahirkan di Jakarta pada tanggal 23 Maret 1987, merupakan anak kedua dari 4 bersaudara, dari pasangan Chairul Kamal Capah dan Aah Sumiati. Pada tahun 1993-1999, penulis sekolah di SDN Wisma Jaya. Pada tahun 1999-2002, penulis sekolah di SLTP SEROJA Bekasi dan lulus. Pada tahun 2002 penulis melanjutkan sekolah di SMAN 4 Bekasi dan lulus tahun 2005.

Pada tahun 2005, penulis melanjutkan jenjang ke perguruan tinggi dan diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama. Pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis melakukan praktek lapang pada tahun 2008 di PTPN VIII Gunung Mas, Bogor, Jawa Barat dengan judul ”Aspek Manajemen Alat Dan Mesin Pada Proses Budidaya Dan Pengolahan Teh Hitam CTC di PTPN VIII Gunung Mas, Bogor, Jawa Barat”. Pada tahun 2009, penulis melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsinya dengan judul ”Analisis Biaya Produksi Pada Usaha Produksi Tahu di Pabrik Tahu Bandung Raos Cap Jempol, Dramaga, Bogor”

(6)

i KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan melakukan penelitian dengan judul “Analisis Biaya Produksi Pada Usaha Produksi Tahu di Pabrik Tahu Bandung Raos Cap Jempol, Dramaga, Bogor ”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Progam Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudya, M.Eng. sebagai dosen pembimbing, atas

bimbingan dan arahan yang telah diberikan selama penulis menyelesaikan studi.

2. Prof. Dr. Ir. Atjeng M. Syarief, M.SAE. dan Dr. Ir Setyo Pertiwi, M.Agr. sebagai dosen penguji dan arahan yang diberikan dalam memperbaiki skripsi. 3. Kedua Orang Tua saya, Chairul Kamal Capah dan Aah Sumiati, yang selalu

mendoakan dan memberikan dukungan selama masa studi.

4. Kepada tante Ika Twigley dan nenek Tati Kamalia atas dukungan dan doa yang tiada henti.

5. Halidya Mutiarani S.P. yang telah membantu dalam melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi.

6. Seluruh rekan-rekan seperjuangan TEP’42 yang telah memberikan dukungan dan dorongan selama penulis menyelesaikan studi.

7. Kepada semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan usulan penelitian ini masih belum sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran dari semua pihak sebagai upaya perbaikan selanjutnya, demi kelancaran dalam pelaksanaan penelitian

Bogor, Desember 2009

(7)

ii DAFTAR ISI halaman KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii DAFTAR TABEL ... iv DAFTAR GAMBAR ... v DAFTAR LAMPIRAN ... vi I. PENDAHULUAN ... 1 A. LATAR BELAKANG ... 1 B. TUJUAN ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

A. KEDELAI ... 3

B. PROSES PRODUKSI TAHU ... 4

C. BIAYA PRODUKSI ... 5

D. BIAYA POKOK PRODUKSI ... 6

E. TITIK IMPAS PRODUKSI ... 7

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 8

A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN ... 8

B. BAHAN DAN ALAT ... 8

C. METODE PENGUMPULAN DATA ... 8

D. METODE ANALISIS ... 9

1. Analisis Biaya Produksi ... 9

2. Analsis Biaya Pokok ... 9

3. Titik Impas Produksi... 10

4. Analisis Kelayakan ... 11

a. Net Present Value (NPV)... 11

b. Internal Rate of Return (IRR) ... 11

c. Benefit Cost Ratio ... 12

(8)

iii

E. PEMBATASAN MASALAH DAN ASUMSI ... 12

1. Pembatasan Masalah ... 12

2. Asumsi ... 12

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 14

A. ANALISIS BIAYA PRODUKSI ... 14

B. ANALISIS BIAYA POKOK... 16

C. ANALISIS TITIK IMPAS PRODUKSI ... 17

D. ANALISIS KELAYAKAN ... 17

1. Net Present Value (NPV) ... 17

2. Internal Rate of Return (IRR) ... 18

3. Benefit Cost Ratio (B/C) ... 18

E. ANALISIS SENSITIVITAS ... 19

1. Harga Kedelai ... 19

2. Upah Pekerja ... 23

3. Bahan Bakar (kayu) ... 28

4. Harga Kedelai dan Harga Jual Tahu Rp. 115,000 ... 30

5. Harga Kedelai dan Harga Jual Tahu Rp. 125,000 ... 33

6. Harga Kedelai dan Harga Jual Tahu Rp. 135,000 ... 35

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 37

A. KESIMPULAN ... 37

B. SARAN ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39

(9)

iv DAFTAR TABEL

Tabel 1. Mutu Kedelai... ..4

Tabel 2. Jumlah Produksi Tahu Rata-Rata Tiap Tahun ... 14

Tabel 3. Biaya Investasi Produksi Tahu (tahun 2003) ... 14

Tabel 4. Biaya Tetap ... 15

Tabel 5. Nilai Analisis Finansial Dan Kelayakan ... 18

Tabel 6. Nilai Analisis Kelayakan Dengan Pendugaan Kenaikan Harga Kedelai ... 22

Tabel 7. Nilai Analisis Kelayakan Dengan Pendugaan Kenaikan Upah Pekerja ... 27

Tabel 8. Nilai Analisis Finansial Dan Kelayakan Setelah Pendugaan Kenaikan Bahan Bakar (kayu) Sebesar 20% ... 29

Tabel 9. Analisis Kelayakan Harga Kedelai Pada Harga Jual Rp.115,00 ... 32

Tabel 10. Analisis Kelayakan Harga Kedelai Pada Harga Jual Rp.125,00 ... 35

(10)

v DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kedelai ... 95

Gambar 2. Pencucian dan perendeman kedelai ... 95

Gambar 3. Penggilingan kedelai menjadi bubur kedelai ... 96

Gambar 4. Perebusan bubur kedelai ... 96

Gambar 5. Penyaringan air kedelai ... 97

Gambar 6. Pengendapan air kedelai ... 97

Gambar 7. Pencetakan tahu ... 98

Gambar 8. Air kunyit dan garam ... 98

Gambar 9. Pewarnaan tahu ... 99

(11)

vi DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Biaya Variabel Produksi Tahu ... 41

Lampiran 2. Rincian Biaya Variabel Produksi Tahu ... 42

Lampiran 3. Total Pendapatan Tiap Tahun dan Pajak ... 44

Lampiran 4. Arus Kas Produksi Tahu ... 45

Lampiran 5. Perhitungan Analisis Kelayakan Usaha ... 47

Lampiran 6. Perubahan Biaya Variabel Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Kedelai Sebesar 10% ... 49

Lampiran 7. Rincian Biaya Bagian Produksi Terhadap Kenaikan Biaya Kedelai Sebesar 10% ... 49

Lampiran 8. Arus Kas Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Kedelai Sebesar 10% ... 50

Lampiran 9. Perubahan Biaya Variabel Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Kedelai Sebesar 20% ... 52

Lampiran 10. Arus Kas Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Kedelai Sebesar 20% ... 53

Lampiran 11. Perubahan Biaya Variabel Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Kedelai Sebesar 30% ... 55

Lampiran 12. Arus Kas Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Kedelai Sebesar 30% ... 56

Lampiran 13. Perubahan Biaya Variabel Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Kedelai Sebesar 40% ... 58

Lampiran 14. Arus Kas Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Kedelai Sebesar 40% ... 59

Lampiran 15. Perubahan Biaya Variabel Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Upah Pekerja 10% ... 61

Lampiran 16. Rincian Biaya Variabel Terhadap Kenaikan Upah Pekerja Sebesar 10% ... 62

Lampiran 17. Arus Kas Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas Kenaikan Upah Pekerja Sebesar 10% ... 63

(12)

vii Lampiran 18. Perubahan Biaya Variabel Produksi Tahu Dengan

Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Upah Pekerja 20% ... 65 Lampiran 19. Rincian Biaya Variabel Terhadap Kenaikan Upah Pekerja

Sebesar 20% ... 66 Lampiran 20. Arus Kas Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas

Kenaikan Upah Pekerja Sebesar 20% ... 67 Lampiran 21. Perubahan Biaya Variabel Produksi Tahu Dengan

Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Upah Pekerja 30% ... 69 Lampiran 22. Arus Kas Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas

Kenaikan Upah Pekerja Sebesar 30% ... 70 Lampiran 23. Perubahan Biaya Variabel Produksi Tahu Dengan

Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Upah Pekerja 40% ... 72 Lampiran 24. Arus Kas Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas

Kenaikan Upah Pekerja Sebesar 40% ... 73 Lampiran 25. Perubahan Biaya Variabel Produksi Tahu Dengan

Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Upah Pekerja 50% ... 75 Lampiran 26. Arus Kas Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas

Kenaikan Upah Pekerja Sebesar 50% ... 76 Lampiran 27. Perubahan Biaya Variabel Produksi Tahu Dengan Analisis

Sensitivitas Kenaikan Bahan Bakar( kayu) sebesar 20% ... 78 Lampiran 28. Rincian Biaya Variabel Terhadap

Kenaikan Bahan Bakar (kayu) Sebesar 20% ... 78 Lampiran 29. Arus Kas Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas

Kenaikan Kenaikan Bahan Bakar( kayu) sebesar 20% ... 79 Lampiran 30. Arus Kas Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas Terhadap

