• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Trend Permintaan, Penawaran, Dan Harga Gula Kristal Putih Di Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Trend Permintaan, Penawaran, Dan Harga Gula Kristal Putih Di Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TREND PERMINTAAN, PENAWARAN, DAN HARGA GULA KRISTAL PUTIH DI PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH :

SAMUEL NOVIANTARA PURBA 080304020

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS TREND PERMINTAAN, PENAWARAN, DAN HARGA GULA KRISTAL PUTIH DI PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH :

SAMUEL NOVIANTARA PURBA 080304020

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si ) (Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec) NIP:196309281998031001 NIP:196304021997032001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

ABSTRAK

Samuel Noviantara Purba (080304020) dengan judul skripsi “ANALISIS TREND PERMINTAAN, PENAWARAN, DAN HARGA GULA KRISTAL PUTIH DI PROVINSI SUMATERA UTARA”. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan permintaan dan penawaran gula kristal putih tahun 2001-2011, untuk mengetahui trend

permintaan, penawaran, dan harga gula kristal putih di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2012-2020.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuadrat terkecil dengan analisis

trend dan dibantu dengan software Minitab 16. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive. Metode pengumpulan data merupakan data sekunder berupa data time-series dari tahun 2001-2011.

Hasil penelitian menujukkan bahwa dari tahun 2001-2011, permintaan gula kristal putih turun sebesar 0,03% dan penawaran gula kristal putih naik sebesar 12,40%.

Trend permintaan, penawaran, dan harga gula kristal putih tahun 2012-2020 adalah meningkat. Elastisitas permintaan dan penawaran gula kristal putih tahun 2001-2011 adalah sebesar -0,0023 (inelastis) dan 1,0381 (elastis). Elastisitas permintaan dan penawaran gula kristal putih tahun 20122020 adalah sebesar -0,0067 (inelastis) dan 0,2565 (inelastis)

(4)

RIWAYAT HIDUP

Samuel Noviantara Purba, lahir di Medan pada tanggal 22 November 1989. Anak

pertama dari empat bersaudara dari pasangan Alm.Ir. Albert Purba dan C.S.P.

Sigalingging.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1996 masuk Sekolah Dasar di SD St.Antonius Hayam Wuruk, Medan

dan tamat tahun 20002.

2. Tahun 2002 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP St. Maria Pekanbaru

dan tamat tahun 2005.

3. Tahun 2005 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA St. Thomas I Medan dan

tamat tahun 2008.

4. Tahun 2008 diterima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur UMB.

5. Bulan Juli 2012 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Rawang

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepadaa Tuhan Yang Maha Esa atas anugrah

dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul dari skripsi ini

adalah “ANALISIS TREND PERMINTAAN, PENAWARAN, DAN HARGA

GULA KRISTAL PUTIH DI PROVINSI SUMATERA UTARA”. Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh

gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah

membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Anggota Komisi Pembimbing dan

Sekretaris Jurusan Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara yang telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi

ini.

3. Dr. Ir. Salmiah, M.Si selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh dosen dan staf pengajar Program Studi Agribisnis yang telah

membekali pengetahuan kepada penulis

5. Seluruh pegawai di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utar yang telah

banyak membantu penulis.

6. Seluruh dinas dan instansi terkait yang membantu penulis dalam

(6)

Terimakasih khusus penulis haturkan kepada ayah Alm. Albert Purba dan Ibu

C.S.P. Sigalingging serta adik-adik penulis, Dita, Monang, Ando atas doa,

semangat,dan motivasinya yang telah diberikan.

Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Sri Maria Magdalena, S.Pd atas waktu

dan bantuannya kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Juga kepada

teman-teman Jurusan Agribisnis stambuk 2008 yang telah banyak membantu

penulisan selama penelitian dan penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan

dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran serta

kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan ini. Akhir kata semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terimakasih.

Medan, Oktober 2013

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK...i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP...ii

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL...vii

DAFTAR GAMBAR...viii

DAFTAR LAMPIRAN...ix

BABA I PENDAHULUAN Latar Belakang... 1

Identifikasi Masalah ... 4

Tujuan Penelitian...5

Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka ... 7

Landasan Teori Permintaan Dan Penawaran...10

KeseimbanganHarga...14

Konsep Analisis Time Series...15

Model Peramalan Yang Tepat...17

Kerangka Pikiran ... 18

Hipotesis Penelitian ... 21

(8)

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

Lokasi dan Keadaan Geografis...28

Iklim...28

Jumlah Penduduk Sumatera Utara Beberapa Tahun Terakhir...29

Produksi Gula Kristal Putih Sumatera Utara Dan Nasional...31

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Permintaan Dan Penawaran Gula Kristal Putih Provinsi Sumatera Utara Permintaan Gula Kristal Putih Provinsi Sumatera Utara...33

Trend Permintaan Gula Kristal Putih Tahun 2014-2020...35

Penawaran Gula Kristal Putih Provinsi Sumatera Utara...37

Trend Penawaran Gula kristal Putih Tahun 2014-2020...39

Trend Harga Gula Kristal Putih Sumatera Utara...41

Elastisitas Permintaan dan Elastisitas Penawaran Gula Kristal Putih Di Provinsi Sumatera Utara...44

Strategi Pemerintah Dalam Permintaan, Penawaran, Dan Harga Gula Kristal Putih Di Provinsi Sumatera Utara...46

BAB VI Kesimpulan Dan Saran Kesimpulan...49

Saran...50

(9)

DAFTAR TABEL

No.

Halaman

1. Perkembangan Luas Areal, Produksi, Dan Produktivitas Tebu

Indonesia Tahun 2001-2011... 2

2. Perkembangan Luas Areal, Produksi, Dan Produktivitas Tebu Provinsi Sumatera Utara Tahun 2001-2011... 3

3. Harga Gula Kristal Putih Dalam Beberapa Tahun Terakhir... 4

4. Produksi Hablur Gula Kristal Putih Menurut Provinsi di Pulau Sumatera Dalam Beberapa Tahun Terakhir (ton)... 22

5. Konsumsi Gula Kristal Putih Penduduk Sumatera Utara... 23

6. Rendemen Gula (%)... 24

7. Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara Beberapa

Tahun Terakhir... 30

8. Produksi Gula Kristal Putih Berdasarkan Provinsi

Tahun 2011... 31 .

9. Luas Areal Provinsi Pengembang Tebu

Tahun 2011... 32

10. Permintaan Gula Kristal Putih Sumatera Utara

Tahun 2001-2011... 33

11. Permintaan Gula Kristal Putih Sumatera Utara

Tahun 2014-2020... 36

12. Penawaran Gula Kristal Putih Sumatera Utara

Tahun 2001-2011... 38 .

13. Penawaran Gula Kristal Putih Sumatera Utara

Tahun 2014-2020... 40

14. Harga Gula Kristal Putih Sumatera Utara

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Pergeseran Kurva Permintaan dan Kurva

Penawaran... 11

2. Perpotongan Penawaran dan Permintaan Menurut

Marshall... 15

3. Skema Kerangka Pemikiran... 20

4. Permintaan Gula Kristal Putih Sumatera Utara

Tahun 2001-2011 ... 35

5. Trend Permintaan Gula Kristal Putih

Tahun 2012-2020... 37

6. Penawaran Gula Kristal Putih Sumatera Utara

Tahun 2001-2011... 39

7. Trend Penawaran Gula Kristal Putih

Tahun 2012-2020... 41

8. Harga Gula Kristal Putih Sumatera Utara

Tahun 2001-2011... 42

9. Trend Harga Gula Kristal Putih

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Perkembangan Luas Areal/ArealGiling, Produksi, Rendemen,dan Produksi Hablur Tebu Indonesia Tahun 2001-2011... 51

2. Perkembangan Luas Areal, Produksi, Rendemen, dan Produksi Hablur Tebu Sumatera Utara Tahun 2001-2011... 52

3. Harga Gula Kristal Putih Provinsi Sumatera Utara Tahun 2001-2011... 53

4. Permintaan Gula Kristal Putih Provinsi Sumatera Utara

Tahun 2001-2011... 54

5. Analisis Residual Permintaan Gula Kristal Putih

Provinsi Sumatera Utara... 55

6. Diagram Scatter dan Trend Analisis Permintaan Gula Kristal Putih Provinsi Sumatera Utara... 56

7. Trend Eksponensial Permintaan Gula Kristal Putih Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012-2020... 57

8. Penawaran Gula Kristal Putih Provinsi Sumatera Utara

Tahun 2001-2011... 59

9. Analisis Residual Penawaran Gula Kristal Putih

Provinsi Sumatera Utara... 64

10. Diagram Scatter dan Trend Analisis Penawaran Gula Kristal Putih Provinsi Sumatera Utara... 61

11. Trend Eksponensial Penawaran Gula Kristal Putih Provinsi Sumatera

Utara Tahun 2012-2020... 62

12. Analisis Residual Harga Gula Kristal Putih

Provinsi Sumatera Utara... 64

13. Diagram Scatter dan Trend Analisis Harga Gula Kristal Putih Provinsi Sumatera Utara... 65

(12)
(13)

ABSTRAK

Samuel Noviantara Purba (080304020) dengan judul skripsi “ANALISIS TREND PERMINTAAN, PENAWARAN, DAN HARGA GULA KRISTAL PUTIH DI PROVINSI SUMATERA UTARA”. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan permintaan dan penawaran gula kristal putih tahun 2001-2011, untuk mengetahui trend

permintaan, penawaran, dan harga gula kristal putih di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2012-2020.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuadrat terkecil dengan analisis

trend dan dibantu dengan software Minitab 16. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive. Metode pengumpulan data merupakan data sekunder berupa data time-series dari tahun 2001-2011.

