• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

H. Jenis Laba dan Faktor yang Mempengaruhi Laba

I. Konsep Laba Optimal

Menurut Sofyan (2011 : 1) menyatakan bahwa untuk memaksimalkan laba yang diperoleh bisa dicapai melalui bermacam-macam cara, antara lain ialah melalui efisiensi disemua bidang, seperti produksi, sumber daya manusia, maupun keuangan. Tujuan utama dari suatu usaha adalah mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya, Untuk mencapai tujuan tersebut tidak terlepas dari faktor manusia sebagai pengendali semua fungsi. Akan tetapi tidak hanya faktor manusia saja, faktor pendukung lain juga berpengaruh terhadap perolehan laba, yaitu antara lain faktor jumlah produk, modal, dan upah tenaga kerja.

Dalam praktek pemaksimuman keuntungan, ada sebagian perusahaan yang melakukannya dengan cara menekan keuntungan yaitu dengan menekan penjualannya (hasil produksi) ada pula yang memasukkan unsur politik didalam penentuan tingkat produksi yang akan tercapai. Jadi, setiap

perusahaan memiliki kriteria sendiri dalam memaksimumkan laba yang akan diperolehnya. Keuntungan akan diperoleh jika hasil penjualannya lebih besar dari ongkos produksi, dan kerugian akan terjadi apabila hasil penjualan lebih sedikit dari ongkos produksi. Dalam usahanya untuk memproduksi barang-barang yang diperlukan dalam masyarakat, dan memperoleh keuntungan maksimum dari usaha tersebut.

Efisiensi di bidang keuangan memberikan pengaruh pada operasi perusahaan, sehingga akan meningkatkan efisiensi biaya operasional dan efisiensi investasi yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan laba perusahaan. Dengan memaksimalkan laba, perusahaan dapat mempertahankan pertumbuhan perusahaannya sehingga dapat bersaing dengan perusahaan lain karena laba tersebut dapat ditanam kembali dan digunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan pertumbuhannya.

Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat dengan pembangunan teknologi yang semakin maju membawa pengaruh yang besar terhadap produksi yang dihasilkan oleh industri. Seperti halnya industri lain, setiap industri juga bertujuan untuk memperoleh laba guna melangsungkan hidupnya. Laba yang dihasilkan tidak terlepas dari beberapa faktor antara lain jumlah hasil produksinya, modal, dan upah tenaga kerja.

J. Kendala Yang di Hadapi dalam Memperoleh Laba Optimal

Pada dasarnya setiap perusahaan, baik perusahaan dagang, industri, maupun jasa mempunyai tujuan untuk memperoleh laba yang optimal. Laba merupakan selisih jumlah yang dikeluarkan untuk membeli sumber daya yang

menghasilkan produk atau jasa dengan penerimaan dari hasil penjualan. Akan tetapi, di kalangan perusahaan, perkembangan dan kemajuan dunia usaha telah membawa kearah persaingan yang semakin ketat, sehingga usaha untuk mencapai laba tidaklah mudah. Peningkatan penjualan yang tinggi belumlah berarti mendapatkan laba yang besar.

Dalam mencapai tujuan tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan, karena setiap perusahaan akan memaksa mereka untuk bersaing keras.

Tidak salah bila dikatakan bahwa perusahaan yang mengabaikan persaingan akan terdesak mundur bahkan akan gulung tikar. Oleh karena itu, perusahaan harus tetap mengikuti perkembangan diluar agar bisa bertahan, minimal meningkatkan kemampuan bersaing, sehingga perusahaan dapat hidup terus dan berkembang.