Kenaikan Harga Kedelai Sebesar 40%

Pada Harga Jual Rp. 115,000 ... 81 Lampiran 31. Arus Kas Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas Terhadap

Kenaikan Harga Kedelai Sebesar 50%

(13)

viii Lampiran 32. Arus Kas Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas Terhadap

Kenaikan Harga Kedelai Sebesar 60%

Pada Harga Jual Rp. 115,000 ... 85 Lampiran 33. Arus Kas Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas Terhadap

Kenaikan Harga Kedelai Sebesar 60%

Pada Harga Jual Rp. 125,000 ... 87 Lampiran 34. Arus Kas Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas Terhadap

Kenaikan Harga Kedelai Sebesar 70%

Pada Harga Jual Rp. 125,000 ... 89 Lampiran 35. Arus Kas Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas Terhadap

Kenaikan Harga Kedelai Sebesar 80%

Pada Harga Jual Rp. 125,000 ... 91 Lampiran 36. Arus Kas Produksi Tahu Dengan Analisis Sensitivitas Terhadap

Kenaikan Harga Kedelai Sebesar 80%

Pada Harga Jual Rp. 135,000 ... 93 Lampiran 37. Gambar-gambar Proses Pembuatan Tahu ... 95

(14)

1 I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bangsa Cina merupakan pengguna kacang kedelai sebagai bahan makanan yang pertama. Sekitar tahun 1100 Sebelum Masehi, kacang kedelai telah ditanam di bagian selatan tengah negara Cina dan dalam waktu singkat menjadi makanan pokok masyarakat Cina.

Kacang kedelai telah diperkenalkan di Jepang sekitar tahun 100 Setelah Masehi dan meluas ke seluruh negara-negara Asia secara pesat. Kacang kedelai dikenal di Eropa sekitar tahun 1500 Setelah Masehi.

Salah satu produk pangan hasil olahan kedelai yang sudah cukup dikenal di Indonesia adalah tahu. selain harganya yang cukup murah, tahu bernilai gizi tinggi. Di antara hasil olahan kedelai lainnya, protein tahu adalah yang terbaik karena mempunyai komposisi asam amino terlengkap. Selain itu daya cernanya mencapai 95% sehingga dapat dikonsumsi dengan aman oleh semua golongan umur termasuk mereka yang mengalami gangguan pencernaan.

Pada tahun 1970, tahu terkenal sebagai makanan alternatif “ramah lingkungan”. Orang-orang yang memperhatikan tentang kelaparan di seluruh dunia serta pemeliharaan sumber-sumber alam menganggap tahu sebagai pilihan makanan yang lebih murah dibandingkan produk hewani. Saat ini, banyak orang telah banyak beralih untuk mengonsumsi tahu dan produk turunan yang berasal dari kacang kedelai, hal ini bertujuan untuk mengurangi pemotongan hewan, melestarikan lingkungan, dan kesehatan tubuh bagi mereka yang menginginkan asupan bahan makanan rendah kolesterol yang masuk ke dalam tubuh.

Dalam beberapa tahun belakangan ini terdapat kecendrungan bahwa konsumen mulai mencai dan mengkonsumsi pangan yang tidak mengandung kolesterol. Tahu sebagai bahan pangan dengan kandungan lemaknya yang tidak mengandung kolesterol tetapi kaya akan protein yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu bahan pangan alternatif yang telah

(15)

2 populer bagi semua golongan masyarakat. Sehingga mengembangkan usaha pembuatan tahu memiliki potensi yang cukup baik

Untuk mendukung usaha produksi tahu diperlukan mengenai sarana, prasarana dan aspek finansial sehingga masyarakat mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan usaha produksi tahu. Oleh karena itu, perlu dilakukan perhitungan-perhitungan ekonomi yang berhubungan dengan usaha tersebut, seperti perhitungan analisis biaya produksi, serta perhitungan analisis lainnya yang menunjang ke arah tersebut.

B. TUJUAN

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mempelajari struktur biaya produksi pada usaha produksi tahu 2. Menghitung nilai titik impas dengan menggunakan analisis biaya 3.Mengetahui kelayakan produksi tahu dengan metode Net Present Value

(NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Benefit Cost Ratio (B/C)

(16)

3 II. TINJAUAN PUSTAKA

A. KEDELAI

Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar (Glycine ururiencis), merupakan kedelai yang dikenal saat ini (Glycine max (L) Merril). Kedelai ini berasal dari daerah Manshukuo (Cina Utara).

Di Indonesia, kedelai mulai dibudidayakan sejak abad ke-17 sebagai tanaman makanan dan pupuk hijau. Penyebaran tanaman kedelai ke Indonesia berasal dari daerah Manshukuo kemudian menyebar ke daerah Mansyuria, Jepang (Asia Timur), dan ke negara-negara lain di Amerika dan Afrika.

Taksonomi tanaman kedelai adalah sebagai berikut: Familia : Leguminosae

Subfamili : Papilionoidae Genus : Glycine Species : Glycine max L

Kedelai yang tumbuh secara liar di Asia Tenggara meliputi sekitar 40 jenis. Penyebaran geografis dari kedelai mempengaruhi jenis tipenya. Terdapat 4 tipe kedelai yakni: tipe Mansyuria, Jepang, India, dan Cina. Dasar-dasar penentuan varietas kedelai diDasar-dasarkan pada: umur, warna biji, dan tipe batang.

Varietas kedelai yang dianjurkan untuk dikonsumsi yaitu: Otan, No. 27, No.29, Ringgit 317, Sumbing 452, Merapi 520, Shakti 945, Davros, Economic Garden, Taichung 1290, TKG 1291, Clark 1293, Orba 1343, Galunggung, Lokon, Guntur, Wilis, Dempo, Kerinci, Raung, Merbabu, Muria, dan Tidar.

(17)

4 Tabel 1. Mutu Kedelai

(Sumber : SK Menteri No 501/Kpts/TP.803/8/1994)

B. PROSES PRODUKSI TAHU

Bahan baku untuk membuat tahu berkualitas tinggi adalah kedelai putih berbiji besar, asam cuka (kadar 90 %) yang dipakai sebagai campuran sari kedelai agar dapat menggumpal menjadi tahu. Selain asam cuka dapat juga di pakai batu tahu (CaSo4) atau sulfat kapur yang telah di bakar dan ditumbuk dibuat tepung.\

Dalam seluruh proses produksi tahu, air bersih amat penting digunakan baik untuk mencuci, merendam, maupun untuk membuat sari kedelai. Apabila pengrajin ingin membuat tahu kuning, kunyit yang telah diparut dan diperas dapat ditambahkan pada sari kedelai. Untuk menambah rasa asin dan wangi, sari kedelai dapat dicampur dengan garam, bubuk ketumbar, jintan, kapol, cengkeh, dan pala.

Tahap dalam proses produksi tahu adalah :

1. Kedelai dipilih dengan penampih untuk memilih biji kedelai dengan ukuran besar. Setelah itu kedelai dicuci dan direndam dalam air selama 6 jam.

2. Kedelai kemudian dicuci kembali sekitar 30 menit.

3. Setelah di cuci bersih, kedelai diletakkan pada ebleg yang terbuat dari bambu atau plastik.

4. Kedelai digiling sampai halus kemudian secara langsung butir kedelai mengalir kedalam tong penampung.

Kriteria % bobot Mutu I Mutu II Mutu

III

Kadar air maksimum 13 % 14 % 16 %

Kotoran maksimum 1 % 2 % 5 %

Butir rusak 2 % 3 % 5 %

Butir keriput 0 % 5 % 8 %

Butir belah 1 % 3 % 5 %

(18)

5 5. Butir kedelai direbus di dalam wajan besar selama 15 – 20 menit untuk kemudian menjadi bubur kedelai. Sebaiknya jarak waktu selesai digiling dan direbus jangan lebih dari 5-10 menit, supaya kualitas tahu baik.

6. Bubur kedelai diangkat dari wajan kedalam bak, kemudian disaring dengan menggunakan kain belacu atau kain mori kasar.Agar penyaringan sempurna, sebuah papan kayu diletakkan pada kain kemudian satu orang naik di atasnya dan menggoyangkan papan tersebut. Limbah dari penyaringan berupa ampas tahu. Ampas tahu dapat diperas lagi dengan menyiram air panas sampai tidak mengandung sari tahu.

7. Air saringan yang tertampung didalam tong adalah bahan yang akan menjadi tahu. Air saringan tersebut kemudian dicampur dengan asam cuka untuk mencegah penggumpalan.

8. Gumpalan atau jonjot putih yang mulai mengendap kemudian dicetak untuk menjadi tahu pada cetakan. Air asam yang masih ada dipisahkan dari jonjot-jonjot tahu dan disimpan karena masih dapat digunakan lagi. Adonan tahu dikempa agar air yang masih tercampur dalam adonan tahu terperas habis. Pengempaan dilakukan selama 1 menit. Adonan tahu yang sudah padat dan berbentuk kotak kemudian di potong dengan ukuran 6 x 4 cm2 dan menjadi tahu siap di jual.

