• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada penelitian ini analisa bivariat yang digunakan adalah perbedaan rata-rata tekanan darah lansia dengan hipertensi sebelum dan sesudah tanpa diberikan perlakuan pada kelompok kontrol di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan. Perbedaan rata-rata tekanan darah dengan hipertensi sebelum dan sesudah diberikan senam jantung sehat pada kelompok intervensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan. 1. Perbedaan rata-rata tekanan darah pada lansia dengan hipertensi

sebelum dan sesudah diberikan senam jantung sehat pada kelompok intervensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan.

Perbedaan rata-rata tekanan darah pada lansia dengan hipertensi sebelum dan sesudah diberikan senam jantung sehat pada kelompok intervensi dapat dilihat pada tabel 5.3 dibawah ini :

Tabel 5.3

Gambaran Perbedaan Rerata Tekanan Darah Responden Menurut Pengukuran Minggu Pertama dan Minggu Ketiga Pada Kelompok

Intervensi (n=15)

Variabel Kelompok intervensi

Mean SD Min-Maks

TDS Pretest 141,33 9,904 130-160 Posttest 122,00 10,823 100-150 TDD Pretest 86,00 9,103 70-100

Posttest 74,67 7,432 60-90 Keterangan : TDD = Tekanan Darah Sistolik

TDS = Tekanan Darah Diastolik

Berdasarkan tabel 5.3 rata-rata tekanan darah sistolik responden pada kelompok intervensi pada saat pretest adalah 141,33 mmHg dengan nilai minimum 130 dan maksimum 160. Sedangkan saat

posttest adalah 122,00 mmHg dengan nilai minimum 100 dan maksimum 150.

Rata-rata tekanan darah diastolik responden pada kelompok intervensi pada saat pretest adalah 86,00 mmHg dengan nilai minimum 70 dan maksimum 100. Sedangkan saat posttest adalah 74,67 mmHg dengan nilai minimum 60 dan maksimum 90.

2. Perbedaan rata-rata tekanan darah pada lansia dengan hipertensi sebelum dan sesudah diberikan senam jantung sehat pada kelompok kontrol di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan.

Perbedaan rata-rata tekanan darah pada lansia dengan hipertensi sebelum dan sesudah diberikan senam jantung sehat pada kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 5.4 dibawah ini :

Tabel 5.4

Gambaran Perbedaan Rerata Tekanan Darah Responden Menurut Pengukuran Minggu Pertama dan Minggu Ketiga Pada Kelompok

Kontrol (n=15)

Variabel Kelompok Kontrol

Mean SD Min-Maks

TDS Pretest 146,00 12,421 130-160 Posttest 148,00 12,649 130-170 TDD Pretest 89,33 13,345 60-120

Posttest 90,00 15,119 60-120 Keterangan : TDD = Tekanan Darah Sistolik

TDS = Tekanan Darah Diastolik

Berdasarkan tabel 5.4 rata-rata tekanan darah sistolik responden pada kelompok kontrol pada saat pretest adalah 146,00 mmHg dengan

nilai minimum 130 dan maksimum 160. Sedangkan saat posttest adalah 148,00 mmHg dengan nilai minimum 130 dan maksimum 170.

Rata-rata tekanan darah diastolik responden pada kelompok intervensi pada saat pretest adalah 89,33 mmHg dengan nilai minimum 60 dan maksimum 120. Sedangkan saat posttest adalah 90,00 mmHg dengan nilai minimum 60 dan maksimum 120.

3. Perbedaan rata-rata tekanan darah lansia dengan hipertensi sebelum dan sesudah pada kelompok intervensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan.

Perbedaan rata-rata tekanan darah lansia dengan hipertensi pada kelompok intervensi dapat dilihat pada tabel 5.5 dibawah ini :

Tabel 5.5

Gambaran Perbedaan Rerata Tekanan Darah Lansia dengan Hipertensi Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Intervensi (n=15)

Variabel Paired Difference P

Value t Eta Mean SD Mean SD 95% CI TDS Pretest 141,33 9,904 -19,333 11,629 -25,773- -12,893 <0,001 -6,439 0,73 Posttest 122,00 10,823 TDD Pretest 86,00 9,103 -11,333 12,459 -18,233- -4,434 0,003 -3,523 0,45 Posttest 74,67 7,432

