• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PENJUALAN TERHADAP TINGKAT LABA PADA PT. BINO MITRA SEJATI CABANG MAKASSAR NUR QALBY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PENJUALAN TERHADAP TINGKAT LABA PADA PT. BINO MITRA SEJATI CABANG MAKASSAR NUR QALBY"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT LABA PADA PT. BINO MITRA SEJATI CABANG MAKASSAR

NUR QALBY 10573 03734 12

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR 2016

(2)

MAKASSAR

NUR QALBY 10573 03734 12

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar untuk Memenuhi Sebagai Persyratan

Guna Memperoleh Gelar Sarjana pada Jurusan Akuntansi

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR 2016

(3)
(4)
(5)

iv

Alhamdulillah, segala puji bagi allah SWT yang tiada pembicaraan manapun mampu meliputi segala pujian bagiNya. Tiada daya upaya bagaimanapun mampu mencakup bilangan Nikmatnya Karunianya. Tiada daya upaya bagaimanapun mampu memenuhi Kewajiban Pengabdian KepadaNya.

Tiada pikiran sejauh apa pun mampu MencapaiNya. Dan tiada Kearifan sedalam apa pun menyelami hakikatNya, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya. Shalawat dan Salam tercurahkan Kepada Nabi basar Muhammad SAW, beserta keluarganya, para sahabat dan kaum muslimin yang senantiasa istiqomah diatas jalan kebenaran hingga akhir zaman.

Penulisan skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Skripsi ini berjudul

“ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PENJUALAN TERHADAP TINGKAT LABA PADA PT. BINO MITRA SEJATI CABANG MAKASSAR”

penulis menyadari bahwa penyusunan dan penulisan skripsi ini penuh keterbatasan dan masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu saran yang konstruktif merupakan bagian yang tak terpisahkan dan senantiasa penulis harapkan demi penyempurnaan skripsi ini.

Kesulitan-kesulitan itu dapat teratasi berkat kesadaran dan kemauan yang keras dan bantuan dari beberapa pihak baik secara langsung maupun tidak

(6)

v

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penyelesaian skripsi ini berkat bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis tidak lupa menyampaikan penghargaan atas segala apresiasi yang telah disumbangkan kepada penulis serta ucapan terima kasih yang sebesarnya-besanya kepada :

1. Bapak Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE., MM sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Dr. H. Mahmud Nuhung, SE.,MA. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Ismail Badollahi, SE.M.Si.Ak, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Dr. H. Ansyarif Khalid, SE., M.Si.Ak.CA. selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini .

5. Ibu Sitti Suleha, S.Pd,. M.Si, Selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

6. Bapak dan Ibu Dosen pengantar perkuliahan yang selalu tulus dalam memberikan bekal ilmu selama pengetahuan ini.

7. Segenap staf dan karyawan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar atas bantunnya selama ini.

(7)

vi

data dan informasi yang penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi ini.

9. Teristimewa kepada Ayahanda Kamaruddin dan Ibunda Murni Yunus yang telah mengasuh, mendidik dan membesarkan serta memberikan doanya yang tiada henti dengan penuh kesadaran dan keikhlasan.

10. Terspecial kepada Kakak-kakakku (Wiwianti, Muliyadi, Safri) dan Adekku Sulaiman, yang telah memberikan banyak bantuan materi maupun doanya. Dan juga untuk sepupuku Try Suci Wahyuni yang dengan sabar menemai selama pengurusan.

11. Kepada Sahabatku Isma Arifin yang telah banyak memberikan dukungan dan motivasi dalam penyelesaian sikripsi ini.

12. Kepada teman tebaikku (Syamsinar, Rini Anggraeni, Risnawati, Abdul Rachman, dan Suhaeri) yang telah banyak memberikan dukungan dan motivasi dalam penyelesaian sikripsi ini.

13. Tak lupa pula kepada rekan-rekan AK-5/2012 Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu persatu yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini, dihaturkan banyak terima kasih. Semoga budi baik yang telah diberikan mendapat imbalan yang berlipat ganda dan diterima disisi Allah SWT.

Akhirnya tanpa restu dan hidayat dari Allah SWT, Maka penyusunan skripsi ini tidak akan terselesaikan, dan layaklah segala pujian dihaturkan kehadirat-

(8)

vii Billahi fisabilil haq fastabiqul Khaerat

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, Oktober 2016

Penulis

(9)

viii

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhamadiyah Makassar.

Pembimbing I) Bapak H. Ansyarif Khalid dan Pembimbing II) Ibu Sitti Suleha.

Penelitian ini dilakukan pada PT. Bino Mitra Sejati Cabang Makassar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah laba yang diperoleh sudah optimal dalam penentuan harga pokok penjualan dengan cara membandingkan penetapan harga jual serta melihat target penjualan yang ditetapkan setiap tahunnya apakah sudah terealisasi atau belum. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pengamatan langsung dan wawancara, dan metode analisis yang digunakan adalah Deskriptif Kuantitatif.

Berdasarkan hasil analisis penetapan harga pokok penjualan terhadap tingkat laba pada PT. Bino Mitra Sejati Cabang Makassar menunjukkan bahwa Laba yang diperoleh PT. Bino Mitra Sejati Cabang Makassar pada tahun dua ribu lima belas belumlah optimal karena target penjualan yang ditetapkan belum tercapai.

Kata Kunci : Harga Pokok Penjualan dan Laba

(10)

ix

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Penjualan ... 6

B. Harga Pokok Penjualan ... 8

1. Pengertian dan Penentuan Harga Pokok Penjualan ... 8

2. Manfaat Harga Pokok Penjualan ... 11

3. Unsur- Unsur Harga Pokok Penjualan... 11

C. Elemen Harga Pokok Penjualan ... 13

1. Persediaan (inventory) ... 13

2. Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost)... 16

3. Overhead Cost ... 16

D. Metode Penentuan Harga Serta Tujuan Dalam Penetapan Harga Jual 17 1. Metode Penentuan Harga Jual ... 17

2. Tujuan Penetapan Harga Jual ... 20

E. Persediaan dalam Harga Pokok Penjualan ... 21

1. Sistem Persediaan Periodik ... 22

2. Sistem Persediaan Perpetual ... 22

F. Pengertian Laba ... 23

G. Hubungan Harga Pokok Penjualan dengan Laba ... 25

H. Jenis Laba dan Faktor yang Mempengaruhi Laba... 30

I. Konsep Laba Optimal ... 31

(11)

x

A. Tempat dan Waktu Penelitian... 37

B. Metode Pengumpulan Data ... 37

C. Populasi dan Sampel... 39

D. Defenisi Operasional Variabel... 39

E. Jenis dan Sumber Data ... 41

F. Metode Analisis Data ... 41

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat PT. Bino Mitra Sejati ... 43

B. Visi dan Misi ... 43

C. Struktur Organisasi ... 44

D. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... 46

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penetapan Harga Pokok Penjualan... 49

B. Perhitungan Harga Pokok Penjualan... 56

C. Laba Optimal... 63

D. Pembahasan... 66

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN ... 68

B. SARAN ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70 LAMPIRAN

(12)

xi

Tabel 5.1 Jenis Barang yang dijual ...51

Tabel 5.2 Perhitungan Laba Rugi Tahun 2014 ...52

Tabel 5.3 Neraca 2014 ...53

Tabel 5.4 Perhitungan Laba Rugi 2015...54

Tabel 5.5 Neraca 2015 ...55

Tabel 5.6 Data Persediaan...56

Tabel 5.7 Data Pembelian ...57

Tabel 5.8 Data Penjualan ...59

Tabel 5.9 Data Barang Siap untuk Dijual ...60

Tabel 5.10 Data Harga Pokok Penjualan ...61

Tabel 5.11 Data Perhitungan Laba...63

Tabel 5.12 Data Perbandingan Penjualan Dengan Laba ...65

Tabel 5.13 Data Laba Optimal ...65

(13)

xii

Gambar 3.1 Kerangka Pikir...35

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Bino Mitra Sejati ...47

Grafik 5.1 Data Pembelian...58

Grafik 5.2 Data Penjualan...60

Grafik 5.3 Data Barang Siap Dijual ...61

Grafik 5.4 Data Penetapan Harga Pokok Penjualan ...63

Grafik 5.5 Data Laba Optimal ...66

(14)

1 A. Latar Belakang

Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk mencari keuntungan yang optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut, setiap perusahaan mempunyai strategi dalam penentuan harga pokok penjualan (HPP) yang berbeda-beda.

Mereka memilih strategi yang mampu mengembangkan perusahaannya masing-masing.

Dengan demikian hal tersebut akan menimbulkan persaingan antar perusahaan. Bisnis yang semakin ketat saat ini menuntut setiap perusahaan untuk selalu bersaing dalam menarik konsumen. Para pengusaha seperti produsen harus saling berlomba untuk mencari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keputusan konsumen dalam memilih suatu produk penjualan laba terhadap volume penjualan yang tepat sehingga dapat mendominasi pasar yang ada.