C. BIAYA PRODUKSI

Biaya mempunyai peranan penting dalam perusahaan. Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi untuk mencapai tujuan tertentu (Mulyadi, 1986). Menurut Sudarsono (1986), biaya adalah semua beban yang harus ditanggung untuk menyediakan barang agar tersebut siap dipakai oleh konsumen.

Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam proses produksi dapat dikelompokkan berdasarkan fungsi-fungsi pokok yang ada dalam perusahaan. Perhitungan biaya antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya berbeda-beda tergantung kepada kondisi, tujuan, dan keperluan perusahaan akan perhitungan tersebut. Untuk memungkinkan perusahaan mengambil

(19)

6 keputusan yang tepat, maka perhitungan biaya harus didasrkan pada fakta yang ada dan dapat diukur.

Biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi dalam hubungan dengan proses pengolahan bahan baku menjadi produk jadi. Suatu nilai pengorbanan yang dikeluarkan tidak untuk mencapai tujuan tertentu merupakan pemborosan (Soemarsono, 1984). Biaya produksi merupakan faktor terpenting yang harus dipertimbangkan oleh seorang manajer dalam menjalankan fungsinya. Pengalokasian dan perhitungan biaya ditujukan untuk mengendalikan biaya dan menentukan kebijaksanaan selanjutnya (Riyanto, 1993).

Menurut Mulyadi (1986), biaya produksi dapat digolongkan ke dalam beberapa golongan antara lain :

1. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang digunakan untuk penggunaan faktor-faktor produksi yang sifatnya konstan (tetap) tidak terpengaruh oleh adanya perubahan volume produksi.

2. Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang digunakan untuk pengadaan faktor-faktor produksi yang sifatnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan volume produksi.

D. BIAYA POKOK PRODUKSI

Biaya pokok produksi adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang ditambah biaya lainnya sehingga barang tersebut dapat dipergunakan (Manullang, 1980). Sedangkan menurut Wasis (1988), biaya pokok adalah biaya yang tidak dapat dihindarkan yang dipakai dalam proses produksi yang dapat diperhitungkan.

Kedua definisi tersebut menyimpulkan bahwa biaya pokok adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu produk atau jasa sampai produk atau jasa tersebut dapat digunakan atau dijual di pasar.

Menurut Wasis (1988), tujuan perhitungan biaya pokok adalah : a. Untuk menentukan harga penjualan

b. Untuk menentukan laba atau rugi perusahaan c. Untuk menetapkan kebijaksanaan perusahaan

(20)

7 d. Untuk memberi penilaian di dalam neraca

e. Untuk menentukan efisiensi perusahaan

E. TITIK IMPAS PRODUKSI

Titik impas adalah hasil penjualan sama dengan biaya total produksi dimana perusahaan tidak mengalami kerugian maupun laba. Untuk dapat melakukan perhitungan analisis titik impas produksi, perlu diketahui hubungan antara biaya, jumlah produksi, dan harga penjualan. Ketiga unsur tersebut sangat erat kaitannya dalam menentukan laba perusahaan.

Dalam perhitungan titik impas diperlukan asumsi-asumsi yang harus dipenuhi agar perhitungan titik impas produksi dapat dilakukan. Asumsi ini merupakan dasar yang harus diterapkan. Menurut Riyanto (1993), asumi yang dapat digunakan dalam analisa titik impas produksi adalah :

a. Biaya di dalam perusahaan diklasifikasikan menjadi biaya tetap dan biaya variabel

b. Besarnya biaya variabel secara totalitas berubah-ubah secara proporsional dengan volume produksi atau penjualan

c. Besarnya biaya tetap secara totalitas tidak berubah, meskipun ada perubahan volume produksi atau penjualan

d. Harga jual per unit tidak berubah selama periode analisa.

e. Perusahaan hanya memproduksi satu jenis produksi, apabila diproduksi lebih dari satu macam produk, pertimbangan penghasilan penjualan antara masing-masing produk adalah konstan

Menurut Limbong dan Sitorus (1989), kegunaan dari analisa titik impas produksi antara lain :

a. Untuk mengetahui kaitan antara volume produksi dan penjualan, harga jual, biaya produksi, biaya lainnya serta laba dan rugi

b. Sebagai landasan untuk merencanakan kegiatan operasional dalam usaha mencapai laba tertentu

c. Sebagai landasan untuk mengendalikan kegiatan yang berjalan d. Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan harga penjualan

(21)

8 III. METODOLOGI PENELITIAN

A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Pabrik Tahu Raos Bandung Cap Jempol yang berlokasi di Kampung Paringga RT 05/RW 03, Desa Neglasari, Kecamatan Dramaga. Penelitian dilakukan selama bulan Juni 2009 sampai dengan Agustus 2009.

B. BAHAN DAN ALAT

Alat dah bahan yang digunakan dalam melakukan analisis finansial ini adalah :

1. Catatan lapang beserta alat tulis 2. Kalkulator

3. Seperangkat komputer

4. Sistem operasi Microsoft Windows XP service pack 2 5. Microsoft Excell 2007

6. Microsoft Word 2007

C. METODE PENGUMPULAN DATA

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi, kuesioner, diskusi dan pengukuran langsung selama produksi berlangsung. Sedangkan data sekunder diperoleh dari buku catatan tahunan.

Data yang diperlukan antara lain : 1. Modal investasi awal

2. Tingkat produksi tahu selama satu tahun terakhir 3. Biaya tetap produksi tahu

a. Investasi awal (Gedung, peralatan, dll) b. Biaya penyusutan

c. Pajak Bumi dan Bangunan serta asuransi 4. Biaya variabel produksi tahu

(22)

9 b. Biaya bahan bakar penggiling

c. Biaya bahan bakar (kayu) d. Gaji karyawan

e. Biaya bahan tambahan (kunyit, garam,dll) f. Biaya bahan bakar kendaraan.

g. Biaya listrik dan telepon 5. Tingkat bunga yang berlaku (%) 6. Harga jual tahu

D. METODE ANALISIS 1. Analisis Biaya Produksi

Biaya produksi dilihat dari biaya yang dikeluarkan perusahaan secara langsung, meliputi biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost) selama satu periode produksi. Biaya tetap terdiri dari biaya manajemen, biaya sewa lahan, biaya penyusutan, bunga modal, dan pajak. Sedangkan biaya variabel terdiri dari bahan baku, bahan bakar, dan biaya lainnya yang berubah sesuai volume produksi.

Menurut Pramudya dan Dewi (1992), biaya total dapat dihitung dengan menjumlahkan biaya tetap total dan biaya variabel total yang dapat dirumuskan :

BT = BTT +BVT ... (1)

Keterangan :

BT = Biaya Total (Rp/tahun) BTT = Biaya Tetap Total (Rp/tahun) BVT = Biaya Variabel Total (Rp/tahun)

2. Analisis Biaya Pokok

Biaya pokok produksi adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang, sehingga barang tersebut dapat digunakan.

(23)

10 Menurut Pramudya dan Dewi (1992), biaya pokok dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

BP = 𝐵𝑇

𝑃𝑇 ... (2)

Keterangan :

BP = Biaya Pokok (Rp/unit) BT = Biaya Total (Rp/tahun) PT = Produksi Total ( unit/tahun)

3. Titik Impas Produksi (TIP)

Analisa titik impas adalah suatu cara untuk mengetahui volume produksi berapakah perusahaan tersebut mengalami kerugian atau mendapat keuntungan. Menurut Pramudya dan Dewi (1992), untuk menghitung titik impas produksi dapat digunakan rumus :

TIP = 𝐵𝑇𝑇

𝐻𝐽 −𝐵𝑉𝑅 ... (3)

Keterangan :

TIP = Titik Impas Produksi (unit/tahun) BTT = Biaya Tetap Produksi (Rp/tahun) HJ = Harga jual (Rp/unit)

BVR = Biaya Variabel Rata-rata (Rp/unit)

Apabila produksi dan penjualan berada pada titik impas, berarti perusahaan tersebut tidak akan mengalami kerugian maupu mendapat keuntungan dengan menjual sebanyak TIP unit. Sedangkan jika ingin mendapatkan keuntungan maka harus menjual lebih dari TIP unit.

(24)

11 4. Analisis Kelayakan

a. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV), yaitu selisih harga sekarang dari penerimaan terhadap pengeluaran pada tingkat suku bunga tertentu. NPV sangat dipengaruhi oleh nilai dari pengeluaran dan penerimaan atau salah satu dari unsur tersebut. Menurut Gray, et al. (1985), rumus perhitungan NPV adalah :

NPV= 𝐵𝑡−𝐶𝑡 (1+𝑖)𝑡 𝑛 𝑡=1 ... (4)

NPV = Net Present Value (Rp) B = Manfaat (Rp/tahun) N = Umur produksi T = Tahun ke-t

C = Biaya (Rp/tahun)

I = Discount rate (%/tahun)

b. Internal Rate of Return

Nilai IRR merupakan nilai tingkat suku bunga dimana nilai NPV-nya sama dengan nol (Pramuda dan Dewi, 1992). Dalam persamaan dapat dinyatakan sebagai berikut :

IRR =𝑖′ + 𝑁𝑃𝑉

𝑁𝑃𝑉′−𝑁𝑃𝑉"(𝑖" − 𝑖′) ... (5)

NPV’ = NPV pada suku bunga i’ (bernilai positif) NPV” = NPV pada suku bungan i” (bernilai negatif)

Proyek dinyatakan layak bila IRR lebih dari tingkat suku bungan (i) yang berlaku.