Keterangan : TDD = Tekanan Darah Sistolik TDS = Tekanan Darah Diastolik

Berdasarkan Tabel 5.5 diatas menjelaskan bahwa adanya pengaruh olahraga senam jantung sehat terhadap tekanan darah pada usia lanjut dengan hipertensi. Rata-rata tekanan darah responden pada kelompok

intervensi, tekanan darah sistolik sebelum melakukan intervensi senam jantung sehat adalah 141,33mmHg dengan standar deviasi 9,904, sedangkan setelah melakukan intervensi adalah 122,00 mmHg dengan SD 10,823. Rata-rata perbedaan nilai tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah intervensi adalah -19,333 dengan standar deviasi 11,629. Hasil uji statistik nilai P= 0,000. Dari segi kekuatan pengaruhnya, didapatkan nilai Eta sebesar 0,73 ( Eta > 0,14 , menurut Woodrow, 2014) menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang kuat antara senam jantung sehat terhadap penurunan tekanan darah.

Rata-rata tekanan darah responden pada kelompok intervensi , tekanan darah diastolik sebelum melakukan intervensi senam jantung sehat adalah 86,00 mmHg dengan standar deviasi 9,103, sedangkan setelah melakukan intervensi adalah 74,67 mmHg dengan SD 7,432. Rata-rata perbedaan nilai tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah intervensi adalah -11,333 dengan satndar deviasi 12,459. Hasil uji statistik nilai P= 0,003. Dari segi kekuatan pengaruhnya, didapatkan nilai Eta sebesar 0,45 ( Eta > 0,14 , menurut Woodrow 2014) menunjukan bahwa terdapat penagruh yang kuat antara senam jantung sehat terhadap penurunan tekanan darah.

4. Perbedaan rata-rata tekanan darah lansia dengan hipertensi sebelum dan sesudah pada kelompok intervensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan.

Perbedaan rata-rata tekanan darah lansia dengan hipertensi pada kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 5.6 dibawah ini :

Tabel 5.6

GambaranPerbedaan Rerata Tekanan Darah Lansia dengan Hipertensi Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Kontrol (n=15)

Variabel Paired Difference P

Value t Eta Mean SD Mean SD 95% CI TDS Pretest 146,00 12,421 2,000 13,732 – 5,605 - 9,605 0,582 0,564 0,02 Posttest 148,00 12,649 TDD Pretest 89,33 13,345 ,667 13,345 – 6,724 - 8,507 0,849 0,193 0,002 Posttest 90,00 15,119

Keterangan : TDD = Tekanan Darah Sistolik TDS = Tekanan Darah Diastolik

Berdasarkan Tabel 5.6 diatas menjelaskan bahwa tidak adanya pengaruh olahraga senam jantung sehat terhadap tekanan darah pada usia lanjut dengan hipertensi. Rata-rata tekanan darah responden pada kelompok kontrol, tekanan darah sistolik sebelum adalah 146,00 mmHg dengan standar deviasi 12,421, sedangkan setelah melakukan intervensi adalah 148,00 mmHg dengan SD 12,649. Rata-rata perbedaan nilai tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah intervensi adalah 2,000 dengan standar deviasi 13,732. Hasil uji statistik nilai P= 0,582.

Rata-rata tekanan darah responden pada kelompok intervensi , tekanan darah diastolik sebelum melakukan intervensi senam jantung sehat adalah 89,33 mmHg dengan standar deviasi 13,345, sedangkan

setelah melakukan intervensi adalah 90,00 mmHg dengan SD 15,119. Rata-rata perbedaan nilai tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah intervensi adalah0,667 dengan satndar deviasi 13,345. Hasil uji statistik nilai P= 0,849.

5. Perbedaan tekanan darah lansia dengan hipertensi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan.

Perbedaantekanan darah lansia dengan hipertensi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 5.7 dibawah ini :

Tabel 5.7

Gambaran Perbedaan Selisih RerataTekanan Darah Responden pada Kelompok Intervensi dan Kontrol

Variabel Kelompok intervensi Kelompok kontrol 95% CI P value T Eta Mean SD Mean SD TDS -19,33 11,629 2,00 13,732 -30,851 – -11,816 <0,001 -4,592 0,429 TDD -11,33 12,459 0,67 13,345 -21,656 – -2,344 0,017 -2,546 0,187