Maksud dan tujuan perusahaan adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan. Namun demikian, dalam upaya melakukan hal ini, perusahaan menghadapi banyak kendala. Beberapa kendala itu timbul dari keterbatasan ketersediaan input-input penting. Secara spesifik, perusahaan mungkin tidak mampu merekrut tenaga ahli sebanyak yang diperlukan, terutama dalam jangka pendek. Hal serupa mungkin perusahaan tidak mampu memperoleh semua bahan mentah tertentu sebanyak yang diminta. Perusahaan juga mungkin menghadapi keterbatasan ruang pabrik atau gudang dan dana modal yang tersedia untuk keperluan tertentu serta besarnya jumlah beban yang dikeluarkan perusahaan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran tertentu yang jumlahnya tidak sebanding dengan pendapatan yang didapatkan,

oleh karena itu perusahaan dalam menyikapi hal ini harus lebih memperhatikan kondisi perusahaan agar target dan tujuan perusahaan bisa tercapai.

K. Kerangka Pikir

Dalam sebuah perusahaan khususnya PT. Bino Mitra Sejati, untuk mengevaluasi penetapan harga pokok penjualan (HPP) yang digunakan selama proses persediaan, penjualan dan laba. Penetapan harga pokok penjualan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang yang dijual atau harga perolehan dari barang yang dijual, setelah penjualan terdapat laba dari hasil penjualan keduanya sangat berkaitan. Setelah laba diperoleh maka terdapat keuntungan atau kerugian yang diperoleh perusahaan yang dapat di artikan sebagai laba/rugi perusahaan.

Gambar 3.1 Kerangka Pikir Penelitian

Harga Pokok

Pembelian Biaya Angkut

Pembelian

Retur/Potongan Pembelian

Harga Jual

Laba Kotor

Beban Usaha

Laba Bersih

L. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan masalah pokok yang telah dikemukakan maka peneliti merumuskan dugaan sementara adalah Berdasarkan rumusan masalah, maka hipotesisnya adalah: Diduga bahwa PT. Bino Mitra Sejati Cabang Makassar telah memperoleh laba yang optimal setelah penetapan harga pokok penjualan.

37 A. Tempat Dan Waktu Penelitian

Untuk Memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka penulis memilih PT. Bino Mitra Sejati Cabang Makassar ini berlokasi di Kota Makassar yang bertempat di Jalan Sungai Saddang Baru No.94.

Sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk penelitian selama kurung waktu dua bulan, yaitu pada bulan Juni 2016 sampai dengan Agustus 2016.

B. Metode Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian Lapangan (Field Research), penelitian ini dengan mengadakan pengamatan pada perusahaan yang menjadi objek penelitian dan wawancara langsung serta meminta penjelasan khusus pada pimpinan perusahaan maupun karyawan yang berwenang untuk mendapatkan data berupa informasi yang relevan dengan penelitian seperti laporan keuangan 2014-2015 dan harga pokok penjualan 2014-2015.

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research), penelitian dengan mencari literatur-literatur yang berhubungan erat dengan penelitian untuk dipelajari dan dijadikan sebagai sumber acuan kerangka pemikiran teoritis dalam membahas penemuan dalam penelitian lapangan seperti konsep akuntansi biaya, pengertian harga pokok penjualan, dan lain-lain. Dengan penelitian pustaka akan diperoleh gambaran dalam menganalisis penentuan HPP

yang diterapkan oleh perusahaan yang akan digunakan penyusunan Skripsi ini. Disamping itu penulis mengumpulkan data yang ada kaitannya dengan permasalahan dengan melalui cara sebagai berikut:

1) Pengamatan langsung (Observasi)

Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan mengamati secara langsung objek penelitian dengan melihat kegiatan yang ada hubungannya dengan objek yang terkait dengan informasi pada perusahaan. Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari responden namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi. “(Uma Sekaran, 2016)”

2) Wawancara (interview)

Yaitu tanya jawab secara langsung dengan bagian yang terkait dengan objek yang sedang diteliti yang ada didalam perusahaan tersebut. Dalam wawancara tersebut penulis melakukan konsultasi dan tanya jawab langsung dengan orang yang berwewenang dalam instansi yang bersangkutan dari wawancara tersebut akan diperoleh data mengenai harga pokok penjualan yang dimiliki oleh perusahaan, sejarah dan perkembangan perusahaan, struktur organisasi berikut uraian tugas serta pendapat mereka mengenai penentuan harga pokok penjualan terhadap volume penjualan ordner dan biaya yang berkaitan dengan pemeliharaan volume penjualan Ordner. Data yang diperoleh akan dianalisis untuk kemudian disimpulkan.

