• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Senam Jantung Sehat terhadap Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Senam Jantung Sehat terhadap Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SENAM JANTUNG SEHAT TERHADAP

TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI PSTW

BUDI MULIA 03 MARGAGUNA JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH :

PUSPA AYU PRIADI

NIM : 1112104000028

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

RIWAYAT HIDUP

Nama : Puspa Ayu Priadi

Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 26 Mei 1995 Status Pernikahan : Belum Menikah

NIM : 1112104000028

Alamat : Jl. H. Umar Rt 004/02 No. 57 kelurahan Karang Tengah, Tangerang

Jenis kelamin : Perempuan Telepon : 089611639270

Email : puspaayupriadi26@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

(7)

vii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Mei 2016

Puspa Ayu Priadi, NIM 1112104000028

Pengaruh Senam Jantung Sehat terhadap Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan

xvii + 79 halaman + 11 tabel + 3 bagan + 7 lampiran ABSTRAK

Hipertensi adalah salah satu masalah kardiovaskular yang sering terjadi pada lansia. Pengendalian hipertensi pada usia lanjut salah satunya adalah dengan olahraga senam jantung sehat seri 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh senam jantung sehat terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan desain Quasi Experiment dengan control group. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan 30 responden yang terbagi menjadi 15 responden kelompok intervensi dan 15 responden kelompok kontrol. Pemberian intervensi selama 3 minggu. Perbedaan tekanan darah pada masing-masing kelompok diuji dengan uji t berpasangan dan perbedaan tekanan darah antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol diuji dengan uji t independent. Hasil penelitian ini menunjukan terdapat pengaruh antara senam jantung sehat dengan tekanan darah pada kelompok intervensi pada sebelum dan sesudah senam jantung sehat dengan p value tekanan darah sistolik (0,000), p value tekanan darah diastolik (0,003) dan terjadi penurunan tekanan darah selama 3 minggu pada tekanan darah sistolik sebesar 19,33 mmHg dan pada tekanan darah diastolik 11,33 mmHg. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak terdapat pengaruh pada tekanan darah dengan p value tekanan darah sistolik (0,582) dan p value tekanan darah diastolik (0,849). Penelitian ini diharapkan bisa menjadi pertimbangan bagi PSTW untuk bisa menjadikan senam jantung sehat seri 1 sebagai program pengendalian hipertensi dan diharapkan bagi penelitian selanjutnya agar memberikan intervensi pada kelompok kontrol agar dapat dievaluasi penurunan tekanan darah pada kedua kelompok.

(8)

viii

FACULTY OF MEDICINES AND HEALTH SCIENCE MAJOR OF NURSING SCIENCE

SYARIF HIDAYATULLAH STATE UNIVERSITY JAKARTA Thesis, Mei 2016

PuspaAyuPriadi, NIM 1112104000028

The Effect of Cardio Gymnasticsto the Elderly’s Blood Pressure with

Hypertension at PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan xvii + 79 pages + 11 tables + 3 charts + 7 attachments

ABSTRACT

Hypertension is cardiovaskular system problem, which usually happens to the elderly. One of other ways to control hypertension is sport. The elderly likes to do sport, especially that is related to cardio. It is called cardio gymnasticstipe 1. This research aimed to identify the effect of cardio exercise to elderly’s blood pressure at PSTW Budi Mulia 03 Margaguna South Jakarta. This research used a quasi-experiment design with control group. Sampling technique used is Purposive Sampling with 30 responden which are divided into 15 respondents as intervention group and 15 respondentsas control group. The intervention takes for 3 weeks. The difference of blood pressure in each group is experimented using paired t test and the difference of blood pressure between the control and intervention groups tested withindependent t test. The result of this study shows that there is influence between cardio exercise with blood pressure in intervened group before and after they exercise with with p value of systolic blood pressure (0,000) p value of diastolic blood pressure (0,003). Besides, it is also found that there is a reduction of blood pressure for 3 weeks for 19,33 mmHg in systolic blood pressure and 11,33 mmHg in diastolic blood pressure. Meanwhile, it has not any influence in the controlled group with p value of systolic blood pressure (0,582) and p value of diatolic blood pressure (0,849). Hopefully, the research can be a consideration for PSTW to make cardio gymnasticstipe 1 as a preventive program for hypertension. Moreover, the next research can give more intervention to the controlled group so that the reduction of two groups blood pressure can be evaluated.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta salawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Pengaruh Senam Jantung Sehat terhadapTekanan Darah pada Lansia Hipertensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan” yang disusun dan diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjanakeperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Syarif Hidayatullah Jakarta.

Peneliti telah berusaha untuk menyusun skripsi ini dengan benar dan sistematik sehingga dapat dipahami. Namun, banyak kesulitan dan hambatan yang peneliti hadapi sehingga peneliti bahwa penyajian skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan peneliti. Oleh karena itu segala kritik dan saran sangat berguna untuk menyempurnakan skripsi ini. Dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung atau tidak langsung membuat peneliti dapat mnyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu dan sebaik-baiknya. Peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang Tua saya, Bapak Saat Supriyadi dan Ibu Yayuk Wandira yang telah mendidik, mendukung dan memberikan segala kasih dan sayang serta yang selalu mendoakan tiada henti untuk keberhasilan dari peneliti.

2. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc, selaku Ketua Program Studi dan Ibu Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Maftuhah, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing Akademik, terimakasih yang sebesar-besarnya karena telah melungkan waktu untuk memberi arahan dan bimbingan dan menjadi tempat mencurahkan keluh kesah dan memberi motivasi selama 4 tahun duduk dibangku kuliah.

(10)

x

6. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep.,M.KMdan Bapak Jamaludin S.Kp, M.Kep, selaku Dosen Penguji skripsi, saya mengucapkan terimakasih atas kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

7. Teman-teman FKIK 2009-2015, PSIK 2012 dan teman-teman satu tempat penelitian terimakasih atas dukungan, motivasi dan canda tawa yang membuat penulis menjadi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Terkhusus untuk Widiya Nailaufar dan Rahma Dwi Syukrini, terimakasih karena telah ada hampir disetiap peneliti mengalami senang dan kesusahan dalam skripsi ini. Untuk Nur Indah Ritonga maafkan peneliti karena membuat indah menjadi kesusahan dan terimakasih banyak karena sudah membantu dalam mengurus surat penelitian untuk skripsi ini.

8. Segenap Staf pengajar dan karyawan di lingkungan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada saya selama duduk dibangku kuliah.

9. Segenap jajaran staf dan karyawan akademik serta Perpustakaan Fakultas yang telah banyak membantu dalam pengumpulan referensi-referensi sebagai rujukan skripsi ini.

10.Pihak PSTW Budi Mulia 03 margaguna Jakarta Selatan yang telah memberikan perizinan untuk melakukan penelitian

Peneliti berharap kritik dan saran untuk memperbaiki skripsi ini. Peneliti berharap smoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Jakarta, januari 2016

(11)

xi

C. Pertanyaan Penelitian ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

1. Pengertian Tekanan Darah ... 10

2. Pengukuran tekanan darah ... 10

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah ... 11

B. Hipertensi ... 13

(12)

xii

2. Klasifikasi Hipertensi ... 14

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC* VII, 2003 ... 14

Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi Menurut Baradero ... 14

Tabel 2.3 Klasifikasi Menurut WHO-ISH ... 15

3. Etiologi Hipertensi ... 15

4. Manifestasi Klinis Hipertensi ... 17

5. Patofisiologi Hipertensi... 18

6. Komplikasi Hipertensi ... 19

7. Penatalaksanaan Hipertensi... 20

C. Lansia ... 23

1. Pengertian lansia ... 23

2. Klasifikasi Lansia ... 24

3. Tugas Perkembangan Lansia ... 25

D. Senam Jantung Sehat ... 26

1. Pengertian Senam Jantung Sehat ... 26

2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan senam ... 26

3. Gerakan senam jantung sehat ... 27

4. Ketentuan-ketentuan dalam latihan fisik pada lansia adalah : ... 28

5. Waktu Pengukuran Tekanan setelah Senam Jantung Sehat ... 29

6. Pengaruh Senam terhadap Penurunan Tekanan Darah ... 30

E. Penelitian Terkait ... 34

F. Kerangka teori ... 35

BAB III ... 36

KERANGKA KONSEP, HIPOTESA DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 36