Hasil penelitian menujukkan bahwa dari tahun 2001-2011, permintaan gula kristal putih turun sebesar 0,03% dan penawaran gula kristal putih naik sebesar 12,40%.

Trend permintaan, penawaran, dan harga gula kristal putih tahun 2012-2020 adalah meningkat. Elastisitas permintaan dan penawaran gula kristal putih tahun 2001-2011 adalah sebesar -0,0023 (inelastis) dan 1,0381 (elastis). Elastisitas permintaan dan penawaran gula kristal putih tahun 20122020 adalah sebesar -0,0067 (inelastis) dan 0,2565 (inelastis)

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Gula terdiri dari beberapa jenis yang dilihat dari keputihannya melalui

standar ICUMSA (International Commission For Uniform Methods of Sugar

Analysis). ICUMSA merupakan lembaga yang dibentuk untuk menyususn metode

analisis kualitas gula dengan anggota 30 negara. Mengenai warna gula, ICUMSA

telah membuat rating atau grade kualitas warna. Sistem rating berdasarkan warna

gula yang menunjukkan kemurnian dan banyaknya kotoran yang terdapat dalam

gula tersebut (Krisnamurthi, 2012:294).

Kementrian Pertanian (2011) menyatakan kebutuhan gula dalam sistem

pergulaan nasional terbagi dua yakni untuk (a) rumah tangga (konsumsi langsung)

dengan kualitas gula kristal putih (GKP), dan (b) industri makanan, minuman, dan

farmasi (kebutuhan tidak langsung) dengan kualitas gula kristal rafinansi (GKR)

(Krisnamurthi, 2012:260).

Industri gula menjadi salah satu industri terpenting di Indonesia selama

bertahun-tahun sebelum Perang Dunia II. Hampir setengah dari total produksi

sebanyak tiga juta ton gula dari 200.000 hektar perkebunan di Jawa diekspor.

Sejak tahun 1967, industri gula mengalami kerugian. Beberapa masalah yang

dihadapi adalah keuntungan rendah pada petani, tekanan pada perusahaan berupa

kebijakan pemerintah berupa pembebanan yang berat serta berbagai pungutan

untuk mempertahankan harga yang rendah demi kepentingan konsumen.

Pabrik gula yang beroperasi sekarang sebagian besar merupakan

(15)

tua merupakan salah satu sumber inefisiensi pabrik gula karena kinerja yang

kurang memadai. Hal ini terlihat dari gula kristal yang berhasil diambil dari tebu

hanya 77-81 persen, sedangkan standar dunia mencapai 85 persen (Krisnamurthi,

2012:260).

Pada tahun 2012, luas areal tebu Indonesia sebesar 461,082 ha, yang

merupakan luas lahan terluas dalam kurun waktu 12 tahun. Sementara produksi

terbesar mencapai 34.216.549,0 ton tebu pada tahun 2010. Sementara

produktivitas terbesar yakni 81,8 ton/ha terjadi pada tahaun 2005 dan 2010,

seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Luas Areal, Produksi, Dan Produktivitas Tebu Indonesia Tahun 2001-2012

Menurut Sudana (dalam Fachreza, 2012:5), gula yang digunakan dalam

industri makanan dan minuman relatif sedikit yaitu hanya sekitar 28% dari

konsumsi gula nasional, sisanya 72% dikonsumsi langsung oleh rumah tangga.

Gula kristal putih harganya lebih mahal sehingga banyak industri makanan dan

(16)

punya kandungan gizi yang baik sehingga keberadaan gula kristal putih tidak

tergantikan dalam konsumsi rumah tangga

Provinsi Sumatera Utara sendiri merupakan salah satu provinsi di Pulau

Sumatera yang menghasilkan gula kristal putih dari industri pengolahan tebu yang

dimiliki oleh BUMN.

Tahun 2001, merupakan luas areal tebu Provinsi Sumatera Utara yang

paling besar yakni sebesar 13.875 ha. Sementara produksi terbesar mencapai

665.270,1 ton pada tahun 2001 dan produktivitas paling tinggi yakni 63,8 ton/ha

pada tahun 2011, seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan Luas Areal, Produksi, Dan Produktivitas Tebu Provinsi Sumatera Utara Tahun 2001-2011

TAHUN LUAS LAHAN

Provinsi Sumatera Utara sebagai provinsi besar dengan jumlah penduduk

yang padat tentunya mempunyai kebutuhan konsumsi gula kristal putih yang

tinggi dalam penggunaan rumah tangga. Kebutuhan konsumsi ini dipenuhi oleh

stok yang ada dan ditambah oleh impor gula.

Sebagai provinsi yang memproduksi gula kristal putih, harga gula kristal

(17)

tahun ke tahun. Pada tahun 2011, harga gula kristal putih di Sumatera Utara

bahkan hampir mencapai Rp.12.000/kg nya.

Tabel 3. Harga Gula Kristal Putih Dalam Beberapa Tahun Terakhir KABUPATEN/

Gunung Sitoli (Nias) 8.025 9.875,00 12.979,17 12.420,83 Penyambungan (Mandailing

Natal)

7.647,92

8.883,00 11.177,08 11.042,00 Tapanuli Selatan

(Padangdisimpuan)

7.544,17

8.258,33 13.395,83 13.239,58 Tarutung

(Tapanuli Utara)

7.495,83

7.500,00 11.700,00 12.250,00 Balige (Toba Samosir) 7.416,67 9.283,00 10.904,17 12.000,00 Rantau Prapat

( Labuhan Batu) 7.018,75 8.467,00 11.229,17 11583,33 Kisaran (Asahan) 6.780,56 8.926,39 10.553,47 10.324,31 Sidikalang (Dairi) 7.281,25 7.750,00 10.850,00 11.135,78 Kabanjahe (Karo) 7.271,53 9.335,00 11.139,58 10.992,50

Kota Sibolga 6.870,83 9.002,08 11.206,25 10.530,35

Kota Tanjung Balai 6.754,86 8.920,00 10.358,33 8.975,00 Kota Pematangsiantar 6.532,92 8.978,75 10.828,75 10.530,35 Kota Tebingtinggi 6.603,75 8.913,00 10.434,96 10.252,08

Medan 6.655,97 8.913,00 10.434,96 10.252,08

Kota Binjai 6.604,17 10.378,00 11.202,83 11.083,33

Kota Padangsidimpuan 7.679,17 9.797,736 11.888,89 21.227,34

Provinsi Sumatera Utara 7.136,46 8.948,74 11.267,72 11.739,93

Sumber: Lampiran 3

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa harga gula kristal putih terus mengalami

kenaikan dari tahun ke tahun, dimana pada tahun 2011, harga gula kristal putih

mencapai harga tertinggi yakni Rp. 11.739,93/kg.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan

beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan permintaan gula kristal putih pada tahun 2001-2011

(18)

2. Bagaimana trend permintaan gula kristal putih pada tahun 2012-2020 di

Provinsi Sumatera Utara?

3. Bagaimana perkembangan penawaran gula kristal putih pada tahun 2001-2011

di Provinsi Sumatera Utara?

4. Bagaimana trend penawaran gula kristal putih pada tahun 2012-2020 di

Provinsi Sumatera Utara?

5. Bagaimana trend harga gula kristal putih pada tahun 2012-2020 di Provinsi

Sumatera Utara?

6. Bagaimana elastisitas penawaran dan permintaan gula kristal putih di Provinsi

Sumatera Utara tahun 2001-2011 dan tahun 2012-2020?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perkembangan permintaan gula kristal putih pada tahun

2001-2011 di Provinsi Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui trend permintaan gula kristal putih pada tahun 2012-2020.

3. Untuk mengetahui perkembangan penawaran gula kristal putih pada tahun

2001-2011 di Provinsi Sumatera Utara.

4. Untuk mengetahui trend penawaran gula kristal putih pada tahun 2012-2020.

5. Untuk mengetahui trend harga gula kristal putih pada tahun 2012-2020.

6. Untuk mengetahui elastisitas permintaan dan penawaran gula kristal putih di

(19)

Kegunaan Penelitian

1. Penelitian ini dilakukan sebagai bahan pertimbangan kepada pemerintah dan

dinas terkait yang berkepentingan.