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpulan data maupun peneliti terhadap narasumber atau sumber data. “(Uma Sekaran, 2016).

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sugiono (2010:115) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan konsumen ditarik kesimpulannya. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah PT. Bino Mitra Sejati di Makassar.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, Sugiono (2010:116). Pada penelitian ini, peneliti mengambil sampel berupa keseluruhan penjualan pada PT. Bino Mitra Sejati.

D. Definisi Oprasional Variabel

Untuk memberikan persamaan persepsi kepada pembaca, maka penulis menggunakan definisi operasional variabel yang diteliti tampak seperti dibawah ini:

1. Harga Pokok Penjualan

Harga pokok penjualan adalah segala cost yang dikeluarkan oleh perusahaan selama satu periode akuntansi berdasarkan analisis dimasa lampau dan penjualan pada saat ini untuk menggambarkan biaya langsung yang timbul dari barang yang diproduksi sampai dengan proses membawa barang dagangan dan siap untuk dijual. Harga pokok penjualan dapat dirumuskan yaitu,

Dimana barang tersedia untuk dijual (BTUD) merupakan persediaan awal ditambah dengan pembelian bersih, persediaan akhir peroleh dari persediaan awal ditambah dengan pembelian bersih dikurangi dengan harga pokok penjualan.

2. Laba

Laba (income) dimaknai sebagai selisih antara pendapatan dan biaya.

Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda, seperti penjualan, penghasilan jasa, bunga, deviden, royalti, dan sewa. Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karna angka laba diharapkan cukup kaya untuk mempresentasi kinerja perusahaan secara keseluruhan. Laba dapat dirumuskan yaitu,

HPP = Barang tersedia untuk dijual (BTUD) – Persediaan Akhir

Laba Bersih = Laba Kotor – Beban Usaha

Laba kotor diperoleh dari penjualan bersih dikurangi dengan harga pokok penjualan.

E. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data

1) Data Kuantitatif, yang dapat dihitung atau data yang berupa angka-angka seperti laporan keuangan, laporan laba-rugi dan harga pokok penjualan.

2) Data kualitatif, data yang tidak dapat dihitung atau data yang bukan berupa angka-angka seperti gambaran umum perusahaan dan struktur organisasi.

2. Sumber Data

1) Data primer yaitu data yang diperoleh dengan cara mengadakan pengamatan langsung pada PT. Bino Mitra Sejati Cabang Makassar.

2) Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari PT. Bino Mitra Sejati pada dokumen-dokumen dan buku literatur serta laporan tertulis dari luar yang ada hubungannya dengan penulisan Skripi ini.

F. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif kuantitatif yaitu untuk mengetahui analisis penentuan harga pokok penjualan. Data-data tersebut dianalisis dengan menghitung data kuantitatif dan dinyatakan dengan data kualitatif untuk menginterpretasikan hasil perhitungan data tersebut dan menjawab masalah yang akan diteliti dan akhirnya ditarik kesimpulan dari

pengolahan data tersebut. selanjutnya untuk mengetahui tentang harga pokok penjualan dan laba, penulis menggunakan metode harga pokok penjualan dan laba dengan rumus sebagai berikut :

1. Rumus untuk menghitung Harga Pokok Penjualan:

HPP = Barang tersedia untuk dijual (BTUD) – Persediaan akhir BTUD = Persediaan barang dagangan awal + Pembelian bersih 2. Rumus menghitung laba adalah :

Laba Kotor = Penjualan Bersih – Harga Pokok Penjualan.