Keterangan : TDD = Tekanan Darah Sistolik TDS = Tekanan Darah Diastolik

Berdasarkan hasil tabel 5.7 rata-rata selisih tekanan darah sistolik pada minggu ke-3 dengan minggu ke-1 pada kelompok intervensi adalah -19,33 mmHg , sedangkan pada kelompok kontrolrata-rata selisih tekanan darah sistolik pada minggu ke-3 dengan minggu ke-1 adalah 2,00 mmHg. Hasil uji statistik didapatkan bahwa nilai P= 0,000,

dapat diartikan pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan antara tekanan darah sistolik pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Dari segi kekuatan pengaruhnya, didapatkan nilai Eta sebesar 0,429 ( Eta > 0,14 , menurut Woodrow, 2014) menunjukan bahwa terdapat penagruh yang kuat antara tekanan darah sistolik pada kelompok intervensi dan kontrol.

Rata-rata selisih tekanan darah diastolik pada minggu ke - 1 dengan minggu ke-3 pada kelompok intervensi adalah -11,33 mmHg, sedangkan pada kelompok kontrolrata-rata selisih tekanan darah sistolik pada minggu ke 1 dengan minggu ke 3 adalah 0,67 mmHg. Hasil uji statistik didapatkan bahwa nilai P= 0,017, dapat diartikan pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan antara tekanan darah diastolik pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.Dari segi kekuatan pengaruhnya, didapatkan nilai Eta sebesar 0,187 ( Eta > 0,14 , menurut Woodrow, 2014) menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang kuat antara tekanan darah diastolik pada kelompok intervensi dan kontrol.

BAB VI

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan interpretasi dan diskusi hasil penelitian yang akan dipaparkan berdasarkan tujuan penelitian yaitu, mengetahui karakteristik responden, mengetahui gambaran tekanan darah lansia dengan hipertensi pretest dan posttest pada kelompok intervensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan, mengetahui karakteristik responde, mengetahui gambaran tekanan darah lansia dengan hipertensi pretest dan posttest pada kelompok kontrol di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan, mengetahui perbedaan tekanan darah lansia dengan hipertensi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan, dan mengetahui adakah pengaruh senam jantung sehat terhadap tekanan darah lansia dengan hipertensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan.

A. Interpretasi Hasil Penelitian

1. Analisa Univariat

a. Karakteristik Responden

Karakteristik responden pada penelitian ini adalah usia, berat badan, jenis kelamin.

1) Usia

Dilihat darihasil distribusi frekuensi responden berdasarkan usia terhadap lansia dengan hipertensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan didapatkan bahwa rata-rata usia

responden pada kelompok intervensi adalah 70,13 tahun dengan usia termuda adalah 60 tahun dan usia tertua adalah 79 tahun. Sedangkan rata-rata usia responden pada kelompok kontrol adalah 78,47 tahun dengan usia termuda adalah 61 tahun dan usia tertua adalah 85 tahun.

Hasil penelitian peneliti juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Sugiharto (2007) bahwa antara responden pada kelompok usia 25-35 tahun ibandingkan dengan umur 56-65 tahun, terbukti bahwa umur 56-65 tahun memiliki faktor resiko hipertensi lebih tinggi dengan nilai p= 0,0001.

Menurut penelitian Lewa (2010) yang juga mendukung hasil penelitian yang dilakukan peneliti yaitu terdapat suatu faktor resiko kardiovaskular pada hipertensi sistolik sebesar 1% dari populasi usia 55 tahun di Amerika Serikat, 5% pada usia 60 tahun, 12,5% pada usia 70 tahun dan 23,6% pada usia 75-80 tahun .

Responden pada penelitian ini adalah usia lanjut yang berusia ≥ 60 tahun. Hal ini dikarenakan kejadian hipertensi semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Menurut Jagadeesh (2013) peningkatan tekanan darah pada usia lanjut disebabkan karena berkurangnya elastisitas arteri sentral. Peningkatan tekanan darah diastolik disebabkan karena konstriksi dari penyempitan arteri, sedangkan peningkatan tekanan darah sistolik disebabkan karena menurunnya

kemampuan distensi dari pelebaran arteri, terutama pada aorta. Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer yang bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan pada usia lanjut diantaranya adalah aterosklerosis, dimana elastisitas jaringan ikat hilang dan terjadi penurunan relaksasi otot polos pembuluh darah, yang menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Akibatnya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasikan volume darah yang dipompa oleh jantung sehingga terjadi penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).

