Harga Gula Kristal Putih Tahun 2001- 2011
Tabel 14. Harga Gula Kristal Putih Tahun 2012-2020
Tahun Notasi Tahun (X) Harga (Y)
Y= (6.237,35)(1,1345X) 2012 6 13.299,25 2013 7 15.087,98 2014 8 17.117,33 2015 9 19.419,61 2016 10 22.031,55 2017 11 24.994,80 2018 12 28.356,60 2019 13 32.170,56 2020 14 36.497,50 Sumber: Lampiran 14
Berdasarkan Tabel 14 dapat dilihat bahwa harga gula kristal putih pada
tahun 2012 sebesar Rp. 13.299,25/kg, tahun 2013 sebesar Rp.15.087,98/kg, tahun
2014 sebesar Rp. 17.117,33/kg, tahun 2015 sebesar Rp. 19.419,61/kg, tahun 2016
sebesar Rp. 22.031,55/kg, tahun 2017 sebesar Rp. 24.994,80/kg, tahun 2018
sebesar Rp. 28.356,60/kg, tahun 2019 sebesar Rp. 32.170,56/kg, dan pada tahun
2020 sebesar Rp. 36.497,50/kg.
Gambar 9. Trend Harga Gula Kristal Putih Tahun 2014-2020 13.299,2515.087,98 17.117,33 19.419,61 22.031,55 24.994,80 28.356,60 32.170,56 36.497,50 0,00 5.000,00 10.000,00 15.000,00 20.000,00 25.000,00 30.000,00 35.000,00 40.000,00 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Trend Harga Gula Kristal Putih Tahun 2012-2020
Trend Harga Gula Kristal Putih Tahun 2012-2020
Dari Gambar 9, dapat dilihat bahwa harga gula kristal putih di Provinsi
Sumatera Utara dari tahun 2012-2020 terus mengalami kenaikan dari tahun ke
tahun. Adapun rata-rata harga gula kristal putih dari tahun 2012-2020 adalah
sebesar Rp. 23.219,46/kg. Berdasarkan hasil analisis trend harga gula kristal
putih, dapat disimpulkan bahwa harga gula kristal putih tahun 2012-2020
mengalami kenaikan.
Ini berarti hipotesis 5 yang menyatakan bahwa trend harga gula kristal
putih tahun 2012-2020 adalah meningkat diterima.
Elastisitas Permintaan dan Elastisitas Penawaran Gula Kristal Putih Di Provinsi Sumatera Utara
Pada kurun waktu 11 tahun, yakni dari tahun 2001-2011, persentase
perubahan permintaan sebesar -0,31, penawaran sebesar 136,96, dan harga sebesar
131,92. Dari Lampiran 15 didapat bahwa dari tahun 2001-2011, elastisitas
permintaan (Ed) gula kristal putih sebesar -0,0023 (inelastis) sedangkan elastisitas
penawaran gula kristal putih sebesar 1,0381 (elastis).
Ed < 1 (0,0023) (inelastis) berarti bila harga mengalami penurunan, maka
jumlah yang diminta akan turun dengan persentase yang lebih kecil dari
persentase perubahan harga. Sementara pengaruh nya pada kenaikan harga yakni,
jumlah gula kristal putih yang diminta akan naik dengan persentase yang lebih
kecil dari persentase perubahan harga.
Hal ini sesuai dengan produk pertanian (seperti gula kristal putih) yang
tidak terlalu terpengaruh terhadap perubahan harga. Oleh karena itu, perubahan
harga gula kristal putih tidak terlalu berpengaruh besar terhadap perubahan
Es > 1 (1,0381) (elastis) berati bila harga turun, maka jumlah yang
ditawarkan akan turun dengan persentase yang lebih besar dari persentase
perubahan harga. Sementara bila harga gula kristal putih naik maka jumlah yang
ditawarkan juga naik dengan persentase yang lebih besar dari persentase
perubahan harganya.
Penawaran (produksi gula kristal putih) hanya dapat dilakukan dengan
cara memperluas lahan produksi (ekstensifikasi) dan penemuan teknologi
pertanian yang baru yang mampu meningkatkan produktivitas lahan secara
intensif.
Ini berarti hipotesis 6 yang menyatakan elastisitas permintaan gula kristal
putih tahun 2001-2011 adalah inelastis dan elastisitas penawaran gula kristal putih
tahun 2001-20011 adalah elastis diterima.
Perkiraan pada masa yang akan datang berdasarkan trend permintaan,
penawaran, dan harga gula kristal putih maka diperkirakan elastisitas permintaan
(Ed) sebesar 0,0067 (inelastis), sedangkan elastisitas penawarannya (Es) sebesar
0,2565 (inelastis).