(25)

12 c. Net Benefit Cost Ratio

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), merupakan perbandingan antara present value total dari benefit bersih terhadap present value total dari biaya bersih (Kadariah et al., 1988).

... Net B/C = 𝐵𝑡 −𝐶𝑡 (1+𝑖)𝑡 𝑛 𝑡=1 𝐶𝑡 −𝐵𝑡 (1+𝑖)𝑡 𝑛 𝑡=1 ... (6)

Bila Net B/C > 1 proyek dianggap layak, Net B/C = 1 merupakan titik impas dan bila Net B/C < 1 maka proyek dinyatakan tidak layak.

5. Analisis Sensitivitas

Menurut Pramudya dan Dewi (1992), analisis sensitivitas dilakukan apabila :

a. Terjadi suatu kesalahan pendugaan suatu nilai biaya atau manfaat. b. Kemungkinan terjadi perubahan suatu unsur harga pada saat proyek

tersebut dilaksanakan.

E. PEMBATASAN MASALAH DAN ASUMSI

1. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini hanya dibahas mengenai aspek produksi saja dan tidak membahas mengenai aspek pemasaran.

2. Asumsi

a. Umur proyek 15 tahun.

b. Harga jual produk konstan selama umur proyek yaitu 15 tahun. c. Volume produksi setiap tahunnya konstan sebanyak 18881 jirangan

selama umur proyek.

d. Umur ekonomis kendaraan, mesin giling dan pompa diasumsikan selama 5 tahun.

(26)

13 e. Pajak Bumi dan Bangunan ditetapkan sebesar 0.5%/tahun dan pajak

kendaran sebesar 1%/tahun.

f. Diasumsikan nilai akhir mesing giling dan pompa sebesar 10% dari harga awal.

g. Diasumsikan nilai akhir kendaraan sebesar Rp. 60,000,000 / kendaraan.

h. Tingkat suku bunga (discount rate) adalah tingkat bunga yang diperkirakan dan dipakai untuk mendiskon pembayaran dan

penerimaan dalam satu periode. Besarnya tingkat suku bunga adalah 14% yang didekati dari tingkat suku bunga kredit usaha Bank Rakyat Indonesia.

i. Perhitungan pajak menggunakan pendekatan berdasarkan Undang-undang nomor 36 Tahun 2008 tentang PPh badan.

(27)

14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. ANALISIS BIAYA PRODUKSI

Penerimaan produksi tahu diperoleh dari volume penjualan per tahun dikalikan dengan harga jual dan penjualan ampas tahu. Diasumsikan total produksi tahu setiap tahunnya adalah 18,881 jirangan selama umur proyek. Dengan harga jual setiap jirangannya Rp. 105,000 dan penjualan ampas tahu sebesar Rp. 5,000/jirangan. Data produksi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Produksi Tahu Rata-Rata Tiap Tahun

Bulan Banyak Produksi

(jirangan) Januari 1512 Februari 1610 Maret 1679 April 1557 Mei 1711 Juni 1619 Juli 1580 Agustus 1521 Spetember 1336 Oktober 1512 November 1680 Desember 1564 Total 18881

Biaya yang dibutuhkan dalam usaha pembuatan tahu cukup besar. Biaya-biaya yang dikeluarkan pada awal investasi dapat dilihat pada Tabel 3. Biaya investasi ini meliputi biaya lahan dan bangunan, kendaraan, pembuatan sumur pompa, serta pembelian mesin giling. Dapat dilihat pada awal investasi biaya pembelian kendaraan merupakan biaya paling besar. Hal ini dikarenakan pendistribusian hasil produksi merupakan salah satu aspek yang paling penting. Biaya awal investasi ini diperlukan untuk memperhitungkan kelangsungan usaha produksi selanjutnya.

(28)

15 Tabel 3. Biaya Investasi Produksi Tahu (tahun 2003)

Uraian Jumlah Harga (Rp)

Lahan dan

Bangunan 150,000,000

Pompa 1 buah 50,000,000

Kendaraan 3 buah 462,000,000

Mesin Giling 2 buah 10,000,000

Total 672,000,000

Biaya produksi dikelompokkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap hanya dari pajak. Tabel biaya tetap dapat dilihat pada Tabel 4. Pada Tabel 4 diketahui bahwa biaya tetap dari kendaraan paling besar dari keseluruhan biaya tetap yang ada. Karena pada waktu mendistribusikan hasil produksi dibutuhkan beberapa kendaraan untuk penjualan ke beberapa daerah. Dengan asumsi umur ekonomis kendaraan 5 tahun. Diasumsikan umur ekonomis mesin giling dan pompa masing-masing selama 5 tahun. Namun penggantian terhadap kendaraan, mesin penggilingan dan pompa pada tahun kedelapan.

Besar pajak bumi dan bangunan yang digunakan sebesar 0.5%. angka tersebut merupakan angka yang berlaku secara menyeluruh terhadap objek macam apapun di seluruh wilayah Indonesia ( Gunadi, et al., 1999).

Tabel 4. Biaya Tetap

Uraian Harga Awal Nilai Sisa Pajak Biaya Tetap Lahan dan

Bangunan 150,000,000 0 750,000 750,000

Kendaraan 462,000,000 180,000,000 4,620,000 4,620,000

Total 5,370,000

Biaya variabel terdiri dari pembelian kedelai dan upah pekerja, bahan bakar kayu dan solar, transportasi, pemakaian listrik dan telepon, perbaikan dan pemeliharaan alat dan mesin. Biaya variabel dapat dilihat pada Lampiran 1. Pada Lampiran 1 diketahui bahwa biaya yang dikeluarkan pada bagian produksi merupakan biaya termahal pada biaya variabel. Karena kedelai merupakan bahan baku utama dari pembuatan kedelai yang harganya

(29)

16 cukup mahal setiap satu kilogramnya. Untuk produksi satu jirangan dibutuhkan sebanyak 10 kg kedelai. Khusus upah pegawai bagian produksi, pemberian upah dihitung berdasarkan banyaknya jirangan yang telah dihasilkan. Pekerja tukang kayu hanya terdapat satu orang setiap harinya yang bertugas hanya pada pagi hari sampai sore hari, dengan upah harian setiap harinya. Pada bagian timbang, mencuci dan menggiling terdapat dua orang setiap harinya dengan upah harian. untuk mendistribuksikan hasil produksi, terdapat tiga orang supir setiap harinya dengan upah harian. Untuk rincian biaya variabel dapat dilihat pada Lampiran 2.

Biaya total produksi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (1), yaitu dengan menjumlahkan biaya tetap total dengan biaya variabel total. Diasumsikan tidak terjadi kenaikan harga dan bahan bakar selama selama

umur proyek. Diketahui bahwa biaya tetap total sebesar Rp. 5,370,000/tahun dan biaya variabel sebesar Rp. 1,582,457,700/tahun,

maka biaya total sebesar Rp. 1,587,827,700 yang dapat dilihat pada Lampiran 5.

B. ANALISIS BIAYA POKOK

Biaya pokok produksi didapatkan dari persamaan (2), yaitu biaya total produksi dibagi dengan volume produksi total. Diketahui biaya total sebesar Rp. 1,587,827,700 dan jumlah produksi sebanyak 18881 jirangan maka didapat biaya pokok produksi sebesar Rp. Rp 84,097/ jirangan. Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 5.

Biaya pokok produksi sangat erat hubungannya dengan harga jual, karena menunjukkan keuntungan atau kerugian yang akan didapat. Untuk mengetahui apakah perusahaan mendapatkan keuntungan atau kerugian dapat digunakan nilai ratio. Nilai ratio disini adalah hubungan proporsi antara biaya pokok dan harga jual. Nilai ratio lebih dari satu (>1), berarti perusahaan mengalami kerugian, sedangkan bila nilai ratio kurang dari satu (<1), berarti perusahaan mendapatkan keuntungan, dan bila nilai ratio sama dengan satu (=1), berarti perusahaan dalam keadaan impas (Maiyasari, 1997).

(30)

17 Diketahui biaya pokok produksi tahu Rp 84,097/ jirangan, sedangkan harga jual ditetapkan Rp. 105,000/jirangan. Maka besar nilai ratio yang didapat adalah 0.80 ini berarti perusahaan mendapatkan keuntungan. Dengan asumsi harga penjualan dan biaya pokok tidak berubah selama umur proyek.

C. TITIK IMPAS PRODUKSI

Titik impas produksi merupakan titik dimana perusahaan tidak mendapatkan keuntungan atau mengalami kerugian. Besar titik impas dipengaruhi oleh harga jual, biaya tetap total dan biaya variabel rata-rata. Dengan menggunakan persamaan (3) perhitungan titik impas dapat dilihat pada Lampiran 5. Diketahui harga jual tahu sebesar Rp. 105,000/jirangan, harga jual ampas tahu Rp. 5,000/jirangan dan biaya tetap total sebesar Rp. 5,370,000/tahun dan biaya variabel rata-rata sebesar Rp. 83,812/jirangan. Sehingga didapatkan titik impas sebesar 253 jirangan/tahun. Jumlah tingkat produksi tahu setiap tahunnya sebesar 18,881 jirangan. Ternyata produksi tahu setiap tahunnya lebih besar dari titik impas. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan pada posisi yang menguntungkan. Dengan asumsi produksi tahu setiap tahunnya tidak berubah selama umur proyek.