Laba Bersih = Laba Kotor – Beban Usaha.

43 A. Gambaran Umum Perusahaan

PT. Batara Indah didirikan pada tahun 1986 di Jakarta oleh bapak Kristanto Widjaya Perusahaan ini bergerak dibidang Alat Tulis Kantor (ATK), pada awal tahun 2005 di bentuk perwakilan di Makassar yang beralamat di Jalan Dg.Tata dan pada akhir tahun 2005 diresmikan sebagai PT. Batara Indah Cabang Makassar. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan teknologi yang diikuti dengan peningkatan kebutuhan akan perlengkapan alat tulis kantor yang lengkap, maka perusahaan ini mendistribusikan merek-merek Internasional yang berkualitas dan bermutu tinggi, antara lain : Bantex, Apli, Elba, Linex, Xyron, dan Papeo.

Pada tahun 2014 perusahaan ini berganti nama dari PT. Batara Indah menjadi PT. Bino Mitra Sejati yang beralamat dan berpindah tempat di Jalan Sungai Saddang Baru Nomor 94C.

B. Visi dan Misi Perusahaan 1. Visi perusahaan

Setiap perusahaan wajib memiliki visi sebagai pedoman dasar dalam menentukan misi perusahaan yang bersangkutan. Sebagai salah satu perusahaan distributor di industri peralatan kantor yang ternama, PT Bino Mitra Sejati memilki visi, yaitu:“Melalui mutu dan pelayan, kami ingin

menjadi perusahaan penyedia office stationery yang terbaik di tempat kami berada.”

2. Misi Perusahaan

Dalam menggapai visi tersebut, haruslah didukung oleh misi yang menjadi cara atau langkah yang akan dilakukan agar goal perusahaan dapat tercapai. Dan misi dari PT Bino Mitra Sejati adalah:

1. Membangun sinergi dari pengalaman luas kami dalam produksi dan distribusi stationery.

2. Bersama-sama tumbuh dan memberikan keuntungan kepada seluruh stakeholder secara maksimal

C. Struktur Organisasi Perusahaan

Salah satu persyaratan yang cukup penting bagi suatu perusahaan agar dapat berjalan lancar sebagaimana yang diharapkan, yaitu apabila terdapat pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang dinyatakan dengan jelas, maka diharapkan dapat mendorong kerja sama yang baik untuk meningkatkan produktivitas pekerja serta keinginan untuk melakukan sesuatu dengan sempurna sehingga dapat memperlancar pekerjaan dalam perusahaan, sangatlah diperlukan suatu struktur organisasi yang baik dapat menimbulkan suasana dimana keputusan yang perorangan maupun golongan dalam perusahaan dapat terwujud.

Hal ini penting karena tanpa adanya struktur organisasi yang baik akan menimbulkan kesimpangsiuran dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan.

Dengan kata lain, garis komando dalam struktur organisasi haruslah

digambarkan dengan jelas agar setiap bagian dapat mengkoordinir semua bagiannya masing-masing dengan baik sehingga kemungkinan kerja sama yang baik akan mencapai tujuan yang diinginkan oleh perusahaan. Untuk menjalin kerja sama yang baik dan harmonis maka perusahaan ini telah memilih metode organisasi garis (line organisation) dengan alasan dipandang mempunyai kebaikan antara lain :

1) Disiplin kerja karyawan yang tinggi.

2) Antara karyawan dapat terjalin saling pengertian yang baik dan lancar.

3) Proses pengambilan keputusan dan instruksi-instruksi dapat berjalan lancar.

4) Rasa solidaritas dan spontanitas seluruh anggota organisasi umumnya besar, sebab mereka saling mengenal satu sama lain.