2. Sebagai bahan informasi dalam bentuk penelitian kepada pihak-pihak yang

(20)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Gula terdiri dari beberapa jenis dilihat dari keputihannya melalui standar

ICUMSA (International Commision for Uniform Methods of Sugar Analysis)

yaitu (Krisnamurthi, 2012:294):

1. Raw Sugar

Raw Sugar adalah gula mentah berbentuk kristal berwarna kecoklatan

dengan bahan baku dari tebu. Raw Sugar memiliki nilai ICUMSA sekitar

600-1200 IU. Gula tipe ini merupakan produksi gula setengah jadi dari pabrik

penggilingan tebu yang tidak mempunyai unit pemutih yang biasanya jenis gula

inilah yang banyak diimpor untuk kemudian diolah menjadi gula kristal putih

maupun gula rafinasi.

2. Rafined Sugar/Gula Rafinasi

Gula Rafinasi merupakan hasil olahan lebih lanjut dari gula mentah atau

raw sugar melalui proses defikasi yang tidak dapat langsung dikonsumsi manusia

sebelum diproses lebih lanjut. Yang membedakan dalam proses produksi gula

rafinasi dan gula kristal putih yakni gula rafinasi memakai proses karbonasi,

sedangkan gula kristal putih memakai proses sulfitasi.

Gula rafinasi memiliki standar mutu khusus yakni mutu 1(nilai ICUMSA

<45) dan mutu 2 (nilai ICUMSA 46-806). Gula jenis ini yang digunakan untuk

(21)

3. Plantation White Sugar / Gula Kristal Putih

Gula Kristal Putih memiliki nilai ICUMSA antara 250–450 IU.

Departemen Perindustrian membagi Gula Kristal Putih menjadi 3 bagian dengan

niai ICUMSA masing-masing 250,250-350,350-450. Semakin tinggi nilai

ICUMSA maka semakin coklat warna dari gula serta rasanya akan semakin

manis. Gula tipe ini umumnya digunakan untuk rumah tangga dan diproduksi

oleh pabrik gula di dekat perkebunan tebu dengan cara menggiling tebu dan

melakukan proses pemutihan dengan teknik sulfitasi.

Gula merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian

Indonesia. Dengan luas areal sekitar 350 ribu hektar pada tahun 2000-2005,

industri gula berbasisi tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar

900 ribu petani dengan jumlah tenaga kerja yang terlibat mencapai sekitar 1,3 juta

orang.

Harga gula kristal putih yang cenderung tidak stabil dan sering mengalami

kenaikan menjadi hambatan bagi pihak konsumen. Strategi pemenuhan konsumsi

gula kristal putih yang dilakukan pemerintah berorientasi pada pemenuhan dalam

arti swasembada fisik tanpa memperhatikan pertimbangan ekonomisnya.

Dengan membiarkan harga gula yang begitu tinggi, menyebabkan industri

gula secara internasional tidak kompetitif dan bagi konsumen merupakan

penghalang peningkatan konsumsi gula kristal putih (Krisnamurthi, 2012:275).

Untuk Provinsi Sumatera Utara sendiri, komoditi tebu diusahakan oleh

perusahaan besar Negara atau BUMN yakni PTNP II dan diusahakan juga oleh

perkebunan rakyat, dimana tidak ada perusahaan swasta yang menanam dan

(22)

Produksi gula kristal putih Sumatera Utara pada saat ini berasal dari dua

pabrik gula milik PTPN II, yakni PG Sei Semayang di Kabupaten Deli Serdang

dan PG Kuala Madu di Kabupaten Langkat dengan produksi gula Sumut

mencapai 47.122 ton dengan jumlah konsumsi sekitar 144.323 ton. Kepala Dinas

Perkebunan Sumatera Utara, Aspan Sofian menjelaskan, saat ini mengakui saat ini

jumlah produksi yang dihasilkan PG Sumut hanya mampu mencakup 32% dari

jumlah kebutuhan. Ini menjadi salah satu faktor pemicu melambungnya harga

GKP di Sumut.

Untuk meningkatkan produksi gula Sumut, Dinas Perkebunan dan

sejumlah lembaga lain sedang menjalankan sejumlah program, seperti

peningkatan luas tanam tebu dan program peningkatan produktivitas lainnya

(Eris Estrada, 2013).

Fenomena penurunan luas lahan tebu dan produksi gula umumnya telah

banyak membuat petani tebu mengkonversi usahatani tebu menjadi usahatani lain

yang lebih menguntungkan. Selain itu, langkah-langkah pembenahan aspek mikro

bisnis dan reposisi strategis mengarah pada perubahan budaya perusahaan wajib

dilakukan terutama yang berada dalam pengolahan BUMN induk PT Perekebunan

Nusantara (PTPN) (Arifin, 2007).

Analisis trend merupakan suatu metode analisis statistika yang ditujukan

untuk melakukan suatu estimasi atau peramalan pada masa yang akan datang.

Untuk melakukan peramalan dengan baik, maka butuh informasi (data) yang

cukup banyak dan diamati dalam periode waktu yang cukup panjang, sehingga

hasil analisis dapat mengetahui sampai berapa besar fluktuasi yang terjadi

(23)

Landasan Teori

Permintaan dan Penawaran

Ada empat kemungkinan pergeseran kurva permintaan dan penawaran:

1. kenaikan dalam permintaan (pergeseran ke kanan kurva permintaan)

2. penurunan dalam permintaan (pergeseran ke kiri kurva permintaan)

3. kenaikan penawaran (pergeseran ke kanan kurva penawaran)

4. penurunan dalam penawaran (pergeseran ke kiri penawaran)

Masing-masing pergeseran tersebut menyebabkan perubahan yang

digambarkan oleh salah satu dari empat hukum tentang permintaan dan

penawaran. Masing-masing hukum memberi ringkasan tentang apa yang terjadi

jika ekuilibrium semula dikacaukan oleh pergeseran kurva permintaan dan

penawaran dan terjadi suatu keadaan ekuilibrium yang baru (Kadariah, 1994).

Dimulai dari keadaan ekuilibrium dan kemudian memasukkan perubahan

yang akan diselidiki, keadaan ekuilibrium ini lalu ditentukan dan dibandingkan

dengan keadaan semula. Perbedaan antara kedua ekuilibrium itu harus disebabkan

oleh (atau akibat dari) perubahan-perubahan dalam data yang dimasukkan, karena

hal-hal lainnya dipertahankan tetap.

Keempat hukum penawaran dan permintaan itu ialah:

1. Suatu kenaikan dalam permintaan menyebabkan kenaikan dalam harga

ekuilibrium dan jumlah ekuilibrium yang dipertukarkan.

2. Suatu penurunan dalam permintaan menyebabkan penurunan dalam harga

ekuilibrium dan jumlah ekuilibrium yang diperlukan.

3. Suatu kenaikan dalam penawaran menyebabkan penurunan dalam harga

(24)

4. Suatu penurunan dalam penawaran menyebabkan kenaikan dalam harga

ekuilibrium dan penurunan dalam jumlah ekuilibrium yang dipertukarkan.

Keempat hukum permintaan dan penawaran diatas dapat digambarkan

sebagai berikut:

Gambar 1. Pergeseran Kurva Permintaan dan Kurva Penawaran

Pengaruh terhadap harga ekuilibrium dan jumlah dari

pergeseran/perubahan dalam permintaan atau penawaran disebut hukum

permintaan dan penawaran.

1. Kenaikan dalam permintaan (a rise in demand)

Dalam (i), misalkan kurva permintaan dan penawaran semula adalah Do

dan S yang saling memotong dan menghasilkan ekuilibrium pada Eo dengan harga

Po dan qo. Suatu kenaikan dalam permintaan menggeser/memindahkan permintaan

ke D1, yang membawa ekuilibrium baru ke E1. Harga naik sampai P1 dan jumlah

sampai qo.

2. Penurunan dalam permintaan (a fall in demand)

Dalam (i), misalkan kurva permintaan dan penawaran semula D1 dan S

(25)

dan jumlah q1. Suatu penurunan dalam permintaan menggeser kurva permintaan

ke Do, yang membawa ekuilibrium baru ke Eo. Harga turun ke Po dan jumlah

turun ke qo.

3. Kenaikan dalam penawaran (a rise in supply)

Dalam (ii), misalkan kurva permintaan dan penawaran semula adalah D

dan So, yang saling memotong dan menghasilkan ekuilibrium pada Eo, dengan

harga Po dan jumlah qo. Suatu kenaikan dalam penawaran menggeser kurva

penawaran ke S1, yang membawa ekuilibrium baru ke E1. Harga turun sampai P1

dan jumlah naik sampai ke q1.

4. Penurunan dalam penawaran (a fall in supply)

Dalam (ii), misalkan kurva permintaan dan penawaran semula adalah D

dan S1, yang saling memotong dan menghasilkan ekuilibrium pada E1, dengan

harga P1 dan jumlah q1. Suatu penurunan dalam penawaran menggeser kurva

penawaran ke So, yang membawa ekuilibrium Eo. Harga naik ke Po, dan jumlah

turun sampai ke qo.

Dalam keadaan riil, untuk mengetahui kepekaan perubahan barang yang

diminta terhadap perubahan harga maka perlu untuk mengetahui perlu diukur

derajat kepekaannya. Angka pengukur kepekaan inilah yang dalam ilmu ekonomi

disebut koefisien elastisitasnya (Putong, 2005).

Besaran angka elastisitas permintaan dijelaskan sebagai berikut :

1. Ed < 1 (inelastis) yakni persentase perubahan permintaan (dalam persentase)

lebih kecil daripada perubahan harga. Atau dengan kata lain permintaan tidak

(26)

2. Ed > 1 (elastis) yakni persentase perubahan harga suatu barang menyebabkan

perubahan permintaan yang besar atau permintaan sangat peka terhadap

perubahan harga.

3. Ed = 1 (elastis uniter) yakni persentase perubahan jumlah yang diminta sama

dengan persentase perubahan harga.

4. Ed = 0 (inelastis sempurna) yakni berapapun harga suatu barang, orang akan

tetap membeli jumlah yang dibutuhkan.

5. Ed = ∞ (elastisitas tak terhingga) yakni perubahan harga sedikit saja

menyebabkan perubahan permintaan tak terbilang besarnya.

Pada dasarnya, elastisitas penawaran mengukur derajat kepekaan

perubahan penawaran atas faktor – faktor yang mempengaruhi penawaran,

misalnya biaya produksi, teknologi, kebijakan pemerintah, dan lain sebagainya.

Akan tetapi karena penawaran hanya membahas hukum penawaran, maka semua

faktor lain dianggap tetap kecuali harga (Putong, 2005)

Ada beberapa jenis dari elastisitas penawaran (Es) yakni :

1. Es > 1 (elastis) yakni persentase perubahan harga yang kecil diikuti oleh

perubahan penawaran yang relatif besar. Penawaran yang bersifat elastis

biasanya hanya terjadi dalam kondisi jangka panjang.

2. Es < 1 (inelastis) yakni persentase perubahan harga lebih besar daripada

perubahan jumlah yang ditawarkan. Penawaran inelastis biasanya adalah

penawaran yang sering terjadi (dalam periode pasar) karena kenaikan harga

tidak serta merta diikuti oleh banyaknya jumlah produksi/penawaran.

3. Es = 1 (uniter elastis) yakni persentase perubahan harga sama dengan

(27)

biasanya produsen tidak mengalami keuntungan yang berarti karena meskipun

jumlah yang ditawarkan naik,a akan tetapi dalam kondisi yang sama

permintaan juga akan turun.

4. Es = 0 (inelastis sempurna) yakni berapa persenpun perubahan harga,

penawaran relatif tetap. Biasanya kondisi ini bersifat menunggu sementara

(momentary), dimana produsen harus mempelajari perubahan harga tersebut,

bila misalkan perubahan cenderung lama, maka produsen akan merubah jumlah

penawarnnya.

5. Es = ∞ (elastis sempurna) yakni berapa banyakpun j umlah barang yang

ditawarkan di pasar, harga tidak meresponnya. Banyak atau sedikit jumlah

penawaran, harga tidak berpengaruh.

Keseimbangan Harga

Keseimbangan harga merupakan titik temu antara permintaan dan

penawaran yang merupakan proses alami mekanisme pasar. Harga keseimbangan

atau harga pasar (equilibrium price) adalah tinggi rendahnya tingkat harga yang

terjadi atas kesepakatan antara produsen/penawaran dengan konsumen atau

permintaan.

Marshall (dalam Nicholson, 2002) percaya bahwa permintaan dan

penawaran secara bersama-sama menentukan harga (P*) dan kuantitas

keseimbangan sebuah barang (Q*). P* adalah tingkat harga keseimbangan.

Tingkat harga-harga lainnya akan mengakibatkan timbulnya surplus atau

(28)

Gambar 2. Perpotongan Penawaran dan Permintaan Menurut Marshall

Pada titik ini, P* adalah harga keseimbangan (equilibrium price). Pada

tingkat harga inilah kuantitas barang yang ingin dibeli (Q*) secara tepat sama

dengan kuantitas yang ingin diproduksi. Karena pembeli dan penjual merasa puas

pada posisi tersebut, tidak ada satu pihak pun memiliki dorongan untuk mengubah

perilakunya.

Keseimbangan yang digambarkan dapat terus bertahan sepanjang tidak ada

peristiwa yang mampu mempengaruhi hubungan permintaan dan penawaran. Jika

salah satu kurva bergeser, tingkat keseimbangan akan berubah.

Konsep Analisis Time-Series

Analisis data berkala (analysis of time series) pada umumnya terdiri dari

uraian secara matematis tentang komponen yang menyebabkan gerakan-gerakan

atau variasi-variasi yang tercermin dalam fluktuasi. Gerakan /variasi data berkala

terdiri dari empat komponen yakni (Supranto, 2008):

1. Gerakan/trend jangka panjang (long term movement or secular trend) yaitu

suatu gerakan yang menunjukkan arah perkembangan secara umum

(29)

2. Gerakan/variasi siklis (cyclical movements or variations) adalah

gerakan/variasi jangka panjang disekitar garis trend (berlaku untuk data

tahunan). Gerakan ini bisa terulang setelah jangka waktu tertentu dan bisa juga

terulang dalam jangka waktu yang sama.

3. Gerakan/variasi musiman (seasonal movements/variation) adalah gerakan yang

mempunyai pola tetap dari waktu ke waktu. Umumnya terjadi pada data

bulanan yang dikumpulkan dari tahun ke tahun, gerakan ini juga berlaku bagi

data harian, mingguan, atau satuan waktu yang lebih kecil lagi.

4. Gerakan/variasi yang tidak teratur (irregular or random movements) adalah

gerakan/variasi yang sifatnya sporadis.

Menurut Ibrahim (dalam Septia, 2011:16), trend adalah salah satu

peralatan statistik yang digunakan untuk memperkirakan keadaan dimasa yang

akan datang berdasarkan pada data masa lalu. Trend juga merupakan gerakan dan

data deret berkala selama beberapa tahun dan cenderung menuju pada suatu arah,

dimana arah tersebut bias naik, turun, maupun mendatar.

Trend melukiskan gerak data deret waktu selama jangka waktu yang

panjang atau cukup lama. Gerak ini mencerminkan sifat kontinuitas atau keadaan

yang terus-menerus dari waktu ke waktu selama kurun waktu tertentu, karena sifat

kontinuitas inilah maka trend dianggap sebagai gerak yang stabil sehingga dalam

menginterpretasikannya dapat digunakan model matematis, sesuai dengan

keadaan dan deret waktunya itu sendiri (Supangat, 2008).

Untuk mencari garis trend yang paling sesuai dalam sebuah runtut waktu,

biasanya disederhanakan lebih dahulu sebelum digunakan untuk menemukan

(30)

nilai X, yang mewakili banyaknya tahun dalam sebuah runtut waktu menjadi nol

atau ∑ X = 0 (Kustituanto, dalam Corry 2008:23).

Trend yang memakai data tahunan dalam melakukan model peramalan

dapat memakai trend linier, trend parabola, dan trend eksponensial. Metode yang

paling banyak digunakan untuk menentukan kecukupan dari model peramalan

yang tertentu didasarkan pada seberapa bagus model tersebut mencocokkan diri

(fit) dengan data time-series. Metode-metode tersebut, tentu saja, mengasumsikan

pergerakan di masa yang akan datang dalam sebuah serial bisa diproyeksikan

dengan mempelajari pola perilaku di masa lampau (Hakim,2001).

Model Peramalan Yang Tepat

Menurut Hakim (2001), untuk menentukan model peramalan trend yang

tepat, dapat digunakan kriteria sebagai berikut:

1. Membentuk analisis residual

Sebuah model khusus yang telah di-fit-kan pada sebuah time series yang

tertentu, akan memplot residual-residual sepanjang waktu. Jika model khusus

mencocokkan diri pada data dengan baik, residul-residualnya akan

memperlihatkan komponen yang tidak beraturan dari time-series, dan dengan

demikian berarti mereka didistribusikan dengan random sepanjang serial tersebut.

Apabila model tersebut tidak mencocokkan diri pada data dengan baik,

residual-residualnya mungkin akan menunjukkan beberapa pola sistematis seperti

kegagalan menghitung trend, kegagalan menghitung variasi siklis, atau dengan

(31)

Jika analisis residual masih menunjukkan bahwa dua atau lebih model

masih mencocokkan diri pada data dengan baik, maka model harus diseleksi lagi

berdasarkan ukuran dari besarnya residual error.

2. Mengukur besar dari residual error

Untuk menaksir ketepatan dari berbagai model peramalan digunakan mean

absolute deviation (MAD). Bila model mencocokkan diri pada data time-series di

masa lalu secara sempurna, nilai MAD akan sama dengan nol. Tetapi jika tidak,

maka nilai MAD akan menjadi besar. Sehingga ketika akan membandingkan

kebaikan dari dua atau lebih model peramalan, model dengan MAD yang

minimum bisa dipilih sebagai model yang tepat.