D. ANALISIS KELAYAKAN

Untuk menilai kelayakan usaha produksi tahu, dapat dilakukan dengan analisis kelayakan finansial. Analisis kelayakan finansial ini disajikan dalam tiga bentuk yaitu : Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C). Analisis ini dilakukan dengan mengetahui komponen biaya pengeluaran dan pendapatan selama 1 tahun produksi.

1. Net Present Value

Dengan menggunakan persamaan (4) didapatkan nilai NPV yang positif sebesar Rp. 1,832,574,344. Hal ini berarti proyek akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 1,832,574,344 selama periode 15 tahun pada discount rate 14%.

(31)

18 2. Internal Rate of Return

Diketahui NPV positif pada suku bunga bernilai 61% sebesar Rp. 10,706,775. Dan NPV negatif didapat pada suku bunga bernilai 62% sebesar Rp. -60,157. Sehingga dengan menggunakan persamaan (5) nilai IRR dapat dihitung yaitu sebesar 61.99%. Bila dibandingkan dengan besarmya discount rate yang digunakan sebesar 14.00%, maka nilai IRR berada di atas discount rate. Berarti ini menyatakan bahwa proyek ini layak untuk dikembangkan, karena menguntungkan bagi perusahaan. 3. Benefit Cost Ratio

Dengan menggunakan persamaan (6) nilai Net B/C dapat dihitung yaitu sebesar 3.73. Nilai tersebut menunjukkan bahwa dengan discount rate sebesar 14.00% proyek mampu menghasilkan tambahan manfaat sebesar Rp. 3.73 setiap tambahan biaya sebear Rp. 1. Sesuai syarat kelayakan, nilai Net B/C lebih dari satu (>1) tersebut menunjukkan proyek menguntungkan sehingga layak untuk dikembangkan.

Dengan melihat nilai NPV yang positif, nilai IRR yang lebih besar dari discount rate dan nila Net B/C yang lebih dari satu, dapat dikatakan bahwa usaha pembuatan tahu dengan discount rate 14.00% selama periode 15 tahun adalah layak untuk dikembangkan.

Tabel 5. Nilai Analisis Finansial Dan Kelayakan

Uraian Satuan Nilai

Harga jual tahu Rp./jirangan 105,000

Harga jual ampas tahu Rp/jirangan 5,000

Produksi tiap tahun Jirangan 18,881

Biaya Tetap Total Rp. 5,370,000

Biaya Variabel Total Rp. 1,582,457,700

Biaya Total Rp. 1,587,827,700

Biaya pokok produksi Rp./jirangan 84,097 Biaya variabel rata-rata Rp./jirangan 83,812

Titik impas produksi Jirangan 253

NPV Rp. 1,832,574,344

IRR % 61.99

(32)

19 E. ANALISIS SENSITIVITAS

Analisis sensitivitas perlu dilakukan untuk memperkirakan kesalahan pendugaan terhadap nilai suatu proyek. Kesalahan dapat selalu terjadi, karena faktor manusia dan faktor lingkungan. Faktor manusia maksudnya manusia sering kali melakukan kesalahan dalam memprhitungkan segala sesuatunya. Sedangkan faktor lingkungan disini maksudnya kemungkinan adanya kenaikan harga mendadak ketika proyek dilaksanakan. Semua itu perlu diperhatikan demi pengembangan proyek.

Menurut Pramudya dan Dewi (1992), dalam melakukan analisis sensitivitas, perhitungan yang telah dilakukan perlu diulang kembali dengan perubahan yang terjadi atau mungkin akan terjadi. Hal ini perlu dilakukan karena dalam analisis proyek umumnya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak unsur ketidakpastian, tentang apa yang akan terjadi pada waktu yang akan datang.

Analisis sensitivitas yang dilakukan terhadap pendugaan beberapa komponen yang mungkin terjadi kenaikan biaya, yaitu :

1. Harga Kedelai

Kedelai merupakan bahan pokok dalam produksi dan harganya kemungkinan bisa berubah sewaktu-waktu. Besar pendugaan kenaikan harga kedelai, yaitu :

a. Kenaikan harga kedelai sebesar 10%

Setelah dilakukan analisis sensitivitas dengan kenaikan harga kedelai sebesar 10%. Maka harga kedelai menjadi Rp. 5,885/kg. Sehingga terjadi kenaikan biaya variabel total tiap tahunnya menjadi sebesar Rp. 1,683,471,050. Dengan terjadinya kenaikan terhadap biaya variabel total menyebabkan biaya total bertambah menjadi Rp. 1,688,841,050.

Biaya pokok produksi mengalami perubahan menjadi Rp. 89,447/jirangan. Dengan penetapan harga jual tahu setiap

jirangannya yang tidak berubah Rp. 105,000. Maka dapat diketahui nilai ratio produksi tahu sebesar 0.85. Besarnya nilai ratio yang

(33)

20 didapat kurang dari 1 (< 1). Hal ini menunjukkan bahwa usaha produksi tahu masih layak mendapatkan keuntungan setelah terjadi kenaikan harga kedelai sebesar 10%.

Didapatkan titik impas produksi sebesar 339 jirangan. Setelah mengalami perubahan biaya terhadap harga kedelai sebesar 10%, jumlah produksi tahu setiap tahunnya ternyata lebih besar dari titik impas produksi. Hal ini menunjukkan usaha produksi tahu tetap pada posisi yang menguntungkan.

Terdapat perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net B/C. Terjadi penurunan nilai NPV menjadi sebesar Rp. 1,298,995,114. Hal ini berarti bahwa dengan adanya pendugaan kenaikan harga kedelai sebesar 10% dari pendugaan awal. Perusahaan hanya akan mendapat keuntungan sebesar Rp. 1,298,995,114 selama periode 15 tahun. Bila dibandingkan dengan sebelum kenaikan biaya kedelai sebesar 10%, nilai NPV turun. Tetapi nilai NPV yang didapat masih bernilai positif.

Untuk mengetahui nilai IRR yang telah berubah dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (5). Diketahui nilai NPV positif sebesar Rp. 9,242,115 pada suku bunga 48% dan nilai NPV negatif sebesar Rp. -4,109,644 pada suku bunga 49%. Sehingga didapatkan nilai IRR sebesar 48.69%. Bila dibandingkan dengan sebelum adanya pendugaan kenaikan harga kedelai sebesar 10%, nilai IRR turun. Tetapi nilai IRR yang didapat masih berada di atas nilai discount rate sebesar 14%.

Dengan menggunakan persamaan (6), maka dapat dihitung nilai Net B/C setelah dilakukannya analisis sensitivitas dengan pendugaan kenaikan harga kedelai sebesar 10%. Diketahui nilai Net (Bt-Ct) positif sebesar Rp. 1,970,995,114 dan nilai Net (Ct-Bt) negatif sebesar Rp. -672,000,000. Sehingga didapatkan nilai Net B/C sebesar 2.93. Hal ini berarti bahwa dengan discount rate sebesar 14%, proyek mampu menghasilkan tambahan manfaat sebesar Rp. 2.93 setiap tambahan biaya sebesar Rp. 1, dan diasumsikan discount rate tetap selama umur proyek selama 15 tahun.

(34)

21 b. Kenaikan harga kedelai 20%

Dengan pendugaan kenaikan harga kedelai sebesar 20%, mengakibatkan biaya variabel berubah menjadi Rp. 1,784,484,400 dan biaya total menjadi Rp. 1,789,854,400. Hal ini membuat biaya pokok produksi menjadi Rp. 94,797/ jirangan.

Didapatkan titik impas produksi menjadi 512 jirangan per tahun setelah adanya pendugaan terhadap kenaikan harga kedelai sebesar 20%. Terdapat perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net B/C. Nilai NPV yang didapat ternyata turun menjadi Rp. 763,013,778 pada discount rate sebesar 14%.

Nilai IRR yang didapat sebesar 35.03%. Ternyata nilai IRR turun sangat drastis jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan harga kedelai. Dan nilai IRR yang didapat jauh berada di bawah discount rate yang berlaku. Nilai Net B/C yang didapat juga mengalami penurunan menjadi 2.11 yang turun sangat drastis jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan harga kedelai.

c. Kenaikan harga kedelai 30%

Dengan pendugaan kenaikan harga kedelai sebesar 30%, mengakibatkan biaya variabel berubah menjadi Rp. 1,885,497,750 dan biaya total menjadi Rp. 1,890,867,750. Hal ini membuat biaya pokok produksi menjadi Rp. 100,147/ jirangan.

Didapatkan titik impas produksi menjadi 1,045 jirangan per tahun setelah adanya pendugaan terhadap kenaikan harga kedelai sebesar 30%. Terdapat perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net

B/C. Nilai NPV yang didapat turun sangat drastis menjadi Rp. 224,476,989 pada discount rate sebesar 14%.

Nilai IRR yang didapat sebesar 20.54%. Nilai IRR turun jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan harga kedelai, tetapi masih berada di atas discount rate yang berlaku. Nilai Net B/C yang didapat juga mengalami penurunan menjadi 1.31 jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan harga kedelai.

(35)

22 d. Kenaikan harga kedelai 40%

Dengan pendugaan kenaikan harga kedelai sebesar 40%, mengakibatkan biaya variabel berubah menjadi Rp. 1,986,511,100 dan biaya total menjadi Rp. 1991,881,100. Hal ini membuat biaya pokok produksi menjadi Rp. 105,497/ jirangan.

Terdapat perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net B/C.

Nilai NPV yang didapat ternyata turun drastis menjadi Rp. -314,059,801 pada discount rate sebesar 14%.

Nilai IRR yang didapat sebesar 3.87%. Ternyata nilai IRR turun sangat drastis jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan harga kedelai. Dan nilai IRR yang didapat jauh berada di bawah discount rate yang berlaku. Nilai Net B/C yang didapat juga mengalami penurunan menjadi 0.59 yang turun sangat drastis jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan harga kedelai.

Dari hasil yang didapat berdasarkan pendugaan kenaikan harga kedelai. Pendugaan dengan kenaikan harga kedelai hingga sebesar 40% dengan penetapan harga jual tahu tetap sebesar Rp. 105,000 dan produksi tahu konstan sebanyak 18881 jirangan/tahun selama umur proyek.

Tabel 6. Nilai Analisis Kelayakan Dengan Pendugaan Kenaikan Harga Kedelai

Kenaikan Kedelai NPV IRR Net B/C

10% Rp. 1,298,995,114 48.69% 2.93

20% Rp. 1,789,854,400 35.03% 2.11

30% Rp. 224,476,989 20.54% 1.31

40% Rp. -314,059,801 3.87%. 0.59

Dengan didapatkannya nilai NPV, IRR dan Net B/C setelah adanya pendugaan kenaikan harga kedelai sebesar 10%, 20%, 30% dan 40%, maka dapat dilakukan analisis finansial. Nilai NPV, IRR dan Net B/C yang didapat pada ternyata mengalami penurunan setelah adanya pendugaan kenaikan harga kedelai. Namun nilai NPV yang didapat pada kenaikan harga kedelai hingga 30% masih bernilai positif, nilai IRR yang masih berada di atas discount rate

(36)

23 dan nilai Net B/C yang lebih dari satu (>1). Hal ini menunjukkan bahwa proyek masih layak dikembangkan selama periode 15 tahun dengan asumsi discount rate tetap sebesar 14% selama umur proyek, walaupun terjadi kondisi kenaikan harga kedelai sampai sebesar 30%. Dan pada kenaikan harga kedelai sebesar 40% proyek sudah tidak layak dikembangkan karena memiliki nilai NPV yang negatif, nilai IRR yang berada di bawah discount rate dan nilai Net B/C yang kurang dari satu (<1).

2. Upah Pekerja

Upah pekerja merupakan salah satu komponen yang mungkin bisa mengalami perubahan biaya. Besar pendugaan kenaikan upah pekerja, yaitu :

a. Kenaikan upah pekerja sebesar 10%

Setelah dilakukan analisis sensitivitas dengan kenaikan upah pekerja sebesar 10%. Sehingga terjadi kenaikan biaya variabel total tiap tahunnya menjadi sebesar Rp. 1,606,470,600. Dengan terjadinya kenaikan terhadap biaya variabel total menyebabkan biaya total bertambah menjadi Rp. 1,611,640,600.

Biaya pokok produksi mengalami perubahan menjadi Rp. 85,368/jirangan. Dengan penetapan harga jual tahu setiap

jirangannya yang tidak berubah Rp. 105,000. Maka dapat diketahui nilai ratio produksi tahu sebesar 0.81. Besarnya nilai ratio yang didapat kurang dari 1 (< 1). Hal ini menunjukkan bahwa usaha produksi tahu masih layak mendapatkan keuntungan setelah terjadi kenaikan upah pekerja sebesar 10%.

Didapatkan titik impas produksi sebesar 270 jirangan. Setelah mengalami perubahan biaya terhadap kenaikan upah pekerja sebesar 10%, ternyata jumlah produksi tahu setiap tahunnya ternyata lebih besar dari titik impas produksi.

Setelah dilakukan analisis sensitivitas terhadap pendugaan kenaikan upah pekerja sebesar 10%. Ternyata ada perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net B/C. Terjadi penurunan nilai NPV menjadi

(37)

24 sebesar Rp. 1,705,731,855. Hal ini berarti bahwa dengan adanya pendugaan kenaikan upah pekerja sebesar 10% dari pendugaan awal.

Perusahaan hanya akan mendapat keuntungan sebesar Rp. 1,705,731,855 selama periode 15 tahun. Bila dibandingkan

dengan sebelum kenaikan upah pekerja sebesar 10%, nilai NPV turun tidak terlalu drastis.

Untuk mengetahui nilai IRR yang telah berubah dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (5). Diketahui nilai NPV positif sebesar Rp. 9,590,754 pada suku bunga 58% dan nilai NPV negatif sebesar Rp. -1,669,698 pada suku bunga 59%. Sehingga didapatkan nilai IRR sebesar 58.85%. Bila dibandingkan dengan sebelum adanya pendugaan kenaikan upah pekerja 10% , nilai IRR turun. Tetapi nilai IRR yang didapat masih berada di atas nilai discount rate sebesar 14%.

Dengan menggunakan persamaan (6), maka dapat dihitung nilai Net B/C setelah dilakukannya analisis sensitivitas dengan pendugaan kenaikan upah pekerja sebesar 10%. Diketahui nilai Net (Bt-Ct) positif sebesar Rp. 2,377,731,855 dan nilai Net (Ct-Bt) negatif sebesar Rp. -672,000,000. Sehingga didapatkan nilai Net B/C sebesar 3.54. Hal ini berarti bahwa dengan discount rate sebesar 14%, proyek mampu menghasilkan tambahan manfaat sebesar Rp. 3.54 setiap tambahan biaya sebesar Rp. 1, dan diasumsikan discount rate tetap selama umur proyek selama 15 tahun.

b. Kenaikan upah pekerja sebesar 20%

Setelah dilakukan analisis sensitivitas dengan kenaikan upah pekerja sebesar 20%. Sehingga terjadi kenaikan biaya variabel total tiap tahunnya menjadi sebesar Rp. 1,630,483,500. Dengan terjadinya kenaikan terhadap biaya variabel total menyebabkan biaya total bertambah menjadi Rp. 1,635,853,500.

Biaya pokok produksi mengalami perubahan menjadi Rp. 86,640/jirangan. Dengan penetapan harga jual tahu setiap

jirangannya yang tidak berubah Rp. 105,000. Maka dapat diketahui nilai ratio produksi tahu sebesar 0.82. Besarnya nilai ratio yang

(38)

25 didapat kurang dari 1 (< 1). Hal ini menunjukkan bahwa usaha produksi tahu masih layak mendapatkan keuntungan setelah terjadi kenaikan upah pekerja sebesar 20%. Rincian perhitungan bisa dilihat pada Lampiran 19.

Didapatkan titik impas produksi sebesar 288 jirangan. Setelah mengalami perubahan biaya terhadap kenaikan upah pekerja sebesar 20%, ternyata jumlah produksi tahu setiap tahunnya ternyata lebih besar dari titik impas produksi.

Setelah dilakukan analisis sensitivitas terhadap pendugaan kenaikan upah pekerja sebesar 20%. Ternyata ada perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net B/C. Terjadi penurunan nilai NPV menjadi sebesar Rp. 1,578,889,367. Hal ini berarti bahwa dengan adanya pendugaan kenaikan upah pekerja sebesar 20% dari pendugaan awal.

Perusahaan hanya akan mendapat keuntungan sebesar Rp. 1,578,889,367 selama periode 15 tahun. Bila dibandingkan

dengan sebelum kenaikan upah pekerja sebesar 20%, nilai NPV turun tidak terlalu drastis.

Untuk mengetahui nilai IRR yang telah berubah dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (5). Diketahui nilai NPV positif sebesar Rp. 8,238,999 pada suku bunga 55% dan nilai NPV negatif sebesar Rp. -3,557,647 pada suku bunga 56%. Sehingga didapatkan nilai IRR sebesar 55.70%. Bila dibandingkan dengan sebelum adanya pendugaan kenaikan upah pekerja 20% , nilai IRR turun. Tetapi nilai IRR yang didapat masih berada di atas nilai discount rate sebesar 14%.

Dengan menggunakan persamaan (6), maka dapat dihitung nilai Net B/C setelah dilakukannya analisis sensitivitas dengan pendugaan kenaikan upah pekerja sebesar 20%. Diketahui nilai Net (Bt-Ct) positif sebesar Rp. 2,250,889,367 dan nilai Net (Ct-Bt) negatif sebesar Rp. -672,000,000. Sehingga didapatkan nilai Net B/C sebesar 3.35. Hal ini berarti bahwa dengan discount rate sebesar 14%, proyek mampu menghasilkan tambahan manfaat sebesar Rp. 3.35 setiap

(39)

26 tambahan biaya sebesar Rp. 1, dan diasumsikan discount rate tetap selama umur proyek selama 15 tahun.

c. Kenaikan upah pekerja sebesar 30%

Dengan pendugaan kenaikan upah pekerja sebesar 30%, mengakibatkan biaya variabel berubah menjadi Rp. 1,654,496,400 dan biaya total menjadi Rp. 1,659,866,400. Hal ini membuat biaya pokok produksi menjadi Rp. 87,912/ jirangan.