Dalam menjelaskan suatu kedewasaan perusahaan kepada pihak-pihak yang membutuhakan, maka dianggap perlu untuk menyusun suatu struktur organisasi agar nampak dengan jelas bagaimana proses pelaksana dari pada kegiatan dan jabatan tersebut. Dengan struktur organisasi dapat dilihat garis tugas, wewenang dan tanggung jawab dari pada seseorang yang telah bekerja pada perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi ini dapat mencegah adanya kesimpang siuran dari pada tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang diemban oleh seorang karyawan. Agar tujuan perusahaan dapat tercapai dengan baik, maka diperlukan adanya struktur organisasi yang baik. Penilaian terhadap suatu struktur organisasi apakah struktur organisasi itu baik atau tidak pada suatu perusahaan, tergantung dari keadaan perusahaan itu sendiri

atau dengan kata lain struktur organisasi merupakan hal yang dinamis dalam arti bahwa senantiasa harus sesuai dengan kondisi perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian pula pandangan menajemen mengenai bagaimana pola hubungan yang disusun. Penyusunan struktur organisasi dapat dilihat dari :

1) Aspek pembagian kerja, dimana berbagai fungsi yang harus dilaksanakan atau dikerjakan oleh perusahaan serta bagian-bagian yang menanganinya.

2) Aspek integrasi (koordinasi), dimana berbagai bagian sehingga merupakan suatu kesatuan yang terarah kepada pelaksanaan tujuan dari perusahaan.

D. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Struktur organisasi adalah pola tata kerja dan wewenang yang ada dalam setiap perusahaan. Struktur organisasi biasanya digambarkan dalam bagan struktur organisasi. Setiap bagian dalam struktur organisasi PT. Bino Mitra Sejati Cabang Makassar mempunyai tugas dan kewajiban masing-masing.

Dibawah ini adalah bagan Struktur organisasi yang diterapkan pada PT. Bino Mitra Sejati Cabang Makassar, berikut tugas dan kewajiban masing masing bagian.

Gambar 4.1

Tugas dari tiap jabatan adalah sebagai berikut:

1) Kepala cabang. Yaitu me-manage cabang secara keseluruhan, berhubungan dengan partner.

2) Koordinator sales. Yaitu mengawasi, mengatur dan memberi pengarahan pada setiap sales dalam penjualan produk.

3) Administrasi dan invoicing. Yaitu meng-input data, baik data pembelian dan data penjualan.

4) Koordinator gudang dan distributor. Mengatur produk-produk yang berada didalam gudang, menghitung keluar masuk produk.

5) Accounting dan finance. Mengatur keuangan perusahaan.

Kepala Cabang

Koordinator Sales

Admin &

Invoicing

Koordinator Gudang

Accounting

& Finance

Sales Sales Retail Staff Gudang

& Distributor

Collector

6) Sales. Melakukan penjualan yang berskala besar seperti perusahaan, sekolah dan instansi-instansi pemerintahan.

7) Sales Retail. Melakukan penjualan pada skala yang lebih kecil. Seperti toko ATK.

8) Staff dan gudang. Meng-input data pada saat keluar-masuk barang.

9) Collector. Penagihan pada perusahaan-perusahaan yang membeli produk pada PT Bino Mitra Sejati

Rilau, Kecamatan Sinjai Utara, Kabupaten Sinjai. Pada tanggal 27 Desember 1993, sebagai anak keempat dari 5 bersaudara, buah hati dari pasangan Bapak Kamaruddin dan Ibu Murni Yunus.

Penulis mulai memasuki jenjang pendidikan formal di SD Negeri 1 Iwoi Mea Jaya Kolaka pada tahun 2000 dan tamat pada tahun 2006. Pada tahun yang sama penulis menempuh pendidikan di SMP Negeri 1 Lambandia Kolaka dan tamat pada tahun 2009. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Bulupoddo Sinjai dan tamat pada tahun 2012.

Pada Tahun yang sama, penulis diterima sebagai Mahasiswa pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar, Program Strata Satu (S1).

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penetapan Harga Pokok Penjualan 1. Komponen Harga Pokok Penjualan

a. Persediaan Awal Barang Dagang

Persediaan awal barang dagang merupakan persediaan barang dagang yang tersedia pada awal suatu periode atau tahun buku berjalan. Saldo persediaan awal perusahaan dagang terdapat pada neraca saldo periode berjalan atau neraca awal perusahaan atau laporan neraca tahun sebelumnya.

b. Persediaan Akhir Barang Dagang

Persediaan akhir barang dagang merupakan persediaan barang-barang pada akhir suatu periode atau tahun buku berjalan. Saldo persediaan akhir perusahaan akan diketahui dari data penyesuaian perusahaan pada akhir periode.

c. Pembelian Bersih

Pembelian bersih merupakan seluruh pembelian barang dagang secara tunai maupun pembelian maupun pembelian barang dagang secara kredit, ditambah dengan biaya angkut pembelian tersebut serta dikurangi dengan potongan pembelian dan retur pembelian yang terjadi.

2. Laporan Harga Pokok Penjualan

Harga Pokok Penjualan (HPP) merupakan salah satu unsur elemen dari laporan laba-rugi suatu perusahaan dagang. Apabila perusahaan akan menyusun laporan keuangan khususnya laporan laba-rugi, maka harus dilakukan perhitungan Harga Pokok Penjualan yang terjadi dalam periode berjalan. Ketetapan perhitungan HPP mempengaruhi keakuratan laba yang diraih perusahaan atau rugi yang ditanggung perusahaan.

Dengan demikian semakin tepat perhitungan perhitungan laporan HPP yang dilakukan akan berakibat semakin akurat laporan laba atau rugi perusahaan.

Dalam perhitungan laporan Harga Pokok Penjualan, ada beberapa hal yang perlu dipahami terlebih dahulu adalah unsur-unsur yang membentuk Harga Pokok Penjualan antara lain persediaan awal, persediaan akhir, dan pembelian bersih barang dagang.

3. Jenis Barang yang dijual

Berikut ini data jenis barang yang dijual pada PT. Bino Mitra Sejati Cabang Makassar

Tabel 5.1

Jenis Barang Siap dijual

PT. Bino Mitra Sejati Cabang Makassar Tahun 2014-2015

Sumber : data laporan penjualan PT. Bino Mitra Sejati Cabang Makassar Berdasarkan tabel 5.1 di atas dapat dilihat bahwa jumlah jenis barang siap dijual pada tahun 2014 sebanyak 341.666 item dengan total harga sebesar Rp.

4.286.213.029 dengan harga per item sebesar Rp. 12.546. Pada tahun 2015 jumlah barang siap dijual sebanyak 724.042 item dengan total harga sebesar Rp.

10.117.059.211,70 dan harga per item sebesar Rp. 13.973. 4. Laporan Keuangan

-APLI 193 2.749.900 154 1.693.425,00

BANTEX-P 237.939 3.302.775.611 443.446 8.244.358.419,46

BANTEX-T 63.874 688.686.555 48.714,00 844.679.196,00

DEFLECTO 4221 86.581.895 1.192,00 59.368.100,00

ELBA 356 5.852.140 4,00 1.648.010,00

HFP PRODUCTS 0 0 -

-LINEX 2.313 22.887.481 4.524,00 59.392.254,52

LYRA 31.839 165.998.980 223.166,00 875.173.306,72

OEM 830 9.581.375 1.920,00 28.756.720,00

PAPEO 100 949.800 922,00 1.989.780,00

PAPER PRO 1 149.292 -

-XYRON 0 0 0 0

TOTAL 341.666 4.286.213.029 724.042,00 10.117.059.211,70

Tabel 5.2

PT. Bino Mitra Sejati Cabang Makassar Perhitungan Laba Rugi

Periode Januari-Desember 2014

Sumber : Data Laba Rugi PT. Bino Mitra Sejati Cabang Makassar

Berdasarkan tabel 5.2 di atas, terdapat penjualan bersih sebesar Rp.