3. Prinsip Parsimony

Jika setelah menampilkan analisis residual dan membandingkan ukuran

MAD yang dihasilkan, masih terdapat dua model atau lebih yang tampaknya

masih cukup baik dalam mencocokkan diri pada data, maka model harus diseleksi

lagi dengan prinsip parsimony. Yaitu harus dipilih model yang paling sederhana

diantara model-model yang lolos kriteria 1 dan 2 diatas.

Kerangka Pemikiran

Keberadaan gula kristal putih yang cukup untuk dikonsumsi akan

memperlancar konsumsi masyarakat. Selain itu, dengan produksi yang cukup,

akan memudahkan masyarakat di daerah untuk mendapatkannya. Hal ini secara

tidak langsung, akan turut menjaga kestabilan harga gula kristal putih.

Peningkatan jumlah penduduk di Sumatera Utara turut memacu konsumsi

(32)

produksi yang selalu terjaga. Penurunan produksi dan kenaikan konsumsi gula

kristal putih disebabkan oleh berbagai faktor internal dan eksternal yang terkait.

Perkembangan permintaan, penawaran, dan harga gula kristal putih pada

waktu sebelumnya dapat diproyeksikan untuk melihat trend permintaan,

penawaran, dan harga gula kristal putih di masa yang akan datang.

Selain itu, persentase perubahan permintaan dan penawaran gula kristal

putih akibat persentase perubahan harga, akan menunjukkan seberapa besar

(33)

Secara skematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

Keterangan:

Terdiri dari

Menyatakan hubungan Menyatakan trend

Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran

Penawaran GULA KRISTAL PUTIH

Sumatera Utara

Permintaan Harga Gula Kristal Putih

Trend Harga Gula Kristal Putih

(34)

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori yang telah dibuat, maka diajukan beberapa

hipotesis sebagai berikut:

1. Perkembangan permintaan gula kristal putih pada tahun 2001-2011 di Provinsi

Sumatera Utara adalah meningkat.

2. Trend permintaan gula kristal putih pada tahun 2012-2020 di Provinsi

Sumatera Utara adalah meningkat.

3. Perkembangan penawaran gula kristal putih pada tahun 2001-2011 di Provinsi

Sumatera Utara adalah meningkat.

4. Trend penawaran gula kristal putih pada tahun 2012-2020 di Provinsi Sumatera

Utara adalah meningkat.

5. Trend harga gula kristal putih pada tahun 2012-2020 di Provinsi Sumatera

Utara adalah meningkat.

6. Tahun 2001-2011, elastisitas permintaan gula kristal putih adalah inelastis dan

elastisitas penawaran gula kristal putih adalah elastis

7. Tahun 2012-2020, elastisitas permintaan gula kristal putih adalah inelastis dan

elastisitas penawaran gula kristal putih adalah elastis

(35)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian/pengamatan dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Penentuan

daerah ini dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan bahwa provinsi ini

merupakan salah satu provinsi di Pulau Sumatera yang juga memproduksi gula

kristal putih dari perkebunan tebu.

Tabel 4. Produksi Hablur Gula Kristal Putih Menurut Provinsi di Pulau Sumatera Dalam Beberapa Tahun Terakhir (ton)

PROVINSI TAHUN

2008 2009 2010 2011

Lampung 810.681 903.321 759.684 708.396

Sumatera Selatan 58.861 88.391 66.451 52.232

Sumatera Utara 40.585 37.874 31.025 47.122

Sumber: Kementrian Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data time-series

berupa data jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara, Data Konsumsi Gula

Kristal Putih Provinsi Sumatera Utara, Luas Areal Tebu, Produksi Tebu,

Rendemen Nyata, dan harga gula kristal putih di Provinsi Sumatera Utara dari

tahun 2001-2011.

Metode Analisis Data

Untuk hipotesis 1 dianalisis dengan menggunakan tabulasi sederhana yaitu

dengan menghitung perubahan permintaan gula kristal putih di Provinsi Sumatera

(36)

Permintaan gula kristal putih diamati dari total konsumsi yang diketahui

dengan mengalikan konsumsi gula kristal putih per kapita/tahun dengan jumlah

penduduk Provinsi Sumatera Utara ( Husodo, 2004).

Tabel 5. Konsumsi Gula Kristal Putih Provinsi Sumatera Utara

Tahun

Konsumsi Gula Kristal Putih (Kg/Kap/Thn)

2001 10,50

Sumber: Badan Ketahanan Pangan Sumatera Utara

Untuk hipotesis 2, 4, dan 5 yakni trend permintaan, penawaran, dan harga

gula kristal putih akan dianalisis dengan menggunakan trend eksponensial. Trend

eksponensial merupakan trend tidak linier yang dapat dibuat linier dengan

melakukan transformasi (perubahan bentuk). Persamaan trend eksponensial

adalah sebagai berikut: �′= ��� dapat diubah menjadi trend semi log: log�′=

log�+ (log�) �; log �′ = �′0; log � = �0 dan log � = �0.

Karena trend semi log memiliki bentuk linier, maka dapat digunakan

metode kuadart terkecil. Dengan demikian�′0 = �0 + �0�, dimana koefisien �0

dan �0 dapat dicari dengan persamaan normal (Supranto, 2008):

(37)

Dimana :

Y = Nilai trend untuk setiap unit X

X = Unit waktu tertentu

Menurut Hakim (2001), nilai �0 merupakan perkiraan tahunan atas tingkat

pertumbuhan gabungan (dinyatakan dalam persen) yang dapat dicari dengan cara

(�0 - 1) x 100%.

Untuk hipotesis 3, penawaran gula kristal putih didapat dari perkalian

bobot tebu dikalikan dengan rendemen nyata. Dengan demikian perhitungan

rendemen nyata dapat dilakukan dengan rumus:

�������������=��������������������� � × 100%

Jika dihitung dalam persentase, maka rendemen merupakan kristal nyata

yang diperoleh dari % tebu yang digiling ( Harisutji, 2001; Santoso dan Martoyo,

2000). Apabila rendemen nyata dan bobot tebu sudah diketahui, maka dengan

rumus di atas dapat dicari bobot hablur nya, begitu juga sebaliknya.

Data rendemen gula yang diambil mulai dari tahun 2001-2011 yang

berasal dari Kementrian Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan.

Tabel 6. Rendemen Gula (%)

(38)

Apabila semua kesalahan atau nilai

sama dengan nol, maka semua titik

dari diagram pencar akan terletak pada garis trend, yang dalam prakteknya jarang

terjadi. Jadi selalu ada kesalahan (error). Kalau semua kesalahan tersebut

dikuadratkan kemudian kita jumlahkan, maka hasilnya disebut jumlah kuadart

terkecil. Makin kecil nilai jumlah kesalahan kuadrat, makin mendekatilah garis

trend tersebut terhadap diagram pencar (Supranto, 2008).

Metode jumlah kuadrat terkecil (least square method) untuk mencari garis

trend, dimaksudkan suatu perkiraan atau taksiran mengenai nilai a dan b dari

persamaan Y = a + bX yang didasarkan atas data hasil observasi sedemikian rupa

sehingga dihasilkan jumlah kesalahan kuadrat terkecil (minimum)

(Supranto, 2008).

Untuk hipotesis 6 dan 7, akan dianalisis dengan rumus sebagai berikut:

Elastisitas Permintaan (Ed) = % ������ℎ�� �����ℎ ������ ���� �������

% ������ℎ��ℎ���������� , sedangkan

Elastisitas Penawaran (Es) = % ������ℎ�������ℎ�������������������� %������ℎ��ℎ����������

Penulis juga memanfaatkan bantuan software Minitab 16 dalam

menganalisis trend baik untuk permintaan, penawaran, dan harga gula kristal

putih.

Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menjelaskan dan menghindari kesalapahaman dalam penelitian ini,

(39)

Defenisi Operasional

1. Gula Kristal Putih ( GKP ) adalah gula yang umum dikonsumsi oleh konsumen

rumah tangga yang memiliki nama yang cukup beragam seperti gula pasir, gula

putih, atau gula konsumsi.

2. Harga gula kristal putih adalah rata-rata harga gula kristal putih di 16

kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara.

3. Permintaan gula kristal putih adalah total konsumsi penduduk yang diperoleh

dari jumlah penduduk dikalikan dengan konsumsi gula kristal putih per

kapita/tahun penduduk Sumatera Utara.

4. Penawaran gula kristal putih adalah banyaknya produksi gula kristal

putih/produksi hablur yang dihasilkan dari jumlah produksi tebu dikalikan

dengan rendemen nyata yang telah ditetapkan.

5. Rendemen nyata adalah rasio antara hasil gula kristal (hablur) dengan bobot

tebu yang digiling.

6. Produksi hablur adalah produksi gula kristal yang diperoleh dari penggilingan

tebu.

7. Trend adalah gerakan dan data deret berkala selama beberapa tahun dan

cenderung menuju pada suatu arah, dimana arah tersebut bisa naik, turun,

maupun mendatar yang dapat digunakan untuk memperkirakan keadaan dimasa

yang akan datang berdasarkan pada data masa lalu.

8. Diagram pencar ( scatter diagram) adalah grafik dua dimensi yang memplot

atau meletakkkan nilai-nilai Y yang bersesuaian dengan nilai X-nya.

9. Elastisitas Permintaan (Ed) adalah derajat (dalam satuan angka) kepekaan dari

(40)

rasio antara persentase perubahan permintaan terhadap persentase perubahan

harga.

10. Elastisitas Penawaran (Es) adalah nilai bagi antara persentase perubahan

jumlah yang ditawarkan dengan persentase perubahan harga.

Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Provinsi Sumatera Utara.

2. Waktu penelitian adalah tahun 2013.

3. Tahun pengambilan data adalah tahun 2013.

4. Penelitian yang dilakukan adalah Analisis Trend Permintaan, Penawaran, Dan

(41)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

Lokasi dan Keadaan Geografis

Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada

garis 10-40 Lintang Utara dan 980-1000 Bujur Timur. Adapaun batas-batas

Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Provinsi Aceh

Sebelah Timur : Negara Malaysia di Selat Malaka

Sebelah Selatan: Provinsi Riau dan Sumatera Selatan

Sebelah Barat : Samudera Hindia

Luas daratan Provinsi Sumatera Utara adalah 71.680,68 km2, sebagian

besar berada di daratan Pulau Sumatera dan sebagian kecil berada di Pulau Nias,

Pulau-pulau Batu, serta beberapa pulau kecil, baik di bagian barat maupun bagian

timur pantai Pulau Sumatera.

Berdasarkan luas daerah menurut kabupaten/kota di Sumatera Utara, luas

daerah terbesar adalah Kabupaten Mandailing Natal dengan luas 6.620,70 km2

atau 9,23% dari total luas Sumatera Utara. Sedangkan luas daerah terkecil adalah

Kota Sibolga dengan luas 10,77 km2 atau sekitar 0,02% dari total luas Sumatera

Utara. Berdasarkan kondisi letak dan kondisi alam, Sumatera Utara dibagi dalam

3 kelompok/wilayah yaitu Pantai Barat, Dataran Tinggi, dan Pantai Tinur.

Iklim

Karena terletak dekat garis khatulistiwa, Provinsi Sumatera Utara

tergolong ke dalam daerah beriklim tropis. Ketinggian permukaan daratan

(42)

beberapa meter diatas permukaan laut, beriklim cukup panas bisa mencapai

33,40C, sebagian daerah berbukit dengan kemiringan yang landai, beriklim sedang

dan sebagian lagi berada pada ketinggian yang suhu minimalnya bisa mencapai

23,70C.

Sebagaimana provinsi lainnya di Indonesia, Provinsi Sumatera Utara

mempunyai musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya

terjadi pada bulan Juni sampai dengan September dan musim penghujan biasanya

terjadi pada bulan November sampai dengan Maret, diantara kedua musim itu

diselingi oleh musim pancaroba.

Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara Beberapa Tahun Terakhir

Sumatera Utara merupakan provinsi keempat yang terbesar jumlah

penduduknya di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.

Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990, penduduk

Sumatera Utara keadaan tanggal 31 Oktober 1990 berjumlah 10,26 juta jiwa, dan

hasil SP 2000, jumlah penduduk Sumatera Utara sebesar 11,51 juta jiwa.

Selanjutnya dari hasil Sensus Penduduk pada bulan Mei 2010, jumlah

penduduk Sumatera Utara sebesar 12.982.204 jiwa. Kepadatan penduduk

Sumatera Utara tahun 1990 adalah 143 jiwa per km2 dan pada tahun 2000

meningkat menjadi 161 jiwa per km2 dan selanjutnya pada tahun 2010 menjadi

188 jiwa per km2. Laju pertumbuhan penduduk Sumatera Utara selama kurun

waktu 1990-2000 adalah 1,20% per tahun, dan pada tahun 2000-2010 menjadi

(43)

Tabel 7. Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara Beberapa Tahun Terakhir

Kabupaten/Kota 2008 2009 2010 2011

N i a s 443.492 444.502 131.377 132.605

Mandailing Natal 423.712 429.889 404. 945 408.731

Tapanuli Selatan 263.812 265.855 263.815 266.282

Tapanuli Tengah 314.632 323.563 311.232 314.142

Tapanuli Utara 267.595 271.474 279.257 281.868

Toba Samosir 171.833 174.453 173.129 174.748

Labuhan Batu 1.027.964 417.584 415.110 418.992

A s a h a n 688.529 700.606 668.272 674.521

Simalungun 853.112 859.879 817.720 825.366

Dairi 271.983 273.851 270.053 272.578

Karo 360.880 370.619 350.960 354.242

Deli Serdang 1.738.431 1.788.351 1.790.431 1.807.173

Langkat 1.042.523 1.057.768 967.535 976.582

Nias Selatan 272.848 273.733 289.708 292.417

Humbang Hasundutan 155.290 158.070 171.650 173.255

Pakpak Bharat 41.062 42.814 40.505 40.884

Samosir 131.549 132.023 119.653 120.772

Serdang Bedagai 630.728 642.983 594.383 599.941

Batu Bara 382.474 389.510 375.885 379.400

Padang Lawas Utara 193.278 194 774 223.531 225.621

Padang Lawas 185.209 186 643 225.259 227.365

Labuhan Batu Selatan x 280.562 277.673 280.269

Labuhan Batu Utara x 351.620 330.701 333.793

Nias Utara x x 127.244 128.434

Nias Barat x x 81.807 82.572

S i b o l g a 94.614 96.034 84.481 85.271

Tanjungbalai 163.679 167.500 154.445 155.889

Pematangsiantar 238.773 240.939 234.698 236.893

Tebing Tinggi 141.059 142.717 145.248 146.606

M e d a n 2.102.105 2.121.053 2.097.610 2.117.224

B i n j a i 252.652 257.105 246.154 248.456

Padangsidimpuan 188.499 191.912 191.531 193.322

Gunung Sitoli x x 126.202 127.382

Sumatera Utara 13.042.317 13.248.386 12.982.204 13.103.596

x = data tidak tersedia

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara

Pada tahun 2011, penduduk Sumatera Utara berjumlah 13.103.596 jiwa.

(44)

jiwa dan penduduk perempuan sebesar 6.559.504 jiwa. Dengan demikian sex ratio

penduduk Sumatera Utara sebesar 99,77.

Pada tahun 2011, penduduk Sumatera Utara masih lebih banyak tinggal di

daerah pedesaan daripada daerah perkotaan. Jumlah penduduk Sumatera Utara

yang tinggal di pedesaan adalah 6,66 juta jiwa (50,84%) dan yang tinggal di

daerah perkotaan sebesar 6,44 juta jiwa (49,16%).

Produksi Gula Provinsi Sumatera Utara Dan Nasional

Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di Pulau Sumatera

yang memiliki industri pengolahan tebu selain Provinsi Lampung dan Provinsi

Sumatera Selatan.

Di Pulau Sumatera, produksi gula terbanyak diproduksi oleh Provinsi

Lampung, kemudian Provinsi Sumatera Selatan, dan Provinsi Sumatera Utara

dengan produksi paling rendah, seperti yang terlihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Produksi Gula Kristal Putih Berdasarkan Provinsi Tahun 2011 Provinsi Produksi Gula Kristal

Putih (Ton)

Produksi Gula Kristal Putih (%)

Jawa Timur 1.051.642,1 47,20

Lampung 708.396,3 31,79

Jawa Tengah 187.344,5 8,41

Jawa Barat 91.820,6 4,12

Sumatera Selatan 52.232,1 2,34

Sumatera Utara 47.122,0 2,11

Gorontalo 39.817,7 1,97

D.I.Yogyakarta 27.945,5 1,25

Sulawesi Selatan 21.983,4 0,98

Sumber: Balitbang Departemen Pertanian

Pada tahun 2011, Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi dengan

produksi gula terbesar di Indonesia dengan produksi mencapai 1.051.642,1 ton

(45)

gula sebesar 708.396,3 ton (31,79%). Sementara Provinsi Sumatera Utara

menyumbang produksi gula nasional sebesar 47.122,0 ton (2,11%).

Pada tahun 2011, Provinsi Sumatera Utara memiliki luas areal tebu

sebesar 10.046 ha, yang merupakan lahan tebu paling kecil dibanding Provinsi

Lampung dan Provinsi Sumatera Selatan, seperti terlihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Luas Areal Provinsi Pengembang Tebu Tahun 2011

Provinsi Luas Areal (Ha) Luas Areal (%)

Jawa Timur 192.801,4 42,81

Lampung 128.321,5 28,49

Jawa Tengah 51.955,3 11,59

Jawa Barat 22.487,2 4,99

Sumatera Selatan 15.282,6 3,39

Sumatera Utara 10.046 2,23

Gorontalo 8.681,7 1,96

D.I.Yogyakarta 6.681,8 1,48

Sulawesi Selatan 14.039,8 3,11

Sumber: Balitbang Departemen Pertanian

Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi dengan luas areal tebu terbesar

di Indonesia dengan luas mencapai 192.801,4 Ha (42,81%). Peringkat kedua

ditempati oleh Provinsi Lampung dengan luas sebesar 128.321,5 Ha (28,49%).

Dari keseluruhan luas areal tebu Indonesia, Provinsi Sumatera Utara hanya

(46)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Permintaan Dan Penawaran Gula Kristal Putih Provinsi Sumatera Utara

Permintaan Gula Kristal Putih Provinsi Sumatera Utara

Permintaan gula kristal putih di Provinsi Sumatera Utara dihitung dari

konsumsi gula kristal putih Sumatera Utara yang didapat dari pengalian konsumsi

gula kristal putih per kapita penduduk Sumatera Utara dengan jumlah penduduk

Provinsi Sumatera Utara.

Dari Lampiran 4 dapat diketahui perkembangan permintaan gula kristal

putih Provinsi Sumatera Utara seperti terlihat pada Tabel 10:

Tabel 10. Permintaan Gula Kristal Putih Sumatera Utara Tahun 2001-2011

TAHUN

2001 123.085.168,50 123.085,17 0

2002 123.209.590,40 123.209,59 0,10

2003 123.999.200,00 123.999,20 0,64

2004 124.870.608,00 124.870,61 0,70

2005 117.103.441,00 117.103,44 -6,22

2006 120.113.193,00 120.113,19 2,57

2007 123.209.961,00 123.209,96 2,57

2008 131.466.555,36 131.466,56 6,70

2009 123.209.989,80 123.209,99 -6,28

2010 123.460.760,04 123.460,76 0,20

2011 121.863.442,80 121.863,44 -1,29

Rata-rata 123.235.628,23 123.235,63 -0,03 Sumber: Lampiran 4

Tanda – menunjukkan penurunan

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa permintaan gula kristal putih pada tahun

2001 sebesar 123.085,17 ton dan meningkat pada tahun 2002 sebesar 123.209,59

(47)

meningkat sebesar 0,64% dari tahun 2002 menjadi 123.999,20 ton. Tahun 2004,

pemintaan gula kristal putih meningkat sebesar 0,70% dari tahun 2003 menjadi

124.870,61.

Tahun 2005 terjadi penurunan kedua terbesar selama kurun waktu tahun

2001-2011 yakni sebesar 6,22% dari 124.870,61 ton pada tahun 2004 menjadi

117.103,44 ton. Permintaan pada tahun 2006 sebesar 120.113,19 ton atau naik

sebesar 2,57% dari tahun 2005. Tahun 2007, permintaan naik sebesar 2,57% dari

tahun 2006 menjadi 123.209,96 ton. Perkembangan permintaan terbesar terjadi

pada tahun 2008 sebesar 6,70% dari tahun 2007 menjadi 131.466,56 ton. Ini ini

dikarenakan konsumi gula yang cukup tinggi yakni sekitar 10 kg/kap/thn dan

jumlah penduduk yang besar sekitar 13 juta jiwa.

Tahun 2009 merupakan penurunan terbesar dalam kurun waktu 11 tahun

dari tahun 2001-2011. Penurunan mencapai 6,28% sehingga permintaan tahun

2009 hanya sebesar 123.209,99 ton. Penurunana ini dipicu oleh penurunan pola

konsumsi pangan Sumatera Utara terendah dalam kurun waktu 11 tahun terakhir

yakni hanya 9,31 kg/kap/thn. Tahun 2010 permintaan naik sebesar 0,20% dari

tahun 2009 menjadi 123.460,76 ton. Pada tahun 2011, permintaan gula kristal

putih sebesar 121.863,44 ton atau turun sebesar 1,29% dari tahun 2010.

Selama kurun waktu 11 tahun, dari tahun 2001-2011, rata-rata permintaan

gula kristal putih sebesar 123.235,63 ton atau sebesar 123.235.628,23 kg. Adapun

permintaan gula kristal putih di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2001-20011

(48)

Gambar 4. Permintaan Gula Kristal Putih Tahun 2001-2011

Dari Gambar 4, dapat dilihat bahwa permintaan gula kristal putih tahun

2001-2011 mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Dimana pada tahun 2008,

permintaan mencapai puncaknya dan pada tahun 2005, permintaan gula kristal

putih berada posisi terendah.

Dari Tabel 10, selama kurun waktu 11 tahun dari tahun 2001-2011,

permintaan gula kristal putih Sumatera Utara mengalami penurunan rata-rata

sebesar 0,03%. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis 1 yang menyatakan

permintaan gula kristal putih dari tahun 2001-2011 meningkat. Oleh karena itu,

hipotesis 1 ditolak.

Trend Permintaan Gula Kristal Putih Tahun 2012-2020

Trend permintaan gula kristal putih tahun 2014-2020 diperoleh dengan

menggunakan trend eksponensial yang diolah menggunakan metode kuadrat

terkecil. Berdasarkan analisis dari data permintaan gula kristal putih tahun

2001-2011, sehingga diperoleh persamaan trend:

105.000,00 110.000,00 115.000,00 120.000,00 125.000,00 130.000,00 135.000,00

Permintaan Gula Kristal Putih (Ton)

(49)

Y = (123.196,96)(1,0009X)

Dari persamaan yang diperoleh, maka didapat diketahui permintaan gula

kristal putih untuk tahun 2012-2020 dengan menggantikan nilai X yang telah

ditetapkan untuk tahun tersebut.

Permintaan gula kristal putih tahun 2012-2020 di Provinsi Sumatera Utara

adalah sebagai berikut:

Tabel 11. Permintaan Gula Kristal Putih Sumatera Utara Tahun 2012-2020

Tahun Notasi Tahun (X) Permintaan (Y)

Y = (123.196,96)(1,0009X

)

Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa permintaan gula kristal putih

pada tahun 2012 sebesar 123.863,72 ton, tahun 2012 sebesar 123.975,20, pada

tahun 2014 sebesar 124.086,78 ton, tahun 2015 sebesar 124.198,35 ton, tahun

2016 sebesar 124.310,23 ton, tahun 2017 sebesar 124.422,11 ton, tahun 2018

sebesar 124.534,09 ton, tahun 2019 sebesar 124.646,17 ton, dan pada tahun 2020

sebesar 124.758,35 ton. Tingkat pertumbuhan permintaan gula kristal putih

Sumatera Utara pada tahun 2012-2020 adalah sebesar 0,09%

Dari Gambar 5, dapat dilihat bahwa permintaan gula kristal putih di

Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2012-2020 terus mengalami kenaikan dari

(50)

2012-2020 adalah sebesar 124.310,57 ton. Berdasarkan hasil analisis trend permintaan

gula kristal putih, dapat disimpulkan bahwa permintaan mengalami kenaikan.

Gambar 5. Trend Permintaan Gula Kristal Putih Tahun 2012-2020

Ini berarti hipotesis 2 yang menyatakan bahwa trend permintaan gula

kristal putih tahun 2012-2020 adalah meningkat diterima.

Penawaran Gula Kristal Putih Provinsi Sumatera Utara

Penawaran gula kristal putih dicari dari hasil produksi hablur gula kristal

putih yang diketahui dengan mengalikan produksi tebu dengan rendemen nyata

gula. Dari Lampiran 8, penawaran gula kristal putih dapat disajikan dalam Tabel

12 sebagai berikut:

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Trend

Permintaan Gula Kristal Putih Tahun

2012-2020

(51)

Tabel 12. Penawaran Gula Kristal Putih Sumatera Utara Tahun 2001-2011

TAHUN Produksi Tebu (Ton)

Rata-rata 512.860,23 37.501,45 12,40

Sumber: Lampiran 8

Tanda – menunjukkan penurunan

Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa penawaran gula kristal putih pada tahun

2001 sebesar 45.571 ton dan mengalami penurunan pada tahun 2002 sebesar

29.952 ton atau menurun sebesar 34,27% dari tahun 2001. Tahun 2003,

penawaran kembali mengalami penurunan sebesar 10,57% dari tahun 2002

menjadi 26.786 ton. Tahun 2004, penawaran gula kristal putih mengalami

penurunan terbesar sebesar 49,77% dari tahun 2003 menjadi 13.456 ton.

Tahun 2005 terjadi peningkatan terbesar selama kurun waktu tahun

2001-2011 yakni sebesar 200,35% dari 13.456 ton pada tahun 2004 menjadi 40.836 ton.

Penawaran gula kristal putih pada tahun 2006 sebesar 50.620 ton atau naik

sebesar 23,96% dari tahun 2005. Tahun 2007, penawaran turun sebesar 3,82%

dari tahun 2006 menjadi 48.689 ton. Pada tahun 2008, penawaran yang ada

sebesar 40.585 ton atau turun 16,65% dari tahun 2007. Tahun 2009, penawaran

(52)

Tahun 2010, penawaran gula kristal putih sebesar 31.025 ton atau

mengalami penurunan sebesar 18,08% dari tahun 2009. Pada tahun 2011,

penawaran kembali naik sebesar 51,88% atau sebesar 47.122 ton.

Selama kurun waktu 11 tahun, dari tahun 2001-2011, rata-rata penawaran

gula kristal putih sebesar 37.501,45 ton. Adapun penawaran gula kristal putih di

Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2001-20011 dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 6. Penawaran Gula Kristal Putih Tahun 2001-2011

Dari Tabel 12, selama kurun waktu 11 tahun dari tahun 2001-2011,

penawaran gula kristal putih mengalami kenaikan rata-rata sebesar 12,40%. Hal

ini sesuai dengan hipotesis 3 yang menyatakan penawaran gula kristal putih dari

tahun 2001-2011 meningkat. Oleh karena itu, hipotesis 3 diterima.

Trend Penawaran Gula Kristal Putih Tahun 2012-2020

Trend penawaran gula kristal putih tahun 2012-2020 diperoleh dengan

menggunakan trend eksponensial yang diolah menggunakan metode kuadrat

0 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Penawaran Gula Kristal Putih Tahun 2001-2011

(53)

terkecil. Berdasarkan analisis dari data penawaran gula kristal putih tahun

2001-2011, sehingga diperoleh persamaan trend:

Y = (35.456,84)(1,0345 X)

Dari persamaan yang diperoleh, maka dapat diketahui penawaran gula

kristal putih untuk tahun 2014-2020 dengan menggantikan nilai X yang telah

ditetapkan untuk tahun tersebut.

Penawaran gula kristal putih tahun 2012-2020 di Provinsi Sumatera Utara

adalah sebagai berikut:

Tabel 13. Penawaran Gula Kristal Putih Sumatera Utara Tahun 2014-2020

Tahun Notasi Tahun (X) Penawaran (Y)

Y = (35.456,84)(1,0345X

)

Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa penawaran gula kristal putih

pada tahun 2012 sebesar 43.459,33 ton, tahun 2013 sebesar 44.958,67, tahun 2014

sebesar 46.509,75 ton, tahun 2015 sebesar 48.114,33 ton, tahun 2016 sebesar

49.774,28 ton, tahun 2017 sebesar 51.491,49 ton, tahun 2018 sebesar 53.267,95

ton, tahun 2019 sebesar 55.105,69 ton, dan pada tahun 2020 sebesar 57.006,84

ton. Tingkat pertumbuhan penawaran gula kristal putih Sumatera Utara pada

tahun 2012-2020 adalah sebesar 3,45%.

Dari Gambar 7, dapat dilihat bahwa penawaran gula kristal putih di

(54)

tahun ke tahun. Adapun rata-rata permintaan gula kristal putih dari tahun

2012-2020 adalah sebesar 49.965,37 ton. Berdasarkan hasil analisis trend penawaran

gula kristal putih, dapat disimpulkan bahwa penawaran mengalami kenaikan.

Gambar 7. Trend Penawaran Gula Kristal Putih Tahun 2012-2020

Ini berarti hipotesis 4 yang menyatakan bahwa trend penawaran gula

kristal putih tahun 2012-2020 adalah meningkat diterima.

Trend Harga Gula Kristal Putih Tahun 2012-2020.

Harga Gula Kristal Putih di Provinsi Sumatera Utara diperoleh dari data

harga gula kristal putih di 16 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara dari

tahun 2001-2011.

Adapun harga gula kristal putih dari tahun 2001-2011 di Provinsi

Sumatera Utara seperti pada grafik berikut:

43.459,33

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Trend

Penawaran Gula Kristal Putih Tahun 2012-2020

(55)

Gambar 8. Harga Gula Kristal Putih Tahun 2001-2011

Dari Gambar 8, dapat dilihat bahwa harga gula kristal putih bergerak

menaik dari tahun ke tahun. Kenaikan harga yang cukup tinggi terjadi antara

tahun 2004-2005 dan tahun 2009-2010, dimana naik dari Rp. 4149,13/kg menjadi

Rp. 6.102,82/kg (2004-2005) dan Rp. 8.948,74/kg menjadi Rp. 11.267/kg

(2009-2010).

Trend harga gula kristal putih tahun 2012-2020 diperoleh dengan

menggunakan trend eksponensial. Berdasarkan analisis dari data harga gula kristal

putih tahun 2001-2011, sehingga diperoleh persamaan trend:

Y = (6.237,35)(1,1345

X

)

Dari persamaan yang diperoleh, maka diketahui harga gula kristal putih

untuk tahun 2012-2020 dengan menggantikan nilai X yang telah ditetapkan untuk

tahun tersebut. Harga gula kristal putih tahun 2012-2020 di Provinsi Sumatera

Utara adalah sebagai berikut:

0,00

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Harga Gula Kristal Putih Tahun 2001-2011

(56)

Tabel 14. Harga Gula Kristal Putih Tahun 2012-2020

Berdasarkan Tabel 14 dapat dilihat bahwa harga gula kristal putih pada

tahun 2012 sebesar Rp. 13.299,25/kg, tahun 2013 sebesar Rp.15.087,98/kg, tahun

2014 sebesar Rp. 17.117,33/kg, tahun 2015 sebesar Rp. 19.419,61/kg, tahun 2016

sebesar Rp. 22.031,55/kg, tahun 2017 sebesar Rp. 24.994,80/kg, tahun 2018

sebesar Rp. 28.356,60/kg, tahun 2019 sebesar Rp. 32.170,56/kg, dan pada tahun

2020 sebesar Rp. 36.497,50/kg.

Gambar 9. Trend Harga Gula Kristal Putih Tahun 2014-2020 13.299,2515.087,98

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Trend

Harga Gula Kristal Putih Tahun 2012-2020

(57)

Dari Gambar 9, dapat dilihat bahwa harga gula kristal putih di Provinsi

Sumatera Utara dari tahun 2012-2020 terus mengalami kenaikan dari tahun ke

tahun. Adapun rata-rata harga gula kristal putih dari tahun 2012-2020 adalah

sebesar Rp. 23.219,46/kg. Berdasarkan hasil analisis trend harga gula kristal

putih, dapat disimpulkan bahwa harga gula kristal putih tahun 2012-2020

mengalami kenaikan.

Ini berarti hipotesis 5 yang menyatakan bahwa trend harga gula kristal

putih tahun 2012-2020 adalah meningkat diterima.

Elastisitas Permintaan dan Elastisitas Penawaran Gula Kristal Putih Di Provinsi Sumatera Utara

Pada kurun waktu 11 tahun, yakni dari tahun 2001-2011, persentase

perubahan permintaan sebesar -0,31, penawaran sebesar 136,96, dan harga sebesar

131,92. Dari Lampiran 15 didapat bahwa dari tahun 2001-2011, elastisitas

permintaan (Ed) gula kristal putih sebesar -0,0023 (inelastis) sedangkan elastisitas

penawaran gula kristal putih sebesar 1,0381 (elastis).

Ed < 1 (0,0023) (inelastis) berarti bila harga mengalami penurunan, maka

jumlah yang diminta akan turun dengan persentase yang lebih kecil dari

persentase perubahan harga. Sementara pengaruh nya pada kenaikan harga yakni,

jumlah gula kristal putih yang diminta akan naik dengan persentase yang lebih

kecil dari persentase perubahan harga.

Hal ini sesuai dengan produk pertanian (seperti gula kristal putih) yang

tidak terlalu terpengaruh terhadap perubahan harga. Oleh karena itu, perubahan

harga gula kristal putih tidak terlalu berpengaruh besar terhadap perubahan

Gambar

Tabel 1. Perkembangan Luas Areal, Produksi, Dan Produktivitas Tebu
Tabel 2. Perkembangan Luas Areal, Produksi, Dan Produktivitas Tebu
Tabel 3. Harga Gula Kristal Putih Dalam Beberapa Tahun Terakhir
Gambar 1. Pergeseran Kurva Permintaan dan Kurva Penawaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Estimasi dilakukan pada persamaan penawaran (QS) dengan variabel independen harga riil kedelai Provinsi Sumatera Utara (HKDSU), harga riil jagung Provinsi Sumatera Utara

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN JERUK MANIS DI KOTA PEMATANGSIANTAR.. PROVINSI

Berdasarkan nilai IDR gula kristal putih yang disajikan pada Tabel 4, terlihat bahwa Indonesia memiliki ketergantungan impor gula jenis gula kristal putih. Pada

Hasil analisis menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jagung Provinsi Sumatera Utara adalah harga jagung, jumlah penduduk, dan pendapatan per

Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran jagung Provinsi Sumatera Utara adalah harga jagung, harga jagung periode sebelumnya, dan luas areal panen jagung.. Harga

Malaysia tahun 2020.. Skema Kerangka Pemikiran Permintaan Ekspor Sumatera Utara Ke Malaysia Produksi Kakao Harga Domestik Penawaran Ekspor Sumatera Utara Biji Kakao

Analisis Permintaan dan Penawaran Cabai Merah di Provinsi..

mempengaruhi permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara antara lain harga riil.. kedelai, jumlah penduduk dan pendapatan per kapita Provinsi