Strategi pemasaran yang dikembangkan dalam hal ini berupa bauran pemasaran yang diantaranya adalah promosi, volume, kualitas dan harga jual untuk penjualan ATK. Meningkatnya volume penjualan suatu perusahaan tidak terlepas dari fungsi operasional yang berperan sebagai penunjang langsung terhadap kegiatan perusahaan dan juga terhadap volume penjualan perusahaan. Salah satu fungsi operasional yang sangat penting adalah aspek pemasaran. Oleh sebab itu, jika prinsip pemasaran tidak terlaksana dengan

(15)

kesulitan dalam memasarkan produk produknya.

Namun sebaliknya, kegiatan perusahaan tanpa menghubungkan dengan kegiatan lain akan mengalami kesulitan pula, misalnya usaha penjualan Ordner pada PT. Bino Mitra Sejati Makassar sebagai salah satu bidang penjualan Alat Tulis Kantor (ATK) di wilayah Indonesia Bagian Timur khususnya daerah Makassar Sulawesi Selatan yang ingin menaikkan jumlah omzet penjualannya sebab kapasitas serta fasilitas lainnya misalnya: tenaga kerja, modal dan sebagainya cukup tersedia, tapi bilamana kegiatan ini tidak dikaitkan dengan bidang pemasaran dan penetapan harga sebelum melakukan penjualan, maka dapat terjadi kekurangan omzet penjualan yang pada akhirnya akan menimbulkan kerugian.

Oleh karena itu dari segi pemasaran, perusahaan perlu diharapkan beroperasi secara sehat bilamana produk yang dihasilkan mampu mendapat tempat dipasaran, serta dapat menghasilkan jumlah penjualan yang memadai dan menguntungkan. Disaat sekarang, jumlah perusahaan yang sejenis telah bermunculan dan membuat persaingan yang semakin tajam, sehingga aspek penjualan dalam pemasaran harus menepati kedudukan utama dalam pertimbangan pada pengusaha dalam memperebutkan konsumen yang di luar sana.

Dari uraian tersebut di atas, maka penulis dapat memberikan gambaran secara umum tentang perusahaan yang akan diteliti nantinya. Perusahaan yang menjadi fokus penelitian bergerak di bidang pemasaran dan penjualan segala

(16)

maksudnya perusahaan dapat langsung berhubungan dengan toko/pusat Alat Tulis Kantor. Persoalan harga ATK sangat besar pengaruhnya di dalam pengambilan kebijaksanaan pada perusahaan, oleh karena setiap kebijaksanaan harga yang dikeluarkan akan mempengaruhi penjualan dan mempengaruhi jumlah pendapatan.

Penentuan harga merupakan masalah penting dalam suatu usaha memasarkan produk karena penentuan harga merupakan acuan di dalam menentukan tingkat laba perusahaan. Untuk maksud tersebut perlu suatu dasar pertimbangan yang wajar terhadap sasaran harga dan pemasaran yang ditempuh. Dalam pembahasan ini diharapkan dapat dipergunakan penentuan harga dalam hubungan dengan pencapaian laba. Karena tanpa penentuan harga, jelas laba yang diinginkan tidak akan tercapai sebagaimana mestinya.

Bilamana harga jual yang ditetapkan bersaing atau dibawah harga jual perusahaan yang bersaingan, maka akan meningkatkan volume penjualan atau sebaliknya bilamana harga jualnya tinggi, maka akan mengurangi volume penjualan.

Harga adalah nilai suatu barang yang dinyatakan dalam jumlah uang yang terjadi pada interaksi antara penawaran dan permintaan. Oleh karena itu, maka yang mendorong penulis untuk melihat dari dekat keadaan tersebut dengan mencoba menganalisa/menganalisis melalui suatu dasar teori mengenai kebijaksanaan penetapan harga dengan anggapan bahwa usaha tersebut dapat berkembang secara baik, jika bahan baku tersedia yang diikuti

(17)

diatas, maka penulis memilih judul “Analisis Penetapan Harga Pokok Penjualan (HPP) Terhadap Tingkat Laba pada PT. Bino Mitra Sejati Cabang Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang yang dijelaskan sebelumnya, maka penulis mengangkat permasalahan sebagai acuan dari penulisan skripsi ini yaitu apakah penetapan harga pokok penjualan pada PT. Bino Mitra Sejati Cabang Makassar telah mencapai laba optimal ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan sebelumnya, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Penetapan Harga Pokok Penjualan (HPP) pada PT. Bino Mitra Sejati Cabang Makassar dapat mencapai laba optimal.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan wawasan pengetahuan yang telah diperoleh oleh penulis selama perkuliahan, khususnya mengenai harga pokok penjualan dan tingkat laba.

2. Bagi perusahaan, memberikan informasi yang dapat diterapkan pada perusahaan sehubungan dengan harga pokok penjualan.

(18)

acuan dalam melakukan atau melanjutkan penelitian yang berkaitan dengan judul ini.

(19)

6 A. Pengertian Penjualan

Penjualan adalah suatu usaha yang terpadu untuk mengembangkan rencana-rencana strategis yang diarahkan pada usaha pemuasan kebutuhan dan keinginan pembeli, guna mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba.

Penjualan merupakan sumber hidup suatu perusahaan, karena dari penjualan dapat diperoleh laba serta suatu usaha memikat konsumen yang diusahakan untuk mengetahui daya tarik mereka sehingga dapat mengetahui hasil produk yang dihasilkan.

Penjualan merupakan salah satu faktor penentuan atas perolehan laba yang optimal. Karena penjualan merupakan kegiatan terakhir dari perusahaan, maka besarnya keuntungan yang diharapkan oleh perusahaan tergantung pada jumlah penjualan yang dilakukan. Secara umum arti dari menjual adalah bagaimana meyakinkan gagasan kita kepada orang lain sehingga orang tersebut dapat menerima dan bertindak menurut gagasan tersebut. Penjualan adalah suatu usaha yang terpadu untuk mengembangkan rencana-rencana strategis yang diarahkan pada usaha pemuasan kebutuhan dan keinginan pembeli, guna mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba.

Menurut Basu Swasta (2006:9), Penjualan merupakan proses pertukaran barang dan jasa antara penjualan dengan pembeli. Penjualan mempunyai tiga tujuan umum, yaitu:

(20)

1. Mencapai volume penjualan tertentu.

2. Mendapatkan laba tertentu.

3. pertumbuhan perusahaan.

Menurut Irham Fahmi (2013:99), Sales (penjualan) merupakan penerimaan yang diperoleh dari pengiriman barang dagang atau dari penyerahan pelayanan dalam bursa sebagai bahan pertimbangan (siegeldan shim) di sisi lain. Penjualan merupakan penghasilan utama dari perusahaan

dagang, perusahaan jasa dan perusahaan industri berupa hasil penjualan barang atau jasa kepada pembeli, pelanggan, penyewa dan pemakai jasa lainnya. Penjualan kotor dilihat sebagai gross sales dan penjualan bersih sebagai net sales. Suatu penjualan dikatakan berhasil jika harga jual barang adalah lebih tinggi dibandingkan harga produksi, atau harga beli dari perusahaan dagang. Langkah-langkah melakukan penjualan antara lain:

1. Penetapan dan pemantapan tempat usaha.

2. Menetapkan sistem penjualan.

3. Membuat lamaran dan rencana penjualan.

4. Menentukan dan melaksanakan program penjualan.

5. Memelihara persediaan barang dagangan, peralatan, dan perlengkapan.

6. Melaksanakan penjualan barang.

7. Melaksanakan Urusan Pelayanan Purna jual.

(21)

B. Harga Pokok Penjualan

1. Pengertian dan Penentuan Harga Pokok Penjualan

Menurut Mursyidi (2008:14), Harga pokok adalah biaya yang telah terjadi(expired cost) yang belum di bebankan atau di kurangkan dari penghasilan. Harga pokok ini membentuk harta (assets).

Sedangkan menurut Supriono (2009:16) mengemukakan bahwa

“Harga pokok adalah jumlah yang dapat diukur dalam satuan uang yang dapat berwujud dalam bentuk kas, nilai aktiva lainnya, nilai jasa diserahkan, hutang yang timbul, dan tambahan modal dalam rangka pemilikan barang dan jasa yang diperlukan oleh perusahaan baik pada masa yang lalu maupun masa yang akan datang”. Penentuan harga pokok adalah pembebanan unsur biaya langsung terhadap produk yang dihasilkan dari suatu proses, artinya penentuan biaya yang melekat pada produk pelayanan.

Menurut Rudianto (2009:107), harga pokok penjualan (HPP) adalah harga pokok/harga beli dari barang-barang yang dijual didalam suatu periode akuntansi. HPP dihitung dengan menjumlahkan persediaan awal barang dagangan dengan pembelian bersih dalam satu periode dan dikurangi dengan jumlah persediaan barang dagangan dengan akhir periode akuntansi. Sedangkan untuk menghitung pembelian bersih adalah dengan mengurangkan jumlah retur dan potongan pembelian dari pembelian total.

(22)

Menurut Jumingan (2011:32), Bagi perusahaan dagang harga pokok penjualan adalah harga pokok barang dagang yang dibeli yang kemudian berhasil dijual selama suatu periode akuntansi. Bagi perusahaan industri harga pokok penjualan meliputi ongkos-ongkos bahan dasar, tenaga kerja, dan ongkos pabrik tidak langsung yang telah dikeluarkan dalam proses pembuatan barang yang kemudian berhasil dijual selama suatu periode akuntansi. Adapun harga pokok jasa terdiri atas biaya-biaya bahan (supplies), tenaga kerja, dan unsur lain yang timbul pada penciptaan jasa itu.

Menurut Soemarso SR (2004:226-234) Harga pokok penjualan memiliki kegiatan dagang yaitu menjual barang-barang yang sebelumnya dibeli. Nilai penjualan yang diterima dicatat sebagai penjualan, sedangkan nilai beli yang dikeluarkan untuk barang yang dijual dicatat sebagai harga pokok penjualan (costof goods sold). Harga pokok penjualan (cost of goods sold) adalah harga perolehan dari barang yang dijual. Dalam sebuah

perusahaan dagang harga pokok penjualan dicari dengan persediaan barang dagang pada awal periode ditambah pembelian bersih selama dikurangi persediaan barang dagang akhir periode. Harga pokok penjualan merupakan harga beli atau pembuatan suatu barang yang dijual juga disebut cost of goods sold. Pada dasarnya harga pokok penjualan sama dengan harga pokok pembelian seandainya tidak ada persediaan barang dagangan namun berdasarkan pada kondisi dan realita di lapangan tetap barang-barang yang tersisa atau tidak terjual semuanya. Harga pokok

(23)

penjualan ini ada perbedaan jika kita melihat dari segi perspektif perusahaan dagang dan industri “(Irham Fahmi,2013:99)”

Menurut Early K. Stice (2009:215), Harga pokok penjualan pada perusahaan dagang dan manufaktur, harga pokok barang yang dijual pada suatu periode harus dihitung. Nilai ini merupakan penjumlahan persediaan awal, pembelian bersih, beban angkut, dan penyimpanan barang yang terkait dengan pembelian barang. Saldo pembelian bersih didapat dengan mengurangkan retur dan potongan pembelian serta diskon pembelian dari pembelian bruto harga pokok penjualan kemudian dihitung dengan mengurangkan persediaan akhir dari harga pokok penjualan tersedia dijual.

Menurut Robert Libby (2008:339) Harga pokok penjualan (HPP) terkait langsung dengan penerimaan penjualan. Penjualan dalam suatu periode akuntansi merupakan jumlah unit yang terjual dikalikan dengan harga jual. Harga pokok penjualan merupakan jumlah unit yang sama dikalikan dengan biaya per unit. Harga pokok penjualan dalam laporan laba rugi dengan persediaan dalam neraca. Harley-Davidson memulai setiap periode akuntansi dengan penghitungan fisik persediaan, yang disebut persediaan awal (PAW). Dalam periode akuntansi pembelian ditambahkan ke persediaan. Jumlah dari kedua item tersebut sama dengan produk tersedia untuk dijual.

Menurut Bustami dan Nurlela (2012:49), harga pokok penjualan adalah harga pokok produksi yang sudah terjual dalam periode waktu

(24)

berjalan yang diperoleh dengan menambah harga pokok produksi dengan persediaan produk selesai awal dan mengurangkan dengan persediaan produk selesai akhir. Harga pokok penjualan juga terikat pada periode waktu tertentu.

Harga pokok penjualan yang telah disusun dikurangkan dari penjualan bersih akan menghasilkan laba kotor usaha. Sedangkan penjualan bersih dihitung dengan mengurangkan jumlah retur dan potongan penjualan dari penjualan total. Laba kotor yang telah diketahui dikurangi dengan beban operasi akan menghasilkan laba bersih usaha sebelum pajak “Rudianto,2009:107”.

Menurut saya yang dimaksud dengan Harga Pokok Penjualan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang yang dijual dan terikat pada periode waktu tertentu.

2. Manfaat harga pokok penjualan

Ada dua manfaat dari harga pokok penjualan yaitu:

1) Sebagai patokan untuk menentukan harga jual.

2) Untuk mengetahui laba yang diinginkan perusahaan. Apabila harga jual lebih besar dari harga pokok penjualan maka akan diperoleh laba, dan sebaliknya apabila harga jual lebih rendah dari harga pokok penjualan akan diperoleh kerugian.

3. Unsur- Unsur harga pokok penjualan

Adapun unsur-unsur di dalam harga pokok penjualan adalah:

(25)

Persediaan awal, pembelian yang dilakukan, biaya angkut, biaya asuransi dan biaya-biaya lainnya serta persediaan akhir. Dengan mengetahui peranan masing-masing item ini. Perusahaan dapat lebih mengetahui hakikat dari harga pokok penjualan pada laporan laba rugi perusahaan.

Unsur-unsur harga pokok penjualan ada 3 yaitu: bahan baku dan bahan pembantu, upah langsung dan biaya produksi tidak lansung. Definisi biaya bahan baku langsung adalah biaya bahan baku yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari produk selesai dan dapat ditelusuri langsung dari produk properti yang telah selesai. Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang dapat ditelusuri pada barang atau pelayanan yang dihasilkan. Pengamatan fisik dapat digunakan untuk mengukur jumlah kerja yang digunakan untuk menghasilkan jasa atau pelayanan” (Kartadinata, 2006:10)”.

1) Biaya Bahan Baku

Biaya bahan adalah semua bahan yang membentuk bagian integral dari produk jadi produk dan dimasukan secara eksplisit dalam perhitungan harga pokok produk motor. Dalam memperoleh bahan, perusahaan tidak hanya mengeluarkan biaya sejumlah harga yang tercantum dalam faktur pembelian saja. Oleh Karena itu harga pokok bahan terdiri dari harga beli yang tercantum di dalam faktur pembelian ditambah denga biaya-biaya pembelian dan biaya- biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan bahan tersebut. Apabila didalam pembelian pemasok memberikan potongan tunai (cash discount), maka

(26)

potongan tunai diperlakukan sebagai pengurangan terhadap harga pokok bahan yang di beli”(Carter dan Usry,2005:40)”.

2) Biaya tenaga kerja langsung (upah langsung)

Tenaga kerja langsung adalah kerja yang melakukan konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara layak ke produk tertentu. Biaya tenaga kerja dapat dibagi kedalam tiga golongan, yaitu;

1. Gaji dan upah (orginal wages) 2. Premi Lembur

3. Biaya-biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja.

C. Elemen Harga Pokok Penjualan

Struktur dasar harga pokok penjualan terdiri dari tiga elemen besar saja yaitu meliputi, Persediaan (inventory), Tenaga kerja Langsung (Direct Labor Cost), dan Overhead Cost.

1. Persediaan (inventory)

Dalam perusahaan dagang, elemen persediaan hanya terdiri dari persediaan barang jadi saja atau yang di kenal inventory. Sedangkan perusahaan manufaktur persediaannya terdiri dari persediaan bahan baku (Raw materials), persediaan barang dalam proses (WIP = Work In Process), persediaan barang jadi (inventory). Elemen Persediaan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah besarnya persediaan terjual maka perlu mengetahui unsur-unsur persediaan antara lain :

(27)

1) Persediaan Awal

Persediaan awal merupakan persediaan yang tersedia pada awal suatu periode atau

tahun buku berjalan. Saldo persediaan awal perusahaan terdapat pada neraca saldo periode berjalan atau pada neraca awal perusahaan atau laporan neraca tahunan sebelumnya. Artinya persediaan tersebut telah ada sebelum aktivitas periode ini dimulai.

2) Pembelian

Pembelian yang dimaksudkan adalah cost yang terjadi, sehingga besarnya nilai pembelian yang diakui hanya sebesar cost yang timbul saja, diwujudkan dengan pengeluaran kas atau pengakuan utang dagang. Sehingga nilai pembelian yang diakui adalah sebesar nilai bersihnya (net purchase) saja. Hal ini perlu ditegaskan karena dalam praktek bisnis, seringkali perusahaan sebagai pembeli, baik itu pembelian barang jadi (untuk perusahaan dagang) maupun pembelian bahan baku (perusahaan manufaktur) memperoleh potongan harga (discount), bisa juga terjadi pengembalian barang kepada pihak penjual (return). Artinya Untuk memperoleh pembelian bersih (net purchase), perusahaan dalam melakukan pembelian baik secara tunai maupun secara kredit, ditambah dengan biaya angkut pembelian serta dikurangi dengan potongan pembelian (discount) dan retur pembelian yang terjadi.

(28)

3) Persediaan Akhir

Persediaan akhir merupakan persediaan pada akhir suatu periode atau tahun buku berjalan. Saldo persediaan akhir perusahaan akan diketahui dari data penyesuaian perusahaan pada ahir periode.

4) Persediaan Tersedia Untuk dijual

Harga pokok pembelian dari seluruh barang yg dibeli selama periode, ditambah dengan harga pokok persediaan yang ada pada awal periode (persediaan awal) merupakan jumlah harga pokok dari seluruh barang yang tersedia untuk dijual selama periode. Jumlah ini disebut harga pokok barang yang tersedia dijual.

Persediaan awal ditambah dengan harga pokok barang yang dibeli sama dengan harga pokok barang yang tersedia dijual, dan harga pokok barang yang tersedia dijual dikurangi persediaan akhir sama dengan harga pokok penjualan. Seperti terlihat dalam laporan laba-rugi, hubungan ini dapat diringkas sebagai berikut :

Harga pokok barang yang tersedia dijual = Persediaan awal + Pembelian barang

Harga pokok penjualan = Harga pokok barang tersedia dijual – Persediaan akhir

Laba kotor penjualan = Penjualan bersih – Harga

(29)

2. Tenaga kerja Langsung (Direct Labor Cost)

Tenaga kerja langsung adalah upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang langsung terlibat pada proses pengolahan barang dagangan.

Dikatakan Direct Labor Cost hanya jika besarnya upah yang dibayarkan tergantung pada jumlah output product yang dihasilkan. Yang termasuk kelompok tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang dibayar berdasarkan upah satuan atau upah harian/jam. Dalam hal ini tenaga kerja dibayar dengan upah satuan, tentu dengan jelas bisa kita lihat bahwa upah tenaga kerja tersebut dapat dibebankan langsung pada product yang dihasilkan. Jika upah yang dibayarkan berdasarkan jumlah jam kerja, maka biasanya perusahaan telah menentukan jumlah (satuan) yang harus dihasilkan untuk tenggang waktu tertentu (per jam atau per hari). Sehingga pada akhir perhitungan, dapat diketahui berapa direct labor cost untuk akumulasi product yang dihasilkan. Pada perusahaan pedagang kecil (small wholesaler atau retailer) direct labor cost sulit untuk bisa di alokasikan dengan semestinya. Sehingga direct labor cost hanya bisa kita temukan pada perusahaan-perusahaan manufaktur atau pertambangan.

3. Overhead Cost

Adalah cost yang timbul selain dari kedua elemen diatas , yang biasanya disebut dengan indirect cost, jenis tentu saja bervariasi, tergantung jenis usaha, skala usaha dan jenis sumberdaya yang dipakai oleh perusahaan.

Yang sering ditemui pada usaha manufaktur atau dagang adalah :

(30)

1) Sewa (Rental Cost)

2) Penyusutan Mesin dan Peralatan (Depreciation on Machineries Equipment)

3) Penyusutan Bangunan Pabrik (Factory’s Building Depreciation) 4) Listrik, Air untuk Pabrik (Factory’s Utilities)

5) Pemeliharaan Pabrik & Mesin (Factory & Machiniries Maintenance) 6) Pengemasan (Packaging/Bottling & Labor Cost-nya)

7) Gudang (Warehousing Cost)

8) Sample Produksi (Pre-Production Sampling) 9) Ongkos kirim (Inbound & Outbound deliveries) 10) Container (Continer).

D. Metode Penentuan Harga serta Tujuan dalam Penetapan Harga Jual 1. Metode Penentuan Harga Jual

Harga merupakan suatu hal penting, dimana harga merupakan komponen besar dari kepuasan konsumen. Nilai produk adalah apa yang dirasakan konsumen, jadi pembeli menetapkan nilai produk dari suatu produk.

Dari sudut pandang produsen, harga tentu saja mempunyai peranan yang sangat penting, dimana harga ditentukan oleh berapa besar pendapatan yang ingin mereka peroleh. Banyaknya jumlah produk sangat dipengaruhi oleh harga jual produk yang dijual baik bagi produsen maupun konsumen.

Sedangkan harga jual adalah nilai yang dibebankan kepada pembeli atau pemakai barang atau jasa. Dalam hal ini, harga jual merupakan suatu yang dapat digunakan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang

(31)

atau jasa serta pelayanannya. Adapun tujuan pokok penentuan harga jual adalah mencapai target penjualan, memaksimumkan laba, meningkatkan penjualan dan mempertahankan atau memperluas pangsa pasar, dan menstabilkan harga.

Perusahaan-perusahaan mengubah strategi pemasarannya dengan meletakkan kepuasan konsumen sebagai prioritas utama dan esensil dalam mengarahkan kegiatan-kegiatan bisnis mereka. Perusahaan harus mampu menghasilkan produk dan jasa yang bermutu dengan harga yang sesuai dengan sumber daya yang telah dikorbankan untuk tetap dapat bertahan di pangsa pasar.

Perusahaan-perusahaan berlomba untuk menghasilkan produk atau jasa yang bermutu dengan harga yang terjangkau dengan demikian akan terjadi persaingan yang sehat dan sangat kompetitif. Menurut Mulyadi (1991 : 197) menyatakan bahwa Ada empat metode penentuan harga jual, yaitu :

1) Penentuan harga jual normal (Normal Pricing)

Metode penentuan harga jual normal seringkali disebut dengan istilah cost-plus pricing, yaitu penentuan harga jual dengan cara menambahkan

laba yang diharapkan diatas biaya penuh masa yang akan datang untuk memproduksi dan memasarkan produk.

2) Penentuan Harga Jual dalam Cost-type Contract (Cost-type Contract Pricing) Cost-type Contract adalah kontrak pembuatan produk dan yang pihak pembeli setuju membeli produk atau jasa pada harga yang didasarkan pada total biaya yang sesungguhnya dikeluarkan oleh produsen

(32)

ditambah dengan laba yang dihitung sebesar persentase tertentu dari total biaya yang sesungguhnya.

3) Penentuan Harga Jual Pesanan Khusus (Special order Pricing)

Pesanan khusus merupakan pesanan yang diterima oleh perusahaan diluar pesanan regular perusahaan.

4) Penentuan harga jual produk yang dihasilkan perusahaan yang diatur dengan peraturan pemerintah.

Produk dan jasa yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat luas seperti listrik, air, telepon, dan telegraf, transportasi dan jasa pos diatur dengan peraturan pemerintah. Harga jual produk dan jasa tersebut ditentukan berdasarkan biaya penuh masa yang akan datang ditambah dengan laba yang diharapkan. Harga yang ditentukan untuk sebuah produk akan mempengaruhi pendapatan perusahaan dan pada akhirnya tingkat laba.

Menurut Widyawati (2013 : 195) menyatakan bahwa perusahaan menentukan harga jual produknya dengan tiga dasar pertimbangan yaitu biaya produksi, suplai perusahaan dan harga persaingan

1) Penentuan harga berdasarkan biaya produksi

Pada strategi ini perusahaan menentukan harga untuk sebuah produk dengan mengestimasi biaya per unit untuk memproduksi produk tersebut dan menambahkan suatu kenaikkan. Jika metode ini digunakan perusahaan harus mencatat semua biaya yang melengkapi produksi sebuah produk dan diupayakan agar harga tersebut dapat menutupi semua biaya tersebut. Bagi produk atau jasa harga harus cukup rendah agar dapat mencapai volume

(33)

tingkat penjualan yang tinggi sehingga biaya produksi mengalami penurunan.

2) Penentuan harga berdasarkan suplai persediaan

Pada umumnya perusahaan cenderung menurunkan harga jika mereka harus mengurangi persediaan.

3) Penentuan harga berdasarkan harga pesaing

Penentuan harga berdasarkan harga pesaing dibagi atas tiga yaitu :

a) Penentuan harga penetrasi, dimana perusahaan menentukan harga yang lebih rendah dari harga pesaing agar dapat menembus pasar b) Penentuan harga defensive, dimana perusahaan menurunkan harga

produk untuk mempertahankan pangsa pasarnya.

c) Penentuan harga prestise, ditentukan dengan tujuan untuk memberikan kesan terbaik bagi produk perusahaan.

Diharapkan manajemen perusahaan perusahaan dapat mengambil keputusan yang tepat dalam menetapkan harga jual produk atau jasa perusahaan mereka. Melalui strategi penetapan harga dapat membentuk citra perusahaan, persepsi yang sering berlaku bahwa harga yang mahal mencerminkan kualitas yang tinggi.

2. Tujuan Penetapan Harga Jual

Tujuan dalam penetapan harga jual adalah untuk meningkatkan penjualan, memperbaiki dan mempertahankan market share, memperhatikan permintaan, mengusahakan mengembalikan investasi dengan pencapaian laba secara maksimal dan menetukan laba-rugi periodi (income determination),

(34)

yaitu melalui proses mempertemukan harga pokok barang dijual dengan hasil penjualan dalam satu periode akuntansi. Perusahaan ingin menetapkan harga jual yang dapat menutupi sebuah biaya untuk produksi, distribusi, penjualan produk dan memberikan laba yang wajar bagi usaha dan risikonya. Widyawati (2013 : 197) menyatakan bahwa ada beberapa tujuan penetapan harga yaitu:

1) Untuk mendukung strategi bauran pemasaran secara keseluruhan.

2) Mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan menetapkan harga yang kompetitif.

3) Mempertahakan perusahaan dari marjin keuntungan yang didapat perusahaan akan digunakan untuk biaya operasional perusahaan.

4) Menggapai ROI perusahaan pasti menginginkan balik modal dari investasi yang ditanam pada perusahaan.

5) Menguasai pangsa pasar dengan menetapkan harga lebih rendah dibandingkan produk pesaing.

6) Mempertahankan status ketika perusahaan memiliki pasar tersendiri.

E. Persediaan dalam Harga Pokok Penjualan

Menurut Juan & Ersa (2012 : 152) menyatakan bahwa penentuan nilai persediaan diakhir tahun buku akan berpengaruh secara langsung terhadap penentuan harga pokok penjualan selama satu tahun tersebut. Hal ini karena nilai persediaan akhir dan harga pokok penjualan didapatkan dari hasil alokasi sejumlah tetap biaya barang yang tersedia untuk dijual (yang merupakan jumlah dari persediaan awal dan pembelian tahun berjalan).

(35)

Dengan demikian, kesalahan penyajian nilai persediaan akhir akan menyebabkan kesalahan penyajian harga pokok penjualan dan juga kesalahan penyajian hasil operasi.

1. Sistem persediaan periodik

Dalam sistem persediaan periodik (periodic inventory system-berkala), nilai persediaan akhir ditentukan melalui pemeriksaan stok fisik (physical stock-take).

2. Sistem persediaan perpetual

Dalam sistem perpetual (perpetual inventory system), biaya persediaan akhir dan harga pokok penjualan selama tahun berjalan dapat ditentukan secara langsung dari catatan akuntansi. Namun, jika ada ketidakcocokan antara biaya persediaan pada catatan akuntansi dan nilai persediaan yang ditentukan melalui pemeriksaan stok fisik, maka jumlah persediaan pada catatan akuntansi harus disesuaikan. Harga pokok penjualan pada catatan akuntansi juga harus disesuaikan.

Harga pokok penjualan = Nilai persediaan awal + Biaya barang yang dibeli/dibuat – Nilai persediaan akhir Persediaan

Pembelian

Pembelian Pembelian

Barang yang Tersedia

Persediaan Akhir

Harga Pokok Barang +

_

= _

(36)

Biaya persediaan ditentukan melalui dua proses :

1) Menentukan biaya pembelian/pembuatan barang (biaya persediaan atau inventoriable cost) dan

2) Mengalokasikan jumlah nilai persediaan awal dan biaya pembelian/pembuatan barang ke biaya persediaan akhir dan harga pokok penjualan, dengan menggunakan rumus biaya.

Biaya persediaan meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang timbul hingga persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap dijual atau dipakai. (present location and condition)

F. Pengertian Laba

Salah satu tujuan utama perusahaan yang penting untuk dicapai adalah pencapaian laba optimum. Pencapaian laba dirasa penting karena berkaitan dengan berbagai konsep akuntansi antara lain kesinambungan perusahaan (going concern) dan perluasan perusahaan, serta mengembangkan usahanya

ketingkat yang lebih tinggi atau ketingkat yang lebih baik. Untuk menjamin agar usaha perusahaan mampu menghasilkan laba, maka manajemen perusahaan harus merencanakan dan mengendalikan dengan baik dua faktor penentu laba yaitu pendapatan dan biaya.

Masalah yang berkaitan dengan laba adalah menentukan konsep laba secara tepat untuk pelaporan keuangan sehingga angka laba merupakan angka yang bermakna (meaningful) baik secara intuitif maupun ekonomik bagi berbagai pemakai statemen keuangan. Pemaknaan atau pendefinisian laba mempunyai implikasi terhadap pengukuran dan penyajian laba. Karena

(37)

akuntansi secara umum menganut konsep kos historis, asas akrual, dan konsep perbandingan, laba akuntansi yang sekarang dianut dimaknai sebagai selisih antara pendapatan dan biaya. Berikut ini beberapa teori mengenai definisi laba.

Menurut Juan & Wahyuni (2012 : 11) menyatakan bahwa “Penghasilan neto (laba) sering kali digunakan sebagai ukuran kinerja. Definisi penghasilan (income) meliputi pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gains).

Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda, seperti penjualan, penghasilan jasa, bunga, deviden, royalti, dan sewa. Keuntungan mencerminkan pos lainnya, misalnya keuntungan atas penjualan aset tetap”.

Menurut Rainbow & Kinney (2011 : 113) menyatakan bahwa “Laba semu (phantom profits) merupakan laba perhitungan biaya serapan yang sementara, disebabkan oleh lebih banyak memproduksi persediaan dari pada menjualnya”.

Menurut Godfrey dkk., dalam Suwardjono (2011 : 464) menyatakan bahwa “Laba dimaknai sebagai imbalan atas upaya perusahaan menghasilkan barang dan jasa. Ini berarti laba merupakan kelebihan pendapatan di atas biaya (kos total yang melekat kegiatan produksi dan penyerahan barang/ jasa)”.

Menurut Paton & Littleton dalam Suwardjono (2011 : 464) menyatakan bahwa “Laba adalah kenaikan aset dalam suatu periode akibat kegiatan produktif yang dapat dibagi atau didistribusi kepada kreditor, pemerintah, pemegang saham (dalam bentuk bunga, pajak, deviden) tanpa mempengaruhi

(38)

keutuhan ekuitas pemegang saham semula”. Selain income, dikenal pula earnings yang juga disebut laba. Earnings lebih bermakna sebagai laba yang

diakumulasi selama beberapa periode walaupun earnings juga digunakan untuk menunjuk laba periode seperti earnings per share. Dalam statemen laba-rugi, income lebih umum digunakan karena tidak lebih luas cakupannya (lebih komprehensif). Dan lebih formal dari pada earnings. Earnings hanyalah jumlah antara sebelum diperoleh laba bersih/komprehensif.

G. Hubungan Harga Pokok Penjualan Dengan Laba

Menurut Munawir (2010 : 216) menyatakan bahwa Perubahan dalam laba kotor perlu dianalisa untuk mengetahui sebab-sebab perubahan tersebut, baik perubahan yang menguntungkan (kenaikan) maupun perubahan yang tidak menguntungkan (penurunan) sehingga akan dapat diambil kesimpulan dan atau diambil tindakan seperlunya untuk periode-periode berikutnya.

Pada dasarnya perubahan laba kotor itu disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor penjualan dan faktor harga pokok penjualan. Besar kecilnya hasil penjualan dipengaruhi oleh kuantitas atau volume produk yang dapat dijual dan harga jual per satuan produk tersebut. Oleh karna itu perubahan laba kotor karena adanya perubahan hasil penjualan disebabkan adanya :

1. Perubahan harga jual per satuan produk

2. Perubahan kuantitas atau volume produk yang dijual/dihasilkan.

Faktor harga pokok penjualan juga dipengaruhi oleh kuantitas produk yang dijual/dihasilkan tersebut, oleh karena itu perubahan laba yang

(39)

disebabkan oleh adanya perubahan harga pokok penjualan dapat disebabkan oleh :

1) Perubahan harga pokok rata-rata per satuan

2) Perubahan kuantitas atau volume produk yang dijual.

Perubahan harga baik itu merupakan penurunan dan kenaikan yang disebabkan oleh faktor harga jual tidak dapat digunakan sebagai pengukur kegiatan bagian penjualan, karena hal ini dapat disebabkan oleh faktor ekstern perusahaan. Perubahan harga jual ditentukan oleh keadaan pasar yang sulit dikendalikan oleh perusahaan, lain halnya dengan perubahan kuantitas produk yang dijual. Suatu perubahan laba yang disebabkan oleh adanya perubahan kuantitas atau volume barang yang dijual mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan bagian penjualan. Kenaikan laba karena adanya kenaikan volume yang dijual berarti bagian penjualan bekerja lebih aktif (dengan anggapan bahwa biaya pemasaran tetap maka perubahan laba yang disebabkan oleh kenaikan volume penjualan berarti perusahaan semakin efisien dalam operasinya).

Penurunan laba kotor yang disebabkan oleh naiknya harga pokok penjualan menunjukkan bagian produksi telah bekerja tidak efisien. Kenaikan ini kemungkinan disebabkan oleh faktor ekstern, misalnya adanya kenaikan harga bahan, tingkat upah atau kenaikan harga-harga secara umum yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan , atau mungkin disebabkan oleh faktor intern yaitu adanya in efisiensi atau pemborosan pemborosan.

(40)

Menurut Munawir (2010 : 218) menyatakan bahwa perubahan laba bruto pada dasarnya disebabkan oleh 4 faktor, yaitu :

1. Perubahan harga jual (Sales Price Variance), yaitu adanya perubahan antara harga jual yang sesungguhnya dengan harga jual yang dibudgetkan atau harga jual tahun sebelumnya.

Perubahan laba kotor yang disebabkan adanya perubahan harga jual dapat ditentukan dengan rumus:

Atau :

Hj1 = Harga jual per satuan produk yang dibudgetkan atau tahun sebelumnya

Hj2= harga jual per satuan produk yang sesungguhnya

K2= kuantitas atau volume produk yang sesungguhnya dijual tahun ini Apabila (Hj2 – Hj1 ) menunjukkan/menghasilkan angka positif berarti ada kenaikan harga yang berarti menunjukkan keadaan yang menguntungkan, sebaliknya bila negatif berarti ada penurunan harga jual dan menunjukkan keadaan yang merugikan.

2. Kuantitas produk yang dijual (Sales Volume Variance), yaitu adanya perbedaan antara kuantitas produk yang direncanakan/tahun sebelumnya dengan kuantitas produk yang sesungguhnya dijual (direalisir). perubahan (Harga jual menurut realisasi atau yang sesungguhnya - harga jual budget atau tahun sebelumnya) x kuantitas produk yang sesungguhnya dijual tahun ini.

(Hj1– Hj2)K2

(41)

laba kotor yang disebabkan oleh perubahan kuantitas/volume produk yang dijual dapat ditentukan dengan rumus :

K2 = Kuantitas penjualan yang sesungguhnya direalisir tahun ini K1 = Kuantitas penjualan yang dibudgetkan atau tahun sebelumnya Hj1 = Harga jual per satuan produk yang dibudgetkan atau tahun sebelumnya sebagai standar.

Bila (K2– K1) menghasilkan angka positif menunjukkan bahwa kuantitas produk yang sesungguhnya dijual lebih besar dari pada yang direncanakan, hal ini menunjukkan keadaan yang menguntungkan atau bagian penjualan bekerja lebih baik, sebaliknya bila menghasilkan angka negatif berarti penjualan turun dan menunjukkan keadaan yang merugikan.

3. Perubahan harga pokok penjualan per satuan produk (Cost Price Variance), yaitu adanya perbedaan antara harga pokok penjualan per

satuan produk (Unit Cost) menurut budget/tahun sebelumnya dengan harga pokok yang sesungguhnya. Untuk menentukan besarnya perubahan laba kotor yang disebabkan adanya perubahan harga pokok penjualan per satuan produk dapat ditentukan dengan rumus:

HPP2 = Harga pokok penjualan yang sesungguhnya

HPP1 = Harga pokok penjualan menurut budget/tahun sebelumnya K2 = kuantitas produk yang sesungguhnya dijual

(K2– K1) Hj1

(HPP2– HPP1) K2

(42)

Atau:

Apabila (HPP2–HPP1) menghasilkan angka positif berarti HPP mengalami kenaikan, kenaikan dalam sektor biaya menunjukkan keadaan yang merugikan, sebaliknya bila hasil negatif berarti biaya mengalami penurunan yang berarti pula menunjukkan keadaan yang menguntungkan.

4. Perubahan kuantitas harga pokok penjualan (Cost Volume Variance), yaitu adanya perubahan harga pokok penjualan karena adanya perubahan kuantitas /volume yang dijual atau diproduksi. Rumus untuk menentukan besarnya perubahan laba bruto karena perubahan kuantitas harga pokok penjualan adalah:

Atau :

K2 = kuantitas produk yang sesungguhnya dijual/dihasilkan.

K1 = kuantitas produk menurut budget/tahun Sebelumnya HPP1 = harga pokok penjualan per satuan barang menurut budget.

Apabila (K2–K1) menghasilkan angka positif berarti kuantitas yang dijual/produksi bertambah (mengalami kenaikan), apabila kuantitas bertambah maka harga pokok penjualan akan mengalami kenaikan pula dan bertambahnya harga pokok penjualan menunjukkan keadaan yang

(Harga pokok penjualan yang sesungguhnya – harga pokok penjualan yang dibudgetkan atau tahun sebelumnya) x kuantitas produk yang dijual.

(Kuantitas yang sesungguhnya - kuantitas menurut budget atau tahun sebelumnya) x harga pokok menurut budget atau tahun sebelumnya.

(K2–K1) HPP1

(43)

tidak menguntungkan (merugikan). Sebaliknya bila hasilnya negatif berarti ada penurunan biaya dan menunjukkan keadaan yang menguntungkan.

H. Jenis Laba dan Faktor yang Mempengaruhi Laba

Tatang Sontani (2014 : 1) menyatakan bahwa ada beberapa definisi umum penggunaan laba adalah sebagai berikut:

1. Laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) sama dengan biaya dikurangi pendapatan penjualan barang yang dijual dan semua biaya, kecuali untuk bunga, amortisasi, penyusutan dan pajak.

2. Laba sebelum bunga dan pajak (EBIT), atau laba operasi, sama dengan biaya dikurangi pendapatan penjualan barang yang dijual dan semua biaya kecuali untuk bunga dan pajak. Ini adalah surplus yang dihasilkan oleh operasi.

3. Laba sebelum pajak (EBT) atau laba bersih sebelum pajak, sama dengan biaya dikurangi pendapatan penjualan barang yang dijual dan semua biaya kecuali untuk pajak. Hal ini juga dikenal sebagai pra-pajak penghasilan book (PTBI), pendapatan operasional bersih sebelum pajak, atau hanya pendapatan sebelum pajak.

4. Laba kotor sama dengan biaya dikurangi pendapatan penjualan barang yang dijual (HPP), sehingga menghilangkan hanya bagian dari biaya yang dapat ditelusuri langsung ke produksi atau pembelian barang.

Menurut Mulyadi dalam Mahira (2013 : 1) menyatakan bahwa didalam memperoleh laba diharapkan perusahaan perlu melakukan suatu pertimbangan

(44)

khusus dalam memperhitungkan laba yang akan diharapkan dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi laba tersebut, antara lain : 1) Biaya, Biaya yang timbul dari perolehan atau mengolah suatu produk atau

jasa akan mempengaruhi harga jual produk yang bersangkutan.

2) Harga jual, harga jual produk dan jasa akan mempengaruhi besarnya volume penjualan produk atau jasa yang bersangkutan.

3) Volume penjualan dan produksi, besarnya volume penjualan berpengaruh terhadap volume produksi produk dan jasa tersebut, selanjutnya volume produksi akan mempengaruhi besar kecilnya biaya produksi.

I. Konsep Laba Optimal

Menurut Sofyan (2011 : 1) menyatakan bahwa untuk memaksimalkan laba yang diperoleh bisa dicapai melalui bermacam-macam cara, antara lain ialah melalui efisiensi disemua bidang, seperti produksi, sumber daya manusia, maupun keuangan. Tujuan utama dari suatu usaha adalah mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya, Untuk mencapai tujuan tersebut tidak terlepas dari faktor manusia sebagai pengendali semua fungsi. Akan tetapi tidak hanya faktor manusia saja, faktor pendukung lain juga berpengaruh terhadap perolehan laba, yaitu antara lain faktor jumlah produk, modal, dan upah tenaga kerja.

Dalam praktek pemaksimuman keuntungan, ada sebagian perusahaan yang melakukannya dengan cara menekan keuntungan yaitu dengan menekan penjualannya (hasil produksi) ada pula yang memasukkan unsur politik didalam penentuan tingkat produksi yang akan tercapai. Jadi, setiap

(45)

perusahaan memiliki kriteria sendiri dalam memaksimumkan laba yang akan diperolehnya. Keuntungan akan diperoleh jika hasil penjualannya lebih besar dari ongkos produksi, dan kerugian akan terjadi apabila hasil penjualan lebih sedikit dari ongkos produksi. Dalam usahanya untuk memproduksi barang- barang yang diperlukan dalam masyarakat, dan memperoleh keuntungan maksimum dari usaha tersebut.

Efisiensi di bidang keuangan memberikan pengaruh pada operasi perusahaan, sehingga akan meningkatkan efisiensi biaya operasional dan efisiensi investasi yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan laba perusahaan. Dengan memaksimalkan laba, perusahaan dapat mempertahankan pertumbuhan perusahaannya sehingga dapat bersaing dengan perusahaan lain karena laba tersebut dapat ditanam kembali dan digunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan pertumbuhannya.

Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat dengan pembangunan teknologi yang semakin maju membawa pengaruh yang besar terhadap produksi yang dihasilkan oleh industri. Seperti halnya industri lain, setiap industri juga bertujuan untuk memperoleh laba guna melangsungkan hidupnya. Laba yang dihasilkan tidak terlepas dari beberapa faktor antara lain jumlah hasil produksinya, modal, dan upah tenaga kerja.

J. Kendala Yang di Hadapi dalam Memperoleh Laba Optimal

Pada dasarnya setiap perusahaan, baik perusahaan dagang, industri, maupun jasa mempunyai tujuan untuk memperoleh laba yang optimal. Laba merupakan selisih jumlah yang dikeluarkan untuk membeli sumber daya yang

(46)

menghasilkan produk atau jasa dengan penerimaan dari hasil penjualan. Akan tetapi, di kalangan perusahaan, perkembangan dan kemajuan dunia usaha telah membawa kearah persaingan yang semakin ketat, sehingga usaha untuk mencapai laba tidaklah mudah. Peningkatan penjualan yang tinggi belumlah berarti mendapatkan laba yang besar.

Dalam mencapai tujuan tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan, karena setiap perusahaan akan memaksa mereka untuk bersaing keras.

Tidak salah bila dikatakan bahwa perusahaan yang mengabaikan persaingan akan terdesak mundur bahkan akan gulung tikar. Oleh karena itu, perusahaan harus tetap mengikuti perkembangan diluar agar bisa bertahan, minimal meningkatkan kemampuan bersaing, sehingga perusahaan dapat hidup terus dan berkembang.

Maksud dan tujuan perusahaan adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan. Namun demikian, dalam upaya melakukan hal ini, perusahaan menghadapi banyak kendala. Beberapa kendala itu timbul dari keterbatasan ketersediaan input-input penting. Secara spesifik, perusahaan mungkin tidak mampu merekrut tenaga ahli sebanyak yang diperlukan, terutama dalam jangka pendek. Hal serupa mungkin perusahaan tidak mampu memperoleh semua bahan mentah tertentu sebanyak yang diminta. Perusahaan juga mungkin menghadapi keterbatasan ruang pabrik atau gudang dan dana modal yang tersedia untuk keperluan tertentu serta besarnya jumlah beban yang dikeluarkan perusahaan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran tertentu yang jumlahnya tidak sebanding dengan pendapatan yang didapatkan,

(47)

oleh karena itu perusahaan dalam menyikapi hal ini harus lebih memperhatikan kondisi perusahaan agar target dan tujuan perusahaan bisa tercapai.

K. Kerangka Pikir

Dalam sebuah perusahaan khususnya PT. Bino Mitra Sejati, untuk mengevaluasi penetapan harga pokok penjualan (HPP) yang digunakan selama proses persediaan, penjualan dan laba. Penetapan harga pokok penjualan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang yang dijual atau harga perolehan dari barang yang dijual, setelah penjualan terdapat laba dari hasil penjualan keduanya sangat berkaitan. Setelah laba diperoleh maka terdapat keuntungan atau kerugian yang diperoleh perusahaan yang dapat di artikan sebagai laba/rugi perusahaan.

(48)

Gambar 3.1 Kerangka Pikir Penelitian

Harga Pokok

Pembelian Biaya Angkut

Pembelian

Retur/Potongan Pembelian

Harga Jual

Laba Kotor

Beban Usaha

Laba Bersih

(49)

L. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan masalah pokok yang telah dikemukakan maka peneliti merumuskan dugaan sementara adalah Berdasarkan rumusan masalah, maka hipotesisnya adalah: Diduga bahwa PT. Bino Mitra Sejati Cabang Makassar telah memperoleh laba yang optimal setelah penetapan harga pokok penjualan.

(50)

37 A. Tempat Dan Waktu Penelitian

Untuk Memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka penulis memilih PT. Bino Mitra Sejati Cabang Makassar ini berlokasi di Kota Makassar yang bertempat di Jalan Sungai Saddang Baru No.94.

Sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk penelitian selama kurung waktu dua bulan, yaitu pada bulan Juni 2016 sampai dengan Agustus 2016.

B. Metode Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian Lapangan (Field Research), penelitian ini dengan mengadakan pengamatan pada perusahaan yang menjadi objek penelitian dan wawancara langsung serta meminta penjelasan khusus pada pimpinan perusahaan maupun karyawan yang berwenang untuk mendapatkan data berupa informasi yang relevan dengan penelitian seperti laporan keuangan 2014-2015 dan harga pokok penjualan 2014-2015.

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research), penelitian dengan mencari literatur-literatur yang berhubungan erat dengan penelitian untuk dipelajari dan dijadikan sebagai sumber acuan kerangka pemikiran teoritis dalam membahas penemuan dalam penelitian lapangan seperti konsep akuntansi biaya, pengertian harga pokok penjualan, dan lain-lain. Dengan penelitian pustaka akan diperoleh gambaran dalam menganalisis penentuan HPP

(51)

yang diterapkan oleh perusahaan yang akan digunakan penyusunan Skripsi ini. Disamping itu penulis mengumpulkan data yang ada kaitannya dengan permasalahan dengan melalui cara sebagai berikut:

1) Pengamatan langsung (Observasi)

Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan mengamati secara langsung objek penelitian dengan melihat kegiatan yang ada hubungannya dengan objek yang terkait dengan informasi pada perusahaan. Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari responden namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi. “(Uma Sekaran, 2016)”

2) Wawancara (interview)

Yaitu tanya jawab secara langsung dengan bagian yang terkait dengan objek yang sedang diteliti yang ada didalam perusahaan tersebut. Dalam wawancara tersebut penulis melakukan konsultasi dan tanya jawab langsung dengan orang yang berwewenang dalam instansi yang bersangkutan dari wawancara tersebut akan diperoleh data mengenai harga pokok penjualan yang dimiliki oleh perusahaan, sejarah dan perkembangan perusahaan, struktur organisasi berikut uraian tugas serta pendapat mereka mengenai penentuan harga pokok penjualan terhadap volume penjualan ordner dan biaya yang berkaitan dengan pemeliharaan volume penjualan Ordner. Data yang diperoleh akan dianalisis untuk kemudian disimpulkan.

(52)

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpulan data maupun peneliti terhadap narasumber atau sumber data. “(Uma Sekaran, 2016).

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sugiono (2010:115) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan konsumen ditarik kesimpulannya. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah PT. Bino Mitra Sejati di Makassar.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, Sugiono (2010:116). Pada penelitian ini, peneliti mengambil sampel berupa keseluruhan penjualan pada PT. Bino Mitra Sejati.

D. Definisi Oprasional Variabel

Untuk memberikan persamaan persepsi kepada pembaca, maka penulis menggunakan definisi operasional variabel yang diteliti tampak seperti dibawah ini:

(53)

1. Harga Pokok Penjualan

Harga pokok penjualan adalah segala cost yang dikeluarkan oleh perusahaan selama satu periode akuntansi berdasarkan analisis dimasa lampau dan penjualan pada saat ini untuk menggambarkan biaya langsung yang timbul dari barang yang diproduksi sampai dengan proses membawa barang dagangan dan siap untuk dijual. Harga pokok penjualan dapat dirumuskan yaitu,

Dimana barang tersedia untuk dijual (BTUD) merupakan persediaan awal ditambah dengan pembelian bersih, persediaan akhir peroleh dari persediaan awal ditambah dengan pembelian bersih dikurangi dengan harga pokok penjualan.

2. Laba

Laba (income) dimaknai sebagai selisih antara pendapatan dan biaya.

Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda, seperti penjualan, penghasilan jasa, bunga, deviden, royalti, dan sewa. Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karna angka laba diharapkan cukup kaya untuk mempresentasi kinerja perusahaan secara keseluruhan. Laba dapat dirumuskan yaitu,

HPP = Barang tersedia untuk dijual (BTUD) – Persediaan Akhir

Laba Bersih = Laba Kotor – Beban Usaha

(54)

Laba kotor diperoleh dari penjualan bersih dikurangi dengan harga pokok penjualan.

E. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data

1) Data Kuantitatif, yang dapat dihitung atau data yang berupa angka- angka seperti laporan keuangan, laporan laba-rugi dan harga pokok penjualan.

2) Data kualitatif, data yang tidak dapat dihitung atau data yang bukan berupa angka-angka seperti gambaran umum perusahaan dan struktur organisasi.

2. Sumber Data

1) Data primer yaitu data yang diperoleh dengan cara mengadakan pengamatan langsung pada PT. Bino Mitra Sejati Cabang Makassar.

2) Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari PT. Bino Mitra Sejati pada dokumen-dokumen dan buku literatur serta laporan tertulis dari luar yang ada hubungannya dengan penulisan Skripi ini.

F. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif kuantitatif yaitu untuk mengetahui analisis penentuan harga pokok penjualan. Data-data tersebut dianalisis dengan menghitung data kuantitatif dan dinyatakan dengan data kualitatif untuk menginterpretasikan hasil perhitungan data tersebut dan menjawab masalah yang akan diteliti dan akhirnya ditarik kesimpulan dari

(55)

pengolahan data tersebut. selanjutnya untuk mengetahui tentang harga pokok penjualan dan laba, penulis menggunakan metode harga pokok penjualan dan laba dengan rumus sebagai berikut :

1. Rumus untuk menghitung Harga Pokok Penjualan:

HPP = Barang tersedia untuk dijual (BTUD) – Persediaan akhir BTUD = Persediaan barang dagangan awal + Pembelian bersih 2. Rumus menghitung laba adalah :

Laba Kotor = Penjualan Bersih – Harga Pokok Penjualan.

Laba Bersih = Laba Kotor – Beban Usaha.

(56)

43 A. Gambaran Umum Perusahaan

PT. Batara Indah didirikan pada tahun 1986 di Jakarta oleh bapak Kristanto Widjaya Perusahaan ini bergerak dibidang Alat Tulis Kantor (ATK), pada awal tahun 2005 di bentuk perwakilan di Makassar yang beralamat di Jalan Dg.Tata dan pada akhir tahun 2005 diresmikan sebagai PT. Batara Indah Cabang Makassar. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan teknologi yang diikuti dengan peningkatan kebutuhan akan perlengkapan alat tulis kantor yang lengkap, maka perusahaan ini mendistribusikan merek- merek Internasional yang berkualitas dan bermutu tinggi, antara lain : Bantex, Apli, Elba, Linex, Xyron, dan Papeo.

Pada tahun 2014 perusahaan ini berganti nama dari PT. Batara Indah menjadi PT. Bino Mitra Sejati yang beralamat dan berpindah tempat di Jalan Sungai Saddang Baru Nomor 94C.

B. Visi dan Misi Perusahaan 1. Visi perusahaan

Setiap perusahaan wajib memiliki visi sebagai pedoman dasar dalam menentukan misi perusahaan yang bersangkutan. Sebagai salah satu perusahaan distributor di industri peralatan kantor yang ternama, PT Bino Mitra Sejati memilki visi, yaitu:“Melalui mutu dan pelayan, kami ingin

(57)

menjadi perusahaan penyedia office stationery yang terbaik di tempat kami berada.”

2. Misi Perusahaan

Dalam menggapai visi tersebut, haruslah didukung oleh misi yang menjadi cara atau langkah yang akan dilakukan agar goal perusahaan dapat tercapai. Dan misi dari PT Bino Mitra Sejati adalah:

1. Membangun sinergi dari pengalaman luas kami dalam produksi dan distribusi stationery.

2. Bersama-sama tumbuh dan memberikan keuntungan kepada seluruh stakeholder secara maksimal

C. Struktur Organisasi Perusahaan

Salah satu persyaratan yang cukup penting bagi suatu perusahaan agar dapat berjalan lancar sebagaimana yang diharapkan, yaitu apabila terdapat pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang dinyatakan dengan jelas, maka diharapkan dapat mendorong kerja sama yang baik untuk meningkatkan produktivitas pekerja serta keinginan untuk melakukan sesuatu dengan sempurna sehingga dapat memperlancar pekerjaan dalam perusahaan, sangatlah diperlukan suatu struktur organisasi yang baik dapat menimbulkan suasana dimana keputusan yang perorangan maupun golongan dalam perusahaan dapat terwujud.

Hal ini penting karena tanpa adanya struktur organisasi yang baik akan menimbulkan kesimpangsiuran dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan.

Dengan kata lain, garis komando dalam struktur organisasi haruslah

(58)

digambarkan dengan jelas agar setiap bagian dapat mengkoordinir semua bagiannya masing-masing dengan baik sehingga kemungkinan kerja sama yang baik akan mencapai tujuan yang diinginkan oleh perusahaan. Untuk menjalin kerja sama yang baik dan harmonis maka perusahaan ini telah memilih metode organisasi garis (line organisation) dengan alasan dipandang mempunyai kebaikan antara lain :

1) Disiplin kerja karyawan yang tinggi.

2) Antara karyawan dapat terjalin saling pengertian yang baik dan lancar.

3) Proses pengambilan keputusan dan instruksi-instruksi dapat berjalan lancar.

4) Rasa solidaritas dan spontanitas seluruh anggota organisasi umumnya besar, sebab mereka saling mengenal satu sama lain.

Dalam menjelaskan suatu kedewasaan perusahaan kepada pihak-pihak yang membutuhakan, maka dianggap perlu untuk menyusun suatu struktur organisasi agar nampak dengan jelas bagaimana proses pelaksana dari pada kegiatan dan jabatan tersebut. Dengan struktur organisasi dapat dilihat garis tugas, wewenang dan tanggung jawab dari pada seseorang yang telah bekerja pada perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi ini dapat mencegah adanya kesimpang siuran dari pada tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang diemban oleh seorang karyawan. Agar tujuan perusahaan dapat tercapai dengan baik, maka diperlukan adanya struktur organisasi yang baik. Penilaian terhadap suatu struktur organisasi apakah struktur organisasi itu baik atau tidak pada suatu perusahaan, tergantung dari keadaan perusahaan itu sendiri

(59)

atau dengan kata lain struktur organisasi merupakan hal yang dinamis dalam arti bahwa senantiasa harus sesuai dengan kondisi perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian pula pandangan menajemen mengenai bagaimana pola hubungan yang disusun. Penyusunan struktur organisasi dapat dilihat dari :

1) Aspek pembagian kerja, dimana berbagai fungsi yang harus dilaksanakan atau dikerjakan oleh perusahaan serta bagian-bagian yang menanganinya.

2) Aspek integrasi (koordinasi), dimana berbagai bagian sehingga merupakan suatu kesatuan yang terarah kepada pelaksanaan tujuan dari perusahaan.

D. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Struktur organisasi adalah pola tata kerja dan wewenang yang ada dalam setiap perusahaan. Struktur organisasi biasanya digambarkan dalam bagan struktur organisasi. Setiap bagian dalam struktur organisasi PT. Bino Mitra Sejati Cabang Makassar mempunyai tugas dan kewajiban masing- masing.

Dibawah ini adalah bagan Struktur organisasi yang diterapkan pada PT. Bino Mitra Sejati Cabang Makassar, berikut tugas dan kewajiban masing masing bagian.

(60)

Gambar 4.1

Tugas dari tiap jabatan adalah sebagai berikut:

1) Kepala cabang. Yaitu me-manage cabang secara keseluruhan, berhubungan dengan partner.

2) Koordinator sales. Yaitu mengawasi, mengatur dan memberi pengarahan pada setiap sales dalam penjualan produk.

3) Administrasi dan invoicing. Yaitu meng-input data, baik data pembelian dan data penjualan.

4) Koordinator gudang dan distributor. Mengatur produk-produk yang berada didalam gudang, menghitung keluar masuk produk.

5) Accounting dan finance. Mengatur keuangan perusahaan.

Kepala Cabang

Koordinator Sales

Admin &

Invoicing

Koordinator Gudang

Accounting

& Finance

Sales Sales Retail Staff Gudang

& Distributor

Collector

(61)

6) Sales. Melakukan penjualan yang berskala besar seperti perusahaan, sekolah dan instansi-instansi pemerintahan.

7) Sales Retail. Melakukan penjualan pada skala yang lebih kecil. Seperti toko ATK.

8) Staff dan gudang. Meng-input data pada saat keluar-masuk barang.

9) Collector. Penagihan pada perusahaan-perusahaan yang membeli produk pada PT Bino Mitra Sejati

Referensi

Dokumen terkait

Pada Gambar 5, gaya reaksi yang terjadi pada masing - masing jenis crash box , dapat dianalisa luasan dibawah kurva sebagai usaha yang dilakukan oleh impactor .Maka

Pengaruh Asupan Vitamin B6 Dengan Perubahan Tingkat Depresi .... Pengaruh Asupan Vitamin B9 Dengan Perubahan Tingkat

Konsep dan mekanisme operandi dalam Takaful Kebakaran sesuai dengan prinsip ekonomi Islam, karena Takaful Kebakaran menganut azas tolong menolong dengan membagi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah tidak memberikan pengaruh yang lebih baik daripada

Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar Kromium VI (Cr VI) pada air Sungai Pangkajene baik pada pagi dan sore hari menunjukan bahwa logam Kromium VI (Cr VI)

Bagaimanapun Laporan Tugas Akhir ini, penulis berharap apa yang ada di laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya

Untuk ini, maka masing- masing Departemen, Kejaksaan Agung, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Lembaga Pemerintah Non Departemen, Pemerintah Daerah

1 Pengadaan Tiang listerik di RT.I,II dan RT IV Teratak 10 bh 10,000,000.00 APBD Kab Dinas Perumahan & Pemukiman. 2 Pengadaan Lampu