4.286.213.028,76 dengan dikurangi harga pokok penjualan sebesar Rp.

3.343.773.838,84 sehingga memperoleh laba kotor sebesar Rp. 942.439.189,92.

Selanjutnya beban penjualan sebesar Rp. 417.983.619,31 ditambah dengan beban administrasi dan umum sebesar Rp. 373.873.844,50 diperoleh jumlah beban usaha sebesar Rp. 791.857.463,81. Laba usaha diperoleh sebesar Rp. 150.581.726,11 ditambah dengan pendapatan lain sebesar Rp. 72.044,47 sehingga diperoleh laba bersih sebesar Rp. 150.653.770,58

Beban Administrasi dan Umum 373.873.844,50

Jumlah Beban Usaha (791.857.463,81)

Laba Usaha 150.581.726,11

Pendapatan diluar Usaha :

Pendapatan lain lain 72.044,47

Laba Bersih 150.653.770,58

Tabel 5.3

PT. Bino Mitra Sejati Cabang Makassar Neraca

Total Liabilities dan Equities 14.175.110.830,06

Sumber : data laporan keuangan PT. Bino Mitra Sejati Cabang Makassar

Berdasarkan tabel 5.3 di atas dapat dilihat bahwa pada aktiva lancar pada tahun 2014 sebesar Rp. 13.688.661.434,06 dan aktiva tetap sebesar Rp.

486.449.396,00 sehingga diperoleh total aktiva sebesar Rp. 14.175.110.830,06.

Sedangkan pada Passiva, utang sebesar Rp. 13.033.299.233,79 dan modal sebesar Rp. 1.141.811.596,27 sehingga diperoleh total passiva sebesar Rp.

14.175.110.830,06. Jadi dapat diketahui bahwa penggunaan dana pada PT. Bino Mitra Sejati Cabang Makassar sebesar Rp. 14.175.110.830,06 dan sumber dana juga sebesar Rp. 14.175.110.830,06

Tabel 5.4

PT. Bino Mitra Sejati Cabang Makassar Perhitungan Laba Rugi

Periode Januari-Desember 2015

Sumber : Data Laba Rugi 2015 PT. Bino Mitra Sejati Cabang Makassar

Berdasarkan tabel 5.4 di atas, terdapat penjualan bersih sebesar Rp.

4.671.385.933,45 dengan dikurangi harga pokok penjualan sebesar Rp.

3.652.550.625,36 sehingga memperoleh laba kotor sebesar Rp. 1.018.835.308,09.

Penjualan bersih 4.671.385.933,45

Harga pokok penjualan (3.652.550.625,36)

Laba Kotor 1.018.835.308,09

Beban Usaha :

Beban Penjualan 409.728.825,45 Beban Administrasi dan Umum 404.091.613,72

Jumlah Beban usaha (813.820.439,17)

Laba Usaha 205.014.868,92

Pendapatan diluar Usaha :

Pendapatan lain lain 77.234,53

Laba Bersih 205.092.103,45

Selanjutnya beban penjualan sebesar Rp. 409.728.825,45 ditambah dengan beban administrasi dan umum sebesar Rp. 404.091.613,72 diperoleh jumlah beban usaha sebesar Rp. 813.820.439,17. Laba usaha diperoleh sebesar Rp. 205.014.868,92 ditambah dengan pendapatan lain sebesar Rp. 77.234,53 sehingga diperoleh laba bersih sebesar Rp. 205.092.103,45

Tabel 5.5

PT. Bino Mitra Sejati Cabang Makassar Neraca

Total Liabilities dan Equities 15.275.730.293,67

Sumber : Data Laporan keuangan PT. Bino Mitra Sejati Cabang Makassar

Berdasarkan tabel 5.5 di atas dapat dilihat bahwa pada aktiva lancar pada

Berdasarkan tabel 5.5 di atas dapat dilihat bahwa pada aktiva lancar pada

Dokumen terkait