A. Kerangka Konsep ... 36

B. Definisi Operasional ... 37

(13)

xiii

D. Populasi dan Sampel ... 40

1. Populasi ... 40

2. Sampel... 40

E. Instrumen Pengumpulan Data ... 42

F. Langkah-langkah pengumpulan data ... 45

G. Prosedur Intervensi ... 46

H. Pengolahan Data ... 50

I. Analisa Data ... 51

J. Etika Penelitian ... 54

BAB V ... 56

HASIL PENELITIAN ... 56

A. Hasil Analisa Univariat ... 56

B. Hasil Analisa Bivariat ... 58

BAB VI ... 65

PEMBAHASAN ... 65

3. KETERBATASAN PENELITIAN ... 76

BAB VII ... 77

KESIMPULAN DAN SARAN ... 77

A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 78 DAFTAR PUSTAKA

(14)

xiv

DAFTAR SINGKATAN

UIN : Universitas Islam Negeri PSTW : Panti Sosial Tresna Werdha WBS : Warga Binaan Sosial TDS : Tekanan Darah Sistolik TDD : Tekanan Darah Diastolik NE : Norepinefrin

NO : Nitrat Oxide SD : Standar Deviasi

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC*VII, 2003 --- 14

Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi Menurut Baradero --- 14

Tabel 2.3 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO-ISH --- 15

Tabel 3.1 Definisi Operasional--- 37

Tabel 5.1 Gambaran karakteristik responden berdasarkan usia dan berat badan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol --- 56

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada Kelompok intervensi dan kelompok kontrol --- 57

Tabel 5.3 Gambaran Perbedaan Rerata Tekanan Darah Responden Menurut Pengukuran Minggu Pertama dan Minggu Ketiga Pada Kelompok Intervensi --- 58

Tabel 5.4 Gambaran Perbedaan RerataTekanan Darah Responden Menurut Pengukuran Minggu Pertama dan Minggu Ketiga Pada Kelompok Kontrol --- 59

Tabel 5.5 Gambaran Perbedaan Rerata Tekanan Darah Lansia dengan Hipertensi Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Intervensi --- 60

Tabel 5.6 Gambaran Perbedaan Rerata Tekanan Darah Lansia dengan Hipertensi Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Kontrol --- 62

(16)

xvi

DAFTAR BAGAN

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumen Perizinan

Lampiran 2. Lembar Informed Consent responden

Lampiran 3. Lembar observasi Gerakan Senam Jantung Sehat

Lampiran 4. Lembar Observasi Tekanan darah

Lmapiran 5. Absensi kelompok Intervensi dan Kontrol

Lampiran 6. Hasil Olahan SPSS Univariat

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Lansia adalah suatu bagian dari proses tumbuh kembang manusia. Lansia bukan suatu penyakit, namun suatu tahap lanjut dari proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Menurut WHO, klasifikasi lansia meliputi usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lansia (elderly) 60-74 tahun, lansia tua (old) 75-90 tahun dan lansia sangat tua (very old) diatas 90 tahun (Nugroho, 2009).

Jumlah populasi lansia di Indonesia semakin bertambah banyak setiap tahunnya, pada tahun 2007 diperkirakan 18 juta orang. Pada tahun 2015 jumlah lansia diperkirakan mencapai 24,5 juta orang dan jumlahnya akan sama dengan jumlah balita. Jumlah populasi lansia pada tahun 2020 diproyeksikan akan melebihi jumlah balita, pada tahun 2025 Indonesia akan menduduki peringkat negara ke-4 setelah RRC, India, dan Amerika Serikat. Peningkatan jumlah populasi lansia dikarenakan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang kedokteran dalam meningkatkan kualitas hidup dan menjadikan usia harapan hidup semakin meningkat (Nugroho, 2009).

Meningkatnya usia harapan hidup lansia, pemerintah dan masyarakat mulai memperhatikan masalah pada lansia. Hal ini merupakan konsekuensi terhadap berhasilnya pembangunan, yaitu bertambahnya usia harapan hidup dan pertambahan jumlah lansia di Indonesia (Maryam dkk,

(19)

2008). Adanya kemajuan era globalisasi, terjadi masalah pada lansia yaitu peningkatan insiden penyakit kronis pada lansia meliputi penyakit jantung pembuluh darah, tekanan darah tinggi, diabetes melitus, rematik dan sebagainya akibat gaya hidup yang tidak baik dan menetap sehingga angka kesakitan pada lansia meningkat (Khomarun, Wahyuni Nugroho, 2013).

Masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia salah satunya terjadi pada sistem kardiovaskular. Katup mitral dan aorta jantung mengalami penebalan dan menjadi lebih kaku dan lebih lambat dalam kontraktilitas terhadap respon stress. Peningkatan frekuensi jantung terhadap respon stress menjadi berkurang, untuk mengompensasi adanya masalah frekuensi jantung maka terjadi peningkatan isi sekuncup, sehingga curah jantung meningkat dan mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan darah (hipertensi) pada lansia (Maryam dkk, 2008).

(20)

Pengukuran tekanan darah adalah hal yang penting dalam pemeriksaan fisik untuk mengetahui adanya fluktuasi tekanan darah pada lansia. Hal lain yang perlu diperhatikan terhadap lansia dengan hipertensi adalah pengobatan yang tepat, dapat dilakukan secara farmakologi dan nonfarmakologi (Tamher, 2009). Lansia umumnya dalam melakukan pengobatan farmakologi tidak dilakukan secara teratur karena alasan tidak menyukai efek samping dan obat yang dikonsumsi.

Pengobatan farmakologi untuk hipertensi diantaranya adalah diuretik, simpatolitik, dan sebagainya (Muttaqin, 2009). Selain pengobatan farmakologi, terdapat pengobatan nonfarmakologi. Pengobatan nonfarmakologi pada lansia salah satunya adalah dengan diajarkan hidup sehat terkait dengan kegiatan aktivitas seperti olahraga pada lansia (Dewi, 2014). Olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong,

membina serta mengembangkan potensi jasmani, rohani dan sosial ( Kementrian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, 2010).

(21)

kegiatan pilihan siswa (Kementrian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, 2010).

Sejalan dengan pertambahan usia penduduk yang melakukan olahraga terus berkurang. Partisipasi olahraga pada kelompok usia yang lebih tua cenderung semakin menurun. Pada penduduk lanjut usia, yaitu kelompok umur 65 tahun ke atas hanya 6,4 persen saja yang melakukan

olahraga, hal ini disebabkan karena keterbatasan fisik pada lansia (Kementrian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, 2010).

Jenis olahraga yang paling sering dilakukan pada usia 65 tahun keatas adalah senam sebesar 9,8 persen. Senam jantung sehat merupakan olahraga aerobik dengan intensitas sedang (Fakhrudin, 2013). Senam jantung sehat adalah olahraga yang tidak besar kendala dalam pelaksanaannya dikarenakan adanya buku petunjuk, pelatih senam jantung sehat dan klub-klub senam jantung sehat yang sudah tersebar di seluruh Indonesia. Senam jantung sehat terdiri dari 5 seri dan tiap seri mempunyai tingkatan beban latihan yang berbeda-beda. Diantara 5 seri tersebut senam jantung sehat yang tepat untuk lansia adalah senam jantung sehat seri 1 (Rohmawati, 2015). Manfaat jika melakukan senam jantung sehat secara teratur, dapat meningkatkan stamina dan aktivitasnya melibatkan fungsi-fungsi tubuh yang penting seperti jantung pembuluh darah dan otot serta saluran pernafasan (Poniman,2006).

(22)

menenangkan sistem saraf simpatikus, dimana bila terjadi penurunan aktivitas simpatik pada pembuluh darah perifer dapat menjadi petunjuk penurunan tekanan darah. Hasil penelitian Rismayanthi jika melakukan senam dengan intensitas sedang, dan lama waktu 20-60 menit serta dilakukan 3 kali sehari dapat menurunkan tekanan darah sistolik pada penderita hipertensi sebesar 3,346% dan menurunkan tekanan diastolik sebesar 4,273%.