Oleh karena itu, menurut pendapat peneliti bahwa usia >60 tahun lebih banyak mengalami resiko kardiovaskular dan mengalami hipertensi dikarenakan terjadi perubahan struktural dan fungsional pada lansia. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa usia mempengaruhi peningkatan tekanan darah terutama pada usia lanjut.

2) Berat Badan

Dilihat hasil distribusi frekuensi responden berdasarkan berat badan terhadap lansia dengan hipertensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan didapatkan bahwa rata- rata berat badan responden pada kelompok intervensi adalah 62

kg dengan berat badan terendah adalah 48 kg dan berat badan tertingi adalah 70 kg. Sedangkan rata-rata berat badan responden pada kelompok kontrol adalah 55,33 kg dengan berat badan terendah adalah 45 kg dan berat badan tertinngi adalah 80 kg.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sugiharto (2007) dimana yang mengalami resiko hipertensi adalah responden yang memiliki obesitas. Responden obesitas yang mengalami hipertensi terdapat 51 orang (32,9%) dan yang tidak mengalami hipertensi 30 orang (19,4%) dengan p= 0,007.

Penelitian yang dilakukan oleh Diana (2015) menyatakan bahwa individu yang memiliki obesitas mengalami hipertensi sebanyak 48 orang dari total 61 responden. Sedangkan yang mengalami berat badan normal yang mengalami hipertensi sebesar 31 dari total 85 responden. Oleh karena itu, peneliti berpendapat bahwa berat badan mempengaruhi peningkatan tekanan darah.

Hasil penelitian juga didukung oleh penelitian Lilyasari (2007) disebutkan bahwa pada lebih dari 50% subyek terjadi penurunan tekanan diastolik sebesar 1-2 mmHg dan pada tekanan diastolik terjadi penurunan sebesar 1-4 mmHg setiap kilogram penurunan berat badan.

Berat badan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah. Individu dengan obesitas cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi dibandingkan dengan berat badan normal (wilson, 2009). Hipertensi dan obesitas saling berkaitan erat, walaupun mekanisme obesitas yang berhubungan dengan hipertensi masih belum jelas. Tekanan darah akan meningkat jika terjadi peningkatan curah jantung dan tahanan perifer (Peripheral resistance). Jumlah lemak dan distribusi lemak juga menentukan resiko yang berhubungan dengan obesitas. Lemak abdominal atau lemak viseral berhubungan dengan resiko penyakit kardiovaskular. Kenaikan tekanan darah dikaitkan dengan penumpukan lemak yang dapat mengakibatkan pembuluh darah tersumbat sehingga terjadi peningkatan kerja jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh untuk memasok oksigen dan makan ke jaringan-jaringan tubuh sehingga menyebabkan tekanan arteri meningkat (Marliana & Tantan, 2007).

Peneliti berpendapat bahwa salah satu yang mempengaruhi tekanan darah adalah berat badan. Seseorang yang mengalami obesitas lebih cenderung mengalami hipertensi dibandingkan berat badan yang normal. Salah satu cara untuk menurunkan tekanan darah adalah dengan penurunan berat badan. Hal ini dibuktikan oleh penelitian bahwa sebanyak 50% subyek terjadi

penurunan sistolik sebesar 1-2 mmHg dan diastolik 1-4 mmHg setiap kilogram penurunan berat badan.

3) Jenis Kelamin

Hasil distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin terhadap lansia dengan hipertensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan didapatkan bahwa jenis kelamin responden pada kelompok intervensi adalah 80% responden perempuan dan 20% responden laki-laki. Sedangkan jenis kelamin responden pada kelompok kontrol terdapat 86,7% responden adalah perempuan dan 13,3% responden adalah laki-laki. Total seluruh responden adalah 30 responden, 83% responden adalah perempuan sedangkan 16,7% responden adalah laki-laki.

Hasil penelitian sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Arif (2013) menyatakan bahwa responden yang memiliki jenis kelamin wanita yang memiliki hipertensi sebesar 53,57% sedangkan pada jenis kelamin laki-laki yang memiliki hipertensi sebesar 46,51% pada usia ≥ 60 tahun.

Peneliti berpendapat bahwa jenis kelamin dapat mempengaruhi tekanan darah yang dapat dikaitkan dengan usia individu. Terdapat perbedaan jenis kelamin dalam hubungannya antara usia dan tekanan darah sistolik. Pria memiliki tekanan darah sistolik lebih tinggi dibandingkan

wanita selama dewasa awal dan dewasa tengah, sedangkan wanita cenderung memiliki tingkat tekanan darah sistolik lebih tinggi setelah dekade keenam (Joseph, 2008).