Didapatkan titik impas produksi menjadi 309 jirangan per tahun setelah adanya pendugaan terhadap kenaikan upah pekerja sebesar 30%. Terdapat perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net B/C. Nilai NPV yang didapat menjadi Rp. 1,452,046,878 pada discount rate sebesar 14%. Hal ini berarti bahwa perusahaan mendapatkan keuntungan.

Nilai IRR yang didapat sebesar 52.53%. Ternyata nilai IRR turun jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan upah pekerja. Dan nilai IRR masih berada di atas discount rate yang berlaku. Nilai Net B/C yang didapat juga mengalami penurunan menjadi 3.16 jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan upah pekerja.

d. Kenaikan upah pekerja sebesar 40%

Dengan pendugaan kenaikan upah pekerja sebesar 40%, mengakibatkan biaya variabel berubah menjadi Rp. 1,678,509,300 dan biaya total menjadi Rp. 1,683,879,300. Hal ini membuat biaya pokok produksi menjadi Rp. 89,184/ jirangan.

Didapatkan titik impas produksi menjadi 334 jirangan per tahun setelah adanya pendugaan terhadap kenaikan upah pekerja sebesar 40%. Terdapat perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net B/C. Nilai NPV yang didapat menjadi Rp. 1,325,204,390 pada discount rate sebesar 14%.

Nilai IRR yang didapat sebesar 49.35%. Ternyata nilai IRR turun jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan upah pekerja. Dan nilai IRR masih berada di atas discount rate yang

(40)

27 berlaku. Nilai Net B/C yang didapat juga mengalami penurunan menjadi 2.97 jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan upah pekerja.

e. Kenaikan upah pekerja sebesar 50%

Dengan pendugaan kenaikan upah pekerja sebesar 50%, mengakibatkan biaya variabel berubah menjadi Rp. 1,702,522,200 dan biaya total menjadi Rp. 1,707,892,200. Hal ini membuat biaya pokok produksi menjadi Rp. 90,456/ jirangan.

Terdapat perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net B/C. Nilai NPV yang didapat menjadi Rp. 1,198,361,902 pada discount rate sebesar 14%. Nilai IRR yang didapat sebesar 46.15%. Ternyata nilai IRR turun jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan upah pekerja. Dan nilai IRR masih berada di atas discount rate yang berlaku. Nilai Net B/C yang didapat juga mengalami penurunan menjadi 2.78 jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan upah pekerja.

Dari hasil yang didapat berdasarkan pendugaan kenaikan upah pekerja. Pendugaan dengan kenaikan upah pekerja hingga sebesar 50% dengan penetapan harga jual tahu tetap sebesar Rp. 105,000 dan produksi tahu konstan sebanyak 18881 jirangan/tahun selama umur proyek.

Tabel 7. Nilai Analisis Kelayakan Dengan Pendugaan Kenaikan Upah Pekerja

Kenaikan

Upah Pekerja NPV IRR Net B/C

10% Rp. 1,578,889,367 55.70% 2.77

20% Rp. 1,061,907,426 43.69% 3.35

30% Rp. 1,452,046,878 52.53% 3.16

40% Rp. 1,325,204,390 49.35% 2.97

50% Rp. 1,198,361,902 46.15% 2.78

Dengan didapatkannya nilai NPV, IRR dan Net B/C setelah adanya pendugaan kenaikan upah pekerja hingga sebesar 50% maka dapat dilakukan analisis finansial. Nilai NPV, IRR dan Net B/C yang didapat

(41)

28 ternyata mengalami penurunan setelah adanya pendugaan kenaikan upah pekerja. Namun pada pendugaan kenaikan upah hingga sebesar 50%, nilai NPV yang didapat masih bernilai positif, nilai IRR yang masih berada di atas discount rate dan nilai Net B/C yang lebih dari satu(>1). Hal ini menunjukkan bahwa proyek masih layak dikembangkan selama periode 15 tahun dengan asumsi discount rate tetap sebesar 14% selama umur proyek, walaupun terjadi kondisi kenaikan upah pekerja hingga sebesar 50%.

3. Bahan Bakar (Kayu)

Kenaikan harga bahan bakar(kayu) sebesar 20% dari harga awal. Setelah dilakukan analisis sensitivitas dengan kenaikan harga bahan bakar (kayu) sebesar 20%. Sehingga terjadi kenaikan biaya variabel total tiap tahunnya menjadi sebesar Rp. 1,604,057,700. Dengan terjadinya kenaikan terhadap biaya variabel total menyebabkan biaya total bertambah menjadi Rp. 1,609,427,700.

Biaya pokok produksi mengalami perubahan menjadi Rp. 85,241 jirangan. Dengan penetapan harga jual tahu setiap jirangannya

yang tidak berubah Rp. 105,000. Maka dapat diketahui nilai ratio produksi tahu sebesar 0.81. Besarnya nilai ratio yang didapat kurang dari 1 (< 1). Hal ini menunjukkan bahwa usaha produksi tahu masih layak mendapatkan keuntungan setelah terjadi kenaikan harga bahan bakar (kayu) sebesar 20%.

Titik impas produksi mengalami perubahan. Dengan diketahui biaya variabel Rp. 1,604,057,700 dan diasumsikan jumlah produksi tahu yang tetap selama umur proyek sebesar 18881 jirangan. Maka akan didapatkan biaya variabel rata-rata Rp. 84,956/jirangan. Dengan menggunakan persamaan (3), maka didapatkan titik impas produksi sebesar 268 jirangan. Setelah mengalami perubahan biaya terhadap kenaikan harga bahan bakar (kayu) sebesar 20%, ternyata jumlah produksi tahu setiap tahunnya ternyata lebih besar dari titik impas produksi. Hal ini menunjukkan usaha produksi tahu tetap pada posisi yang menguntungkan.

(42)

29 Setelah dilakukan analisis sensitivitas terhadap pendugaan kenaikan harga bahan bakar (kayu) sebesar 20%. Ternyata ada perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net B/C. Terjadi penurunan nilai NPV menjadi sebesar Rp. 1,718,477,431. Hal ini berarti bahwa dengan adanya pendugaan kenaikan harga bahan bakar (kayu) sebesar 20% dari pendugaan awal. Perusahaan akan mendapat keuntungan sebesar Rp. 1,718,477,431 selama periode 15 tahun. Bila dibandingkan dengan sebelum kenaikan harga bahan bakar (kayu) sebesar 20%, nilai NPV turun tidak terlalu drastis. Nilai NPV yang didapat masih bernilai positif.

Didapatkan nilai IRR sebesar 59.17%. Bila dibandingkan dengan sebelum adanya pendugaan kenaikan harga bahan bakar (kayu) 20% , nilai IRR turun. Tetapi nilai IRR yang didapat masih berada di atas nilai discount rate sebesar 14%.

Didapatkan nilai Net B/C sebesar 3.56. Hal ini berarti bahwa dengan discount rate sebesar 14%, proyek mampu menghasilkan tambahan manfaat sebesar Rp. 3.56 setiap tambahan biaya sebesar Rp. 1, dan diasumsikan discount rate tetap selama umur proyek selama 15 tahun.

Tabel 8. Nilai Analisis Finansial Dan Kelayakan Setelah Pendugaan Kenaikan Bahan Bakar (kayu) Sebesar 20%

Uraian Satuan Nilai

Harga jual tahu Rp./jirangan 105,000

Harga ampas tahu Rp./jirangan 5,000

Produksi tiap tahun Jirangan 18,881

Biaya Tetap Total Rp. 5,370,000

Biaya Variabel Total Rp. 1,604,057,700

Biaya Total Rp. 1,609,427,700

Biaya pokok produksi Rp./jirangan 85,241

Biaya variabel rata-rata Rp./jirangan 84,956

Titik impas produksi Jirangan 268

NPV Rp. 1,718,477,431

IRR % 59.17

Net B/C 3.56

Dengan didapatkannya nilai NPV, IRR dan Net B/C setelah adanya pendugaan kenaikan harga bahan bakar (kayu) sebesar 20%, maka dapat

(43)

30 dilakukan analisis finansial. Nilai NPV, IRR dan Net B/C yang didapat ternyata mengalami penurunan setelah adanya pendugaan kenaikan harga bahan bakar (kayu) sebesar 20%. Namun nilai NPV yang didapat masih bernilai positif, nilai IRR yang masih berada di atas discount rate dan nilai Net B/C yang lebih dari satu(>1). Hal ini menunjukkan bahwa proyek masih layak dikembangkan selama periode 15 tahun dengan asumsi discount rate tetap sebesar 14% selama umur proyek, walaupun terjadi kondisi kenaikan harga bahan bakar (kayu) sebesar 20%.

4. Harga Kedelai Dan Harga Jual Tahu Rp. 115,000 a. Kenaikan harga kedelai 40%

Dengan pendugaan kenaikan harga kedelai sebesar 40%, mengakibatkan biaya variabel berubah menjadi Rp. 1,986,511,100 dan biaya total menjadi Rp. 1,991,881,100. Hal ini membuat biaya pokok produksi menjadi Rp. 105,497/ jirangan. Dengan kenaikan harga jual menjadi Rp. 115,000/jirangan, pendapatan penjualan tahu menjadi Rp. 2,171,315,000 setiap tahunnya.

Didapatkan titik impas produksi menjadi 549 jirangan per tahun setelah adanya pendugaan terhadap kenaikan harga kedelai sebesar 40% dan kenaikan harga jual tahu menjadi Rp. 115,000. Terdapat perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net B/C. Nilai NPV yang didapat menjadi Rp. 692,551,021 pada discount rate sebesar 14%. Hal ini berarti bahwa perusahaan mendapatkan keuntungan.

Nilai IRR yang didapat sebesar 33.20%. Ternyata nilai IRR turun jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan harga kedelai dan harga jual tahu. Dan nilai IRR masih berada di atas discount rate yang berlaku. Nilai Net B/C yang didapat juga mengalami penurunan menjadi 2.00 jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan harga kedelai dan harga jual.

b. Kenaikan harga kedelai 50%

Dengan pendugaan kenaikan harga kedelai sebesar 50%, mengakibatkan biaya variabel berubah menjadi Rp. 2,087,524,450 dan

(44)

31 biaya total menjadi Rp. 2,092,894,450. Hal ini membuat biaya pokok produksi menjadi Rp. 110,847/ jirangan. Dengan kenaikan harga jual menjadi Rp. 115,000/jirangan, pendapatan penjualan tahu menjadi Rp. 2,171,315,000 setiap tahunnya.

Didapatkan titik impas produksi menjadi 1,210 jirangan per tahun setelah adanya pendugaan terhadap kenaikan harga kedelai sebesar 50% dan kenaikan harga jual tahu menjadi Rp. 115,000. Terdapat perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net B/C. Nilai NPV yang didapat menjadi Rp. 154,014,231 pada discount rate sebesar 14%. Hal ini berarti bahwa perusahaan masih medapatkan keuntungan.

Nilai IRR yang didapat sebesar 18.54%. Ternyata nilai IRR turun jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan harga kedelai dan harga jual tahu. Dan nilai IRR yang didapat berada di atas discount rate yang berlaku. Nilai Net B/C yang didapat juga mengalami penurunan menjadi 1.21 jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan harga kedelai dan harga jual.

c. Kenaikan harga kedelai 60%

Dengan pendugaan kenaikan harga kedelai sebesar 60%, mengakibatkan biaya variabel berubah menjadi Rp. 2,188,537,800 dan biaya total menjadi Rp. 2,193,907,800. Hal ini membuat biaya pokok produksi menjadi Rp. 116,197/ jirangan. Dengan kenaikan harga jual menjadi Rp. 115,000/jirangan, pendapatan penualan tahu menjadi Rp. 2,171,315,000 setiap tahunnya.

Terdapat perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net B/C. Nilai NPV yang didapat turun menjadi Rp. -384,522,558 pada discount rate sebesar 14%. Hal ini berarti bahwa perusahaan mengalami kerugian.

Nilai IRR yang didapat sebesar 1.36%. Ternyata nilai IRR turun sangat drastis jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan harga kedelai dan harga jual. Dan nilai IRR yang didapat jauh berada di atas discount rate yang berlaku. Nilai Net B/C yang didapat juga mengalami penurunan yang tajam menjadi 0.50 jika

(45)

32 dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan harga kedelai dan harga jual.

Setelah dilakukan analisis sensitivitas dengan pendugaan kenaikan harga kedelai dan pendugaan kenaikan harga menjadri Rp. 115,000 per jirangannya. Setiap pendugaan kenaikan harga kedelai mengalami perubahan pada nilai NPV, IRR dan Net B/C dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Analisis Kelayakan Harga kedelai Pada Harga Jual Rp. 115,000

Kenaikan Kedelai NPV IRR B/C

40% Rp. 692,551,021 33.20% 2.00

50% Rp. 154,014,231 18.54 1% 1.21

60% Rp. -384,522,558 1.36% 0.50

Dilihat dari tabel 9 di atas, kenaikan harga kedelai sampai sebesar 50% pada harga jual Rp. 115,000 masih medapatkan keuntungan. Dengan analisis kelayakan kenaikan kedelai sampai 50% pada harga jual Rp. 115,000 layak untuk dikembangkan. Nilai NPV yang didapat hingga kenaikan harga kedelai sampai 50% masih bernilai positif. Nilai IRR yang masih berada di atas discount rate yang berlaku sebesar 14%. Dan nilai Net B/C yang lebih dari satu (>1). Dapat disimpulkan bahwa proyek layak dikembangkan sampai kenaikan harga kedelai hingga mencapai 50% dari harga awal pada harga jual menjadi Rp. 115,000 selama periode 15 tahun pada discount rate sebesar 14%.

Pada kenaikan harga kedelai mencapai 60%. Proyek sudah tidak layak dikembangkan. Dapat dilihat pada tabel di atas, kenaikan harga kedelai mencapai 60% pada harga jual Rp. 115,000 memiliki nilai NPV yang negatif. Nilai IRR yang berada di bawah discount rate yang berlaku sebesar 14%. Dan nilai Net B/C yang kurang dari satu (<1). Sehingga proyek tidak layak dikembangkan ketika kenaikan harga mencapai 60% pada harga jual Rp. 115,000.

(46)

33 5. Harga Kedelai Dan Harga Jual Tahu Rp. 125,000

a. Kenaikan harga kedelai 60%

Dengan pendugaan kenaikan harga kedelai sebesar 60%, mengakibatkan biaya variabel berubah menjadi Rp. 2,188,537,800 dan biaya total menjadi Rp. 2,193,907,800. Hal ini membuat biaya pokok produksi menjadi Rp. 116,197/ jirangan. Dengan kenaikan harga jual menjadi Rp. 125,000/jirangan, pendapatan penualan tahu menjadi Rp. 2,360,125,000 setiap tahunnya.

Didapatkan titik impas produksi menjadi 591 jirangan per tahun setelah adanya pendugaan terhadap kenaikan harga kedelai sebesar 60% dan kenaikan harga jual tahu menjadi Rp. 125,000. Terdapat perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net B/C. Nilai NPV yang didapat menjadi Rp. 622,088,263 pada discount rate sebesar 14%. Hal ini berarti bahwa perusahaan mendapatkan keuntungan.

Nilai IRR yang didapat sebesar 31.35%. Ternyata nilai IRR turun jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan harga kedelai dan harga jual. Dan nilai IRR yang didapat jauh berada di atas discount rate yang berlaku. Nilai Net B/C yang didapat juga mengalami penurunan menjadi 1.89 jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan harga kedelai dan harga jual.

b. Kenaikan harga kedelai 70%

Dengan pendugaan kenaikan harga kedelai sebesar 70%, mengakibatkan biaya variabel berubah menjadi Rp. 2,289,551,150 dan biaya total menjadi Rp. 2,294,921,150. Hal ini membuat biaya pokok produksi menjadi Rp. 121,547/ jirangan. Dengan kenaikan harga jual menjadi Rp. 125,000/jirangan, pendapatan penualan tahu menjadi Rp. 2,360,125,000 setiap tahunnya.

Didapatkan titik impas produksi menjadi 1,437 jirangan per tahun setelah adanya pendugaan terhadap kenaikan harga kedelai sebesar 70% dan kenaikan harga jual tahu menjadi Rp. 125,000. Terdapat perubahan terhadap nilai NPV, IRR dan Net B/C. Nilai NPV

Gambar

Tabel 2. Jumlah Produksi Tahu Rata-Rata Tiap Tahun
Tabel 5. Nilai Analisis Finansial Dan Kelayakan
Tabel 8. Nilai Analisis Finansial Dan Kelayakan Setelah Pendugaan     Kenaikan Bahan Bakar (kayu) Sebesar 20%
Tabel 9. Analisis Kelayakan  Harga kedelai Pada Harga Jual Rp. 115,000
+6

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektifitas APO bambu dalam mengurangi energi gelombang yang tiba di area penanaman lamun (area transplantasi) dan pengaruh

Dengan berbagai defenisi yang dipaparkan diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan dalam menguasai bahan pelajaran setelah

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah eksperimen yaitu dengan memberikan tiga perlakuan yaitu perlakuan A (500gr kulit pisang kepok tanpa ekstrak nanas), perlakuan

Bukankah masih banyak pintu-pintu yang lain seperti sedekah, infaq, dan zakat-zakat lainya yang apabila bisa dikelola dengan baik itu sudah lebih dari cukup untuk

Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Service Quality Sistem Informasi Akademik Terhadap Kepuasan Mahasiswa Studi Kasus STMIK AMIKOM Yogyakarta dan AMIKOM Cipta Darma

21 tahun 2008 adalah akad kerja sama suatu usaha anara oihak pertama (bank syariah) yang menyediakan seluruh modal dan pihak kedua (nasabah) yang bertindak selaku pengelola

Indikator keberhasilan ditunjukkan dengan terlampauinya KKM oleh paling sedikit 85% siswa dalam kelas.Hasil penelitian menunjukkan hasil belajar IPS Terpadu siswa

Motivasi (X) adalah Keadaan dalam diri pribadi seseorang yang mendorong keinginan untuk melakukan berbagai kegiatan guna mencapai hasil kerja yang tinggi, dengan