Penelitian yang dilakukan Moniaga tahun 2013 bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam bugar lansia terrhadap tekanan darah penderita hipertensi. Jenis penelitian ini tahun 2013 dengan sampel penelitian bejumlah 30 orang yang memenuhi kriteri inklusi. Hasil penelitian menunjukan rata-rata nilai tekanan darah sebelum melakukan perlakuan adalah 152,33/78,67 mmHg dan pada minggu ketiga terjadi penurunan menjadi 136,33/80,00.

(23)

Berdasarkan Latar belakang diatas, yaitu jumlah Warga Binaan Sosial (WBS) di PSTW Budi Mulia 03 ada 230 orang. WBS yang mandiri kurang lebih terdapat 117 orang dan yang dibantu ADL nya kurang lebih terdapat 113. Diantara lansia yang mandiri terdapat kurang lebih 72 orang (62%) yang hipertensi dan kurang lebih 45 orang (38%) normal tekanan darahnya. Hal ini menjadi dasar bagi peneliti untuk melakukan penelitian tentang pengaruh senam terhadap penurunan tekanan darah pada lansia di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan.

B. Rumusan Masalah

Masalah kesehatan yang sering dialami usia lanjut adalah hipertensi. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik leih dari 80 mmHg. Hipertensi dapat menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang mengakibatkan semakin tingginya tekanan darah seseorang.

(24)

sosial. Manfaat dari olahraga salah satunya senam adalah untuk memperlancar peredaran darah ke seluruh tubuh.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti “Pengaruh Senam Jantung Sehat terhadap Tekanan Darah pada Lansia

Hipertensi di PSTW Budi Mulia 04 Margaguna Jakarta “.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Apakah ada pengaruh antara senam jantung sehat terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi ?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan umum

1. Mengetahui pengaruh senam jantung sehat terhadap tekanan darah pada lanjut usia yang mengalami hipertensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta.

Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui gambaran karakteristik hipertensi lanjut usia di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta.

2. Untuk mengetahui gambaran tekanan darah pretest dan posttest pada kelompok intervensi (perlakuan) di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta.

(25)

4. Mengetahui adanya pengaruh tekanan darah pada kelompok intervensi dan kontrol di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta.

5. Mengetahui perbedaan tekanan darah antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi klien

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang pengaruh senam jantung sehat terhadap penurunan tekanan darah pada lanjut usia dan sebagai acuan bagi lanjut usia untuk meningkatkan derajat kesehatan yang lebih baik.

2. Bagi Institusi Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan dibidang keperawatan mengenai pengaruh senam jantung sehat terhadap penurunan tekanan darah pada lansia yang mengalami hipertensi. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi pengetahuan bagi profesi keperawatan untuk bisa memberikan asuhan keperawatan khususnya pada lansia untuk meningkatkan kemandirian dan kesehatan pada lansia.

3. Bagi Peneliti selanjutnya

(26)

F. Ruang Lingkup

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tekanan Darah

1. Pengertian Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap pembuluh darah (Ronny, 2009). Menurut Sherwood (2011) tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh dinding pembuluh darah dan bergantung pada volume darah yang terkandung didalam pembuluh darah dan compliance, atau distensibilitas dinding pembuluh darah (seberapa mudah pembuluh darah dapat diregangkan). Tekanan darah dibedakan menjadi tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Tekanan sistolik adalah tekanan maksimal yang ditimbulkan pada arteri sewaktu darah disemprotkan ke dalam pembuluh, rerata tekanan sistolik adalah 120 mmHg. Tekanan diastolik adalah tekanan minimal didalam arteri ketika darah mengalir keluar menuju ke pembuluh yang lebih kecil dihilir waktu, rerata adalah 80 mmHg.

2. Pengukuran tekanan darah

Menurut Vitahealth (2006) Sebelum mengukur tekanan darah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Jangan minum kopi atau merokok 30 menit sebelum pengukuran dilakukan

(28)

b. Duduklah bersandar selama 5 menit dengan kaki menyentuh lantai dan tangan sejajar dengan jantung (istirahat)

c. Memakai baju lengan pendek

d. Sebelum diukur buar air kecil terlebih dahulu, karena kandung kemih yang penuh dapat mempengaruhi hasil pngukuran tekanan darah.

pemeriksaan tekanan darah dapat diukur menggunakan dua metode, yaitu metode langsung dan metode tidak langsung (Hidayat, 2005).

a. Metode langsung

Metode ini menggunakan kanula atau jarum yang dimaskan ke dalam pembuluh darah yang dihubungkan dengan manometer. Metode ini sanga tepat digunakan karena merupakan cara yang paling tepat untuk menentukan tekanan darah, tetapi cara ini harus memerlukan persyaratan dan keahlian khusus (Hidayat, 2005). b. Metode tidak langsung

Metode yang menggunakan sphygmomanometer. Pengukuran ini menggunakan dua cara yaitu palpasi yang mengukur tekanan sistolik dan auskultasi yang mengukur tekanan sistolik dan diastolik dan metode ini memerlukan alat stetoskop (Hidayat, 2005).

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

(29)

a. Usia

dari anak hingga menjadi dewasa terdapat kenaikan tekanan darah secara bertahap (Wilson, 2009).

b. Jenis kelamin

Setelah wanita pubertas biasanya mempunyai tekanan darah yang rendah dibandingkan laki-laki, setelah menopouse, tekanan darah wanita mungkin meningkat lebih tinggi dibandingkan laki-laki (Wilson, 2009).

c. Ras

Insidensi hipertensi dua kali lipat lebih tinggi di Amerika Afrika seperti di kaukasia (Wilson, 2009).

d. Emosi

Merasa cemas, marah, atau stress dapat meningkatkan tekanan darah. Cemas, marah dan stress dapat meningkatkan stimulasi pada saraf otonom simpatik yang akan meningkatkan volume darah, curah jantung dan tekanan vaskular perifer. Stimulasi saraf

otonom simpatik dapat meningkatkan tekanan darah ( Margiyati,2010).

e. Nyeri

Pengalaman nyeri akut pada individu dapat meningkatkan tekanan darah (Wilson, 2009).

(30)

Mengkonsumsi kafein atau merokok dalam waktu 30 menit sebelum pengukuran dapat meningkatkan tekanan darah (Wilson, 2009).

g. Berat badan

Pasien dengan obesitas cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi dibandingkan pasien non obesitas (Wilson, 2009).

h. Variasi diurnal

Penurunan tekanan darah terjadi pada pagi hari dan memuncak pada siang hari atau sore harinya (Wilson, 2009). Tekanan darah berubah-ubah setiap waktu dan pola ataupun variasi derajatnya tidak ada yang sama antara satu orang dengan yang lainnya (Margiyati,2010).

B.

Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Menurut Depkes RI (2014) Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran lengan sedlang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Pendapat yang sama juga dsampaikan oleh Librianty (2015), bahwa hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥140 mmHg

(31)

berdasarkan pada peningkatan tekanan darah yang hanya sekali. Tekanan darah harus diukur dalam posisi duduk atau berbaring.

2. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi tekanan darah pada usia ≥ 18 tahun tercantum pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC* VII, 2003 klasifikasi tekanan

darah

Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal < 120 <80

Normal tinggi 120-139 80-89

Hipertensi

Stage 1 140-159 90-99

Stage 2 160 atau > 160 100 atau > 100 Sumber : Depkes RI (2014). Pusat Data informasi kementrian kesehatan RI.

Jakarta

Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi Menurut Baradero

Tingkat Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

1 140-159 90-99

2 160-179 100-109

3 180-209 110-119

4 >210 >210

(32)

Tabel 2.3 Klasifikasi Menurut WHO-ISH

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

OPTIMAL KURANG DARI

120

KURANG DARI 80

Normal < 130 <85

Normal tinggi 130-139 85-89

Hipertensi

Grade 1 (ringan) 140-159 90-99

Borderline 140-149 90-94

Grade 2 (sedang) 160-179 100-109 Grade 3 (berat) lebh dari 180 lebih dari 110 Hipertensi sistolik lebih dari 140 kurangdari 90 Border line hipertensi

sistolik

140-149 kurang dari 90

Sumber : Nadesul, Handrawan (2009). Resep Mudah Tetap Sehat. Jakarta: Buku Kompas

3. Etiologi Hipertensi

Penyebab hipertensi diantaranya adalah sebagai berikut : a. Hipertensi Essensial (primer)

(33)

Kelainan hemodinamik pada hipertensi essensial adalah peningkaan resistensi perifer. Hipertensi essensial disebabkan oleh multifaktor, terdiri dari faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik mempengaruhi kepekaan terhadap natrium, stress, reaktivitas pembuluh darah terhadap vasokonstriktor, resistensi insulin dan sebagainya. Faktor lingkungan yang mempengaruhi adalah diet, kebiasaan merokok, stress emosi, obesitas dan lain-lain (Aziza, 2007).

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya (Kowalski, 2010). Menurut Baradero (2008), penyebab hipertensi sekunder antara lain:

a. Penyakit parenkim ginjal (glomerulonefritis, gagal ginjal) yang menyebabkan hipertensi dependen renindan natrium.

b. Penyakit renovaskular yang menngangu perfusi ginjal karena aterosklerosis atau fibrosis yang membuat arteri renalis menyempit yang menyebabkan tahanan vaskular meningkat. c. Sindrom cushing yang meningkatkan volume darah

d. Aldosteroinisme primer menyebabkan retensi natrium dan air yang membuat volume darah meningkat

(34)

f. Koarktasi aorta yang meningkatkan tekanan darah pada ekstremitas atas dan perfusi pada ekstremitas bawah menjadi berkurang.

g. Trauma kepala atau tumor kranial yang mempengaruhi tekanan intrakranial. Peningkatan tekanan intrakranial mengakibatkan berkurangnya perfusi serebral, sehingga iskemia dan merangsang pusat vasomotor medula untuk meningkatkan tekanan darah

h. Hipertensi akibat kehamilan

Terdapat teori yang menjelaskan baha vasopasme umum bisa menjadi faktor penyebab.

4. Manifestasi Klinis Hipertensi

Menurut Safran, Zachazewski dan Stone (2012) Hipertensi biasanya tidak menimbulkan tanda dan gejala pada tahap awal penyakit. Namun, bisa menimbulkan tanda dan gejala jika terjadi peningkatan pada tekanan darah yang terlalu tinggi biasanya dalam kinerja atletik atau telah terjadi komplikasi pada organ seperti pada ginjal, mata dan otak. Tanda dan gejala nya adalah sebagai berikut : a. Peningkatan kelelahan

b. Sakit kepala c. Mimisan

d. Mati rasa dan kesemutan pada tangan dan kaki (paresthesias) e. Sesak napas

(35)

5. Patofisiologi Hipertensi

Tekanan darah adalah tekanan yang diberikkan oleh darah pada dinding pembuluh darah. Pengaturan tekanan darah adalah proses yang kompleks menyangkut pengendalian ginjal terhadap natrium dan retensi air, serta pengendalian sistem saraf terhadap tonus pembuluh darah. Ada dua faktor utama yang mengatur tekanan darah, yaitu darah yang mengalir dan tahan pembuluh darah perifer. Darah yang mengalir ditentukan oleh volume darah yang dipompakan oleh ventrikel kiri setiap kontraksi dan kecepatan denyut jantung. Tahanan vaskular perifer berkaitan dengan besarnya lumen pembuluh darah perifer. makin sempit pembuluh darah, makin tinggi tahan terhadap aliran darah, makin besar dilatasi nya makin kurang tahanan terhadap aliran darah. Jadi, semakin menyempit pembuluh darah, seamkin meningkat tekanan darah.

(36)

6. Komplikasi Hipertensi

Menurut Dalimartha, S, et al. (2008) komplikasi hipertensi diantaranya sebagai berikut :

a. Penyakit Jantung Koroner

Penyakit inidiakibatkan terjadinya pengapuran pada dinding pembuluh darah jantung. Pembuluh darah jantung yang mengalami penyempitan menyebabkan berkurangnya aliran darah pada beberapa bagan otot jantung. Hal ini menyebabkan dada terasa nyeri dan dapat menimbulkan serangan jantung.

b. Gagal Jantung

Otot jantung dipaksa untuk memompa darah saat tekanan darah tinggi. Kondisi tersebut dapat berakibat terjadinya penebalan dan peregangan jantung sehingga pompa otot jantung menurun. Pada akhirnya, dapat terjadi kegagalan kerja jantung secara umum. Tanda-tanda dari gagal jantung adalah sesak napas, napas putus-putus (pendek), dan tejadi pembengkakan pada tungkai bawah serta kaki.

c. Kerusakan Pembuluh Darah Otak

(37)

d. Gagal Ginjal

Gagal ginjal adalah tidak berfungsinya ginjal sebagaimana mestinya. Terdapat dua jenis klainan ginajl akibat hipertensi yaitu nefroklerosis benigna dan nefrosklerosis maligna. Nefrosklerosis benigna terjadi pada hipertensi yang berlangsung lama sehingga terjadi pengendapan fraksi-fraksi plasma pada pembuluh darah akibat proses menua dan menyebabkan daya permeabilitas dinding pembuluh darah berkurang. Adapun nekfrosklerosis maligna merupakan kelainan ginjal yang ditandai dengan naiknya tekanan diastole diatas 130 mmHg yang disebabkan terganggunya fungsi ginjal.

7. Penatalaksanaan Hipertensi

penatalaksanaan medis pada klien dengan hipertensi bertujuan untuk mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg.

a. Terapi farmakologis

Obat-obat anti hipertensi sapat digunakan sebagi obat tunggal atau dicampur dengan obat lain, dengan klasifikasi menjadi lima kategori, yaitu :

1. Diuretik

(38)

2. Simpatolitik

Penghambat (adrenergik bekerja di sentral simpatolitik), penghambat adrenergik alfa dan penghambat adrenergik beta, dibahas sebelumnya, juga dianggap sebagai simpatolitik dan mengahambat reseptor beta.

3. Pengambat adrenergik alfa

Obat dengan golongan ini memblok reseptor adrenergik alfa 1, menyebabkan terjadinya vasodilatasi dan penurunan tekanan darah.

4. Penghambat neuron adrenergik (simpatolitik yang bekerja perifer)

Tergolong obat antihipertensi yang kuat yang menghambat norepinefrin dari ujung saraf simpatis, sehingga berkurangnya pelepasan norepinefrin dan menyebabkan terjadinya penurunan curah jantung maupun tahanan vaskular perifer. Reserpin dan guanetidin (dua obat yang paling kuat) dipakai untuk mengendalikan hipertensi berat.

Efek samping dari obat ini adalah hipotensi ortostastik, sehingga klien seringkali dinasihatkan untuk bangkit perlahan-lahan dari posisi berbaring atau posisi duduk.

5. Vasodilator arteriol yang bekerja langsung

(39)

tekanan darah akan turun dan natrium serta air tertahan sehingga terjadi edema perifer. Diuretik dapat diberikan bersama-sama dengan vasodilator yang bekerja langsung untuk mengurangi edema.

6. Antagonis angiotensin (Ace Inhibitor)

Antagonis angiotensin (Ace Inhibitor) menghambat enzim pengubah angiotensin (ACE), yang nantinya akan menghambat pembentukan angiotensin II (vasokonstriktor) dan menghambat pelepasan aldosteron. Aldosteron meningkatkan retensi natrium dan ekresi kalium. Jika aldosteroon dihambat, natrium diekskresikan bersama-sama dengan air. Kaptopril, enalapril dan lisinopril adalah ketiga antagonis angiotensin. Obat-obat ini dipakai pada klien dengan kadar rnin serum yang tinggi. b. Terapi Nonfarmakologis

Menurut Muttaqin (2009) pendekatan nonfarmakologi yang dapat mengurangi hipertensi adalah sebagai berikut:

a. Olahraga / latihan (meningkatkan lipoprotein berdensitas tinggi)

(40)

sekitar kira-kira 4-8 mmHg. Olahraga yang memiliki efek stressor harus dihindari seperti olahraga isometrik (Aziza 2007).

2. Penurunan berat badan

Dengan mengurangi beban kerja jantung yang mengakibatkan kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup juga berkurang dapat mengurangi tekanan darah (Elizabeth, 2009)

3. Pembatasan Alkohol, Natrium, Tembakau (Muttaqin, 2009). 4. Relaksasi

Relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi antihipertensi (Muttaqin,2009).

C.

Lansia

1. Pengertian lansia

Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Menurut UU No. 13/Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia disebutkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.

(41)

kondisi stress fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual.

2. Klasifikasi Lansia

Klasifikasi lansia menurut Depkes RI (2003) yang mengutip dari Dewi (2014) adalah sebagai berikut :

a. Pralansia (prasenilis), seseoang yang berusia antara 45-59 tahun b. Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

c. Lansia resiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan

d. Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.

e. Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya tergantung pada bantuan orang lain.

Menurut WHO, klasifikasi lansia adalah usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lansai (elderly) 60-74 tahun, lansai tua (old) 75-90 tahun dan lansia sangat tua (very old) diatas 90 tahun (Wahyudi Nugroho, 2009).

(42)

a. Fase iuventus (25-40 tahun) b. Fase verilitas (40-50 tahun) c. Fase presenium (55-65 tahun)

d. Fase senium (65 tahun hingga tutup usia)

Sedangkan menurut sumber yang mengemukakan pengelompokan umur pada lansia adalah sebegai berikut :

a. 60-65 tahun (elderly)

b. >65-75 tahun (junior old age) c. >75-90 tahun (formal old age)

d. >90-120 tahun (longevity old age) (wahyudi nugroho, 2009).

3. Tugas Perkembangan Lansia

Menurut Dewi (2014) menjelaskan bahwa kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap selanjutnya. Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut : a. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun b. Mempersiapkan diri untuk pensiun

c. Membentuk hubungan baik dengan orang yang seusianya d. Mempersiapkan kehidupan baru

e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara santai

(43)

D.

Senam Jantung Sehat

1. Pengertian Senam Jantung Sehat

Senam jantung sehat termasuk ke dalam olahraga aerobik dengan intensitas sedang (Fakhrudin, 2013).

Senam jantung sehat terdapat 5 seri, yaitu terdiri dari seri 1 dimana gerakannnya mengggunakan irama musik yang pelan dan tidak rumit, seri II gerakan dilakukan agak cepat namun masih sederhana, seri III gerakan diiringi dengan musik yang lebih cepat dan gerakan mulai bervariasi, seri IV dan V gerakan diiringi dengan musik yang semakin cepat dan durasi dari gerakan lebih panjang. Pada usia lanjut dapat menggunakan seri I, II dan III. Sedangkan, pada remaja bisa dilakukan seri IV dan V (Lalarni, 2015).

2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan senam a. Frekuensi latihan

Frekuensi latihan adalah seberapa banyak anda melakukan latihan olahraga senam yang bersifat aerobik dalam sepekan. Senam yang bersifat aerobik sangat dianjurkan untuk dilakukan minimal 2 atau 3 kali dalam seminggu. Hal ini dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan (Irwansyah, 2006)

b. Intensitas latihan

(44)

c. Tipe latihan

Jenis olahraga yang bersifat aerobik yang dianjurkan oleh para ahli adalah jalan kaki, senam jantung, dan berenang (Sumintarsih, 2006)

d. Time (waktu latihan)

Menurut Anies (2006) lama latihan yang diberikan adalah 20-30 menit.Menurut Irwansyah (2006) lama waktu latihan 45-90 menit dengan diselingi waktu istirahat, interval yang cukup, variasi saat intensitas tinggi, sedang dan rendah.

3. Gerakan senam jantung sehat

Gerakan pada latihan senam yang bersifat aerobik salah satunya adalah senam jantung sehat adalah sebagai berikut :

a. Gerakan pemanasan

(45)

b. Gerakan inti

Gerakan inti biasanya merupakan gerakan yang telah aktif dengan mengikuti alur tertentu. Gerakan inti bertujuan untuk menguatkan otot-otot tubuh seperti tangan, tungkai, perut, pinggul dan juga meltih koordinasi gerak anggota tubuh. Gerakan ini dilakukan kurang lebih antara 20 sampai 30 menit atau disesuaikan dengan tujuan dan latihan yang dilakukan (Sumintarsih, 2006)

c. Gerakan pendinginan

Pelaksanaan gerakan ini merupakan penurunan gerakan secara bertahap dari intensitas tinggi ke intensitas rendah (Mukholid, 2007). Gerakan ini bertujuan untuk mengembalikan kondisi tubuh seperti sebelum berlatih dan mengembalikan darah ke jantung untuk reoksigenasi sehingga mencegah genangan darah diotot kaki dan tangan. Gerakan ini dilakukan kira-kira 5 sampai 10 menit (Sumintarsih, 2006).

4. Ketentuan-ketentuan dalam latihan fisik pada lansia adalah : a. Latihan fisik harus disenangi

b. Harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan (ada kelainan/ penyakit atau tidak).

c. Bervariasi

(46)

e. Lakukan pemanasan, peregangan terlebih dahulu kemudian latihan inti. Selanjutnya lakukan pendinginan dan peregangan kembali (memeriksa tekanan darah dan nadi sangat pnting dilakukan terlebih dahulu).

f. Sebelum latihan, minum terlebih dahulu untuk menggantikan keringat yang hilang. Bila memungkinkan, minumlah air sebelum, selama dan sesudah berlatih.

g. Latihan dilakukan minimal dua jam setelah makan agar tidak mengganggu sistem pencernaan. Jika latihan dilakukan pagi hari tidak perlu makan sebelumnya.

h. Diawasi oleh pelatih agar tidak terjadi cedera.

i. Latihan dilakukan secara lambat, tidak eksplosif, dan gerakan juga tidak boleh menyentak dan memutar terutama pada tulang belakang.

j. Pakaian yang digunakan terbuat dari bahan yang tipis dan ringan. Tidak menggunakan pakaian tebal dan sangat menutup badan (Maryam dkk, 2008).

5. Waktu Pengukuran Tekanan setelah Senam Jantung Sehat

(47)

Terjadi kontrol terintegrasi pada tekanan darah selama olahraga. Tekanan darah dikendalikan secara refleks oleh sistem saraf otonom, yang disebut refleks baroreseptor yang berlokasi di aortic arch dan arteri karotid ( Kenney et al, 2011). Fungsi dari baroreseptor adalah sebagai pengonrol pada perubahan akut tekanan darah (Brown et al, 2006).

Setelah olahraga, terjadi penurunan aktivitas kardiovaskular. Baroreseptor akan merespon untuk memberikan penurunan denyut jantung dan kontraktilitas jantung, dan penurunan tekanan darah. Baroreseptor bertugas untuk mengembalikan keadaan tubuh menjadi seimbang atau homeostasis. Penurunan darah akan turun sampai dibawah normal dan berlangsung selama 30-120 menit. Penurunan tekanan darah terjadi karena terjadi pelebaran dan relaksasi pada pembuluh darah (Bafirman, 2007).

6. Pengaruh Senam terhadap Penurunan Tekanan Darah

(48)

- Adaptasi Neurohormonal Sistem saraf simpatik

Aktivitas sitem saraf simpatik yang meningkat adalah ciri penting dari hipertensi. Aktivitas saraf simpatikdan adanya pelepasan norepinefrin (NE) memediasi vasokonstriksi dann meningkatkan resistensi vaskuler. Penurunan aliran saraf simpatis pusat atau sirkulasi norepinefrin (NE) menipiskan vasokonstriksi dan menyebabkan penurunan tekanan darah. Meskipun bukti yang terbatas untuk mendukung pengurangan eferen aktivitas saraf simpatik setelah latihan/olahraga, pngurangan norepinefrin (NE) plasma telah dibuktikan setelah latihan/olahraga. Penelitian yang dilakukan oleh meredith et al. Menemukan bahwa penurunan NE plasma setelah latihan berhubungan dengan penurunan spillover yang menunjukan penurunan aktivitas sistem saraf simpatik. Berkurangnya NE pada sinapsis akan menjadi salah satu mekanisme yang memfasilitasi pengurangan resistensi pembuluh darah setelah olahraga dan menyebabkan penurunan tekanan darah (Pescestello, 2010).