Setelah menopause, hipertensi pada wanita lebih tinggi daripada pria, dengan 41% dari wanita menopause mengalami hipertensi. Di seluruh dunia, wanita dewasa yang mengalami hipertensi sebesar 25%. salah satu mekanisme peningkatan tekanan darah pada wanita menopause adalah aktivasi sistem renin angiotensin (SAR). Pada wanita postmenopause terjadi peningkatan aktivitas renin plasma, yang menunjukan aktivitas SAR. Selain itu, mungkin terdapat komponen genetik dari SARyang memberikan kontribusi untuk hipertensi pada wanita menopause, seperti polimorfisme gen renin dan tertentu yang terkait dengan hipeertensi pada wanita yang berusia 40 tahun sampai 70 tahun tapi tidak pada pria. Dengan demikian, SAR dapat berkontribusi dalam mekanisme hipertensi namun bukan sebagai satu-satunya mediator. sebaliknya, aktivasi SAR disebabkan oleh mediasi androgen yang meningkatkan angiotensinogen dan bisa menyebabkan peningkatan endhotelin, sebagai Ang II merangsang sintesis endotelin. Peningkatan endotelin juga merupakan faktor disfungsi endotel yang terjadi pada penuaan. Pada akhirnya, kedua endotelin dan Ang II dapat berkontribusi teerhadap stress oksidatif. Akibat dari stress oksidatif adalah pengurangan NO. Pada wanita

pascamenopause peningkatan stress oksidatif sebagai penanda pada wanita pascamenopause. Stress oksidatif telah terbukti dapat meningkatkan tekanan darah dengan mengurangi bioviabilitas vasodilator yaitu NO ( Lima, 2012). Menurut Lippincott (2008) Pengurangan produksi bioavailabilitas NO dapat menyebabkan pembuluh darah menjadi kontriksi dan menghambat vasodilatasi. Blokade sintesis NO dengan inhibitor akan menaikan tekanan darah.

2. ANALISA BIVARIAT

a. Perbedaan Tekanan Darah pada Kelompok Intervensi dan

Kontrol

Perbedaan tekanan darah lansia pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan, memiliki rata-rata selisih tekanan darah sistolik pada minggu ke-3 dengan minggu ke-1 pada kelompok intervensi adalah -19,33 mmHg dengan standar deviasi 11,629 , sedangkan pada kelompok kontrolrata- rata selisih tekanan darah sistolik pada minggu ke-3 dengan minggu ke-1 adalah 2,00 mmHg dengan standar deviasi 13,732. Hasil uji statistik didapatkan bahwa nilai P= 0,000, dapat diartikan pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan antara tekanan darah sistolik pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan nilai Eta 0,429 menunjukan bahwa terdapat penagruh yang kuat antara tekanan darah sistolik pada kelompok intervensi dan kontrol.

Rata-rata selisih tekanan darah diastolik pada minggu ke - 1 dengan minggu ke-3 pada kelompok intervensi adalah -11,33 mmHg dengan standar deviasi 12,459 , sedangkan pada kelompok kontrolrata- rata selisih tekanan darah sistolik pada minggu ke 1 dengan minggu ke 3 adalah 0,67 mmHg dengan standar deviasi 13,345. Hasil uji statistik didapatkan bahwa nilai P= 0,017, dapat diartikan pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan antara tekanan darah diastolik pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Hasil ini sesuai dengan penelitian Margiyati (2010) menyatakan bahwa setelah dilakukan intervensi selama 6 minggu pada kelompok perlakuan dan ditemukan adanya perbedaan bermakna pada tekanan darah sistolik, diastolik dan arteri rata-rata antar kelompok dengan p < 0,05.