Ed < 1 (0,0067) (inelastis) berarti gula kristal putih merupakan salah satu
komoditas pertanian yang bersifat primer/utama misalnya seperti beras dan
sebagainya yang dalam jangka panjang permintaan atas gula kristal putih relatif
tetap jumlahnya namun menurun dalam proporsinya, permintaan gula kristal putih
tidak begitu peka terhadap perubahan harga yang terjadi.
Akan tetapi, justru harga yang lebih peka terhadap permintaan. Artinya
harga gula kristal putih akan naik sesuai dengan peningkatan permintaan gula
Es < 1 (0,2565) ( inelastis) ternyata tidak sesuai dengan kenaikan harga
dan penawaran yang sama – sama meningkat. Ini disebabkan karena dari tahun ke
tahun penawaran gula kristal putih (walaupun meningkt) tetap tidak mampu
menutupi permintaan yang terus meningkat.
Permintaan gula kristal putih yang terus meningkat memicu naiknya harga
gula kristal putih. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan adanya intervensi atau
campur tangan pemerintah guna memacu penawaran gula kristal putih yang ada
terutama mengingat target pemerintah untuk bisa melaksanakan swasembada
gula.
Ini berarti hipotesis 7 yang menyatakan elastisitas permintaan gula kristal
putih tahun 2001-2011 adalah inelastis dan elastisitas penawaran gula kristal putih
tahun 2001-20011 adalah elastis ditolak.
Strategi Pemerintah Dalam Permintaan, Penawaran, Dan Harga Gula Kristal Putih Di Provinsi Sumatera Utara
Selama kurun waktu 11 tahun dari tahun 2001-2011, penawaran gula
kristal putih Sumatera Utara tidak mampu mencukupi permintaan gula kristal
putih. Begitu juga dengan trend penawaran gula kristal putih yang tidak mampu
mencukupi trend permintaan gula kristal putih dari tahun 2012-2020.
Selain itu, dari kurun waktu yang sama, harga gula kristal putih juga terus
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, pemerintah perlu
turut campur dalam permintaan, penawaran, harga gula kristal putih guna
menjamin kepentingan konsumen.
Strategi yang perlu dilakukan pemerintah dalam permintaan (konsumsi)
1. Mampu mengatur pertumbuhan penduduk dengan Program Keluarga
Berencana karena semakin tingginya permintaan gula kristal putih bukan
karena semakin tingginya daya beli masyarakat, tetapi karena jumlah penduduk
yang terus bertambah.
2. Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan mengenai bahaya konsumsi gula
yang berlebihan sehingga diharapakan mampu mendorong konsumsi gula
kristal putih perkapita hingg batas normal.
Strategi yang perlu dilakukan pemerintah dalam penawaran (produksi)
gula kristal putih di Provinsi Sumatera Utara yakni:
1. Membuka lahan perkebunan tebu yang baru (ekstensifikasi) atau meningkatkan
produktivitas tebu (intensifikasi) dan produktivitas hablurnya.
2. Peningkatan rendemen nyata dari produksi hablur yang dihasilkan oleh
produsen di pabrik – pabrik penggilingan tebu.
3. Pemberian pinjaman kredit dan bantuan sarana produksi kepada produsen kecil
seperti petani TRI guna memacu produksi tebu mereka
Strategi yang perlu dilakukan pemerintah dalam harga gula kristal putih di
Provinsi Sumatera Utara yakni:
1. Bila penawaran tidak mencukupi permintaan yang ada , pemerintah dirasa
perlu melakukan impor gula kristal putih namun dengan tarif dan kuota yang
telah ditetapkan sehingga tidak membanjiri pasar dan mampu melindungi
produsen.
2. Pemerintah melakukan operasi pasar guna meninjau perkembangan harga gula
3. Pemerintah melalui BULOG dapat membeli hasil pelelangan gula kristal putih
dari perusahaan swasta atau BUMN lainnya dan menyimpan hasil penjualan
serta menyalurkannya ke daerah yang memiliki penawaran rendah (tapi
permintaannya tinggi) untuk menjamin kestabilan harga.
4. Pemerintah dapat menetapkan kebijakan harga minimun (floor price) dan harga
maksimum (ceiling price). Harga minimum ditentukan oleh pemerintah guna
melindungi produsen agar produsen tidak mengalami kerugian. Sementara
harga maksimum ditentukan pemerintah supaya produsen tidak sembarangan
dalam menaikkan harga jual gula kristal putih sehingga terjangkau oleh daya