Hiperinsulinemia dan resistensi insulin

(49)

menunjukan hubungan erat antara penurunan istirahat tekanan darah dan NE plasma serta meningkatkan sensitivitas insulin setelah olahraga (Pescestello, 2010).

Sistem Renin-Angiotensin

Angiotensin II adalah vasokonstriktor kuat dan pengatur volume darah, penurunan renin dan angiotensin II dengan latihan kemungkinan akan menjadi faktor penurunan tekanan darah (Pescestello, 2010).

Respon vaskular.

(50)

vasokonstriktor menjadi vasodilator (mengurangi vasokonstriksi dan tekanan pada tekanan darah). Latihan olahraga juga terbukti meningkatkan produksi oksida nitrat dan meningkatkan fungsi vasodilatasiyang akan mengurangi resistensi perifer dan menurunkan tekanan darah (Pescestello, 2010).

Menurut hasil penelitian Moniaga (2013) menyatakan bahwa setelah dilakukan perlakuan senam bugar lansia menunjukan terjadinya penurunan tekanan darah sistolik sebelum perlakuan dengan minggu ke 3 perlakuan diperoleh selisih penurunan sebesar 16 mmHg. Hal Ini berhubungan dengan penurunan tahan perifer.

Hikmaharidha & Hardian tahun 2011 dari hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa kelompok yang mengikuti senam thai chi memilki rerata tekanan darah sistolik (126,2 8,24 mmHg) dan diastolik (85,9 6,69 mmHg) lebih rendah dibandingkan kelompok yang tidak mengikuti senam thaichi (sistolik 132,5 8,97 mmHg ; Diastolik 89,6 7,51 mmHg). Hasil uji statistik menunjukan terdapat perbedaan yang bermakna tekanan darah sistolik (p=0,02) dan diastolik (P=0,03) antara kedua kelompok tersebut.

Kegiatan fisik melalui olahraga seperti senam terbukti memberikan efek protektif terhadap penyakit kronik: obesitas, diabetes melitus, hipertensi, osteoporosis, kanker kolon, kecemasan, depresi dan jantung koroner.

(51)

koroner melalui mekanisme: penurunan denyut jantung dan tekanan darah, penurunan tonus simpatik, meningkatkan diameter arteri koroner dan sistem koleteralisasi pembuluh darah, meningkatkan HDL dan menurunkan LDL darah. (Suharjo & Cahyono, 2008).

E. Penelitian Terkait

- Margiyati (2010), menyatakan terdapat pengaruh senam lansia terhadap penurunan tekanan darah pada lansia

- Hikmaharidha & Hardian ( 2011), menyatakan terdapat pengaruh senam thai chi terhadap tekanan darah wanita berusia 50 tahun keatas.

(52)

F. Kerangka teori

Kerangka teori ini dimodifikasi antara teori lansia, hipertensi, olahraga serta faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Santoso (2009) ¸Maryam (2008), Muttaqin (2008) Usia Lanjut

Perubahan pada pembuluh darah Perubahan pada jantung

Jantung mengalami hipertrofi Pembuluh darah mengalami penebalan

Farmakologi Non farmakologi

Obat

Olahraga Relaksasi Penurunan berat badan

Senam menimbulkan efek beta blocker yang dapat

menenangkan sistem saraf simpatikus, dimana bila terjadi penurunan aktivitas simpatik pada pembuluh darah perifer dapat menjadi petunjuk penurunan tekanan darah

(53)

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESA DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Variabel penelitian adalah sebuah sesuatu atau bagian darri individu atau objek yang dapat diukur (Swarjana, 2012). Dalam penelitian ini, variabel independen yang akan diteliti adalah senam jantung sehat, sedangkan variabel dependen yang akan diteliti adalah tekanan darah.

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Keterangan :

: Variabel yang diteliti Senam jantung sehat

Tekanan Darah - Tekanan darah

sistolik

- Tekan darah

diastolik

(54)

B. Definisi Operasional tekanan sistolik dalam satuan mmHg

(55)

C. Hipotesis

Hipotesis adalah hasil yang diharapkan atau hasil yang diantisipasi dari sebuah penelitian. Hipotesis penelitian adalah sebuah statement prediksi yang menghubungkan independent variable terhadap dependent variable (Swarjana, 2012).Hipotesis yang diambil dari penelitian ini menurut peneliti adalah :

1. Terdapat pengaruh senam jantung sehat terhadap tekanan darah sistolik pada lansia hipertensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan

2. Terdapat pengaruh senam jantung sehat terhadap tekanan darah diastolik pada lansia hipertensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan

(56)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini yaitu analitik kuantitatif dengan desain penelitian menggunakan Quasi Eksperimental. Penelitian Quasi Eksperimental adalah rancangan penelitian yang berupaya untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol disamping kelompok eksperimental.

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonequivalent control group pretest post test design. Penelitian menggunakan kontrol group tanpa randomisasi. Kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol dipilih menggunakan secara non random, selanjutnya sebelum dan sesudah perlakuan dilakukan pengukuran atau observasi terhadap kedua kelompok tersebut (Swarjana, 2012). Rancangan pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Bagan 4.1 Desain Penelitian

Keterangan :

X1 = Pretest pada kelompok intervensi X2 = Post test pada kelompok intervensi X3 = Pretest pada kelompok kontrol X4 = Post test pada kelompok kontrol

X5 = Pebedaan rata-rata pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

(57)

B. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada lansia di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan sebagai lokasi penelitian dikarenakan di PSTW belum pernah dilakukan penelitian mengenai pengaruh senam jantung sehat terhadap tekanan darah pada lanjut usia. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 31 Desember 2015 didapatkan dari 117 WBS yang mandiri kurang lebih 72 WBS (62%) mengalami hipertensi dan 45 WBS (38%) tekanan darahnya normal.

C. Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan April 2016 selama 3 minggu dan dilakukan setiap pagi pada hari selasa dan sabtu.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti (Wasis, 2008). Populasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan . Populasi dalam penelitian ini adalah usia lanjut yang mengalami hipertensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan. Jumlah populasi responden yang mengalami hipertensi sebanyak 72 orang.

2. Sampel

(58)

mewakili populasi yang ada. Untuk mengurangi bias hasil penelitian, khususnya jika terhadap variabel-variabel kontrol ternyata mempunyai pengaruh yang kita teliti sangat diperlukan adanya kriteria sampel. Kriteria sampel dibagi menjadi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi (Nursalam, 2008).

Sampel yang diambil dari penelitian ini diambil dengan teknik purposive sampling, yaitu dengan cara mengambil pasien hipertensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan yang memenuhi kriteria sebagai responden. Berdasarkan data populasi lansia yang menderita hipertensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan responden yang akan dijadikan sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yaitu sebanyak 19 orang responden kelompok intervensi dan 17 orang responden kelompok kontrol. Namun, saat pengambilan data terjadi drop out sehingga responden kelompok intervensi 15 orang dan responden kelompok kontrol 15 orang.

a. Kriteria Inklusi 1). Berusia ≥ 60 tahun.

2). Memiliki tekanan darah ≥130/85 mmHg, sistolik antara 130 - 150 dan diastolik 85 – 100 mmHg.

3). Tidak merokok 4) Jenis kelamin wanita

(59)

6). Mengkonsumsi obat anti hipertensi (captopril) 7). Responden jarang melakukan senam

b. Kriteria eksklusi

1). Mempunyai penyakit penyerta (asma, cacat fisik, penyakit jantung, bisu, tuli, buta, psikotik)

2). Menolak menjadi responden

c. Besar Sampel

Menghitung besar sampel pada penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eksperimen yang ketat, dikatakan sukses mungkin dengan ukuran sampel kecil antara 10 sampai 20 orang. Namun, untuk penelitin secara umum, maka sampel yang diambil minimal adalah 30 (Uma Sekaran, 2006 dalam Al-Halaj 2014). Penelitian ini menggunakan quasi eksperimental dengan mengambil jumlah sampel 30 orang yang terdiri dari 15 orang kelompok intervensi dan 15 orang kelompok kontrol.

E. Instrumen Pengumpulan Data

(60)

medis atau kesehatan pasien di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan.

1. Spigmomanometer dan Stetoskop

Sfigmomanometer yaitu lembaran pengikat yang dapat digelembungkan yang terhubung dengan pengukur tekanan. Fungsi dari sfigmomanometer adalah untuk mengukur tekanan dalam arteri. Stetoskop digunakan untuk mendengarkan suara aliran darah dibawah pengikat tersebut.

Pengukuran tekanan darah adalah hal yang penting dalam pemeriksaan fisik. Berikut panduan untuk menentukan tekanan darah akurat pada lansia :

a. Lakukan kalibrasi pada sfigmomanometer terlebih dahulu. Sfigmomanometer aneroid dapat dikalibrasi menggunakan sfigmomanometer merkuri standar. Jarum pada sfigmomanometer aneroid harus membaca nol bila tidak ada tekanan udara di dalam manset (Williams, 2014).

b. Minta lansia untuk duduk tenang selama 3-5 menit sebelum dilakukan pengukuran tekanan. lansia yang mengalami deconditioning membutuhkan waktu rehat supaya tubuh kembali ke kondisi normalnya meskipun setelah mengalami stres minor (Dewi, 2014).

(61)

d. Gap auskultasi sering ditemukan pada pengukuran tekanan darah lansia. untuk menghindari pembacaan sistolik yang inakurat, lakukan palpasi pada arteri radialis dan kembangkan cuff pada tekanan 10 mmHg ketika mempalpasi. Ketika nadi tidak teraba, kembangkan lagi cuff hingga 20 mmHg – 30 mmHg, lalu dengarkan bunyi korotkoff ketika cuff dideflasikan (Dewi, 2014).

e. Jika pengukuran ini dilakukan pertama kalinya pada lansia, maka pengukuran tekana darah dilakukan pada kedua lengan (Dewi, 2014).

f. Kaji adanya kondisi hipotensi orthostatik, terutama jika lansia mengkonsumsi obat-obatan antihipertensi (Dewi, 2014).

g. Jika anda mengalami kesulitan mendengarkan bunyi korotkoff terakhir untuk menentukan tekanan diastolik, bunyi diastolik ditentukan dari bunyi muffled terakhir yang didengar. Berikan catatan pada dokumentasi anda.

h. Lakukan dokumentasi / pencatatan setelah pengukuran (Dewi, 2014).

2. Tipe Recorder

Tipe recorder adalah media yang digunakan untuk melakukan senam jantung sehat.

3. Lembar Observasi

(62)

sehat dan hasil pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah intervensi.

F. Langkah-langkah pengumpulan data

Pengumpulan data dimulai setelai proposal penelitian yang dibuat oleh peneliti mendapatkan persetujuan dari dosen pembimbing dan penguji. Selanjutnya mengajukan permohonan izin untuk melakukan penelitian kepada instansi pendidikan untuk mengadakan penelitian di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan.

Pengumpulan data yang akan dilakukan terdapat beberapa tahap, yaitu :

a. Tahap awal yang dilakukan adalah proses administrasi yaitu mengajukan surat penelitian dari dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan yang diajukan kepada Ketua Panti Sosial Treshna Wherda Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan.

b. Mendapatkan izin dari kepala kantor PTSP Walikota Jakarta Selatan yang kemudian diteruskan kepada Ketua Panti Sosial Treshna Werdha Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan

c. Mendapatkan izin melakukan penelitian dari Ketua Panti Sosial Treshna Werdha Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan

d. Peneliti melakukan screening pada responden.

(63)

1. Tekanan darah lansia rata-rata diatas 160/90 mmHg 2. Banyak dari responden yang mengalami psikotik

3. Banyak dari responden yang mengalami penyakit asam urat.

Peneliti mengambil responden berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi dan dari hasil screening didapatkan 19 responden yang menjadi kelompok intervensi dan 17 responden yang menjadi kelompok kontrol dari total 72 responden.

G. Prosedur Intervensi

1. Pre Treatment

a. Peneliti melakukan kalibrasi alat sphygmomanometer yang akan digunakan kepada responden untuk pengukuran tekanan darah b. Peneliti melakukan briefing pada Tim Fasilitator mengenai proses

pengukuran darah dan pelaksanaan gerakan senam jantung sehat. c. Persiapan penelitian yang dilakukan peneliti adalah melakukan

penyamaan gerakan senam jantung sehat yang akan dilakukan oleh pelatih senam jantung sehat di Panti Sosial Treshna Werdha Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan yang sudah bersertifikasi. d. Peneliti melakukan screening pada WBS yang mengalami

hipertensi untuk sampel yang terdiri dari 117 WBS yang mandiri ADL nya di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan. e. Peneliti melakukan penelitian pada Panti Sosial Treshna Werdha

(64)

f. Peneliti meminta kerjasama dari Tim Fasilitator yang berjumlah 10 orang serta meminta kerjasama dari perawat dan staff Panti Sosial Treshna Werdha Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatanberkaitan dengan pelaksanaan penelitian.

2. kelompok intervensi senam jantung sehat

a. Peneliti melakukan inform consent kepada calon responden untuk kesediaanya menjadi responden penelitian dan menjelaskan tujuan, manfaat serta prosedur penelitian kepada responden.

b. Penelitian dilakukan di lapangan olahraga PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan.

c. Peneliti mengumpulkan responden yang ingin diteliti berdasarkan kelompok intervensi yang dipilih secara purposive. d. Melakukan pengukuran darah dengan alat yang telah dilakukan

kalibrasi pada responden pada kelompok intervensi yang dibantu oleh Tim fasilitator.

e. Responden pada kelompok intervensi dilakukan pengukuran tekanan darah sebelum melakukan senam jantung sehat di lapangan olahraga PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan, selanjutnya dilakukan pencatatan nama, usia, jenis kelamin dan hasil tekanan darah sebelum dan sesudah senam jantung sehat.

(65)

observasi/pengamatan oleh fasilitator. Fasilitator memperbaiki gerakan responden selama senam sebanyak 10 fasilitator. Dengan rentang kendali 10 orang fasilitator mengawasi 2 orang responden.

g. Setelah melakukan senam jantung sehat responden pada kelompok intervensi di istirahatkan 30 menit lalu dilakukan tekanan darah oleh Tim Fasilitator.

h. Lakukan dokumentasi setelah dilakukan pengukuran tekanan darah pada kelompok intervensi.

i. Peneliti memberikan reinforcement positif dengan memberikan snack dan minuman kepada responden atas keterlibatannya dalam penelitian.

j. Setelah dilakukan intervensi responden dipersilahkan meninggalkan lapangan olahraga PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan untuk melakukan kegiatan seperti biasa.

3. Pada kelompok kontrol

a. Peneliti melakukan inform consent kepada calon responden untuk kesediaanya menjadi responden penelitian dan menjelaskan tujuan, manfaat serta prosedur penelitian kepada responden.

(66)

c. Melakukan pengukuran tekanan darah dengan alat yang telah dilakukan kalibrasi pada responden pada kelompok kontrol yang dibantu oleh Tim fasilitator.

d. Melakukan pencatatan nama, usia, jenis kelamin dan hasil tekanan darah sebelum dan sesudah senam yang sering dilakukan.

e. Responden pada kelompok kontrol dilakukan pengukuran tekanan darah sebanyak 2x yaitu awal pertemuan pada minggu ke 1 dan akhir pertemuan minggu ke 6 .

f. Lakukan dokumentasi setelah dilakukan pengukuran tekanan darah pada kelompok kontrol serta peneliti memberikan reinforcement positif berupa snack dan minuman kepada responden atas keterlibatannya dalam penelitian

Persiapan penelitian

Menyamakan gerakan senam kepada pelatih instruktur senam

identifikasi subjek yang berpotensi masuk sebagai responden penelitian

Tidak masuk kedalam kriteria inklusi dan ekslusi

Melakukan screening pada responden

Informed consent

(67)

H. Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2010) proses pengolahan data melalui tahap-tahap sebagai berikut :

a. Editing

Secara umum editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan data yang telah terkumpul. Hasil pengamatan dari lapangan harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu b. Coding

Setelah semua data disunting atau diedit, selanjutnya dilakukan peng”kodean” atau “coding” , yaitu mengubah data berbentuk kalimat

atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Koding atau pemberian kode ini sangat berguna untuk memasukan data (data entry).

c. Memasukan data (data entry)

Jawaban-jawaban dari masing-masing resonden dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukan ke dalam program atau “software”

komputer. Dalam proses ini juga dituntut ketelitian dari orang yang melakuakn “data entry” . apabila tidak maka akan terjadi bias, meskipun hanya memasukan data saja.

Penelitian selama 3 minggu Senam jantung sehat seri 1

(68)

d. Pemberian data (cleaning)

Apabila semua data responden sudah dimasukan, perlu dilakuakn pengecekan kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut sebagai pembersihan data (data cleaning).

I. Analisa Data

Data yang diolah dengan baik pengolahan secara manual maupun menggunakan komputer, tidak akan ada maknanya tanpa dianalisis.

1. Analisis Univariat

Tujuan dari analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan dan mendeskripsikan karakteristik dari setiap variabel yang diteliti. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel. Misalnya distribusi freskuensi dari responden berdasarkan : umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan sebagainya. Dalam analisis univariat (deskriptif) nilai ini bisa diwakili mean (rata-rata), median, modus, tabel frekuensi, presentase, dan berbagai diagram (Notoatmodjo, 2010)

2. Analisis Bivariat

(69)

dependent simple test (paired t test) dengan tingkat kemaknaan 95% (alpha 0,005%) untuk melihat beda rata-rata tekanan darah responden pada minggu pertama dan mingu ketiga baik di kelompok intervensi maupun kelompok kontrol.

Untuk mengetahu apakan suatu data terdistribusi normal maka peneliti menggunakan nilai skewness dan standar errornya, bila nilai skewness dibagi standar errornya menghasilkan angka ≤ 2 maka distribusinya normal. Jika data terdistribusi normal maka analisa ini dilakukan mengunakan uji t dengan derajat kepercayaan 95% (alpha 0,05), namun jika data tidak terdistribusi dengan normal maka analisis data yang digunakan adalah menggunakan uji wilcoxon dengan derajat kepercayaan 95% (alpha 0,05).

Untuk pengukuran perbedaan rerata tekanan darah (numerik) pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol, dilakukan uji distribusi data dengan menggunakan nilai skewness dan standar errornya.

Hasil uji normalitas yang didasarkan pada nilai skewness dibagi standar error pada pretest sistolik sebagai berikut :

=

= - 0,23 (hasilnya ≤ 2)

Sedangkan pada pretest diastolik sebagai berikut :

=

= 0,5 (hasilnya ≤ 2)

(70)

Peneliti juga melakukan uji pengaruh kekuatan (effect size) yaitu uji yang menunjukan kekuatan antara hubungan antara variabel independen dan variabel dependen (McBurney, 2010). Terdapat banyak cara untuk menghitung uji pengaruh kekuatan (effect size). Untuk t test Dornyei (2007) dan Pallant (2010) merekomendasikan Eta Squared (η2

). Uji Eta digunakan untuk menunjukan proporsi varians dalam variabel dependen yang dijelaskan pada variabel independent. Uji Eta yang dilakukan untuk mengidentifikasi seberapa kuat hubungan senam jantung sehat seri 1 terhadap penurunan tekanan darah pada lanjut usia.

Interpretasi dari uji Eta adalah sebagai berikut :  0,01 = pengaruh lemah

 0,06 = pengaruh sedang

 ≥ 0,14 = pengaruh kuat (Cohen 1998, dalam Woodrow, 2014) Formula atau rumus yang digunakan untuk menghitung Eta Square (η2

) sebagai berikut : Formula 1

Eta squared (η2) untuk perhitungan independent t test

Formula 2

(71)

Keterangan :

t2 = t statistis dari hasil output spss

N = Jumlah responden (Woodrow, 2014).

J. Etika Penelitian

Penelitian yang dilakukan khususnya yang menggunakan masusia sebagai sujbjek tidak boleh bertentangan dengan etika. Oleh karena itu, penelitian yang menggunakan subjek manusia harus tidak brtentangan dengan etika. Masalah etika pada penelitian yang perlu diperhatikan meliputi :

a. Informed consent

Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau mnolak menjadi responden (Nursalam,2008).

b. Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan yang terjadi adalah masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan tidak mencantumkan nama responden dan hanya menuliskan kode (Hidayat,2007)

c. Kerahasiaan (confidentiality)

(72)

memperoleh persetujuan terlebih dahulu serta mengambil langkah-langkah dalam menjaga kerahasiaan (Wasis, 2008).

(73)

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk mendeskripsikan / menjelaskan karakteristik dari masing-masing variabel yang diteliti. Hasil penelitian yang dilakukan menggunakan analisis univariat dalam penelitian ini adalah karakteristik responden yang meliputi usia, jenis kelamin, berat badan. Penjelasan hasil penelitian sebagai berikut :

1. Karakteristik Responden berdasarkan Usia dan Berat badan.

Data karakteristik responden berdasarkan usia dan berat badan dapat dilihat

pada tabel 5.1

Tabel 5.1.

Gambaran karakteristik responden berdasarkan usia dan berat badan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Kelompok

Berdasarkan hasil tabel 5.1, rata-rata usia responden pada kelompok intervensi adalah 70,13 tahun (SD 5,51 tahun). Usia termuda responden pada kelompok intervensi adalah 60 tahun dan usia tertua adalah 79 tahun. Sedangkan, rata-rata usia responden pada kelompok

(74)

kontrol adalah 78,47 tahun dengan standar deviasi 5,43 tahun. Usia termuda responden pada kelompok intervensi adalah 61 tahun dan usia tertua adalah 85 tahun.

Rata-rata berat badan responden pada kelompok intervensi adalah 62,00 kg (SD 7,76 kg). Berat badan terendah pada kelompok intervensi adalah 48 kg dan berat badan tertinggi adalah 70 kg. Rata-rata berat badan responden pada kelompok kontrol adalah 55,33 kg dengan standar deviasi 10,07 kg. Berat badan terendah pada kelompok intervensi adalah 45 kg dan berat badan tertinggi adalah 80 kg.

2. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Data karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2.

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada Kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Jenis Kelamin

Kelompok Perempuan Laki-laki Total

N % N % N %

Intervensi 12 80 3 20 15 100,0

Kontrol 13 86,7 2 13,3 15 100,0

Total 25 83,3 5 16,7 30 100,0

Gambar

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC* VII, 2003 .................................
Tabel 5.1 Gambaran karakteristik responden berdasarkan usia dan berat
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC* VII, 2003
Tabel 2.3 Klasifikasi Menurut WHO-ISH
+7

Referensi

Dokumen terkait

disebut Metode Recursive Least Square, menduga koefisien parameter regresi dengan meli hasil pengolahan data yang telah ada sebelumnya dengan informasi baru.. Akar

Data yang dibutuhkan yaitu data system, jenis komponen, penyebab gangguan serta data-data yang pendukung lainnya yaitu data dari total pelanggan, lama padam atau lamanya

Model Pembelajaran D iscovery Learning Menggunakan Lks Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X D i Smkn 1 Cidaun.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dipilih berdasarkan siswa kelas II mempunyai masalahan dalam pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan yaitu kurangnya inovasi teknik dalam pembelajaran yang berdampak pada

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan: (1) lembar observasi untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dan guru, (2) lembar angket respons

Hasil penelitian yang diperoleh adalah terdapat ada hubungan yang negatif antara Gaya Mengajar Elementery, Intermediate, Advanced, dan creative ± evaluative

Survey relationship between quality of work life and organizational commitment in public organization in kurdista provinc.. Interdiciplenary Journal of

Penulisan Ilmiah ini bertujuan untuk membuat Website Shah Rukh Khan yang dapat digunakan sebagai sarana informasi bagi kalangan masyarakat khususnya pecinta film India. Dalam