Darmojo (2006) menjelaskan bahwa peningkatan oksigen dan glukosa dapat untuk membentuk ATP dapat dilakukan dengan olahraga. Olahraga menyebabkan pembuluh darah mengalami pelebaran (vasodilatasi) serta terbukanya pembuluh darah yang belum terbuka sehingga aliran darah ke sel dan jaringan meningkat. Hal ini juga sesuai dengan teori Smolin (2009) yang menjelaskan bahwa olahraga aerobik seperti senam jantung sehat seri 1 dapat menurunkan resiko atherosklerosis dengan memperkuat otot jantung dimana denyut jantung mengalami penurunan dan mengurangi kerja jantung. Hal itu bisa menurunkan tekanan darah dan meningkatkan level kolesterol

HDL (yang sehat) dalam darah, yang keduanya mengurangi resiko atherosclerosis.

b. Pengaruh Senam Jantung Sehat terhadap Tekanan darah

Berdasarkan hasil penelitian pada kelompok intervensi, Rata-rata perbedaan nilai tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah intervensi adalah 19,333. Hasil uji statistik menyatakan terdapat pengaruh senam terhadap tekanan darah dengan nilai P= 0,000 dan nilai Eta 0,73.

Rata-rata tekanan darah responden pada kelompok intervensi, Rata-rata perbedaan nilai tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah intervensi adalah 11,333. Hasil uji statistik menyatakan terdapat pengaruh senam terhadap tekanan darahdengan nilai P= 0,003 dan nilai Eta 0,45.

Rata-rata tekanan darah responden pada kelompok kontrol, Rata- rata perbedaan nilai tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah intervensi adalah -2,000. Hasil uji statistik menyatakan terdapat pengaruh senam terhadap tekanan darah dengan nilai P= 0,582.

Rata-rata tekanan darah responden pada kelompok intervensi, Rata-rata perbedaan nilai tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah intervensi adalah -0,667. Hasil uji statistik menyatakan terdapat pengaruh senam terhadap tekanan darah dengan nilai P= 0,849.

Hasil penelitian ini sama seperti penelitian margiyati (2010) dalam thesis nya bahwa senam dapat menurunkan tekanan darah sistolik,tekanan darah diastolik dan tekanan darah arteri rata-rata.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Moniaga (2013) bahwa senam bugar lansia dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Namun dari hasil penelitian Moniaga (2013) tekanan darah diastolik responden mengalami peningkatan dengan p=0,436. Hal ini disebakan menurut Kellen dan Tran (2001) menyatakan bahwa peningkatan dan penurunan tekanan darah diastolik dipengaruhi oleh lamanya waktu istirahat sebelum dan setelah dilakukan senam serta besar dan lamanya penggunaan oksigen maksimum saat senam dilakukan.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori Dalimartha (2007) yang menjelaskan bahwa peningkatan kegiatan fisik atau berolahraga secara teratur dapat menurunkan tekanan darah, mengurangi resiko stroke, serangan jantung dan penyakit pembuluh darah lainnya. Olahraga rata-rata menurunkan tekanan darah 5-7 mmHg serta pengaruh dari penurunan tekanan darah ini dapat berlangsung sampai 22 jam setelah olahraga. Penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik sebanyak 2 mmHg, dapat mengurangi resiko terhadap stroke sampai 14-17% dan menurunkan resiko terhadap penyakit kardiovaskular sebesar 9%.

Oleh karena itu, peneliti berpendapat bahwa penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik berhubungan dengan penurunan tahanan perifer. Pendapat peneliti didukung oleh teori yang menyatakan bahwa penurunan tahanan perifer dijelaskan dari beberapa mekanisme yaitu aktivitas sistem saraf simpatik, respon vaskular, hiperinsulinemia dan

resistensi insulin, serta sistem renin-angiotensin yang akhirnya akan menurunkan tekanan darah.

3. KETERBATASAN PENELITIAN

Peneliti menyadari banyak terdapat kekurangan dalam penelitian ini, hal ini disebabkan karena adanya beberapa keterbatasan dalam pelaksanan penelitian ini, diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Adanya responden yang drop out dalam waktu penelitian selama 3 minggu dikarenakan responden ada yang mengalami sakit saat proses penelitian berlangsung. Responden yang drop out sebanyak 3 orang b. Peneliti tidak bisa menghomogenkan secara keseluruhan faktor yang

dapat mempengaruhi tekanan darah diantaranya yaitu responden yang diambil terdiri dari laki-laki dan perempuan, dikarenakan jumlah responden yang masuk kriteria inklusi dan ekslusi terbatas.

c. Dalam pelaksanaannya PSTW sudah rutin melakukan senam. kelompok dalam penelitian ini diantaranya terdiri dari kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Oleh karena itu, Karena berbagai keterbatasan dari SDM lansia di PSTW terseb utntuk kelompok kontrol tidak diberikan intervensi sebagai pembanding senam jantung sehat yang dilakukan oleh kelompok intervensi.

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait